Anda di halaman 1dari 12

Makalah

“BULLYING DALAM PANDANGAN ISLAM”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama

Dosen Pengampuh : Rusdin Djibu M.Pd

Disusun

Aisyah Prisilia Nuu ( 13211.23.002 )

PRODI S-I ILMU GIZI

STIKES BAKTARA GORONTALO

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas izin dan kuasa-Nya lah Saya dapat
menyelesaikan tugas makalah “Pendidikan Agama” ini sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah pendidikan agama
yang saya sebut nama beliau Bapak Rusdin Djibu M.Pd yang telah memberikan tugas serta
keringanan dalam mengerjakan tugas makalah ini

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pengerjaan tugas makalah ini,
untuk itu saya mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan saran yang membangun agar
kedepannya saya dapat memperbaiki tugas-tugas yang akan saya buat selanjutnya.

Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................

1. Latar Belakang................................................................................................................
1.1 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.2 Manfaat......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................

1. Pengertian Bullying.........................................................................................................
2. Pencegahan Bullying

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................

A. KESIMPULAN................................................................................................................
B. SARAN.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia terkenal dengan ragam budaya, adat, bahasa, dan suku.
Dengan masyarakat yang memiliki keanekaragaman ini, Indonesia cukup banyak
sekali kasus-kasus merendahkan atau penindasan terkait SARA (Suku, agama,
ras,antargolongan). Terlebih pada era saat ini, adanya teknologi yang menjadikan
peluang bullying dilakukan kapanpun dan di manapun. Bullying dapat digambarkan
dalam tindakan perundingan, perpeloncoan, penindasan, pengucilan dan intimidasi.
Penyebab adanya tindakan bullying paling tidak ada tiga faktor, seperti
disampaikan psikolog Edu Pscyho Research Institute, Yasinta Indrianti. Ketiga faktor
tersebut adalah: a) karakter berkuasa, selalu ingin menjadi yang terkuat dan
dipandang hebat, b) keluarga, yaitu pola asuh orang tua yang otoriter atau permissif,
c) lingkungan yang menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa hingga perilaku
bullying tanpa disadari akan membudaya.
Bullying akan berdampak pada korban dan pelaku. Korban yang mengalami
bullying akan merasakan cemas dan trauma yang berlarut-larut. Jika terjadi dalam
waktu yang lama, korban akan mengalami gangguan kejiwaan akibat stress dan
depresi yang menyebabkan menjadi anti sosial dan pesimistis dan yang paling
parahnya adalah bunuh diri. Bagi pelaku bullying, akan merasa berkuasa dan
memiliki kebutuhan tinggi untuk mendominasi orang lain yang dianggap lemah. Jika
tidak kasus bullying ini terjadi terus-menerus tanpa adanya pencegahan,
dikhawatirkan akan menyebabkan tindakan kekerasan lainnya.
Berbagai solusi telah ditawarkan sebagai upaya untuk menanggulangi problem
ini, baik itu dengan pendekatan sosial, psikologis ataupun spiritual. Namun dari setiap
upaya yang telah ditawarkan seolah masih belum efektif jika melihat masih maraknya
kasus ini. Oleh sebab itu, kajian atas fenomena ini masih perlu diperkaya lagi dengan
mencoba berbagai macam sudut pandang, salah satunya adalah sudut pandang hadis
Nabi. Hadis Nabi, bagi umat Islam, tidak hanya difungsikan sebagai pedoman dalam
menjalankan syari’at saja, namun juga digunakan sebagai pedoman ber-mu’amalah.
Oleh sebab itu, dianggap urgen untuk melihat bagaimana hadis Nabi berbicara
tentang fenomena bullying. Kajian ini tidak hanya menemukan adanya fenomena
bullying dalam hadis, melainkan juga eksplorasi atas tindakan preventif yang
ditawarkan oleh hadis Nabi atas problem ini. Tujuan dari kajian ini adalah melihat
signifikansi hadis Nabi sebagai pemecahan masalah atas fenomena bullying yang
masih marak di masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Bullying?


2. Bagaimana cara mencegah Bullying?

1.3 Manfaat

Manfaat mempelajari materi tentang “bullying dalam pandangan islam” yaitu agar
kita dapat mengetahui tentang bagaimana cara menyikapi serta cara mencegah
pembullyian
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bullying
Bullying adalah tindakan perundungan, pengucilan, intimidasi yang dilakukan
seseorang kepada orang lain baik berupa verbal atau pun fisik. Perilaku ini dapat
mencakup pelecehan verbal, kekerasan fisik atau pemaksaan, dan dapat diarahkan
berulangkali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender,
seksualitas, atau kemampuan. Tindakan tersebut bukan karena adanya suatu masalah
sebelumnya, melainkan lahir dari sikap superioritas seseorang hingga seolah pelaku
tersebut berhak dan memiliki untuk merendahkan korbannya.
Jika dilihat orientasi dari perilaku bullying yang mengarah pada suatu tindakan
yang merendahkan orang lain, terdapat satu hadis yang secera spesifik menjelaskan
tentang hal tersebut. Hadis tersebut terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah yang
artinya :
Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Humaid Al Madani telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Daud bin Qais dari Abu
Sa'id bekas budak 'Amir dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Cukuplah seseorang dikatakan telah berbuat jahat jika ia
merendahkan saudaranya muslim."
Dalam kamus al-Munawwir, kata ‫ق ر‬ ّ ‫ ح‬berarti menurunkan pangkat, menghina,
melecehkan, merendahkan, meremehkan, menyakitkan hati. Sedangkan dalam Lisan
al-‘Arab, kata tersebut bermakna ‫ ذليال‬yang berarti rendah. Kata ‫ق ر‬ ّ ‫ ح‬lebih cenderung
diafiliasikan pada perbuatan yang merendahkan objek lain, baik itu berupa makhluk
hidup ataupun benda mati. Jika orientasi dari makna ‫ق ر‬ ّ ‫ ح‬ditarik yaitu merendahkan
suatu hal, maka dapat ditemukan korelasi makna dengan tindakan bullying, yaitu
merendahkan orang lain. Mengenai aspek historis hadis di atas, perlu diutarakan
terlebih dahulu bahwa dalam diskursus ilmu hadis terdapat istilah asbab al wurud.
Asbab alwurud hadis adalah sesuatu yang menyebabkan keluarnya sebuah hadis pada
hari kejadiannya. Urgensinya yaitu untuk merinci pemahaman hadis yang masih
global, juga mengetahui perkara nasikh mansukh hadits dan menerangkan alasan dari
suatu hukum (illah). Asbabul wurud suatu hadis bisa didapatkan dari ayat al-Qur’an,
hadis atau keterangan shahabat yang terdapat dalam syarah hadits. Tidak semua hadis
memiliki asbab al-wurud yang berorientasi pada riwayat saja, namun suatu hadis bisa
dilacak asbab alwurud-nya melalui pembacaan terhadap situasi dan kondisi umum
pada masa tersebut, baik itu dari aspek sosio-kultural, politik, psikologinya atau pun
dilihat dari posisi Nabi ketika mengeluarkan hadis tersebut.
Jika dicermati kembali, hadits riwayat Imam Muslim tersebut pada awalnya
melarang segala hal yang dapat mengakibatkan perpecahan. Seperti mendengki,
menghujat, meremehkan serta mengambil hak orang lain. Kemudian, Rasulullah
melarang tindakan merendahkan yang secara khusus ditujukan bagi sesama umat
Islam. Hal ini mengindikasikan bahwa konteks waktu dan tempat hadis itu
dikeluarkan adalah ketika umat Islam telah menjadi masyarakat madani di Madinah,
dengan sistem dan hukum yang telah mapan, tentunya yang sangat diperhatikan
adalah aspek-aspek sosial seperti tata acara bermasyarakat dan menjaga persatuan.
Maka muncullah hadis tentang larangan merendahkan orang lain yang bisa menjadi
akar perpecahan umat Islam yang telah mapan di Madinah. Sebagaimana ayat-ayat
madaniyyah dalam al-Qur an yang berisi pesan-pesan tentang hukum, ‟ mu’amalah
dan aspek-aspek sosial lainnya. Secara keseluruhan hampir tidak lagi menyampaikan
pesan-pesan tentang akidah, ajaran tauhid ataupun masalah ‘ubudiyyah. Sebab,
dakwah Nabi pada saat di Madinah telah sampai pada tahap ajaran “shaleh sosial”
atau habl min al-nas.
B. Pencegahan Bullying
Hadis riwayat Ibnu Majah secara fokus menjelaskan tentang bagaimana hadis
Nabi memandang tindakan bullying mengarah pada perilaku merendahkan.
Kemudian pembacaan secara lengkap pada hadis riwayat Imam Muslim
menambahkan penjelasan tentang indikasi perilaku bullying seperti sikap iri,
membenci, meremehkan dan menzalimi orang lain. Sikap-sikap tersebut adalah
benih-benih dari permusuhan dan perpecahan antar umat. Oleh sebab itu perlu adanya
tindakan pencegahan dalam rangka mencegah ataupun mengatasi tindakan bullying
ini.
1. Melakukan Pencegahan Bullying dengan Kesadaran Spiritual

Sahih Muslim Kitab : Iman

Bab : Penjelasan tentang keutamaan-keutamaan Islam dan apa saja dari


perkaraperkaranya yang utama

Nomor : 57

Yang artinya :
Telah menceritakan kepada kami Abu ath-Thahir Ahmad bin Amru bin Abdullah
bin Amru bin Sarh al-Mishri telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab dari
Amru bin al-Harits dari Yazid bin Abu Habib dari Abu al-Khair bahwa dia
mendengar Abdullah bin Amru bin al-Ash keduanya berkata, "Sesungguhnya
seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
"Muslim yang bagaimana yang paling baik?" Beliau menjawab: "Yaitu seorang
Muslim yang orang lain merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya."
Maksud dari hadis di atas adalah untuk memberikan kesadaran pentingnya
menjaga lisan dan tangan agar tidak mengganggu orang lain. Karena sumber masalah
yang terjadi antar sesama adalah berawal dari ucapan dan perbuatan yang tidak baik
atau mengganggu. Sama halnya dengan bullying, dampak dari perbuatan-perbuatan
buruk tersebut akan membuat hubungan antar sesama menjadi tidak rukun.
2. Menjaga Keharmonisan dan Memutus Lingkaran Masalah
Korban bullying cenderung bersikap pasif ketika mendapat perlakuan agresif
ataupun intimidasi dari pelaku bullying. Para korban bullying ini tentunya
memiliki rasa dendam namun mereka tidak bisa membalas balik perlakuan
tersebut. Oleh sebabnya, seringkali para korban ini mencari korban lain yang
lebih lemah darinya untuk dijadikan pelampiasan akan rasa dendam tersebut.
Maka, terciptalah siklus bullying yang berantai dan membudaya. Dalam hal ini,
hadis Nabi riwayat Imam Muslim.
Sahih Muslim
Kitab : Berbuat baik, menyambut silaturahmi dan adab
Bab : Menolong saudaranya baik yang berlaku zhalim ataupun yang terzhalimi
Nomor : 4681
Yang artinya :
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Abdullah bin Yunus; Telah
menceritakan kepada kami Zuhair; Telah menceritakan kepada kami Abu Az
Zubair dari Jabir dia berkata; "Pada suatu hari, ada dua orang pemuda sedang
berkelahi, masing-masing dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Pemuda
Muhajirin itu berteriak; 'Hai kaum Muhajirin, (berikanlah pembelaan untukku!) '
Pemuda Anshar pun berseru; 'Hai kaum Anshar, (berikanlah pembelaan untukku!)
' Mendengar itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar dan bertanya: 'Ada
apa ini? Bukankah ini adalah seruan jahiliah? ' Orang-orang menjawab; 'Tidak ya
Rasulullah. Sebenarnya tadi ada dua orang pemuda yang berkelahi, yang satu
mendorong yang lain.' Kemudian Rasulullah bersabda: 'Baiklah. Hendaklah
seseorang menolong saudaranya sesama muslim yang berbuat zhalim atau yang
sedang dizhalimi. Apabila ia berbuat zhalim/aniaya, maka cegahlah ia untuk tidak
berbuat kezhaliman dan itu berarti menolongnya. Dan apabila ia
dizalimi/dianiaya, maka tolonglah ia! '
Tindakan preventif terhadap fenomena bullying yang demikian merupakan
satu bentuk sikap antisipasi atas segala hal buruk yang mungkin terjadi. Memutus
lingkaran konflik dan menjalin suatu relasi atau kerja sama dalam hal positif dapat
meminimalisir terjadinya perundungan, sebab seseorang akan cenderung saling
menghormati satu sama lain jika mereka memiliki visi atau cita-cita yang sama.
3. Menghilangkan Sikap Inferior dan Mengasah Kemampuan Asertif
Terdapat riwayat yang menjadi asbab al-nuzul dari QS. Al-Hujurat: 11,
yang menyebutkan bahwa ayat tersebut berkenaan dengan ejekan sebagian
perempuan kepada Shafiyah binti Huyay bin Akhtab (salah seorang istri Nabi)
yang keturunan Yahudi. Nabi kemudian berkata kepada Shafiyah: “mengapa tidak
kamu katakan kepada mereka bahwa bapakku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa
dan suamiku Nabi Muhammad?!”
Riwayat tersebut mengindikasikan sebuah tindakan preventif dari Nabi
SAW bagi korban bullying, yaitu berupa solusi bagi seseorang yang dihina atau
diejek orang lain untuk membela diri dengan bahasa dan logika yang baik. Pelaku
bullying akan cenderung bosan melancarkan tindakannya jika korbannya tidak
merasa tertekan atau bahkan dapat melawan balik dengan cara yang baik. Oleh
sebab itu, tindakan asertif perlu dilatih guna mengantisipasi tindakan bullying
yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Karena sikap asertif tersebut
adalah salah satu usaha untuk menghilangkan sikap inferior diri sendiri yang
menjadi sasaran atau objek superioritas seseorang.
Bercanda atau bersenda gurau merupakan salah satu bumbu dalam
pergaulan ditengah-tengah masyarakat. Ia terkadang diperlukan untuk
menghilangkan kejenuhan dan menciptakan keakraban, namun tentunya bila
disajikan dengan bagus sesuai porsinya dan melihat kondisi yang ada. Sebab,
setiap tempat dan suasana memang ada bahasa yang tepat untuk diutarakan. Nabi
pun juga bercanda dengan para Sahabatnya, hal ini sebagai bentuk kedekatan dan
keterbauran Nabi dengan para Sahabatnya. Namun cara Nabi bercanda selalu
dalam taraf etis.
Oleh sebab itu, ketika dalam konteks saling komunikasi hendaknya perlu
adanya timbal balik berupa klarifikasi. Klarifikasi informasi diperlukan ketika
terjadi keraguan akan keabsahan infonya. Mendudukkan pemahaman secara
proporsional dari hasil berkomunikasi memungkinkan tidak adanya
kesalahpahaman, baik itu pada satu pihak atau pada kedua belah pihak yang
saling berkomunikasi. Sebab kesalahpahaman pun bisa menyebabkan
ketersinggungan antar pihak yang akhirnya dapat menjadi alasan untuk saling
membenci. Benih-benih tersebut bisa menjadi suatu hal yang menyebabkan
seseorang saling melakukan perundungan dalam, baik dalam skala kecil maupun
besar.
Bullying adalah tindakan perundungan, pengucilan, intimidasi yang
dilakukan seseorang kepada orang lain baik berupa verbal atau pun fisik. Perilaku
ini dapat mencakup pelecehan verbal, kekerasan fisik atau pemaksaan, dan dapat
diarahkan berulangkali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama,
gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan tersebut bukan karena adanya
suatu masalah sebelumnya, melainkan lahir dari sikap superioritas seseorang
hingga seolah pelaku tersebut berhak dan memiliki untuk merendahkan
korbannya.

Hadis riwayat Ibnu Majah secara fokus menjelaskan tentang bagaimana


hadis Nabi memandang tindakan bullying mengarah pada perilaku merendahkan.
Kemudian pembacaan secara lengkap pada hadis riwayat Imam Muslim
menambahkan penjelasan tentang indikasi perilaku bullying seperti sikap iri,
membenci, meremehkan dan menzalimi orang lain. Sikap-sikap tersebut adalah
benih-benih dari permusuhan dan perpecahan antar umat. Oleh sebab itu perlu
adanya tindakan pencegahan dalam rangka mencegah ataupun mengatasi tindakan
bullying ini. Melakukan pencegahan bullying dengan kesadaran spiritual, menjaga
keharmonisan dan memutus lingkaran masalah, serta menghilangkan sikap
inferior dan mengasah kemampuan asertif meruapakan upaya dalam pencegahan
bullying.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bullying merupakan tindakan yang disengaja maupun tidak disengaja tetapi dengan jelas
menyebabkan ketidaknyamanan, penghinaan, kerugian, kejahatan, dan penderita bagi
korban yang dapat menyebabkan lingkungan bekerja yang tidak menyenangkan dimana
korban sama sekali tidak mengiginkan perlakuan tersebut.
B. Saran
Hendaknya kita sebagai sesama umat islam maupun non islam menjauhi perilaku yang
merujuk kepada tindakan “bullying” ini agar kita bisa merasakan hidup nyaman, aman
dan tentram
DAFTAR PUSTAKA

Benedikta. Faktor Penyebab Bully dalam Stelios N Georgiou, “Bullying and


Victimization in
Cyprus: The Role of Social Pedagogy,” International Journal of Pedagogy, Vol. 4, No. 1
2015.
Hosen. Tafsir Al-Qur an di Medsos: Mengkaji Makna dan Rahasia Ayat Suci Pada Era ‟
Media Sosial.
Reza, Aunillah Pratama. FENOMENA BULLYING PERSPEKTIF HADITS: Upaya
Spiritual Sebagai Problem Solving atas Tindakan Bullying. Sartika, Windy Lestari.
“Analisis Faktor-faktor Penyebab Bullying di Kalangan Peserta Didik: Social Science
Education Journal,” Jurnal Sosio Didaktika, Vol. 3, No. 2. 2016.
Herdi, Asep. Memahami Ilmu Hadis (Tafakur). 2014
Imam Muslim, dalam aplikasi Imam Muslim, https://apps.subhanallah.my.id/ahaM
ttps://carihadis.com/Sunan_Ibnu_Majah/4203 https://carihadis.com/Shahih_Muslim/4650

Anda mungkin juga menyukai