Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PILIHAN HUKUM DALAM HPI

Dosen Pengampu: IDRUS ALGHIFFARY, S.H., MH.

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Gilang Ramadhan : 1921010160

Intan Ayu Oktaviani : 1921010166

Nova Riko : 1921010195

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM (AS)

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi penyayang, kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada
kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pilihan hukum.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ilmiah tentang pilihan hukum ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Bandar Lampung, 17 April 2022

Pemakalah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................3
C. Tujuan Masalah .....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Istilah-istilah ..........................................................................................................4
B. Selalu menarik perhatian .......................................................................................4
C. Prinsip pilihan hukum sudah umum diterima ........................................................4
D. Batas-batasnya yang masih dipersoalkan ..............................................................4
E. Hubungan dengan ketertiban umum ......................................................................5
F. Hubungan dengan penyelundupan hukum..............................................................5
G. Renvoi dan pilihan hukum.......................................................................................5
H. Macam-macam pilihan hukum ..............................................................................5
I. Pro dan kontra pilihan hukum ...............................................................................6
J. Penulis penulis yang anti prinsip pilihan hukum ...................................................6
K. Alasan-alasan pro prinsip pilihan hukum ..............................................................6
L. Alasan-alasan mereka yang anti prinsip pilihan hukum .........................................6
M. Pilihan hukum dalam praktek hukum ....................................................................6
N. Yurisprudensi di Nederland ...................................................................................7
O. Yurisprudensi di inggris ........................................................................................7
P. Yurisprudensi di Indonesia ....................................................................................7
Q. Kesimpulan..............................................................................................................7
R. Pembatasan dari kebebasab memilih hukum .........................................................8
S. Perbedaan antara penciptaan dan pelaksanaan perjanjian .....................................8
T. Pertanyaan mengenai sah tidaknya suatu kontrak ................................................8
U. Apakah pilihan hukum boleh dirubah kembali ......................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai konsekuensi era globalisasi, hubungan antar masyarakat dunia menjadi terbuka
dan mudah sekali, kontrak perdata internasional merupakan salah satu hubungan hukum yang
digunakan untuk mempermudah kerjasama diantara mereka, namun terkadang kemudahan dalam
kerjasama tersebut seringkali mengalami hambatan apabila terjadi sengketa diantara mereka,
misalkan salah satu pihak tidak memenuhi janjinya (prestasinya). Apabila salah satu pihak tidak
merasa dirugikan karena perbuatan pihak lainnya yang wanprestasi dapat menuntut kepada
lembaga yang berwenang.
Penyelesaian sengketa kontrak perdata internasional melalui pengadilan seringkali
menimbulkan ketidak puasan bagi pihak yang dikalahkan sebab hakim dalam pengadilan harus
menentukan lex cause (hukum yang seharusnya berlaku) terlebih dahulu dan tekadang lex cause
yang begitu tidak familier bagi hakim atau bagi salah satu pihaknya, belum lagi ada factor-factor
non yuridis yang banyak mempengaruhi proses peradilan sehingga kondisi tersebut bisa
menghasilkan putusan yang kurang memuaskan.
Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut para pihak dapat membuat pilihan hukum
(pilihan hukumnya atau pilihan forumnya) sehingga diharapkan dapat memperoleh putusan dalam
penyelesaian sengketa yang timbul dalam kontrak perdata internasional yang memuaskan. Maka
dari itu kami para pemakalah ingin membahas materi ini dengan judul “pilihan hukum”. Dan kita
akan membahas materi ini di BAB selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pilihan hukum?
2. Apa saja macam-macam pilihan hukum?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa saja yang ada dalam pilihan hukum.
2. Untuk mengetahui macam-macam pilihan hukum.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Istilah-istilah
Pilihan hukum merupakan salah satu ajaran tersendiri di bidang teori umum HPI. Istilah-
istilah nya dalam bahasa lain adalah " rechtskeuze", " rechtswahl", "coice of law", " connecting
agreement". Istilah "Rechtskeuze" atau "Rechtswahl" atau pilihan hukum menurut hemat kami
adalah yang paling cocok menggambarkan apa yang diartikan dengan istilah itu. Para pihak
dalam suatu kontrak bebas untuk melakukan pilihan, mereka dapat memilih sendiri hukum yang
harus dipakai untuk kontrak mereka. Para pihak dapat memilih hukum tertentu mereka hanya
bebas untuk memilih ih tapi mereka tidak bebas untuk menentukan sendiri perundang-undangan.

B. Selalu menarik perhatian


pilihan hukum merupakan suatu ajaran penting karena dengan demikian kita ini
menyinggung salah satu pokok persoalan utama dari seluruh hukum perdata, yaitu arti dari pada
kehendak manusia untuk bidang hukum. jadi persoalan pilihan hukum dalam HPI
memperlihatkan unsur-unsur falsafah hukum dan disamping itu mengandung pula segi-segi teori
hukum, praktik hukum dan politik hukum. suatu masalah yang selalu menarik perhatian dan
banyak bacaan mengenai ini.

C. Prinsip Pilihan Hukum Sudah Umum Diterima


pilihan hukum sekarang sudah umum diterima boleh dikatakan masalah pilihan hukum
sekarang ini sudah diterima oleh para penulis terbanyak. yurisprudensi sudah sejak lama
menerimanya membuat suatu kontrak dapat menentukan sendiri hukum yang berlaku untuk
kontrak ini, dan pilihan ini dihormati.

D. Batas-Batasnya Yang Masih Dipersoalkan


Yang masih dipersoalkan antara pihak penulis adalah mengenai batas-batas daripada
wewenang untuk memilih hukum ini. Demikian juga the winter, bukan saja Negara-negara barat
dengan system kapitalisme liberal yang menerima pilihan hukum ini, juda dalam Negara-negara
sosialis boleh dikatakan umum diterima pilihan hukum ini.
Memang menurut hemat kami ada batas-batas tertentu untuk kelonggaran memilih
hukum ini. persoalan yang dihadapi adalah berapa jauh diperkenankan pilihan hukum ini, apakah
pintu perlu dibuka selebar-lebarnya atau secara "op eenkiertje". pada pokoknya para pihak

4
memang bebas untuk melakukan pilihan hukum yang mereka kehendaki, tetapi kebebasan ini
bukan berarti boleh sewenang-wenang. Pilihan hukum hanya boleh dilakukan sepanjang tidak
melanggar apa yang dikenal sebagai "Ketertiban umum".

E. Hubungan Dengan Ketertiban Umum


persoalan pilihan hukum mempunyai hubungan erat dengan masalah ketertiban umum
dan juga dengan lain-lain persoalan yang termasuk bidang teori teori umum HPI seperti dengan
penyelundupan hukum, renvoi, kualifikasi.
ketertiban umum merupakan suatu rem darurat yang dapat menghentikan
diperlakukannya hukum asing. juga ketertiban umum merupakan suatu rem darurat terhadap
pemakaian otonomi para pihak secara terlampau leluasa. ketertiban umum menjaga bahwa hukum
yang telah dipilih oleh para pihak adalah tidak bertentangan dengan sendi-sendi asasi dalam
hukum dan masyarakat sang hakim.

F. Hubungan Dengan Penyelundupan Hukum


Ada hubungan yang jelas antara penyelundupan hukum dan pilihan hukum. Ada
penyelundupan hukum sang individu mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah dibuat olehnya
sendiri. Pada pilihan hukum tidak diadakan pilihan antara : "mengikuti undang-undang atau
mengikuti jurusan yang telah dibuatnya sendiri". Ada pilihan hukum jalan yang ditempuh ialah
memilih diantara stelsel stelsel hukum yang berlaku bagi negara-negara bersangkutan.

G. Renvoi dan Pilihan Hukum


Jika telah dipilih suatu sistem hukum tertentu maka ini berarti bahwa yang dipilih ada
hukum intern dari negara itu. Misalnya memilih hukum internet Jerman, dan bukan HP Jerman
yang dimaksud oleh para pihak ini.

H. Macam-Macam Pilihan Hukum


Pilihan hukum dalam hukum perdata internasional, yaitu :
a. Pilihan hukum secara tegas, dimana dalam klasula kontrak tersebut terdapat pilihan
hukum yang dinyatakan secara tegas.
b. Pilihan hukum secara diam-diam, pada jenis ini para pihak memilih hukum yang berlaku
secara diam-diam.
c. Pilihan hukum yang dianggap atau yang disebut juga “presumptio iuris”, hakim
menerima telah terjadi suatu pilihan hukum berdasarkan dugaan-dugaan hukum belaka.

5
d. Pilihan hukum secara hipotesis, disini sebenarnya tidak ada satu kemauan dari para pihak
untuk memilih pilihan hukum. Hakimlah yang melakukan pilihan hukum.1

I. Pro dan Kontra Pilihan Hukum


Di antara para penulis terdapat perbedaan paham, di Jerman terkenal sebagai penulis
penulis yang pro untuk pilihan hukum : Nussbaum, Mel choir, Raape, dll. Kemudian untuk
negara-negara Anglo sexon : Dicey, wolff, dll, dan untuk Indonesia dapat dikemukakan Wirjono
prodjodikoro.

J. Penulis-Penulis Yang Anti Prinsip Pilihan Hukum


Dapat kita sebut pula sejak Brocher (1881) dan Von bar (1889) ada pertentangan
terhadap prinsip pilihan hukum ini. Berikut disini penulis penulisnya: antara lain di Perancis
adalah Pillet, Bartin dll. di Jerman adalah, Vin Bar, Zitelman,dll.

K. Alasan-Alasan Pro Prinsip Pilihan Hukum


para sarjana yang pro pilihan hukum dan mereka yang ahli pilihan hukum masing-masing
mempunyai alasan-alasan pro dan kontra nya sendiri. Berikut alasan alasan pro prinsip pilihan
hukum : Alasan bersifat falsafah, alasan bersifat praktis, alasan kepastian hukum, alasan
kebutuhan hubungan lalu lintas internasional.

L. Alasan-Alasan Mereka Yang Anti Prinsip Pilihan Hukum


Alasan alasan mereka yang anti prinsip pilihan hukum
berikut adalah alasan alasan mereka yang anti prinsip pilihan hukum : Alasan " Cirulus vituosus",
alasan hukum internasional harus pula internasional memaksa, alasan tidak adanya hubungan
dengan hukum yang dipilih, dan alasan bahwa pilihan hukum merupakan perbuatan sosial.

M. Pilihan Hukum Dalam Praktek Hukum


para penulis ternyata masih memperdebatkan apakah sebaiknya diberikan kebebasan
memilih hukum ini atau tidak. Tetapi praktek hukum sejak lama selalu menerima pilihan hukum
ini, justru disini kita lihat bahwa doktrin mengenai pilihan hukum ini dapat dilihat sebagai satu
contoh di mana teori secara keras kepala adalah sama sekali bertentangan dengan praktek secara
universal. Baik yurisprudensi mahkamah agung internasional, dan juga dari berbagai negara
memperlihatkan dengan tegas adanya kebebasan untuk melakukan pilihan hukum ini.

1
https://www.hukumonline.com

6
N. Yurisprudensi di Nederland
Oleh mahkamah agung Belanda ( Hoge raad) berkali-kali telah diterima prinsip ini. kita
akan menyaksikan 2 putusan yang seringkali disebut yaitu dari tahun 1924 dan yang belum lama
berselang diucapkannya yaitu dari tahun 1947.
Pertama, adalah perkara " treiler Nicolas", di tahun 1924, hoge raad memutuskan perkara
stoomtreiler. Dan yan Kedua perkara solbandera, Dalam tahun 1947 hoge raad telah memberi
keputusan yang mengenyampingkan segala keragu-raguan (yang masih dimungkinkan karena
arrest tahun 1924 tadi), bahwa para pihak dapat melakukan pilihan hukum ini adalah yang
berlaku untuk kontrak-kontrak mereka.

O. Yurisprudensi di Inggris
Dalam perkara perkara yang diajukan dalam yurisprudensi Inggris kita saksikan pula
adanya penerimaan pilihan hukum oleh para pihak. Sejak perkara-perkara tua dari tahun 1760,
dan kemudian dalam perkara yang lebih recent, dari tahun 1937 di mana terkenal adalah passage
pertimbangan lord atkin dalam perkara Rex v. Internasional Trustees for protection of
Bondholders aktien gesellscaft.

P. Yurisprudensi Indonesia
Tidak banyak yurisprudensi yang diucapkan mengenai pilihan hukum di bidang HPI
Indonesia. Dalam kaartsystem " Tijdschrift Van het recht " hanya terdapat satu keputusan di
bawah judul "Rechtskeuze" yaitu Arrest dari Hooggerechtshof tahun 1935 dalam perkara Zechav.
Samuel Jones &Co (Export) Ltd.

Q. Kesimpulan
Ternyata bahwa baik praktek hukum maupun para penulis dari negara negara terbanyak
di dunia menerima baik prinsip pilihan hukum. Hanya badan peradilan dari negara Skandinavia
yang menolak pilihan hukum dalam praktek ini. Tetapi negara-negara lainnya, termasuk pula
negara-negara sosialis yang pada umumnya kurang dapat menyetujui kebebasan perseorangan
dalam bidang hukum, telah dapat menerima prinsip pilihan hukum ini.
Di Indonesia kita belum mempunyai peraturan HP secara tertulis. Untuk HATAH intern
(H.A.G.) kita melihat dari kaidah-kaidah pencerminan (spiegelregels), bahwa pembuat undang-

7
undang memang mengakui prinsip kebebasan bagi para pihak untuk memilih sendiri hukum bagi
kontrak mereka.
Kesimpulan kami adalah bahwa untuk hubungan HPI pun dikenal prinsip kebebasan
pilihan hukum oleh para pihak. dan adalah sebaiknya kiranya sebagai harapan dicantumkan disini
agar pembuat undang-undang hukum nasional dapat menegaskan prinsip kebebasan memilih
hukum dibidang hukum kontrak dalam sistem HPI Indonesia yang terkodifikasi.

R. Pembatasan dari Kebebasan Memilih Hukum


kadang-kadang oleh pembuat undang-undang dibatasi sendiri kebebasan melakukan
pilihan ini. Misalnya dalam pasal 7 dari undang-undang HPI Polandia dari 2 Agustus 1926 (kini
telah dirubah undang-undang ini), telah dinyatakan sebagai berikut : pilihan hukum dibatasi pada
hukum nasional, hukum domisili, Lex loci Contractus, Lex Loci solutionis, atau Lex Rei sitate".

S. Perbedaan antara penciptaan dan pelaksanaan perjanjian


Adapun pembatasan lain, yaitu perbedaan paham terdapat apakah pilihan hukum ini dapat
mengenai terciptanya perjanjian atau hanya mengenai akibat-akibat dan pelaksanaan
dariperjanjian ini. Menurut hemat kami perlu untuk mengadakan pemisahan yang tegas antara
kaidah-kaidah yang mengenai terciptanya suatu perjanjian (sah tidaknya perjanjian) dan kaidah-
kaidah yang menganai “akibat-akibat hukum” atau “pelaksanaan” dari perjanjian ini.persoalan
mengenai sah atau tidaknya perjanjian tidak takluk pada prinsip pilihan hukum. Yang hanya dapat
dipilih adalah hukum mengenai akibat-akibat dan pelaksanaan perjanjian.

T. Pertanyaan Mengenai Sah Tidaknya Suatu Kontrak


Apakah menurut hukum sudah terjadi suatu kontrak atau belum kami anggap tidak
termasuk wewenang para pihak untuk menentukan sendiri, karena soal-soal ini dianggap bersifat
"orde publik" dan berada diluar kemampuan untuk memilih.
Persoalan lain adalah apakah boleh memilih lebih dari satu sistem hukum. Menurut
hemat kami memang boleh memiliki lebih dari satu sistem hukum.
- pembagian yang di mufakati (vereinbarte spaitung)
- pilihan hukum alternatif
- pilihan hukum selektif.

8
U. Apakah Pilihan Hukum Boleh Dirubah Kemudian
Misalnya para pihak telah memilih hukum x, tetapi kemudian sebelum perkara mereka
yang akan diselesaikan dengan arbitrase para pihak telah menyetujui untuk merubah dan
memakai hukum y. Apakah ini boleh? Penulis terbanyak membenarkannya.
Bagaimana jika kemudian hukum yang telah dipilih berubah?
Menurut hemat kami jika kemudian berubah hukum yang telah dipilih, maka seluruh perubahan
ini pun termasuk dalam pilihan. karena hukum bukan sesuatu yang statis tetapi selalu hidup dan
berkembang adanya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyelesaian sengketa kontrak perdata internasional melalui pengadilan seringkali
menimbulkan ketidakpuasan bagi pihak yang dikalahkan sebab hakim dalam pengadilan harus
menentukan Lex cause (hukum yang seharusnya berlaku) terlebih dahulu dan terkadang Lex
cause nya tidak begitu familier bagi hakim atau bagi salah satu pihaknya, belum lagi ada faktor-
faktor non yuridis yang banyak mempengaruhi peradilan sehingga kondisi tersebut bisa
menghasilkan putusan yang kurang memuaskan.
Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut para pihak dapat membuat pilihan hukum
(pilihan hukumnya atau pilihan forumnya) sehingga diharapkan dapat memperoleh putusan dalam
penyelesaian sengketa yang timbul dalam kontrak perdata internasional yang memuaskan.
Pilihan hukum adalah hukum yang dipilih oleh para pihak dalam kontrak sebagai alat
untuk menginterpretasikan kontrak tersebut dan untuk menyelesaikan jika terjadi sengketa.
fungsi pilihan hukum dalam sebuah kontrak internasional antara lain menjamin kepastian
hukum dalam penyelesaian sengketa, sebagai antisipasi para pihak jika terjadi sengketa dan
diharapkan mewujudkan keadilan dalam penyelesaian sengketa dalam kontrak.

B. Saran
Demikianlah makalah yang penulis buat yang berkaitan tentang pilihan hukum. Makalah
ini pun tidak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin dicapai. Adapun
kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai penunjang pada makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Gautama, S. (1976). SH. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional departemen kehakiman revublik
indonesia.

Rachmadsyah, s. (2010, juli selasa). SH. Pilihan Hukum, p. https://www.hukumonline.com.

Aminah, D. (n.d.). SH, Msi. Pilihan Hukum dalam Kontrak Perdata Internasional.

11

Anda mungkin juga menyukai