Anda di halaman 1dari 10

BAGAIMANA TEOLOGI PROPER BERHUBUNGAN DENGAN TEOLOGI

ANTARAGAMA?
APA PENDEKATAN DAN TANTANGAN DALAM MEMAHAMI
KEBERADAAN ALLAH DALAM BERBAGAI TRADISI KEAGAMAAN?

DISERAHKAN KEPADA Dr. Joni M. Gultom, M.Th UNTUK MEMENUHI


PERSYARATAN MATA KULIAH TEOLOGI SISTEMATIKA 1

DARI KELOMPOK 3

TIARA ELISABET DAMANIK 12020122010


EUNIKE ANGELIKA
UCIA
MESRY NABUASA
WITA LIANA MARBUN

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL


BATAM
Pendahuluan

Suatu pengetahuan yang lengkap tentang Allah ialah pengetahuan yang


berdasarkanfakta-fakta dan juga bersifat pribadi. Mengetahui fakta-fakta tentang seseorang tanpa
mengenalnya secara pribadi adalah terbatas, sebaliknya mengenal seseorang tanpamengetahui
fakta-faktanya adalah dangkal. Allah telah menyatakan banyak fakta mengenaidiri-Nya, yang
semuanya penting agar hubungan pribadi kita dengan Dia dekat, cerdas dan berguna.
Pengetahuan dari agama yang sejati harus berasal dari Allah. Karena Allah sendiriadalah
Sumber pengetahuan kita tentang Dia. Tentu saja semua kebenaran
adalahkebenaranAllah. Hanya kebenaran yang sejati berasal dari Allah. Bagi kita sekarang satu-
satunyaukuran yang tak dapat salah untuk menentukan kebenaran yang sejati adalah firman
Allahyang tertulis. Karena dalam firman Allah memberitahukan kepada kita pengetahuan
tentangAllah dan karyanya
.Dengan mengenal Allah secara pribadi melalui firman-Nya
akan membangkitkankerinduan untuk mengetahui lebih banyak lagi fakta-fakta yang lantas memp
erdalamhubungan itu dan seterusnya. Siklus ini harus menjadi pengalaman dari setiap orang
yangmempelajari teologi, yaitu pengetahuan akan Allah seyogyanya memperdalam hubungan
kitadengan Dia yang pada gilirannya menambah kerinduan kita untuk lebih mengenal
PEMBAHASAN

PENGERTIAN TEOLOGI PROPER

Teologi proper adalah studi tentang Allah dan sifat-sifat-Nya. Teologi proper berfokus
pada Allah Bapa. Paterologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yang berarti
'bapa' dan 'perkataan' -- yang digabung sehingga berarti 'studi tentang Sang Bapa'.
Teologi proper menjawab beberapa pertanyaan penting tentang Allah:

PENGERTIAN TEOLOGI AGAMA


Teologi Agama (dalam bahasa Inggris Theology of Religions, dalam bahasa
Latin Theologia Religionum) adalah cabang dari ilmu teologi yang membahas bagaimana
kekeristenan memberi respons teologis terhadap kenyataan adanya pluralitas agama di
luar dirinya. Fokus studi teologi agama adalah bagaimana umat Kristen memandang dan
menilai agama-agama lain, serta bagaimana hubungan yang positif antar-agama
dimungkinkan melalui teologi yang dikonstruksi. Salah satu pionir di dalam teologi agama
adalah teolog Inggris yang bernama Alan Race.

HUBUNGAN TEOLOGI PROPER DENGAN TEOLOGI AGAMA


Allah Bapa adalah gelar yang diberikan kepada Allah dalam agama Kristen,
terutama dalam hubungannya dengan konsep Tritunggal (Trinitas) dalam Kekristenan
arus utama. Allah Bapa merupakan pribadi pertama dalam konsep Tritunggal, diikuti oleh
Allah Putra (yakni Yesus Kristus) sebagai pribadi kedua dan Allah Roh Kudus sebagai
pribadi ketiga. Sejak abad kedua Masehi, kredo-kredo yang ada di dalam Gereja Kristen
mula-mula mencakup penegasan akan kepercayaan terhadap "Allah Bapa (Yang
Mahakuasa)", terutama dalam kapasitasnya sebagai "Bapa dan Pencipta alam semesta".
Dalam agama Kristen, konsep "Allah" sebagai Bapa Yesus Kristus secara metafisik
memiliki pengertian yang lebih mendalam daripada konsep Allah sebagai Pencipta dan
Bapa umat manusia, seperti yang ditunjukkan dalam Pengakuan Iman Rasuli, ketika
ekspresi kepercayaan pada "Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi" yang
dengan segera (tetapi tetap terpisah) diikuti oleh ekspresi "Yesus Kristus, Putra-Nya yang
tunggal, Tuhan kita". Ekspresi tersebut menunjukkan dua konsep "kebapaan", yaitu Allah
sebagai "Bapa yang Mahakuasa" dan Yesus Kristus sebagai "Tuhan".
TEOLOGI PROPER DALAM BERBAGAI TRADISI KEAGAAMAN

Allah Bapa dalam agama-agama politeistik

Dalam jumlah agama politeistik, satu atau bertambah tuhan dianggap sebagai pemimpin
dan bapa dari semua tuhan lainnyanya, atau dari seluruh umat manusia. Dibandingkan
dengan agama-agama monoteis, Allah Bapa dalam politeisme bertambah dihubungkan
dengan sifat-sifat yang tidak sewenang-wenang dan buruk seperti seorang ayah.
Misalnya, dalam agama Yunani Kuno, Zeus adalah Bapa yang tertinggi, yang memiliki
sejumlah sifat kebapaan, namun pada saat yang sama dia memiliki jumlah hubungan di
luar nikah dan memiliki temperamen yang buruk.

Allah Bapa dalam monoteisme

Dalam dua dari tiga wujud utama dari monoteisme, Yudaisme dan Kekristenan, Allah
disebut Bapa beberapa sebab Dia dianggap secara aktif memiliki perhatian dalam urusan
manusia, dalam prosedur yang sama seorang ayah menaruh minat terhadap anak-
anaknya. Jadi, jumlah pemeluk monoteis yang percaya bahwa mereka bisa mengadakan
komunikasi dengan-Nya melalui doa, tidak sewenang-wenang bagi memuji-Nya ataupun
memengaruhi tindakan-Nya. Mereka mengharapkan bahwa sebagai Bapa, Dia akan
menjawab kepada umat manusia, anak-anak-Nya, bertindak demi kepentingan mereka,
bahkan menghukum orang-orang yang berperilaku buruk, seperti seorang ayah yang
menghukum anak-anaknya, dan memulihkan mereka yang percaya akan kasih-Nya.

"Jika kamu wajib menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak.
Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu
lepas sama sekali dari ganjaran, yang wajib diderita setiap orang, karenanya kamu
bukanlah anak, tetapi anak-anak mudah." (Ibrani 12:8).
Pemikiran Allah Bapa di dalam agama Islam

Islam tidak memandang Allah dalam peran seperti itu. Atribusi seperti itu tidak diterima
oleh Al Qur'an. "Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-
anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Karenanya mengapa Allah menyiksa
kamu sebab dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya),
tetapi kamu adalah manusia (biasa) di selang orang-orang yang diciptakan-Nya." (Surah
5:18)Tentu saja jelas, bahwa Allah Islam berlainan dengan Allah Kristen

Di dalam Al Quran surah Al-Qasas, 28:88, dinyatakan bahawa "Janganlah kamu sembah
di samping (menyembah) Allah, tuhan apa pun. Tidak mempunyai Tuhan melainkan Dia
(Allah). Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan
hanya kepadaNyalah kamu dikembalikan"

Pemikiran "monoteisme" di dalam nasihat agama Islam ialah Tuhan yang bertambah
dikenali dengan nama Allah adalah tunggal dan tidak boleh dikaitkan dengan istilah
seperti Allah Bapa, Allah Putera atau Ruhul Kudus. Di dalam Islam, Ruhul Kudus merujuk
kepada malaikat Jibril dan bukan merujuk kepada pemikiran Tritunggal. Bagi mengetahui
kepercayaan orang Islam kepada Allah, lihat Tauhid.

Dan, penggunaan frasa campuran Arab-Indonesia "Allah Bapa" atau "Allah Putera" tidak
diterima dalam Islam. Dua frasa itu dalam bahasa Indonesia adalah "Tuhan Bapa" dan
"Tuhan Putera". Kata Tuhan dalam bahasa Arab yang bertambah tepat adalah
Ilah,sehingga kedua farase tersebut dalam frasa campuran Arab-Indonesianya, adalah
"Ilah Bapa" dan "Ilah Putera", sebab Allah bukanlah nama jenis tetapi nama diri,
sedangkan nama jenisnya adalah Ilah (ihat kembali uraian di muka). Dalam Bahasa Jawa
dan Sunda, frasa yang sepadan dengan pengertian yang persis adalah "Gusti Allah"
dengan lidah lokal pengucapannya dibentuk menjadi "Gustialah" dengan kata Gusti yang
bermakna Tuhan. Jika dalam Kekristenan dipergunakan pengertian yang demikian yakni
"Tuhan Bapa" atau "Ilah Bapa" bukannya "Allah Bapa", karenanya pengertian Tuhan yang
merujuk pada Allah akan sama dengan pengertian dalam kepercayaan Yahudi dan Islam,
walau dalam sifat-sifat yang sedikit berlainan.

Allah Bapa bagi umat Israel

Dalam agama monoteistik Israel, Allah disebut "Bapa" dengan pemahaman yang unik.
Allah dianggap sebagai "Bapa" sebab Dia menciptakan dunia. Dia pun bertindak seperti
seorang Patriarkh yang memberikan hukum, dan melalui suatu akad Dia memelihara
suatu hubungan khusus bagaikan ayah-anak dengan manusia. Dia memberikan
mereka Sabat, mempercayakan kata-kata-Nya, dan warisan-Nya yang unik dalam hal-hal
yang bersesuaian dengan Allah, dan menyebut Israel sebagai "anak-Nya yang sulung".
Allah yang dipahami umat Yahudi juga diatribusikan peranan Pelindung yang dimiliki
seorang ayah. Dia disebut Bapa dari mereka yang miskin, dari kaum yatim dan para
janda, Pelindung dan Penjamin keadilan. Dia juga disebut Bapa dari para raja, Guru, dan
Penolong bagi hakim umat Israel.
KONSEP TEOLOGI PROPER KEBANGKITAN TUHAN YESUS
ADALAH DASAR AGAMA KRISTEN
Dari semua agama, hanya agama Kristen yang menuntut agar setiap orang
menerima ajaran-Nya, sebab Kristus, "Pendiri" agama itu, dibangkitkan dari antara
orang-orang mati. Tidak ada pendiri lain yang dibangkitkan dari antara orang mati.
Dijelaskan dalam 1Korintus 15:1-58 bahwa agama Kristen itu mutlak bergantung pada
kebangkitan Tuhan Yesus. Kalau Tuhan Yesus tidak bangkit dari antara orang mati,
maka sia-sialah agama Kristen, tetapi sebab Ia sudah bangkit maka benarlah agama
itu. Rasul Paulus berkata, "Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
pemberitaan kami, dan sia-sialah kepercayaan kamu" ( 1Korintus 15:14). "Dan jika
Kristus tidak dibangkitkan, maka... kamu masih hidup dalam dosamu" ( 1Korintus
15:17). "Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus" (1Korintus
15:18). "Tetapi sesungguhnya Kristus sudah dibangkitkan dari antara orang mati"
( 1Korintus 15:20). Kalau kebangkitan Tuhan Yesus dicabut dari Injil, maka Injil itu sia-
sia belaka. Kebangkitan Tuhan Yesus adalah inti Injil. Rasul-rasul mengutamakan hal
kebangkitan itu dan senantiasa memberitakannya, hal ini menunjukkan pentingnya asas
pengajaran tentang kebangkitan itu ( Kisah 2:24,32; 3:15; 4:10; 5:30; 10:40; 13:30,34;
17:31; 1Korintus 15:1-58; Filipi 3:21; 1Petrus
1:21,23).
Jemaat Kristus dibentuk atas kepercayaan kepada kebangkitan Kristus ( Kisah
4:33). Pada waktu itu orang-orang yang percaya serta menyaksikan kebenaran ini
menderita banyak aniaya.
Walaupun demikian, pada waktu jemaat Kristus mulai berdiri, tidak ada orang
yang dapat membuktikan bahwa Tuhan Yesus tidak bangkit, meskipun bukti-bukti
itu dicari. Sebetulnya kehormatan Tuhan Yesus ditegakkan atas kebangkitan-Nya.
Sesudah bangkit Tuhan Yesus tinggal empat puluh hari lamanya di atas bumi ini,
supaya kebangkitan-Nya dibuktikan oleh banyak orang dan tak dapat ditolak lagi.
Tuhan Yesus telah membuktikan kebenaran perkataan- Nya dalam hal Ia bangkit
dari antara orang-orang mati ( Matius 12:39,40; Yohanes 2:20-22). Orang-orang
Kristen mengaku bahwa kebangkitan Kristus adalah dasar agama Kristen; musuh
agama Kristen juga mengakui hal itu dan mereka mencoba hendak meniadakan
kebangkitan itu. Musuh menolak segala bukti; sedangkan orang Kristen juga
mengakui bahwa kalau Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, agama
Kristen sia-sia belaka. Paulus telah menerangkan bahwa kalau Kristus tidak
dibangkitkan, maka perubahan hati orang Kristen hanya dibuat-buat saja, dan
pengikut-pengikut Kristus telah ditipu. Kalau Tuhan Yesus tidak dibangkitkan maka
perbuatan-perbuatan-Nya yang suci dan mulia di dunia ini hanya beralaskan suatu
dusta. Kita tahu bahwa hal itu mustahil, dan kita sudah mendapat banyak bukti
bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit. Kebangkitan Kristus disebutkan lebih dari
seratus kali dalam Alkitab.
1. . Th. Sumartana. 2007. "Theologia Religionum". Di dalam Meretas Jalan
Teologi Agama-Agama di Indonesia. Tim Balitbang PGI (Eds.). Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
2. Gilles Emery (2011). The Trinity: An Introduction to Catholic Doctrine on the
Triune God. Catholic University of America Press. ISBN 978-0-8132-1864-9.
3. Diktat sistematika kristologi dan trinitas

Anda mungkin juga menyukai