Anda di halaman 1dari 23

BUKU AJAR SEJARAH

PERKEMBANGAN PENJAJAHAN BANGSA EROPA KE INDONESIA

Shinta Ayu Lestari


KATA PENGANTAR

Sejarah adalah kunci untuk memahami identitas dan perjalanan sebuah


bangsa. Melalui pengamatan terhadap peristiwa masa lalu, kita dapat
merenungkan bagaimana peradaban dan masyarakat berkembang, mengalami
tantangan, dan mencapai pencapaian-pencapaian penting. Dalam buku ajar ini,
terdapat perjalanan melintasi waktu dan ruang untuk memahami salah satu babak
sejarah yang paling menarik dan penting dalam sejarah Indonesia, yaitu
"Perkembangan Penjajahan Bangsa Eropa di Indonesia."
Buku ini dirancang khusus untuk para pelajar supaya memahami akar
sejarah Indonesia dan peran yang dimainkan oleh bangsa Eropa seperti Portugis,
Spanyol, Belanda, dan Inggris dalam proses penjajahan di wilayah ini.
Buku ini akan membahas perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan,
dampak sosial dan ekonomi dari perdagangan rempah-rempah, serta bagaimana
perjuangan bangsa Indonesia membentuk identitas nasional yang kuat.
Kami berharap buku ini dapat menjadi panduan yang berguna dan inspiratif
dalam memahami perjalanan sejarah Indonesia yang kaya dan kompleks. Kami
ingin berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pembuatan
buku ini
PRAKATA

Buku ajar ini secara khusus disusun untuk memberikan pemahaman yang
mendalam tentang "Perkembangan Penjajahan Bangsa Eropa di Indonesia." Buku
ini merupakan upaya kami untuk menjelajahi masa lalu yang kaya dan kompleks
yang telah membentuk identitas dan perjalanan sejarah Indonesia.
Pada buku ajar ini akan disajikan tentang bagaimana bangsa Eropa, seperti
Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris, memasuki dan memengaruhi wilayah
Indonesia. Kami akan merinci peristiwa-peristiwa penting, tokoh-tokoh
bersejarah, serta dampak sosial dan ekonomi dari penjajahan Eropa di wilayah ini.
Buku ajar ini tidak hanya berfokus pada penyampaian materi sejarah yang
komprehensif. Kami juga ingin menciptakan pengalaman belajar yang berharga.
Oleh karena itu, pada akhir buku ini, akan diajak untuk melakukan evaluasi
menggunakan metode kuantitatif eksperimen dengan perlakuan "Pemanfaatan
media audio visual dalam pembelajaran sejarah." Hal ini bertujuan untuk
memahami sejauh mana pemanfaatan media audio visual dapat meningkatkan
pemahaman dan retensi materi sejarah.
DAFTAR ISI

BAB I PROSES MASUK DAN PERKEMBANGAN PENJAJAHAN BANGSA


EROPA (PORTUGIS, SPANYOL, BELANDA, INGGRIS) KE INDONESIA. .1
A. Tujuan Pembelajaran........................................................................................1
B. Jumlah Pertemuan.............................................................................................1
C. Uraian Materi....................................................................................................1
BAB II PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PENJAJAHAN
BANGSA EROPA (PORTUGIS, SPANYOL, BELANDA, INGGRIS) SAMPAI
DENGAN ABAD KE-20.......................................................................................7
A. Tujuan Pembelajaran........................................................................................7
B. Jumlah Pertemuan.............................................................................................7
C. Uraian Materi....................................................................................................7
EVALUASI.........................................................................................................12
BAB I
PROSES MASUK DAN PERKEMBANGAN PENJAJAHAN BANGSA
EROPA (PORTUGIS, SPANYOL, BELANDA, INGGRIS) KE INDONESIA

A. Tujuan Pembelajaran
Menganalisis proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Eropa
(Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) ke Indonesia

B. Jumlah Pertemuan : 4 Pertemuan (4 minggu)

C. Uraian Materi
Proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Eropa di Indonesia
adalah sebuah periode yang panjang dan kompleks dalam sejarah Indonesia.
Penjajahan tersebut dimulai pada abad ke-16 dan berlanjut hingga abad ke-20.
Berikut adalah ringkasan tentang bagaimana bangsa Eropa, termasuk Portugis,
Spanyol, Belanda, dan Inggris, masuk dan berkembang di Indonesia:
1. Portugis
Pada tahun 1511, Portugis di bawah pimpinan Afonso de Albuquerque
menduduki kota Malaka (sekarang Melaka, Malaysia). Malaka adalah pos
strategis dalam jalur perdagangan rempah-rempah Asia. Portugis kemudian
mendirikan benteng-benteng di beberapa pulau di Indonesia timur, seperti
Ternate dan Tidore, yang terkenal dengan produksi cengkih dan pala.
Walaupun Portugis memiliki keberhasilan awal dalam perdagangan rempah-
rempah, mereka kemudian terpinggirkan oleh kompetitor seperti Spanyol
dan Belanda.
Tahun 1511 menjadi momen bersejarah dalam sejarah penjelajahan
dan penjajahan bangsa Eropa di Asia. Pada tahun tersebut, Portugis di
bawah pimpinan yang ulung, Afonso de Albuquerque, berhasil menduduki
kota Malaka, yang sekarang dikenal sebagai Melaka, Malaysia.
Keberhasilan mereka dalam menaklukkan Malaka adalah pencapaian

1
strategis yang luar biasa. Malaka adalah pos perdagangan yang sangat
penting dalam jalur perdagangan rempah-rempah Asia, dan keberhasilan
Portugis dalam merebutnya memberikan mereka kendali atas perdagangan
rempah-rempah yang sangat menguntungkan.
Setelah menduduki Malaka, Portugis menjadikannya sebagai basis
perdagangan utama mereka di wilayah tersebut. Mereka memperkuat dan
memperluas kota dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan untuk
melindungi kepentingan perdagangan mereka. Selain itu, Portugis juga
berusaha memperluas pengaruh mereka ke wilayah-wilayah sekitarnya,
termasuk di Indonesia timur.
Salah satu langkah penting yang diambil oleh Portugis adalah
mendirikan pos-pos perdagangan di beberapa pulau di Indonesia timur,
seperti Ternate dan Tidore. Pulau-pulau ini terkenal dengan produksi
cengkih dan pala, dua rempah-rempah yang sangat berharga pada waktu itu.
Dengan mendirikan pos perdagangan di pulau-pulau ini, Portugis dapat
mengontrol produksi dan distribusi cengkih dan pala, yang menjadi sumber
pendapatan besar bagi mereka.
Meskipun Portugis memiliki keberhasilan awal dalam perdagangan
rempah-rempah di wilayah ini, mereka kemudian menghadapi persaingan
sengit dari kompetitor seperti Spanyol dan Belanda. Spanyol, misalnya,
mendirikan koloni di Filipina dan mulai memasuki perdagangan rempah-
rempah. Belanda, di sisi lain, membentuk Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Bersatu, yang menjadi
pesaing kuat dalam perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
Akibat persaingan ini dan faktor-faktor lainnya, pengaruh Portugis di
wilayah ini mulai merosot. Benteng-benteng mereka di Malaka akhirnya
jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1641. Meskipun demikian, peran
Portugis dalam membuka jalur perdagangan rempah-rempah ke Asia tetap
menjadi bagian penting dari sejarah perdagangan global dan pertukaran
budaya antara Timur dan Barat.

2
2. Spanyol
Spanyol mendukung ekspedisi Fernando Magellan yang mencapai
Indonesia pada tahun 1521. Namun, ekspedisi tersebut tidak membawa
dampak besar dalam penjajahan Spanyol di Indonesia. Spanyol lebih fokus
di wilayah-wilayah Amerika dan Filipina daripada Indonesia.
Spanyol, seperti Portugis, juga memiliki peran dalam sejarah
penjajahan Eropa di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada
tahun 1521, Spanyol mendukung ekspedisi yang dipimpin oleh Fernando
Magellan, yang mencapai wilayah-wilayah yang sekarang merupakan
bagian dari Indonesia. Namun, penting untuk dicatat bahwa ekspedisi
Magellan lebih terfokus pada eksplorasi daripada penjajahan yang
berkelanjutan di wilayah ini.
Ekspedisi Magellan mencapai Pulau Ternate, yang terkenal dengan
produksi pala, pada tahun 1521. Ekspedisi ini memiliki tujuan untuk
mencari rute ke Barat menuju Kepulauan Maluku, yang merupakan sumber
pala yang sangat bernilai pada masa itu. Namun, upaya ini tidak membawa
dampak besar dalam penjajahan Spanyol di Indonesia.
Spanyol lebih fokus pada wilayah-wilayah lain di dunia. Mereka
mendirikan koloni besar di Amerika, terutama di wilayah Meksiko dan
Peru, di mana mereka mengeksploitasi kekayaan alam dan sumber daya
manusia yang ada di sana. Selain itu, Spanyol juga mendirikan koloni di
Filipina pada pertengahan abad ke-16, yang kemudian menjadi basis penting
dalam perdagangan dan pengaruh Spanyol di Asia.
Akibat fokus utama Spanyol pada wilayah-wilayah lain, Indonesia
tidak menjadi fokus utama penjajahan mereka. Sebagai hasilnya, penjajahan
Spanyol di Indonesia tidak berkembang seperti yang dilakukan oleh bangsa
Eropa lainnya seperti Portugis, Belanda, dan Inggris. Meskipun begitu,
ekspedisi Magellan tetap menjadi salah satu babak penting dalam sejarah
eksplorasi global dan hubungan antara Eropa dan Asia Tenggara pada masa
itu.

3
3. Belanda
Pada abad ke-17, Belanda, melalui Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC), atau Perusahaan Hindia Timur Bersatu, mulai aktif
dalam perdagangan rempah-rempah di Indonesia. VOC mendirikan basis di
beberapa kota penting seperti Batavia (sekarang Jakarta), Semarang, dan
Makassar. Mereka juga mendirikan benteng-benteng untuk mengamankan
perdagangan mereka. Pada tahun 1619, VOC merebut Batavia dari
pemerintahan Portugis dan menjadikannya sebagai ibu kota mereka di
Hindia Timur.
Abad ke-17 menjadi periode penting dalam sejarah penjajahan
Belanda di Indonesia, yang dipimpin oleh Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC), atau Perusahaan Hindia Timur Bersatu. Pada awal abad
ke-17, Belanda memasuki arena perdagangan rempah-rempah di Indonesia
dengan berbagai tujuan. Salah satu perusahaan dagang Belanda yang paling
terkenal, VOC, didirikan pada tahun 1602. VOC memperoleh monopoli atas
perdagangan rempah-rempah di wilayah Hindia Timur, yang mencakup
Indonesia.
VOC mendirikan basis-basis perdagangan dan benteng-benteng
strategis di seluruh kepulauan Indonesia. Beberapa kota penting yang
menjadi pusat perdagangan Belanda termasuk Batavia (sekarang Jakarta),
Semarang, dan Makassar. Kota-kota ini menjadi pusat-pusat perdagangan
rempah-rempah, dan VOC mengumpulkan rempah-rempah dari seluruh
kepulauan untuk diekspor ke Eropa.
Pada tahun 1619, VOC merebut Batavia dari pemerintahan Portugis.
Batavia kemudian diubah menjadi pusat pemerintahan VOC di Hindia
Timur dan menjadi ibu kota VOC. Kota ini diberi nama Batavia, dan
sekarang dikenal sebagai Jakarta, ibu kota Indonesia.
Selama abad ke-17, VOC dan pemerintahan Belanda secara luas
mengendalikan perdagangan rempah-rempah dan sumber daya alam di
Indonesia. Mereka menggunakan kekuatan militer untuk mengamankan
kepentingan perdagangan mereka dan membangun sistem administrasi

4
kolonial yang efisien. Selain rempah-rempah, Belanda juga mengendalikan
perdagangan lainnya seperti kopi, gula, dan tekstil.
Penjajahan Belanda di Indonesia tidak hanya memengaruhi ekonomi,
tetapi juga budaya dan masyarakatnya. Belanda memperkenalkan sistem
politik dan hukum Eropa, serta agama Kristen, yang memengaruhi budaya
dan kehidupan sosial di Indonesia. Penjajahan ini juga menyebabkan
perlawanan lokal, termasuk pemberontakan yang terkenal seperti
Pemberontakan Banten dan Pemberontakan Jawa.
Penjajahan Belanda berlanjut hingga abad ke-20, ketika perjuangan
kemerdekaan Indonesia mencapai puncaknya. Setelah Perang Dunia II, pada
tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari Belanda,
yang diikuti oleh perang kemerdekaan yang berakhir pada tahun 1949
dengan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda.
4. Inggris
Inggris juga tertarik dalam perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
Selama abad ke-17 dan ke-18, Inggris mencoba merebut beberapa wilayah
di Indonesia dari Belanda. Salah satu upaya terkenal adalah penaklukan
Pulau Jawa oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada awal abad ke-19.
Namun, Jawa kembali ke tangan Belanda setelah Perang Napoleon.
Peran Inggris dalam sejarah penjajahan di Indonesia adalah salah satu
aspek penting dalam dinamika kolonial abad ke-17 hingga abad ke-19.
Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang upaya Inggris untuk merebut
sebagian wilayah Indonesia dari Belanda:
Selama abad ke-17 dan ke-18, Inggris memiliki minat yang kuat
dalam perdagangan rempah-rempah di Indonesia, yang pada saat itu
merupakan sumber daya yang sangat berharga. Perusahaan-perusahaan
Inggris mendirikan pos-pos perdagangan di berbagai wilayah di Indonesia
dengan tujuan mengambil bagian dalam perdagangan rempah-rempah yang
menguntungkan.
Salah satu upaya terkenal Inggris adalah penaklukan Pulau Jawa. Pada
awal abad ke-19, Sir Thomas Stamford Raffles, seorang administrator

5
Inggris, memimpin penaklukan ini. Pada tahun 1811, pasukan Inggris
berhasil merebut Jawa dari pemerintahan Belanda selama masa Perang
Napoleon.
Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa, Raffles mencoba
mengimplementasikan reformasi sosial dan politik. Dia menghapus praktik
monopoli yang ada dan mencoba memperkenalkan sistem pemerintahan
yang lebih efisien. Salah satu pencapaian terkenal Raffles adalah
pembukaan museum dan pelestarian situs-situs bersejarah di Jawa, yang
masih ada hingga saat ini.
Namun, pengaruh Inggris di Jawa tidak berlangsung lama. Setelah
kekalahan Napoleon pada tahun 1815, perjanjian internasional memulihkan
kekuasaan Belanda atas Jawa dan wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Pada
tahun 1816, Pulau Jawa kembali ke tangan Belanda.
Meskipun upaya Inggris merebut Jawa tidak berlangsung lama, peran
mereka dalam sejarah Indonesia tetap signifikan. Pengaruh Inggris
membawa perubahan dalam administrasi dan budaya di wilayah yang
mereka kuasai, meskipun hanya untuk sementara waktu. Ini juga merupakan
salah satu contoh dari perjuangan kekuatan Eropa untuk mengendalikan
perdagangan rempah-rempah yang berharga di Indonesia, yang pada
akhirnya akan membawa Indonesia menuju perjuangan kemerdekaan yang
panjang.

6
BAB II
PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PENJAJAHAN
BANGSA EROPA (PORTUGIS, SPANYOL, BELANDA, INGGRIS)
SAMPAI DENGAN ABAD KE-20

A. Tujuan Pembelajaran
Menganalisis berbagai perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan
bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) sampai dengan abad ke-
20

B. Jumlah Pertemuan : 4 Pertemuan (4 minggu)

C. Uraian Materi
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Eropa, seperti Portugis,
Spanyol, Belanda, dan Inggris, berlangsung selama berabad-abad. Ini adalah
perjuangan yang melibatkan berbagai bentuk perlawanan, termasuk perlawanan
bersenjata, perlawanan diplomatik, dan perlawanan budaya.
1. Perlawanan Terhadap Portugis dan Spanyol
a. Perlawanan Malaka
Setelah Portugis berhasil merebut Malaka pada tahun 1511,
bangsa Melayu dan penduduk setempat tidak menerima penjajahan
mereka dengan tangan terbuka. Malaka memiliki posisi strategis
dalam jalur perdagangan rempah-rempah, dan penduduk setempat
merasa terancam oleh tindakan penjajah Portugis yang sering kali
sewenang-wenang. Masyarakat setempat dan pemimpin lokal, seperti
Tun Mutahir, melancarkan perlawanan bersenjata terhadap Portugis
dalam upaya untuk merebut kembali kota Malaka. Namun,
perlawanan mereka tidak berhasil mengusir Portugis, dan Malaka
tetap di bawah kendali Portugis selama beberapa dekade.
b. Perlawanan Ternate-Tidore

7
Di Kepulauan Maluku, terutama di pulau-pulau seperti Ternate
dan Tidore, terdapat produksi cengkih dan pala yang sangat bernilai.
Portugis dan kemudian Spanyol mencoba menguasai monopoli atas
rempah-rempah ini dengan cara mendirikan benteng-benteng dan
stasiun-stasiun perdagangan. Namun, bangsa Indonesia yang tinggal
di wilayah-wilayah ini melakukan perlawanan terhadap upaya-upaya
penjajahan ini. Mereka melakukan serangan-serangan terhadap
benteng-benteng penjajah, mengganggu perdagangan mereka, dan
melancarkan perlawanan bersenjata di beberapa titik. Perlawanan ini
terus berlanjut selama beberapa dekade dan menjadi bagian dari
sejarah perjuangan melawan penjajahan Eropa di wilayah Maluku.
c. Perlawanan di Lain-Lain Wilayah
Selain Malaka dan Maluku, ada juga perlawanan-perlawanan
lokal terhadap penjajah Portugis dan Spanyol di berbagai bagian
Indonesia. Misalnya, di Pulau Flores, bangsa lokal melakukan
perlawanan terhadap upaya penjajahan Portugis. Begitu juga di
wilayah-wilayah seperti Timor, Sumba, dan lainnya, di mana
penduduk setempat melawan upaya-upaya penjajahan yang
mengancam kehidupan dan budaya mereka.
d. Perlawanan dalam Perkembangan Selanjutnya
Meskipun penjajahan Portugis dan Spanyol tidak berlangsung
lama di Indonesia, perlawanan terhadap penjajahan Eropa tetap
menjadi bagian penting dalam kesadaran nasional Indonesia.
Perjuangan melawan penjajahan Eropa di abad ke-16 menjadi salah
satu asal-usul perlawanan yang akan berkembang lebih jauh dalam
sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia pada abad ke-20.
Perlawanan terhadap penjajahan Portugis dan Spanyol di Indonesia
merupakan contoh awal dari semangat perjuangan dan keinginan untuk
mempertahankan kedaulatan dan budaya lokal. Meskipun banyak
perlawanan ini tidak berhasil mengusir penjajah sepenuhnya, mereka
membuktikan bahwa bangsa Indonesia tidak akan diam saja dihadapkan

8
pada penjajahan asing. Perjuangan ini menjadi inspirasi bagi generasi
selanjutnya yang akhirnya berhasil meraih kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1945.
2. Perlawanan Terhadap Belanda
a. Pemberontakan Banten (1659-1667)
Pemberontakan besar melawan VOC terjadi di Banten, yang dipimpin
oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Pemberontakan ini berusaha untuk
mengusir Belanda dari wilayah Banten.
b. Pemberontakan Jawa (1825-1830)
Pemberontakan Diponegoro adalah salah satu pemberontakan terbesar
melawan Belanda di Jawa. Diponegoro, seorang pemimpin Jawa,
memimpin perlawanan terhadap kolonial Belanda, yang mencoba
menguasai Jawa.
c. Perlawanan di Minahasa (1810-1811)
Wilayah Minahasa di Sulawesi Utara adalah salah satu wilayah yang
memberontak melawan Belanda. Penduduk setempat, yang sebagian
besar adalah Kristen, memberontak melawan penjajahan Belanda yang
mencoba memaksakan monopoli perdagangan.
d. Perlawanan di Aceh (1873-1942)
Perlawanan di Aceh adalah salah satu perlawanan yang paling lama
dan sengit terhadap penjajahan Belanda. Konflik ini terutama
berkaitan dengan upaya Belanda untuk menguasai wilayah-wilayah
Aceh yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak. Perang
Aceh berlangsung selama beberapa dekade dengan konflik yang
berkecamuk di berbagai wilayah Aceh.
e. Perlawanan di Bali (1906-1908)
Perlawanan Bali terhadap upaya Belanda untuk menguasai pulau ini
adalah contoh lain dari perlawanan lokal terhadap penjajah.
Perlawanan ini melibatkan berbagai kelompok masyarakat Bali,
termasuk bangsawan dan rakyat jelata, yang bersatu melawan
Belanda. Perlawanan berakhir dengan penandatanganan Perjanjian

9
Badung pada tahun 1908, yang memberi beberapa otonomi kepada
Bali.
f. Perlawanan di Kalimantan Barat (1859-1905)
Bangsa Dayak di Kalimantan Barat melancarkan perlawanan terhadap
Belanda yang mencoba menguasai wilayah mereka. Perlawanan ini
dipimpin oleh pemimpin Dayak seperti Rentap dan Mat Salleh.
g. Perlawanan di Papua (1960-1962)
Setelah Belanda meninggalkan wilayah Papua pada tahun 1962,
Indonesia mengambil alih kendali, tetapi perlawanan oleh gerakan
kemerdekaan Papua terus berlanjut. Perjuangan ini mengarah pada
referendum pada tahun 1969 yang menentukan bahwa Papua akan
menjadi bagian dari Indonesia.
h. Perlawanan Menuju Kemerdekaan (1945-1949)
Setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II, Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945. Ini memicu
perang kemerdekaan yang berlangsung hingga Belanda mengakui
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949. Perjuangan ini melibatkan
berbagai kelompok perlawanan, termasuk Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan rakyat bersenjata.
Perlawanan-perlawanan ini mencerminkan tekad bangsa Indonesia
untuk mempertahankan kedaulatan dan martabat mereka dari penjajahan
Belanda. Meskipun banyak perlawanan ini berhasil menghambat kemajuan
penjajah, mereka juga menunjukkan semangat perjuangan yang
mempersatukan bangsa Indonesia dalam perjuangan untuk meraih
kemerdekaan. Puncak dari perjuangan tersebut adalah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, yang menandai
akhir dari lebih dari tiga abad penjajahan Eropa.
3. Perlawanan Terhadap Inggris
Perlawanan terhadap penjajahan Inggris di Jawa adalah salah satu
babak penting dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan asing di
Indonesia. Meskipun Inggris berhasil merebut Jawa dari Belanda selama

10
beberapa tahun selama Perang Napoleon, perlawanan lokal terhadap
pendudukan Inggris tetap ada.
Setelah Inggris merebut Jawa dari Belanda pada tahun 1811 selama
Perang Napoleon, mereka mencoba mengendalikan wilayah ini.
Pemerintahan Inggris di Jawa dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles,
yang mencoba mengimplementasikan beberapa reformasi yang
menguntungkan. Salah satu reformasi yang terkenal adalah pembukaan
museum dan pelestarian situs-situs bersejarah, yang masih ada hingga saat
ini.
Namun, banyak penduduk Jawa merasa bahwa kehadiran Inggris
masih merupakan bentuk penjajahan yang tidak diinginkan. Selama
pendudukan Inggris di Jawa, terjadi berbagai perlawanan lokal terhadap
pendudukan ini. Perlawanan ini melibatkan berbagai kelompok masyarakat,
termasuk para bangsawan, petani, dan tokoh-tokoh agama.
Salah satu perlawanan terbesar selama pendudukan Inggris adalah
Pemberontakan Diponegoro. Diponegoro, seorang pemimpin Jawa,
memimpin perlawanan bersenjata melawan penjajahan Inggris dan
pemerintahan kolonial mereka. Pemberontakan ini dimulai pada tahun 1825
dan berlangsung selama lima tahun. Diponegoro dan para pengikutnya
melakukan serangan-serangan terhadap pasukan Inggris dan benteng-
benteng mereka.
Meskipun Inggris memiliki kendali militer yang kuat, perlawanan
Diponegoro membuat mereka kesulitan untuk mengendalikan Jawa secara
efektif. Selain perlawanan bersenjata, perlawanan melalui taktik gerilya juga
diterapkan oleh Diponegoro dan pengikutnya.
Akhirnya, pada tahun 1830, perlawanan Diponegoro berakhir dengan
penangkapan Diponegoro oleh pasukan Inggris. Dia diasingkan ke Makassar
dan kemudian ke Manado, sebelum akhirnya meninggal di Sumedang, Jawa
Barat.
Pemberontakan Diponegoro dan perlawanan lainnya selama
pendudukan Inggris di Jawa menunjukkan ketidakpuasan penduduk

11
setempat terhadap penjajahan asing. Meskipun Inggris akhirnya
menyerahkan Jawa kembali kepada Belanda setelah Perang Napoleon
berakhir, perlawanan ini menjadi salah satu bagian penting dalam kesadaran
nasional Indonesia dan semangat perjuangan yang akan membawa
Indonesia menuju kemerdekaan pada tahun 1945.

EVALUASI
1. Pendekatan Evaluasi : Kuantitatif
2. Jenis Evaluasi : Eksperimen
3. Desain : pretest-posttest control group design
4. Perlakuan : Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran sejarah
5. Populasi : Seluruh siswa yang berjumlah 190 siswa
6. Sampel
a. Kelas eksperimen dengan jumlah 30 siswa, dengan media audio visual
b. Kelas kontrol dengan jumlah 30 siswa, dengan konvensional/ceramah

Pilihlah salah satu jawaban yang benar


1. Siapa yang memimpin perlawanan besar terhadap VOC di Banten pada abad
ke-17?
a) Diponegoro
b) Sultan Ageng Tirtayasa
c) Sir Thomas Stamford Raffles
d) Sultan Hasanuddin
e) Sultan Hamengkubuwono I

2. Di mana perlawanan terhadap penjajahan Portugis terjadi pada tahun 1511?


a) Ternate
b) Tidore
c) Malaka
d) Minahasa
e) Bali

12
3. Perang Aceh, salah satu perlawanan terpanjang terhadap penjajahan
Belanda, terkait dengan pengendalian apa yang sangat diincar oleh Belanda?
a) Cengkih
b) Pala
c) Emas
d) Minyak
e) Karet

4. Pemberontakan Diponegoro adalah salah satu pemberontakan terbesar


melawan penjajahan Belanda di mana?
a) Jawa
b) Sumatera
c) Sulawesi
d) Kalimantan
e) Bali

5. Perjanjian Badung pada tahun 1908 terkait dengan perlawanan di mana?


a) Jawa
b) Bali
c) Sumatera
d) Kalimantan
e) Maluku

6. Perlawanan terhadap pendudukan Inggris di Jawa selama Perang Napoleon


dipimpin oleh siapa?
a) Diponegoro
b) Sultan Ageng Tirtayasa
c) Sir Thomas Stamford Raffles
d) Sultan Hasanuddin
e) Sultan Hamengkubuwono I

13
7. Apa yang menjadi target utama Belanda di Aceh selama Perang Aceh?
a) Cengkih
b) Pala
c) Emas
d) Minyak
e) Kopi

8. Perlawanan terhadap penjajahan Eropa di Maluku berkaitan dengan


produksi apa yang sangat bernilai?
a) Garam
b) Lada
c) Pala
d) Teh
e) Kopi

9. Perlawanan di Minahasa pada tahun 1810-1811 berkaitan dengan komoditas


perdagangan apa?
a) Cengkih
b) Pala
c) Emas
d) Kopi
e) Karet

10. Siapa yang memimpin perlawanan di Bali terhadap upaya Belanda untuk
menguasai pulau tersebut pada awal abad ke-20?
a) Diponegoro
b) Sultan Ageng Tirtayasa
c) Sir Thomas Stamford Raffles
d) I Gusti Ngurah Rai
e) Sultan Hasanuddin

14
11. Di mana terjadi perlawanan Bangsa Dayak terhadap penjajahan Belanda?
a) Kalimantan Barat
b) Sulawesi
c) Bali
d) Sumatera
e) Papua

12. Apa nama perlawanan di Papua yang berlangsung setelah Belanda


meninggalkan wilayah tersebut pada tahun 1962?
a) Pemberontakan Diponegoro
b) Perang Aceh
c) Perlawanan Bali
d) Pemberontakan Papua
e) Perang Kemerdekaan Indonesia

13. Perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia mencapai puncaknya pada tahun


berapa?
a) 1511
b) 1659
c) 1945
d) 1811
e) 1825

14. Apa yang memicu Perang Aceh melawan penjajahan Belanda?


a) Upaya Belanda untuk menguasai cengkih
b) Upaya Belanda untuk menguasai pala
c) Upaya Belanda untuk menguasai minyak
d) Upaya Belanda untuk menguasai emas
e) Upaya Belanda untuk menguasai lada

15
15. Pada tahun berapa Inggris berhasil merebut Jawa dari Belanda selama
Perang Napoleon?
a) 1619
b) 1511
c) 1811
d) 1825
e) 1945

16. Siapa yang memimpin perlawanan di Banten terhadap VOC pada abad ke-
17?
a) Diponegoro
b) Sultan Ageng Tirtayasa
c) Sir Thomas Stamford Raffles
d) Sultan Hasanuddin
e) Sultan Hamengkubuwono I

17. Apa yang menjadi sumber perlawanan di Minahasa terhadap penjajahan


Belanda pada tahun 1810-1811?
a) Cengkih
b) Pala
c) Kopi
d) Garam
e) Lada

18. Di mana terjadi Pemberontakan Diponegoro melawan Belanda pada tahun


1825-1830?
a) Bali
b) Sumatera
c) Kalimantan
d) Jawa
e) Sulawesi

16
19. Perjanjian Badung pada tahun 1908 terkait dengan perlawanan di mana?
a) Jawa
b) Bali
c) Sumatera
d) Kalimantan
e) Maluku

20. Pemberontakan Bali terhadap upaya Belanda untuk menguasai pulau ini
berakhir dengan penandatanganan perjanjian apa pada tahun 1908?
a) Perjanjian Renville
b) Perjanjian Badung
c) Perjanjian Linggarjati
d) Perjanjian Tordesillas
e) Perjanjian Bung Hatta

Jawablah pertanyaan berikut ini


1. Apa yang memicu Pemberontakan Diponegoro dan bagaimana
perjuangannya memengaruhi perlawanan terhadap penjajahan Belanda di
Jawa?
2. Sebutkan beberapa faktor yang melatarbelakangi Pemberontakan Banten
dan hasil akhir dari perlawanannya terhadap VOC.
3. Bagaimana perlawanan di wilayah Minahasa pada tahun 1810-1811 terkait
dengan monopoli perdagangan dan bagaimana hasilnya memengaruhi
masyarakat setempat?
4. Apa yang menjadi puncak dari perlawanan di Aceh terhadap penjajahan
Belanda, dan apa konsekuensinya bagi wilayah tersebut?
5. Bagaimana Perjanjian Badung pada tahun 1908 memengaruhi perlawanan di
Bali terhadap upaya Belanda untuk menguasai pulau tersebut?
6. Jelaskan dampak dari perlawanan Bangsa Dayak terhadap penjajahan
Belanda di Kalimantan Barat.

17
7. Mengapa pulau-pulau Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku menjadi
fokus perlawanan terhadap penjajahan Portugis dan Spanyol?
8. Bagaimana Inggris berhasil merebut Jawa dari Belanda selama Perang
Napoleon, dan mengapa perlawanan lokal tetap ada selama pendudukan
Inggris?
9. Jelaskan perlawanan di Papua setelah tahun 1962 dan bagaimana perjuangan
ini mempengaruhi masa depan wilayah tersebut.
10. Apa peran museum dan pelestarian situs bersejarah yang diperkenalkan oleh
Sir Thomas Stamford Raffles selama pendudukan Inggris di Jawa?
11. Mengapa perlawanan Bangsa Dayak terhadap penjajahan Belanda di
Kalimantan Barat dianggap sebagai perlawanan penting dalam sejarah
Indonesia?
12. Bagaimana Pemberontakan Bali pada awal abad ke-20 menggambarkan
semangat perlawanan terhadap upaya Belanda untuk menguasai pulau
tersebut?
13. Apa yang menjadi sumber perlawanan di Minahasa terhadap penjajahan
Belanda pada tahun 1810-1811 dan bagaimana perlawanan ini memengaruhi
perdagangan di wilayah tersebut?
14. Bagaimana Pemberontakan Diponegoro memengaruhi perjuangan
kemerdekaan Indonesia secara keseluruhan dan apa akibatnya bagi Jawa?
15. Jelaskan peran perlawanan terhadap penjajahan Eropa di Maluku dalam
perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut dan dampaknya pada
sejarah Indonesia.
16. Mengapa Pulau Jawa menjadi fokus perlawanan terhadap penjajahan Inggris
selama Perang Napoleon, dan apa yang terjadi setelah Inggris menyerahkan
Jawa kembali kepada Belanda?
17. Bagaimana Perang Aceh terkait dengan upaya Belanda untuk menguasai
sumber daya alam di Aceh, dan apa dampak dari perjuangan tersebut?
18. Apa yang membuat Perjanjian Badung pada tahun 1908 penting dalam
sejarah perlawanan Bali terhadap Belanda?

18
19. Jelaskan perlawanan di Ternate dan Tidore terhadap penjajahan Portugis
dan Spanyol dan bagaimana perlawanan ini memengaruhi perdagangan
rempah-rempah di Maluku.
20. Bagaimana perlawanan lokal terhadap pendudukan Inggris di Jawa selama
Perang Napoleon mencerminkan semangat perjuangan Indonesia untuk
mempertahankan kedaulatan mereka?

19

Anda mungkin juga menyukai