MAKALAH HPI KEL.8 New
MAKALAH HPI KEL.8 New
Disusun Oleh :
Kelompok 8
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi penyayang, kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada
kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pilihan hukum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ilmiah tentang pilihan hukum ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Pemakalah
1
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Istilah-istilah ..........................................................................................................4
B. Selalu menarik perhatian .......................................................................................4
C. Prinsip pilihan hukum sudah umum diterima ........................................................4
D. Batas-batasnya yang masih dipersoalkan ..............................................................4
E. Hubungan dengan ketertiban umum ......................................................................5
F. Hubungan dengan penyelundupan hukum..............................................................5
G. Renvoi dan pilihan hukum.......................................................................................5
H. Macam-macam pilihan hukum ..............................................................................5
I. Pro dan kontra pilihan hukum ...............................................................................6
J. Penulis penulis yang anti prinsip pilihan hukum ...................................................6
K. Alasan-alasan pro prinsip pilihan hukum ..............................................................6
L. Alasan-alasan mereka yang anti prinsip pilihan hukum .........................................6
M. Pilihan hukum dalam praktek hukum ....................................................................6
N. Yurisprudensi di Nederland ...................................................................................7
O. Yurisprudensi di inggris ........................................................................................7
P. Yurisprudensi di Indonesia ....................................................................................7
Q. Kesimpulan..............................................................................................................7
R. Pembatasan dari kebebasab memilih hukum .........................................................8
S. Perbedaan antara penciptaan dan pelaksanaan perjanjian .....................................8
T. Pertanyaan mengenai sah tidaknya suatu kontrak ................................................8
U. Apakah pilihan hukum boleh dirubah kembali ......................................................9
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai konsekuensi era globalisasi, hubungan antar masyarakat dunia menjadi terbuka
dan mudah sekali, kontrak perdata internasional merupakan salah satu hubungan hukum yang
digunakan untuk mempermudah kerjasama diantara mereka, namun terkadang kemudahan dalam
kerjasama tersebut seringkali mengalami hambatan apabila terjadi sengketa diantara mereka,
misalkan salah satu pihak tidak memenuhi janjinya (prestasinya). Apabila salah satu pihak tidak
merasa dirugikan karena perbuatan pihak lainnya yang wanprestasi dapat menuntut kepada
lembaga yang berwenang.
Penyelesaian sengketa kontrak perdata internasional melalui pengadilan seringkali
menimbulkan ketidak puasan bagi pihak yang dikalahkan sebab hakim dalam pengadilan harus
menentukan lex cause (hukum yang seharusnya berlaku) terlebih dahulu dan tekadang lex cause
yang begitu tidak familier bagi hakim atau bagi salah satu pihaknya, belum lagi ada factor-factor
non yuridis yang banyak mempengaruhi proses peradilan sehingga kondisi tersebut bisa
menghasilkan putusan yang kurang memuaskan.
Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut para pihak dapat membuat pilihan hukum
(pilihan hukumnya atau pilihan forumnya) sehingga diharapkan dapat memperoleh putusan dalam
penyelesaian sengketa yang timbul dalam kontrak perdata internasional yang memuaskan. Maka
dari itu kami para pemakalah ingin membahas materi ini dengan judul “pilihan hukum”. Dan kita
akan membahas materi ini di BAB selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pilihan hukum?
2. Apa saja macam-macam pilihan hukum?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa saja yang ada dalam pilihan hukum.
2. Untuk mengetahui macam-macam pilihan hukum.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Istilah-istilah
Pilihan hukum merupakan salah satu ajaran tersendiri di bidang teori umum HPI. Istilah-
istilah nya dalam bahasa lain adalah " rechtskeuze", " rechtswahl", "coice of law", " connecting
agreement". Istilah "Rechtskeuze" atau "Rechtswahl" atau pilihan hukum menurut hemat kami
adalah yang paling cocok menggambarkan apa yang diartikan dengan istilah itu. Para pihak
dalam suatu kontrak bebas untuk melakukan pilihan, mereka dapat memilih sendiri hukum yang
harus dipakai untuk kontrak mereka. Para pihak dapat memilih hukum tertentu mereka hanya
bebas untuk memilih ih tapi mereka tidak bebas untuk menentukan sendiri perundang-undangan.
4
memang bebas untuk melakukan pilihan hukum yang mereka kehendaki, tetapi kebebasan ini
bukan berarti boleh sewenang-wenang. Pilihan hukum hanya boleh dilakukan sepanjang tidak
melanggar apa yang dikenal sebagai "Ketertiban umum".
5
d. Pilihan hukum secara hipotesis, disini sebenarnya tidak ada satu kemauan dari para pihak
untuk memilih pilihan hukum. Hakimlah yang melakukan pilihan hukum.1
1
https://www.hukumonline.com
6
N. Yurisprudensi di Nederland
Oleh mahkamah agung Belanda ( Hoge raad) berkali-kali telah diterima prinsip ini. kita
akan menyaksikan 2 putusan yang seringkali disebut yaitu dari tahun 1924 dan yang belum lama
berselang diucapkannya yaitu dari tahun 1947.
Pertama, adalah perkara " treiler Nicolas", di tahun 1924, hoge raad memutuskan perkara
stoomtreiler. Dan yan Kedua perkara solbandera, Dalam tahun 1947 hoge raad telah memberi
keputusan yang mengenyampingkan segala keragu-raguan (yang masih dimungkinkan karena
arrest tahun 1924 tadi), bahwa para pihak dapat melakukan pilihan hukum ini adalah yang
berlaku untuk kontrak-kontrak mereka.
O. Yurisprudensi di Inggris
Dalam perkara perkara yang diajukan dalam yurisprudensi Inggris kita saksikan pula
adanya penerimaan pilihan hukum oleh para pihak. Sejak perkara-perkara tua dari tahun 1760,
dan kemudian dalam perkara yang lebih recent, dari tahun 1937 di mana terkenal adalah passage
pertimbangan lord atkin dalam perkara Rex v. Internasional Trustees for protection of
Bondholders aktien gesellscaft.
P. Yurisprudensi Indonesia
Tidak banyak yurisprudensi yang diucapkan mengenai pilihan hukum di bidang HPI
Indonesia. Dalam kaartsystem " Tijdschrift Van het recht " hanya terdapat satu keputusan di
bawah judul "Rechtskeuze" yaitu Arrest dari Hooggerechtshof tahun 1935 dalam perkara Zechav.
Samuel Jones &Co (Export) Ltd.
Q. Kesimpulan
Ternyata bahwa baik praktek hukum maupun para penulis dari negara negara terbanyak
di dunia menerima baik prinsip pilihan hukum. Hanya badan peradilan dari negara Skandinavia
yang menolak pilihan hukum dalam praktek ini. Tetapi negara-negara lainnya, termasuk pula
negara-negara sosialis yang pada umumnya kurang dapat menyetujui kebebasan perseorangan
dalam bidang hukum, telah dapat menerima prinsip pilihan hukum ini.
Di Indonesia kita belum mempunyai peraturan HP secara tertulis. Untuk HATAH intern
(H.A.G.) kita melihat dari kaidah-kaidah pencerminan (spiegelregels), bahwa pembuat undang-
7
undang memang mengakui prinsip kebebasan bagi para pihak untuk memilih sendiri hukum bagi
kontrak mereka.
Kesimpulan kami adalah bahwa untuk hubungan HPI pun dikenal prinsip kebebasan
pilihan hukum oleh para pihak. dan adalah sebaiknya kiranya sebagai harapan dicantumkan disini
agar pembuat undang-undang hukum nasional dapat menegaskan prinsip kebebasan memilih
hukum dibidang hukum kontrak dalam sistem HPI Indonesia yang terkodifikasi.
8
U. Apakah Pilihan Hukum Boleh Dirubah Kemudian
Misalnya para pihak telah memilih hukum x, tetapi kemudian sebelum perkara mereka
yang akan diselesaikan dengan arbitrase para pihak telah menyetujui untuk merubah dan
memakai hukum y. Apakah ini boleh? Penulis terbanyak membenarkannya.
Bagaimana jika kemudian hukum yang telah dipilih berubah?
Menurut hemat kami jika kemudian berubah hukum yang telah dipilih, maka seluruh perubahan
ini pun termasuk dalam pilihan. karena hukum bukan sesuatu yang statis tetapi selalu hidup dan
berkembang adanya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyelesaian sengketa kontrak perdata internasional melalui pengadilan seringkali
menimbulkan ketidakpuasan bagi pihak yang dikalahkan sebab hakim dalam pengadilan harus
menentukan Lex cause (hukum yang seharusnya berlaku) terlebih dahulu dan terkadang Lex
cause nya tidak begitu familier bagi hakim atau bagi salah satu pihaknya, belum lagi ada faktor-
faktor non yuridis yang banyak mempengaruhi peradilan sehingga kondisi tersebut bisa
menghasilkan putusan yang kurang memuaskan.
Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut para pihak dapat membuat pilihan hukum
(pilihan hukumnya atau pilihan forumnya) sehingga diharapkan dapat memperoleh putusan dalam
penyelesaian sengketa yang timbul dalam kontrak perdata internasional yang memuaskan.
Pilihan hukum adalah hukum yang dipilih oleh para pihak dalam kontrak sebagai alat
untuk menginterpretasikan kontrak tersebut dan untuk menyelesaikan jika terjadi sengketa.
fungsi pilihan hukum dalam sebuah kontrak internasional antara lain menjamin kepastian
hukum dalam penyelesaian sengketa, sebagai antisipasi para pihak jika terjadi sengketa dan
diharapkan mewujudkan keadilan dalam penyelesaian sengketa dalam kontrak.
B. Saran
Demikianlah makalah yang penulis buat yang berkaitan tentang pilihan hukum. Makalah
ini pun tidak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin dicapai. Adapun
kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai penunjang pada makalah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Gautama, S. (1976). SH. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional departemen kehakiman revublik
indonesia.
Aminah, D. (n.d.). SH, Msi. Pilihan Hukum dalam Kontrak Perdata Internasional.
11