Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH SEJARAH WAJIB

SMA N 3 TARUTUNG Tp.2022

D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H

KELOMPOK: 2
 Intan Panggabean
 Laura Naibaho
 Lucy Lumbantobing
 Eben Haezer Aritonang
 Immanuel Hutauruk
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas Berkat Dan Karunia
TUHAN yang Telah dilimpahkan kepada kami sehinnga
kami dapat menyelesaikan makalah Kami tentang “”
Adapun Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai “” sejarah datangnya
portugis ke Indonesia
Dalam penulisan makalah ini berbagai hambatan kami
alami oleh karena itu terselesiakannya makalah ini
bukan karena kemampuan kami semata mata, namun
karna adanya dukungan Teman Teman semua
Kami menyadari dalam makalah ini banyak kekurangan
karena pengetahuan dan pengalaman kami masih
terbatas. oleh karna itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritikan dan saran dari berbagai pihak agar
makalah ini lebih baik, dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca
DARTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................ ₁


DARTAR ISI..................................................................... ₂
BAB 1............................................................................. ₃
PENDAHULUAN............................................................. ₄
A LATAR BELAKANG...................................................... ₅
B RUMUSAN MASALAH................................................ ₆
C TUJUAN..................................................................... ₇
BAB 2 ............................................................................ ₈
A PEMBAHASAN ..........................................................₉
BAB 3............................................................................. i
A PENUTUP..................................................................i i
B KESIMPULAN............................................................iii
C SARAN.......................................................................iiii

BAB 1
PENDAHULUAN
 LATAR BELAKANG
Kedatangan orang-orang Eropa pertama di Kawasan Asia Tenggara
pada awal abad XVI
Kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam
sejarah Kawasan ini. Pada abad XV bangsa Portugis merupakan salah
satu bangsa yang mencapai kemajuan-kemajuan dibidangteknologi.
Bangsa Portugis telah dapat membuat kapal-kapal yang lebih layak
dan canggihdibandingkan dengan kapal-kapal sebelumnya,
memungkinkan mereka melakukan sebuah pelayaran dan
melebarkan kekuasaan keseberang lautan. Dengan alasan untuk
menguasai imporrempah-rempah di Kawasan Eropa, bangsa Portugis
mencari daerah kawasan penghasil rempah-rempah terbaik.
Rempah-rempah di Kawasan Eropa merupakan kebutuhan dan juga
cita rasa.Selama musim dingin Eropa, tidak ada salah satu carapun
yang dapat dijalankan untukmempertahankan agar semua hewan-
hewan ternak dapat tetap hidup. Karena itu banyak hewanternak
yang disembelih dan daging nya kemudian harus di awetkan. Untuk
itulah diperlukansekali banyak garam dan rempah-rempah. Cengkih
dari Indonesia timur yang paling berharga diIndinesia menghasilkan
lada, buah pala, dan bunga pala. Kekayaan alam Indonesia yang
begitumelimpah termasuk tanaman rempah-rempah menjadi alasan
Portugis ingin menguasai daerahIndonesia sekaligus menguasai
pasaran di Eropa
tujuan datangnya Portugis ke Indonesia :
Salah satu tujuan orang-orang Portugis datang ke Indonesia adalah
untuk mencari rempah-rempah yang saat itu sangat dibutuhkan di
pasar Eropa.
Selain itu, tujuan kedatangan Portugis ke Indonesia dikenal dengan
slogan 3G, atau Gold, Glory, dan Gospel.

Glory: Tujuan penjelajahan samudra untuk mencari negara jajahan


guna mengharumkan nama, kejayaan, dan kekuasaan.
Gold: Tujuan ekonomi untuk mencari keuntungan dan hasil besar
dalam perdagangan rempah-rempah
Gospel: Tujuan agama dengan menyebarkan ajaran Nasrani.
Baca juga: Penjelajahan Samudra oleh Portugis: Latar Belakang dan
Kronologi
Tujuan kedatangan bangsa Portugis di Indonesia
Selama beberapa abad, Konstantinopel, sekarang Istanbul, Turki,
merupakan wilayah penting karena menjadi tempat atau akses
perdagangan internasional antara Eropa dan Asia.
Akan tetapi, ketika Konstantinopel dikuasai oleh Turki Utsmani pada
pertengahan abad ke-15, akses perdagangan tersebut menjadi
terputus.
Hal itu disebabkan oleh pemerintahan Turki Utsmani melarang
bangsa Eropa melewati wilayah Konstantinopel dan menutup
perdagangan bagi mereka.
Larangan tersebut menyulitkan perdagangan bangsa Eropa dengan
orang Asia, hingga mendorong bangsa Eropa melakukan ekspedisi
penjelajahan samudra.
Ekspedisi tersebut dilakukan bangsa Eropa untuk mencari jalur ke
wilayah penghasil rempah-rempah, salah satunya Indonesia.Hal
itulah yang menjadi tujuan utama bangsa Portugis datang ke
Indonesia.Tidak hanya itu, bangsa Eropa yang pertama kali datang ke
Indonesia dan menanamkan pengaruhnya adalah Portugis.
Perlawanan Maluku terhadap Portugis
Tokoh-tokoh Penjelajah Samudra dari Portugis
Fatahillah, Penakluk Portugis di Sunda Kelapa
Dampak Jatuhnya Malaka ke Tangan Portugis
Dampak Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki Usmani
kolonialisme dan imperialisme di indonesiaapa tujuan bangsa
portugis datang ke Indonesialatar belakang bangsa portugis ke
Indonesiakedatangan bangsa portugis ke indonesiatujuan
kedatangan portugis ke indonesia
Perlawanan Maluku terhadap Portugis
Tokoh-tokoh Penjelajah Samudra dari Portugis
Fatahillah, Penakluk Portugis di Sunda Kelapa
Dampak Jatuhnya Malaka ke Tangan Portugis
Dampak Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki Usmani
Tujuan kedatangan bangsa Portugis di Indonesia
Selama beberapa abad, Konstantinopel, sekarang Istanbul, Turki,
merupakan wilayah penting karena menjadi tempat atau akses
perdagangan internasional antara Eropa dan Asia.
Akan tetapi, ketika Konstantinopel dikuasai oleh Turki Utsmani pada
pertengahan abad ke-15, akses perdagangan tersebut menjadi
terputus.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah makalah ini adalah:
 Apakah tujuan bangsa Eropa datang ke Indonesia
 Apa saja Dampak/pengaruh kedatangan bangsa Eropa
ke Indonesia
 Bagaimana Tindakan bangsa Indonesia terhadap bangsa
Eropa

C. TUJUAN
Tujuan makalah ini adalah:
 Untuk mengetahui tujuan dan alasan datang nya bangsa
Eropa ke Indonesia
 Agar mengetahui apa saja pengaruh/dampak yg di
akibat datang nya bangsa eropa
 Bertujuan untuk mengetahui Tindakan yg dilakukan
BAB 2
PEMBAHASAN

.B Pelaut-Pelaut Portugis Yang Melakukan Penjelajahan Samudera


1. Bartholomeuz Diaz
Dia seorang bangsa Portugis. Bartholomeuz Diaz merupakan orang
Portugis pertama yangmencari jalan baru ke Indonesia. Ia
meninggalkan Portugal pada tahun 1486 dan mulaimelakukan
perjalanan menuju Indonesia. Bertolak dari Lisabon (Portugis),
bergerak ke arahselatan menyusuri pantai barat Afrika, sampai di
ujung Selatan benua Afrika, yang kemudiandiberi nama Tanjung
Harapan, kemudian Bartholomeuz Diaz kembali lagi ke Protugis
karena adagelombang atau badai yang besar. Selanjutnya upaya
mencari jalan menuju Indonesiaditeruskan ole pelaut-pelaut Portugis
berikutnya.
2. Vasco Da GamaDia
seorang penyelidik Portugis yang berhasil menemukan jalur laut ke
dunia Timur (India)dengan menyusuri mengelilingi benua Afrika.
Vasco Da Gama bongkar sauh pertama padatanggal 8 juli 1497. Alur
yang ditempuh adalah Kepulauan Tanjung Verde, terus Kea Rah
Selatanmenembus Samudra Atlantik, berbelok kearah Timur
langsung mencapai Tanjung Harapan,Gama menerus pelayaran
menyusur pantai timur Afrika menembus daerah kekuasaan
muslimMembosa dan Malindi (kenya). Pada tahun 1498 Vasco Da
Gama sampai di Kalikut (India).Suatu keistimewaan lain dari
ekspedisi ini adalah di b
awahnya sejumlah bau “Padrao” yaitubatu bertulis dengan lambang
gambar “Bola Dunia” untuk dipancangkan pada setiap tempat
yang ditemukan Portugis sebagai daerah koloninya.
3. Alpfonso De Albuquerque
Setelah mendengar laporan-laporan pertama dari para pedagang
Asia mengenai kekayaanMalaka yang sangat besar, Raja Portugis
mengutus Diogo Lopez De Sequiera untuk menekanMalaka, menjalin
hubungan persahabatan dengan penguasanya, dan menetap disana
sebagaiwakil Portugis diseblah Timur India. Tugas Sequiera tersebut
tidak mungkin terlaksana

seluruhnya saat dia tiba di Maluku pada tahun 1509. Pada mulanya
dia disambut dengan baikoleh Sultan Mahmud Syah (1488-1528),
tetapi kemudian komunitas dagang internasional yangada di kota itu
meyakinkan Mahmud bahwa Portugis merupakan ancaman besar
baginya.Akhirnya, Sultan Mahmud melawan Sequiera, menawan
beberapa orang anak buahnya, danmembunuh beberapa yang lain.
Ia juga mencoba menyerang empat kapal Portugis, tetapikeempat
kapal tersebut berhasil berlayar ke laut lepas. Seperti yang telah
terjadi di tempat-tempat yang lebih ke Barat, tampak jelas bahwa
penaklukan adalah satu-satunya cara tersediabagi Portugis untuk
memperkokoh diri.Pada bulan April 1511, Albuquerque melakukan
pelayaran dari Goa menuju Malaka dengankekuatan kira-kira 1200
orang dan 17 buah kapal. Peperangan pecah segera setelah
kedatangannya dan berlangsung terus secara sporadis sepanjang
bulan juli hingga awal Agustus. PihakMalaka terhambat oleh
pertikaian antara Sultan Mahmud dan putranya, Sultan Mahmud
yangbaru saja diserahi kekuasaan atas negara namun dibunuh atas
perintah ayahnya.Malaka akhirnya berhasil ditaklukan oleh Portugis.
Albuquerque menetap di Malaka sampaibulan November 1511, dan
selama itu dia mempersiapkan pertahanan Malaka untuk
menahansetiap serangan balasan orang-orang Melayu. Dia juga
memerintahkan kapal-kapal yangpertama untuk mencari Kepulauan
Rempah. Sesudah itu dia berangkat ke India dengan kapalbesar, dia
berhasil meloloskan diri ketika kapal itu karam di lepas pantai
Sumatra besertasemua ramapasan yang dijarah di Malaka. Setelah
satu kapal layar lagi tenggelam, sisa armadaitu tiba di Ternate pada
tahun itu juga

C. Imperialisme Portugis di Indonesia Keahlian bangsa Portugis


dalam navigasi, pembuatan kapal dan persenjataan memungkinkan
mereka untuk melakukan ekspedisi eksplorasi dan ekspansi. Dimulai
dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru
ditaklukkan dalam tahun 1512, bangsa Portugis merupakan bangsa
Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang sekarang menjadi
Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber rempah-rempah
yang berharga dan untuk memperluas usaha misionaris Katolik
Roma. Upaya pertama Portugis untuk menguasai kepulauan
Indonesia adalah dengan menyambut tawaran kerjasama dari
Kerajaan Sunda. Pada awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan
perdagangan penting di pantai utara Pulau Jawa sudah dikuasai oleh
Kesultanan Demak, termasuk dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu
Banten dan Cirebon. Khawatir peran pelabuhan Sunda Kelapa
semakin lemah, raja Sunda, Sri Baduga (Prabu Siliwangi) mencari
bantuan untuk menjamin kelangsungan pelabuhan utama
kerajaannya itu. Pilihan jatuh ke Portugis, penguasa Malaka. Dengan
demikian, pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus putra
mahkota, Surawisesa, ke Malaka untuk meminta Portugis
menandatangani perjanjian dagang, terutama lada, serta memberi
hak membangun benteng di Sunda Kelapa. Pada tahun 1522, pihak
Portugis siap membentuk koalisi dengan Sunda untuk memperoleh
akses perdagangan lada yang menguntungkan. Tahun tersebut
bertepatan dengan diselesaikan penjelajahan dunia oleh Magellan.
Komandan benteng Malaka pada saat itu adalah Jorge de
Albuquerque. Tahun itu pula dia mengirim sebuah kapal, São
Sebastião, di bawah komandan Kapten Enrique Leme, ke Sunda
Kalapa disertai dengan barang-barang berharga untuk
dipersembahkan kepada raja Sunda. Dua sumber tertulis
menggambarkan akhir dari perjanjian tersebut secara terperinci.
Yang pertama adalah dokumen asli Portugis yang berasal dari tahun
1522 yang berisi naskah perjanjian dan tandatangan para saksi, dan
yang kedua adalah laporan kejadian yang disampaikan oleh João de
Barros dalam bukunya "Da Asia", yang dicetak tidak lama sebelum
tahun 1777/78. Menurut sumber-sumber sejarah ini, raja Sunda
menyambut hangat kedatangan orang Portugis. Saat itu Prabu
Surawisesa telah naik tahta menggantikan ayahandanya dan Barros
memanggilnya "raja Samio". Raja Sunda sepakat dengan perjanjian
persahabatan dengan raja Portugal dan memutuskan untuk
memberikan tanah di mulut Ciliwung sebagai tempat berlabuh kapal-
kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan
benteng sudah dimulai maka beliau akan menyumbangkan seribu
karung lada kepada Portugis. Dokumen kontrak tersebut dibuat
rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja
Portugal; keduanya ditandatangani pada tanggal 21 Agustus 1522.
Pada dokumen perjanjian, saksi dari Kerajaan Sunda adalah Padam
Tumungo, Samgydepaty, e outre Benegar e easy o xabandar,
maksudnya adalah "Yang Dipertuan Tumenggung, Sang Adipati,
Bendahara dan Syahbandar Sunda Kelapa". Saksi dari pihak Portugis,
seperti dilaporkan sejarawan Porto bernama João de Barros, ada
delapan orang. Saksi dari Kerajaan Sunda tidak menandatangani
dokumen, mereka melegalisasinya dengan adat istiadat melalui
"selamatan". Sekarang, satu salinan perjanjian ini tersimpan di
Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Pada hari
penandatangan perjanjian tersebut, beberapa bangsawan Kerajaan
Sunda bersama Enrique Leme dan rombongannya pergi ke tanah
yang akan menjadi tempat benteng pertahanan di mulut Ci Liwung.
Mereka mendirikan prasasti, yang disebut LusoSundanese padrão, di
daerah yang sekarang menjadi Kelurahan Tugu di Jakarta Utara.
Adalah merupakan kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan
padrao saat mereka menemukan tanah baru. Padrao tersebut
sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta. Portugis gagal untuk
memenuhi janjinya untuk kembali ke Sunda Kalapa pada tahun
berikutnya untuk membangun benteng dikarenakan adanya masalah
di Goa/India. Perjanjian inilah yang memicu serangan tentara
Kesultanan Demak ke Sunda Kelapa pada tahun 1527 dan berhasil
mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni
1527. Tanggal ini di kemudian hari dijadikan hari berdirinya Jakarta.
Gagal menguasai pulau Jawa, bangsa Portugis mengalihkan perhatian
ke arah timur yaitu ke Maluku. Melalui penaklukan militer dan
persekutuan dengan para pemimpin lokal, bangsa Portugis
mendirikan pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di Indonesia
bagian timur termasuk pulau-pulau Ternate, Ambon, dan Solor.
Namun demikian, minat kegiatan misionaris bangsa Portugis terjadi
pada pertengahan abad ke-16, setelah usaha penaklukan militer di
kepulauan ini berhenti dan minat mereka beralih kepada Jepang,
Makao dan Cina; serta gula di Brazil. Kehadiran Portugis di Indonesia
terbatas pada Solor, Flores dan Timor Portugis setelah mereka
mengalami kekalahan dalam tahun 1575 di Ternate, dan setelah
penaklukan Belanda atas Ambon, Maluku Utara dan Banda.
Pengaruh Portugis terhadap budaya Indonesia relatif kecil: sejumlah
nama marga Portugis pada masyarakat keturunan Portugis di Tugu,
Jakarta Utara, musik keroncong, dan nama keluarga di Indonesia
bagian timur seperti da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, Queljo, dll.
Dalam bahasa Indonesia juga terdapat sejumlah kata pinjaman dari
bahasa Portugis, seperti sinyo, nona, kemeja, jendela, sabun, keju,
dll.

D.Perlawanan Rakyat Terhadap Portugis


Setelah Malaka dapat dikuasai oleh Portugis 1511, maka terjadilah
persaingan dagang
antara pedagang-pedagang Portugis dengan pedagang di Nusantara.
Portugis ingin selalu
menguasai perdagangan, maka terjadilah perlawanan-perlawanan
terhadap Portugis.
Perlawanan tersebut antara lain:
1) Perlawanan di Aceh terhadap Portugis
Sejak Portugis dapat menguasai Malaka, Kerajaan Aceh merupakan
saingan terberat dalam
dunia perdagangan. Para pedagang muslim segera mengalihkan
kegiatan perdagangannya
ke Aceh Darussalam. Keadaan ini tentu saja sangat merugikan
Portugis secara ekonomis,
karena Aceh kemudian tumbuh menjadi kerajaan dagang yang
sangat maju. Melihat
kemajuan Aceh ini, Portugis selalu berusaha menghancurkannya,
tetapi selalu menemui
kegagalan. Keberhasilan Aceh untuk memperhatankan diri dari
ancaman Portugis
disebabkan:
a. Aceh berhasil bersekutu dengan Turki, Persia, dan India.
b. Aceh memperoleh bantuan kapal, prajurit, dan makanan dari
pedagang muslim di
Pulau Jawa.
c. Kapal Aceh dilengkapi persenjataan yang cukup baik dan prajurit
yang tangguh.
Di antara raja-raja Kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan
adalah:
1) Sultan Ali Mughayat Syah (1514 – 1528)
Berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa
Portugis
2) Sultan Alaudin Riayat Syah (1537 – 1568)
Berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu dengan
Johor.
3) Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636)
Raja Kerajaan Aceh yang terkenal sangat gigih melawan Portugis
adalah Iskandar Muda.
Pada tahun 1615 dan 1629, Iskandar Muda melakukan serangan
terhadap Portugis di
Malaka. Usaha-usaha Aceh Darussalam untuk mempertahankan diri
dari ancaman
Portugis antara lain:
a) Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia, dan
Gujarat (India),
b) Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan
dari beberapa
pedagang muslim di Jawa,
c) kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang
cukup baik dan prajurit
yang tangguh,
d) meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan Makassar.
Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus tetapi
sama-sama tidak berhasil
mengalahkan, sampai akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC tahun
1641. VOC bermaksud
membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai dan ingin
menghidupkan kembali
kegiatan perdagangan seperti yang pernah dialami Malaka sebelum
kedatangan Portugis
dan VOC.
Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan
penggantinya adalah
Sultan Iskandar Thani (1636 – 1841). Pada saat Iskandar Thani
memimpin Aceh masih
dapat mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin
oleh Sultan
Safiatuddin 91641 – 1675) Aceh tidak dapat berbuat banyak
mempertahankan
kebesarannya.
2) Ternate melawan Portugis
Pada awalnya Portugis diterima dengan baik oleh raja setempat dan
diijinkan mendirikan
benteng, namun lama-kelamaan, rakyat Ternate mengadakan
perlawanan.
Perlawanan ini terjadi karena sebab-sebab berikut ini:
a. Portugis melakukan monopoli perdagangan.
b. Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan.
c. Portugis ingin menyebarkan agama Katholik, yang berarti
bertentangan dengan agama
yang telah dianut oleh rakyat Ternate.
d. Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepaham
dengan mereka.
e. Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.
f. Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka kehendak Portugis ditolak
oleh raja Ternate.
Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun bersatu dengan Tidore
melawan Portugis,
sehingga Portugis dapat didesak. Pada waktu terdesak, Portugis
mendatangkan bantuan
dari Malaka dipimpin oleh Antoni Galvo, sehingga Portugis mampu
bertahan di Maluku.
Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali di bawah pimpinan
Sultan Hairun.
Portugis berusaha menangkap Sultan Hairun, namun rakyat bangkit
untuk melawan
Portugis dan berhasil membebaskan Sultan Hairun dan tawanan
lainnya. Akan tetapi
Portugis melakukan tindakan licik dengan mengajak Sultan Hairun
berunding. Dalam
perundingan, Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh. Perlawanan
rakyat Ternate dilanjutkan
di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun). Pada
tahun 1574 benteng
Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke Hitu dan
akhirnya menguasai
dan menetap di Timor-Timur sampai Tahun 1975.
3) Perlawanan Kerajaan Demak
Untuk menyingkirkan Portugis dari Malaka, Pangeran Sabrang Lor
atau Dipati
Unusmenghimpun dan mengirimkan pasukan dari
Jawa,Makasar,Lampung dan bekerjasama
dengan kerajaan Aceh untuk merebut pelabuhan Malaka namun
gagal karena kalah
persenjataan bahkan Dipati Unus tertembak namun masih selamat
sampai di Jawa. Untuk menghalangi kekuasaan Portugis atas Jawa
pengganti Dipati Unus yaitu Sultan
Trenggono memperluas kekuasaan ke Jawa Barat dan Jawa
Timur.Tetapi Pasuruan dan
Blambangan tidak berhasil ditaklukkan

E.Pengaruh Kedatangan Portugis ke Indonesia


Zaman kekuasaan colonial Portugis yang berlangsung dari tahun
1511-1641 di wilayah Indonesia meninggalkan bekas-bekasnya di
dalam kebudayaan Indonesia saat ini. Peninggalan-peninggalan
zaman kolonial Portugis baik yang berupa yang berupa kebudayaan
rohani maupun jasmani masih dapat kita saksikan hingga sekarang.
Semboyan dari penjelajahan bangsa Portugis, yaitu berusaha untuk
menyebarkan agama Katolik pada daerah-daerah yang dikuasainya.
Fransiscus Xaverius, seorang misionaris, telah meyebarluaskan
agama Katolik di Ambon. Banyak orang Ambon yang akhirnya
memeluk agama Katolik dan terlihat dari nama-namanya yang
meniru namanama bangsa Portugis seperti, De Pereira, De Fretes,
Lopies, De Quelju, Diaz, dan sebagainya. Benda-benda peninggalan
bangsa Portugis kemudian dianggap keramat oleh bangsa Indonesia
seperti meriam-meriam yang terkenal dengan nama Nyai Setomi di
Solo, Si Jagur di Jakarta, Ki Amuk di Banten dan sebagainya. Khusus
meriam Si Jagur yang terdapat di Jakarta dianggap sebagai alat
perantara kekuatan gaib untuk mendapatkan anak. Pengaruh lainnya
seperti bahasa Portugis yang turut memperkaya jumlah kata-kata
dalam bahasa Indonesia, seperti kata San Domingo (Tuhan yang
keramat), gereja, mentega, mona (dari kata madona), sinyo (dari
kata signor) dan sebagainya. Adapun seni musik yang digemari oleh
masyarakat Indonesia adalah seni musik keroncong yang berasal dari
seni musik Portugis. Keroncong berbahasa Portugis yang pernah
terkenal di Indonesia adalah keroncong Morisco
. Dampak Penjajahan Portugis di Bidang Agama
Menurut Lombard, umat Kristen tertua Indonesia adalah Katolik.
Penyebaran agama ini dimulai jauh sebelum kedatangan Portugis,
yaitu sejak abad ke-14. Pada abad itu, sejumlah rohaniwan Katolik
singgah di Kepulauan Nusantara. Di antara mereka adalah Odorico de
Pordonone, yang menagdakan perjalanan dari Eropa ke Cina. Pada
tahun 1321, ia singgah di istana Majapahit dan Bandar Lamuri di
Aceh. Seorang rohaniwan Fransiskan yang bernama Joao de
Marignollu mengikuti jejaknya dan tercatat pernah diterima dengan
baik di istana Samudra Pasai pada tahun 1347.

Akan tetapi, penyebaran agama Katolik dengan pengaruh yang lebih


besar pada saat kedatangan Portugis di Nusantara. Menurut Richard
Z. Leirissa (1975) Penginjilan yang pertama kali dilakukan oleh padri-
padri Portugis adalah pada tahun 1523. Pada waktu itu Antoni de
Brito, kepala orang-orang Portugis yang kedua di Ternate, membawa
pula padri-padri Franciskan kesana ketika ia berangkat ke Ternate
untuk menjabat kedudukan itu.

Kemudian pada tahun 1534 Tristao de Atayade, yang menjadi Kepala


orang-orang Portugis sejak tahun itu, membawa pula sejumlah padri.
Mereka berhasil menjadikan seorang raja di Mindanao menjadi
Kristen. Ini sangat penting karena sampai saat itu belum ada seorang
raja yang dapat di-Kristenkan di Maluku Utara. Tetapi usaha ini
kandas pada tahun 1536 karena terjadi suatu pemberontakan
sehingga raja tersebut meninggal.

Perkembangan agama Katolik baru menjadi pesat sejak Antoni


Galvao menjadi Kepala (1536-1540). Ia terkenal dalam sejarah
Maluku oleh karena ia dapat mendamaikan Sultan Ternate dengan
pihak-pihak padri Katolik. Tetapi sebenarnya perluasan agama
Katolik itu terjadi di kepulauan Ambon-Lease, bukan di Maluku Utara
sendiri. Di Ternate, Golvao berhasil membangun suatu Seminari
untuk putra-putri daerah itu. Dari antara merekalah muncul pemuka-
pemuka agama Katolik. Ketika Franciscus Xaverius tiba di Maluku, ia
pertama-tama mengunjungi kepulauan Ambon-Lease yang pada
waktu itu ada tujuh tempat di pulau Ambon yang penduduknya
memeluk agama Katolik berkat usaha padri-padri sebelumnya.

Kemudian ia mengadakan perjalanan pula ke pantai selatan pulau


Seram dan ke Nusalaut, serta Ternate. Kunjungan Xavier sangat
berpengaruh terhadap politik kerajaan Ternate. Terjadi kemelut
politik yang mengakibatkan Sultan Hairun harus mengakui
kedudukannya sebagai vasal Portugis. Sultan Hairun kemudian
mengutus Kaicili Letiato dengan suatu armada kora-kora untuk
menggempur desa-desa Kristen di Maluku Tengah. Sejak tahun 1555
memang agama Katolik sangat maju di berbagai tempat di sini. Ini
karena Xavier berhasil mengerahkan sejumlah padri ke daerah itu.
Dan sejak saat itu agama Katolik berkembang pesat di Ambon dan
kepulauan lainnya. Dan sampai sekarang pun agama Katolik menjadi
salah satu agama yang diakui di Indonesia.
B. Dampak Penjajahan Portugis di Bidang Arsitektur
1. Benteng
Ada dua ciri dari benteng-benteng peninggalan Portugis. Pertama, di
dalam benteng terdapat perumahan, kantor, gereja, rumah sakit,
dan lain-lain. Sedangkan yang kedua; diluar benteng terdapat
perumahan, sementara dalam bentengnya sendiri kosong. Jadi
benteng yang dikelilingi tempat tinggal. Sebagai tempat pertahanan,
benteng selalu berada di ketinggian dan selalu berada di dekat
pantai/laut. Ini untuk mempermudah penjajah (pemilik benteng) bisa
melihat musuh yang datang dari jauh.
Ciri khas lain benteng adalah selalu dikelilingi parit untuk menghalau
musuh masuk. Benteng-benteng buatan Portugis ada yang besar dan
ada yang kecil tergantung pada kebutuhan daerah jajahannya.
Benteng yang dibangun di tepi pantai tidak perlu parit karena
langsung dikelilingi oleh air, hanya dihubungkan dengan sebuah
jembatan yang bisa dipasang dan diangkat.
Kondisi benteng-benteng peninggalan Portugis di Maluku Utara, di
Ternate khususnya, kondisinya sangat memprihatinkan karena tidak
diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat dan oleh
masyarakatnya sendiri. Banyak sekali benteng peninggalan Portugis
di Maluku Utara, yang masih utuh maupun yang hanya tinggal nama.
Diantaranya:
 Moti : Fort Nassau
 Makian : Fort Mauritus, Tafocoa, Toboloke, Mofaquiem,
Maurice, Redomte, Poewatti, Tabilolo, den Provincien, dan Fort
Waterland
 Tidore : Palacio del Rey, Forttaleza, Mariall, Roemi
 Ternate : Talluco, Santo Pedro, Fortaleza, Tacoma de Ternate,
Emiade de Tagolome, Norsa Senhora, Kalamata.
 Halmahera Timur : Fort Osowyo, Fort Jerowai
 Jailolo : Fort Moro
# Benteng Tolluco (Santo Lucas)
Di dekat ibukota Ternate terdapat Kampung Sangaji dimana terdapat
Benteng Tolluco. Benteng ini mulai dibangun oleh Schot tahun 1606
dan ditempati 1696 setelah Kesultanan Ternate berdiri. Benteng
Tolluco terbuat dari batu yang tahan yang dilapisi dengan 2 bastiong,
dan jalan dibawah benteng yang merupakan pertahanan yang kuat
dan terbuat dari batu. Pintu gerbangnya terbuat dari batu yang kuat.
Di atas benteng terdapat meriam yang tersembunyi dari gangguan
penduduk.
Jika melihat kondisi benteng saat ini yang secara sepintas nampak
baik adalah karena benteng ini pernah dipugar pada tahun 1996.
Pemugaran yang dilakukan pada beberapa bagian telah
menghilangkan keaslian bangunan, salah satunya adalah telah
hilangnya terowongan bawah tanah yang terhubung langsung ke
laut. Begitupun dengan beberapa penambalan bagian-bagian yang
terlepas dari bangunan yang menggunakan bahan baku modern
secara menonjol. Tereduksinya keaslian benteng ini karena
pemugaran jelas mengurangi informasi yang dapat ditunjukkan oleh
data artefak secara kontekstual. Melihat wujud dan bentuknya
sekarang masih bisa dikatakan bagus, karena sudah dilakukan
renovasi dan masih terawat meskipun renovasi yang dilakukan tidak
sebagus seperti aslinya, tetapi masih bisa dijadikan alternatif untuk
kunjungan wisata.

# Benteng Kota Janji (Santo Pedro)


Didirikan pada tahun 1530, di sebuah bukit yang terletak antara
Benteng Santo Paolo dan Santo Lucas. Tujuan didirikannya benteng
ini sebagai pengintai musuh baik yang datang dari utara maupun dari
selatan. Benteng ini dibangun oleh penguasa Portugis di ketinggian
50 meter dari permukaan laut di sebelah utara Kelurahan Ngade.
Benteng ini pernah bertempur dua pasukan yang dibagi oleh Don
Pedro de Acuna, Gubernur Jendral Spanyol di Filipina, yang pada
tanggal 15 Januari 1606 mulai berlayar ke Maluku dan tiba di Teluk
Talangame pada 26 Maret 1606. Pertempuran dua pasukan dari
Tidore dan Ternate ini dimulai pada waktu subuh tanggal 1 April
1606. Pada saat serangan terjadi benteng ini baru saja dibangun.

Sekarang kondisi benteng ini telah dipugar dan yang sangat


disayangkan adalah bentuk aslinya sudah tidak nampak lagi karena
dibangun dengan tidak melibatkan ahlinya. Yang kelihatan sekarang
ini adalah hanya semacam pondasi rumah yang dikelilingi taman dan
ada sebuah pintu masuk yang berbentuk gapura.

# Benteng Kastela (Santo Paolo)


Didirikan pada tahun 1522, oleh Gubernur Jenderal Antonio De
Barito kemudian dilanjutkan oleh Garcia Hendriques pada tahun
1530 oleh Gonsalo Periera, dan terakhir diselesaikan oleh Gubernur
ke-8 Jorge de Gastro pada tahun 1540. Portugis menempati benteng
ini sampai tahun 1572, Spanyol tahun 1606 sampai 1663, ketika
Belanda tiba. Lapisan bangunan bagian dalam masih tegak lurus,
pondasi terbuat dari batu yang kuat dengan bangunan yang besar.
Benteng ini menjadi tempat bersejarah bagi masyarakat Maluku
Utara, karena dari benteng inilah bermula kehancuran dan terusirnya
bangsa Portugis dari bumi Maluku.

Kini secara keseluruhan kondisi benteng Kastela hanya tinggal puing-


puing saja dan perlu ada tindakan pencegahan dari kerusakan alami
dan faktor kesengajaan manusia. Ini mengingat adanya bukti-bukti
aktifitas manusia berupa pengumpulan batu-batu dinding bangunan
yang dimanfaatkan masyarakat. Kondisi dari benteng ini sangat
memprihatinkan, karena sebagian besar sudah rusak total,
bangunannya banyak yang ditumbuhi pohon, sebagian sudah
terpotong dengan jalan raya dan sebagiannya lagi sudah dibangun
rumah penduduk. Benteng ini yang sebenarnya perlu mendapat
sentuhan tangan pemerintah daerah, karena sampai sekarang belum
pernah direnovasi.
2. Bangunan Gereja
Selain benteng masih terdapat beberapa bangunan gereja Katolik
yang merupakan peninggalan bangsa Portugis berdiri kokoh. Salah
satu gereja Katolik peninggalan Portugis yang masih terawat dengan
baik adalah sebuah gereja yang oleh masyarakat dinamakan Gereja
Batu, karena sebagian besar bangunan gereja ini adalah Santo
Willibordus. Gereja ini didirikan oleh Pastor Francis Khan pada tahun
1603.
Lonceng gereja kini tidak ada lagi karena telah dicuri pada waktu
konflik horisontal dan dijual oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Juga masih ada upacara-upacara keagamaan
yang memakai cara-cara Portugis, diantaranya untuk prosesi
pembaptisan dan sebagainya. Sayangnya data yang ada di gereja ini
tidak lengkap bahkan ada yang sudah lenyap bersamaan dengan
konflik agama yang pernah terjadi di Maluku dan Maluku dan Maluku
Utara tahun 1999-2000. Selain Gereja Batu, masih terdapat pula
bangunan gereja Katolik yang tersebar di beberapa daerah di
Indonesia beserta dengan tata acara peribadatan yang diadopsi dari
pengaruh Portugis, seperti upacara Semana Santa di Larantuka.
C. Dampak Penjajahan Portugis di Bidang Bahasa & Sastra
Portugis membawa begitu banyak kosa kata dan istilah-istilah dan
diperkenalkan kepada orang pribumi. Meskipun Portugis hanya
pernah berkuasa di pelabuhan-pelabuhan besar dan sebagian kecil
wilayah kerajaan di Indonesia Bagian Timur, pengaruhnya di bidang
bahasa masih tersisa.

Dalam bidang bahasa, banyak kosa kata bahasa Portugis diserap ke


dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, biola (viola), meja (mesa),
mentega (manteiga), pesiar (passear), pigura (figura), pita (fita),
sepatu (sapato), serdadu (soldado), cerutu (charuto), jendela
(janela), algojo (algoz), bangku (banco), bantal (avental), bendera
(bandeira), bolu (balo), boneka (boneca), armada, bola, pena, roda,
ronda, sisa, tenda dan tinta.

Ketika Fransiskus Xaverius datang ke Nusantara untuk


memperkenalkan Doa Bapa Kami, Syahadat Rasuli dan Bunda Maria
diterjemahkan menjadi bahasa Melayu di Malaka, datanglah ia ke
Maluku. Orang-orang Maluku yang sanggup menghafal dia dan
nyanyian yang telah dimelayukan itu lantas dibaptiskan menjadi
Nasrani. Peristiwa itu dipandang sejarah sebagai permulaan
terpakainya lingua franca bahasa Melayu selaku bahasa administratif
penjajahan, sekaligus awal terjadinya akulturasi, pertemuan dua
unsur budaya, yang dalam batas tertentu dapat juga dikatakan
akulturisasi, tersamarnya kekuasaan untuk menekan ketika salah
satu pandang budaya hendak dipertahankan sementara lain hendak
dilenyapkan.
Senjata yang dibawa Portugis adalah kanon, yang sebelumnya tidak
pernah dikenal dalam kebudayaan Indonesia. Ketika Portugis
menembakkan kanon, mereka memberi tanda silang salib di
mukanya, sambil mengucapkan nama Bunda Maria. Orang-orang
Melayu mengira bahwa senjata itu bernama meriam dan sampai
sekarang nama ini tetap dipakai.
Terjadi pula salah kaprah mengenai penyebutan nama hari, yang
sebelum datang Portugis dikenal sebagai Ahad. Setiap hari ahad
bangsa Portugis beribadah, karena itu hari tersebut dinamakan “hari
untuk Domingo”, yang berarti “hari untuk Tuhan”. Sejak itu bahasa
Indonesia memasukkan kata Minggu, dari Domingo, sebagai ganti
ahad.
Tempat ibadah bangsa Portugis disebut Igreja. Dari isni pula bahasa
Indonesia memiliki kata gereja. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan
budaya-budaya Portugis berada di sekitar gereja, dan itu sebabnya
visi mereka pun tidak jauh dari sana.
Sebutan lingkungan pemukiman di luar rumah-rumah Portugis
disebut Campo, artinya Padang. Dari campo inilah bahasa Indonesia
memiliki kata kampong. Lalu dalam rangka mengatur orang
kampong, Portugis memasang plakat di sekitarnya. Plakat atau
lembar pengumuman dalam bahasa Portugis disebut Cartaz dan
bahasa Indonesia mengambilnya menjadi kertas.
D. Dampak Penjajahan Portugis di Bidang Kesenian
1. Keroncong
Balada-balada keroncong romantis yang dinyanyikan dengan iringan
gitar berasal dari kebudayaan Portugis. Keroncong pertama kali
dikenalkan oleh para pelaut asal Portugis di abad ke-16. Keroncong
itu merupakan sejenis musik yang dikenal dengan sebutan fado oleh
bangsa Portugis. Fado berasal dari bahasa Latin yang berarti nasib.
Musik ini tadinya populer di lingkungan perkotaan Portugis. Awalnya
fado merupakan sejenis nyanyian bernuansa ratapan (mornas) yang
dibawa para budak negro dari Cape Verde, Afrika Barat ke Portugis
sejak abad ke-15.
Lambat laun, fado berkembang menjadi lagu perkotaan dan
mengiringi tari-tarian. Tarian yang diiringi fado dipengaruhi budaya
Islam yang dibawa bangsa Moor asal Afrika Utara ketika menaklukan
Selat Gibraltar di bawah pimpinan Panglima Tariq ibn Ziyad pada
abad ke-7 Masehi. Setelah dipengaruhi Islam, tarian tersebut
dinamakan moresco. Moresco adalah tarian hiburan para elite
Portugis yang biasanya dibawakan oleh penari dari bangsa Moor.
Alat musik pengiring moresco adalah gitar kecil bernama cavaquinho.
Gitar ini dibawa para pelaut Portugis dalam era penjelajahan
samudra. Ketika masuk Indonesia, alat musik tersebut digunakan
untuk menyanyikan lagu pengiring tarian moresco. Karena suara
yang dikeluarkan berbunyi crong-crong, orang Indonesia menamai
musik pengiring tarian tersebut keroncong.
Di Jakarta ada musik keroncong yang dikenal dengan Keroncong
Tugu. Jacobus Quicko, adalah seorang tokoh yang semasa hidupnya
berperan memimpin rombongan Keroncong Tugu. Banyak hal yang
masih dipertahankan dalam tradisi Keroncong Tugu, yaitu alat musik,
perbendaharaan lagu (repertoar) dan kostum pemainnya. Alat musik
yang digunakan saat ini masih seperti yang digunakan tiga abad yang
lalu, yaitu keroncong, biola, ukulele, banyo, gitar, rebana, kempul
dan cello.
2. Tanjidor
Tanjidor adalah permainan musik pukul yang populer di kalangan
masyarakat Betawi. Bahasa aslinya adalah tangedor, dibaca tanjedor,
merupakan bahasa Portugis. Tangedor berarti seseorang yang
memainkan alat musik senar. Tanger berarti memainkan alat musik.
Tradisi tanjidor berawal dari kebiasaan bangsa Portugis
memerintahkan para budaknya menghibur mereka dengan
permainan musik. Kejemuan dan kebosanan mereka menghadapi
musim tropis tersembuhkan olah para budak yang memainkan musik
dari daerah asal para budak itu dengan instrumen musik Eropa.
Mereka rata-rata menggunakan alat tiup, seperti klarinet, terompet,
terompet Prancis, kornet. Ada juga tambur Turki. ”Pada awalnya
dimainkan lagu-lagu Eropa karena mereka main pada waktu pesta
dansa, polka, mars, lancier, dan lagu-lagu parade, tetapi lambat laun
dimainkan juga lagu-lagu dan irama-irama yang khas Betawi,” tulis
Paramita R Abdurahman. Ketika para budak itu dimerdekakan,
mereka menjadi kelomnpok-kelompok musik amatir yang
menamakan diri tanjidor. Dalam perkembangannya, tanjidor juga
memainkan keroncong, salah satu musik hasil pengaruh Portugis.
E. Dampak Penjajahan Portugis di Bidang Kuliner
Ada beberapa kebiasaan yang berkaitan dengan budaya kuliner (tata
olah saji makanan) menjadi salah satu unsur menarik dalam
pengaruh budaya Portugis secara tidak sadar sudah menjadi tradisi
yang berkembang dan diakui sebagai budaya asli. Kita sadar bahwa
bangsa yang datang di bumi Nusantara membawa serta budayanya
dan segi kuliner mendapat tempat yang spesial. Mereka datang tidak
dengan tangan hampa, tetapi selalu membawa tanaman ataupun
tumbuhan serta bahan yang berhubungan dengan tata olah atau tata
saji makanan.
Hal ini wajar mengingat selera dan budaya makan orang Eropa dan
orang kita amat berbeda karena pengaruh musim. Makanan yang
mereka bawa ke Nusantara kemudian dikompilasikan dengan
makanan yang ada disini, maka terciptalah resep baru yang dapat
dinikmati baik oleh mereka maupun oleh kita. Bahan-bahan yang
tidak ada disini diganti dengan bahan lainnya yang hampir sama.
Nama jenis makanan yang dipakai tetap dengan bahasa Portugis. Ada
beberapa contoh makanan misalnya:
1. Bubengka
Bubengka adalah jenis kue yang diperkenalkan Portugis di Ternate.
Kue bubengka yang nama aslinya adalah bibinca adalah jenis kue
yang dibuat dari tepung beras maupun terigu yang dicampur dengan
mentega dan telur. Selain bahan dasar utamanya tepungterigu atau
tepung beras, bubengka sering diganti dengan bahan dasar singkong,
ubi jalar, atau pisang, dan untuk mentega bisa diganti dengan santan
kelapa. Ketiga bahan ini dicampur menjadi satu adonan kental dan
ditaruh di loyang. Cara memasaknya yaitu dengan dipanggang di
oven atau di forno. Rasa dari kue bubengka ini adalah manis, legit,
dan gurih karena ada gula, santan dan selalu ada taburan kenari di
atasnya. Kue bubengka menjadi salah satu kue wajib ada di setiap
hajatan orang Ternate.
2. Asam Pidis
Masakan berkuah yang disebut Asam Pidis merupakan makanan
wajib di acara kelahiran, perkawinan, khitanan, sampai
memperingati kematian. Tidaklah lengkap rasanya sebuah acara
perjamuan makan tanpa asam pidis. Ternyata masakan ini berasal
dari bangsa Portugis. Oleh karena secara geografis sama dengan
Maluku Utara yang dikelilingi laut, maka selain daging hewan, ikan
merupakan makanan pokok mereka juga, dan untuk pengolahan
bahan makanan maupun masakan, orang Portugis banyak
memperkenalkan kepada masyarakat, termasuk cara mengawetkan
ikan dengan cara digarami yang kita sebut dengan ikan asin. Di
Portugis banyak sekali ditemukan ikan asin dari berbagai jenis ikan
asin di pasar tradisional, swalayan ataupun kios pinggir jalan sama
dengan yang ada di Maluku Utara.
Berbicara tentang ikan yang menjadi bahan dasar dari masakan asam
pidis, ada kepercayaan berhubungan dengan laut, yang menjadi
kesamaan antara orang Portugis dengan masyarakat nelayan Maluku
Utara. Ada salah satu contoh menarik, dikatakan jika nelayan Ternate
dilanda badai atau hujan deras yang mendadak, mereka mengikat
ramuan tumbuhan tertentu pada sebuah tongkat dan mencelupkan
ke dalam laut kemudian digoyang-goyangkan tongkat itu.menurut
kepercayaan mereka badai akan segera pergi. Sering juga barang-
barang yang dibawa dimasukkan kedalam laut untuk meredakan.
Nelayan di Portugal juga berusaha menghalau angin ribut dengan
membunyikan lonceng gereja.
3. Panada
Panada merupakan kue khas yang menjadi kebanggaan masyarakat
Maluku Utara. Kulit kue panada terbuat dari campuran terigu dan
mentega, sedangkan isinya terdiri dari ikan cakalang yang dihaluskan
serta laksa, kemudian dicampur dengan bumbu-bumbu penyedap
lainnya. Isi panada ini disebut pampis. Selain ikan isinya bisa juga
pakai daging sapi atau ayam. Kie ini dibentuk sedemikian rupa
menyerupai bentuk daun dengan renda-renda dipinggirnya. Cara
memasaknya adalah dengan menggorengnya di minyak kelapa.
F. PERIODE KEJAYAAN PORTUGIS DI NUSANTARA
1. Periode 1511-1526 selama 15 tahun Nusantar menjadi
pelabuhan maritim kerajaan
2. Portugis yang secara reguler menjadi rute menuju pulau
sumatra, jawa, banda, dan maluku.
3. Pada tahun 1511 portugis mengalahkan kerajaan Malaka.
4. Pada tahun 1512 portugis melakukan perjanjian d gang berupa
lada terhadap kerajaanSunda
Pada tahun 1512 juga pasukan Antonio albreu dan Francissco serao
mencari jalan ke
tempat asal rempah di maluku, mereka singgah di Madura, Bali, dan
Lombok.
G .Jalur penjelajahan Portugis:
Pantai Afrika – Kepulauan Canary – perairan selatan Bojador – Cape
Chaunar – Tanjung Harapan – Samudera Hindia – Greenland – Kalikut
India – Atlantik Selatan – Pantai Amerika Selatan – Brasil – Malaka –
Maluku – Pulau Timor – Kepulauan Banda – Pulau Ambon – Pulau
Seram – Pantai Cina – Samudera Atlantik – Samudera Pasifik – Jepang
– Australia – Quito, Ekuador.
BAB 3
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang
mencapai Kepulauan Nusantara.[1] Pencarian mereka untuk mendominasi
sumber perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan pada awal abad
ke-16 dan usaha penyebaran Katolik Roma mereka yang berbarengan
menyaksikan pendirian pos dan benteng perdagangan, serta unsur budaya
Portugis yang kuat yang masih tetap penting di Indonesia.
Secara geografis seluruh wilayah Eropa mengalami musim dingin yang akan
membuat cara mengelola makanan mereka berbeda. Hampir semua
persediaan daging yang mereka miliki didapat dari hewan ternak yang tidak
mungkin dipelihara pada musim dingin dan disembelih untuk kemudian
disimpan menjadi daging beku. Agar daging tersebut dapat bertahan lama
mereka menggunakan garam dan rempah-rempah selama masa penyimpanan.
Indonesia merupakan wilayah yang menghasilkan lada, pala, dan cengkeh yang
menjadi komoditas utama dalam perdagangan rempah-rempah dan beberapa
tanaman yang hanya tumbuh di hutan Maluku. Pala memiliki khasiat tidak
hanya sebagai penyedap rasa tetapi juga sebagai afrodisiak dan bahan
pengawet. Cengkeh dan lada juga merupakan komoditas langka dan berharga.
Bangsa Portugis selama ini membeli rempah-rempah dari pedagang Arab
dengan harga yang sangat tinggi. Oleh karena itulah tujuan bangsa Portugis ke
Indonesia selain untuk memanfaatkan sumber dari semua rempah-rempah
tersebut juga untuk menguasai perdagangannya meskipun pada awalnya
mereka tidak terlalu banyak mengetahui secara rinci letak wilayah Indonesia
dan cara menuju kesana.[2]

B SARAN

Anda mungkin juga menyukai