PEDOMAN
PENGELOLAAN ALAT
SINGLE USE YANG DIRE-USE
TAHUN 2022
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUALA PEMBUANG
Nomor : 445/67/Skep/RSUD/VI/2022
TENTANG
MEMUTUSKAN
dr. SOLIHIN
Pembina (IV/a)
NIP.19791002 200802 1 001
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmatNya, pedoman
Proses Sterilisasi Barang single-use diproses Re-use ini dapat diselesaikan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan yang pesat dalam desain, produksi
dan penggunaan alat kesehatan telah memberikan manfaat besar buat pasien selama
proses operasi dan perawatan. Namun, beberapa isu tentang kepentingan keselamatan,
etika dan legalitas timbul saat terjadi penggunaan ulang dari alat yang diproduksi untuk
sekali pakai. Penggunaan alat single use yang seharusnya sekali pakai, dilakukan proses
sterilisasi sampai menjadi alat steril yang siap dipakai kembali. Proses sterilisasi barang
single use di Rumah Sakit dilakukan dengan berbagai alasan antara lain harga alat mahal,
keterbatasan dana dan lain sebagainya.
Terkait dengan permasalahan tersebut, pedoman untuk proses ulang barang
single-use dirasa sangat penting agar setiap proses mulai dari mengumpulkan barang
kotor, pre-cleaning dan cleaning sampai proses steril harus mengikuti aturan yang
sesuai dengan standar sehingga semua petugas pelaksana mempunyai pemahaman
yang sama.
Sebagai salah satu pemecahan masalah dari temuan temuan Surveyor JCI, temuan
PPIRS dan sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari petugas Unit Kerja yang
melakukan proses pencucian dan pengemasan barang single-use ke proses reuse maka
Ka. Instalasi Sterilisasi Sentral dengan Pimpinan Rumah Sakit mengadakan rapat
koordinasi yang dipimpin oleh Direktur Utama ,Komite Medik , Komite Keperawatan dan
PPIRS untuk memutuskan harus ada Kebijakan tentang Proses sterilisasi barang
Single-use yang draftnya disusun oleh Kepala Instalasi Sterilisasi Sentral.
Pedoman Proses Sterilisasi Barang single-use di proses reuse sebagai
lampiran dari Surat Keputusan, sangat diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan
proses sterilisasi barang single-use - reuse sesuai dengan standar keselamatan pasien di
Rumah Sakit.
Menyadari bahwa dalam penyusunan pedoman Proses Sterilisasi Barang single-use
di proses reuse masih jauh dari sempurna, diharapkan saran dan kritik dari Pimpinan,
Konsultan JCI, Ketua Komite PPIRS dan semua pihak yang terkait sebagai penyempurnaan
pedoman ini di kemudian hari.
Pada kesempatan yang baik ini kami sebagai penyusun mengucapkan terimaka sih
kepada semua pihak yang sudah membantu terbitnya pedoman ini dan harapan kami
agar buku ini dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses sterilisasi
barang single-use ke reuse.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
Tujuan ..................................................................................................................................... 1
Ruang Lingkup ........................................................................................................................ 2
Dasar Hukum .......................................................................................................................... 2
BAB II KETENTUAN UMUM ......................................................................................................... 3
Pengertian .............................................................................................................................. 3
Faktor Pertimbangan ........................................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA ............................................................................................................... 6
Tujuan Proses Sterilisasi barang Single use .................................................................... 6
Persyaratan Barang Single Use bisa di re use ................................................................. 6
Tahapan Proses Sterilisasi Barang Single use ................................................................. 6
Proses Sterilisasi Alat Single Use ........................................................................................ 7
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI .................................................................................... 9
Monitoring ................................................................................................................................ 9
Evaluasi ................................................................................................................................... 9
BAB V PENUTUP ............................................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Barang single use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda termasuk segala macam
komponen, suku cadang, aksesori yang ditujukan untuk sekali pakai dalam diagnosis atau
terapi medis pada manusia yang dikelompokkan kedalam peralatan kritis yang harus
disediakan dalam keadaan steril atau yang harus disediakan setelah diproses dengan
desinfeksi tingkat tinggi (DTT). Penggunaan barang single use yang seharusnya sekali pakai
di buang banyak dilakukan di Rumah Sakit untuk di proses ulang sampai menjadi barang
steril. Proses sterilisasi barang re-use di RS dilakukan dengan berbagai alasan antara lain
harga barang nya mahal , keterbatasan dana dan sebagainya.
Karena barang-bara ng tersebut diproduksi dan disiapkan untuk sekali pakai / single use
maka proses ulang pakai (re-use ) kemungkinan akan menimbulkan beberapa masalah -
masalah baik terhadap penderita ataupun terhadap petugas RS yang tentunya
berdampak terhadap penurunan mutu pelayanan Rumah Sakit . Oleh sebab itu agar
permasalah an yang kemungkinan terjadi dapat dihindarkan lebih awal bila dilakukan
proses sterilisasi barang single-use maka perlu dipertimbangkan beberapa faktor ,seperti
pertimbangan teknis, pertimbangan klinis, keamanan personil, etika - mediko legal dan Cost
effective.
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan permasalahan tersebut diatas yang
terkait dengan proses Sterilisasi barang single-use maka diadakan rapat kordinasi dibawah
pimpinan Direktur Utama,Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite PPIRS hasil
pertemuan memutuskan dan menugaskan kepada Kepala Instalasi Sterilisasi Pusat untuk
menyempurnakan draft SK Kebijakan barang single-use.
Sebagai tindak lanjut dari hasil pertemuan maka Instalasi Sterilisasi Sentral merasa perlu
membuat pedoman Proses Sterilisasi barang single-use dan membuat draf SK Kebijakan
Pemberlakuan pedoman Proses Sterilisasi barang single-use ke reuse sebagai pengganti
SK Kebijakan barang single-use
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman untuk penyelenggaraan proses sterilisasi barang single use di
lingkungan RSUD Kuala pembuang
2. Tujuan Khusus
a. Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan
pertimbangan teknis seperti ruangan kerja, fasilitas dan Sumber Daya Manusia
1
b. Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan
pertimbangan klinis (patient safety)
c. Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan pertimbangan
etika dan medico legal
d. Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan
pertimbangan cost efectivene
e. Memahami proses sterilisasi barang single-use sesuai dengan aturan dan
spesifikasi dari setiap barang yang akan diproses
C. RUANG LINGKUP
1. Sistem Pelayanan
a. Sentralisasi : Instalasi Sterilisasi Sentral
b. Desentralisasi : Satelit Sterilisasi
2. Lingkup Kegiatan Pelayanan
a. Unit Kerja yang melakukan proses re-use barang single use adalah :
Unit ICU
Unit Bedah Central
Unit Kebidanan dan Bayi
Perinatologi
b. Proses Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan di Unit Kerja
c. Proses Sterilisasi dilakukan di Instalasi Sterilisasi Sentral
D. DASAR HUKUM
1. Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 382/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27 Maret
2007 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah sakit dan
Fasilitas kesehatan lainnya.
3. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi ( Central Sterile Supply Department/ CSSD ) di
Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta 2009
4. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUD kuala pembuang
5. SK Direktur RSUD Kuala pembuang tentang Pelayanan Sterilisasi
BAB II
KETENTUAN UMUM
A. PENGERTIAN
1. Barang single use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda termasuk segala
macam komponen, suku cadang, asessoris yang ditujukan untuk sekali pakai dalam
diagnosis atau terapi medis pada manusia yang dikelompokkan kedalam peralatan
kritis yang harus disediakan dalam keadaan steril atau harus disediakan setelah
diproses dengan desinfeksi tingkat tinggi
2. Barang steril sekali pakai yang dapat dipakai ulang harus melalui proses mulai dari Pre-
Cleaning dan Cleaning sampai proses bebas dari mikroorganisme dengan cara
Desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau Strerilisasi dengan mesin sterilisator
3. Prabilas (Pre-Cleaning) adalah proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan, mengurangi jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi, mengaktifasi virus HBV, HCV dan HIV.
4. Pembersihan (Cleaning) adalah proses secara fisik membuang semua kotoran dan
sejumlah mikroorganisme dari alat kesehatan untuk menguragi risiko bagi petugas
selanjutnya
5. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah suatu proses yang dilakukan terhadap
peralatan medis golongan semi kritikal dengan menggunakan desinfektan untuk
membunuh semua bentuk mikroorganisme kecuali endospore
6. Sterilisasi adalah Suatu proses yang dilakukan terhadap peralatan medis golongan
kritikal dengan mengguna kan mesin sterilisator baik suhu tinggi maupun suhu rendah
untuk membunuh semua bentuk mikroorganisme termasuk endospora
B. FAKTOR PERTIMBANGAN
1. Pertimbangan Teknis
a. Sarana Rumah Sakit
Apakah rumah sakit mempunyai sarana dan fasilitas yang sesuai dengan
spesifikasi dan kapasitas untuk melakukan proses sterilisasi barang single-use,
apakah sudah tersentralisasi, apakah proses dibawah pengawasan Instalasi
Sentral Sterilisasi dan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional ( SPO).
1) Ruangan
Area pre-cleaning dan cleaning barang single use kotor
Area pengemasan barang single use bersih
Area penyimpanan barang steril
2) Peralatan :
Untuk proses dekontaminasi/pencucian :
Washer Autometic Desinfector
Lemari pengering
Spray Gun
Untuk proses pengemasan :
Mesin sealling
Mesin Labeler
Untuk proses sterilisasi :
Mesin sterilisator Suhu tinggi ( Autoclave atau Dry Heat )
3) Bahan Desinfektan
3
Standar pemakaian desinfektan di RS terutama yang berkaitan dengan :
Jenis desinfektan
Konsentrasi
Aturan pemakaian
2. Pertimbangan Klinik
a. Keamanan penderita /Patient safety :
1) Apakah tidak terdapat sisa kotoran atau bahan toksik pada barang single use
yang dilakukan proses re-use ?
2) Bila terjadi kerusakan struktur , apakah akan berakibat pada penderita ?
b. Standard of care
Perlu dinilai apakah penggunaan ulang tersebut tidak menyalahi standard of
care di unit pelayanan pasien
3. Pertimbangan keamanan personal
Proses ulang barang-barang tersebut dapat menimbulkan bahaya pada personil
rumah sakit , misalnya :
a. Bahaya penularan penyakit , seperti hepatitis , AIDS , typus dan lain bagainya
b. Bahaya penyakit kulit seperti gatal-gatal ,kelainan kulit lainnya dll
4. Pertimbangan etika dan mediko legal
Bila hasil penggunaan barang single-u se yang diproses ulang tersebut ternyata
tidak seperti yang diharapkan oleh penderita maupun penggunanya, siapakah yang
akan bertanggung jawab ? Apakah :
a. Kepala CSSD
b. Kepala Unit Kerja pelayanan
c. Dokter yang merawat Pasien
d. Perawat yang memakaikan kepada Pasien
e. Pimpinan Rumah sakit
5. Pertimbangan Cost effective
6. Dalam melakukan proses barang single use kotor menjadi barang steril
membutuhkan biaya - biaya yang terkait dengan :
a. Tenaga kerja ( SDM )
b. Sumber daya ( energy listrik ,air ,uap dll )
c. Bahan pembersihan /desinfektan
d. Bahan pengemas dan ABHP lainnya
e. Pemeliharaan peralatan sterilisasi
f. Fasilitas penyimpanan dan distribusi barang steril
g. Pengawasan proses sterilisasi
h. Dan sebagainya
Apakah biaya-biaya yang terkait dengan komponen diatas sebanding dengan harga
barang single- use tersebut dan segala resiko yang harus dihadapi ?
5
BAB III
TATALAKSANA
7
Lembar ke 3 untuk proses sterilisasi
Menyerahkan formulir lembar ke 1 kepada petugas Unit kerja
e. Petugas Cleaning
Melakukan proses berdasarkan kelompok barang yang di re-use
f. Petugas pengemasan dan penandaan
Mengemas barang yang sudah bersih dari hasil proses cleaning dengan
bahan pengemas yang sesuai
Memberi dan menempelkan kertas labeling yang bertuliskan :
Warna gelang dari barang single use
Tanggal proses sterilisasi
Tanggal expire date d. Petugas Sterilisasi
Melakukan proses steril dengan metoda sterilisasi suhu rendah (Plasma atau
Etilen Oksida) atau steriliasasi suhu tinggi (steam)
Mengirim barang steril ke ruangan penyimpanan barang steril
g. Petugas penyimpanan dan distribusi barang steril
Melakukan uji visual
Membubuhkan paraf pada Kartu Persetujuan Proses Sterilisasi Barang Single-
Use sebagai tanda persetujuan bahwa alat memenuhi syarat
Melakukan penyimpanan pada rak –rak
Mendistribusikan barang steril ke unit kerja
3. Di Unit kerja :
a. Petugas Unit Kerja
Mengambil alat yang telah selesai proses sterilisasi di loket pendistribusian
Melakukan pemeriksaan bersama dengan petugas pendistribusian barang steril
Menanda tangani formulir Formulir Permintaan Sterilisasi
Mencatat semua data tambahan pada formular
Membawa alat steril ke Unit Kerja
b. Penanggung Jawab Barang Steril
Menyimpan alat steril pada ruang penyimpanan barang steril
Menempatkan Kartu Persetujuan Proses Sterilisasi Barang Single-Use
bersaman dengan alat
c. Dokter
Menginstruksikan pemakaian barang single-use steril untuk pasien sesuai dengan
tindakan medik
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
A. MONITORING
1. Monitoring secara umum dilakukan sesuai dengan cara monitoring yang tercantum
dalam Buku Pedoman Layanan Sterilisasi.
2. Monitoring khusus terhadap alat single use yang dilakukan proses sterilisasi ulang
menjadi tanggung jawab utama dokter yang menggunakan.
3. Dengan pertimbangan keselamatan pasien Instalasi Sterilisasi Sentral mempunyai
wewenang untuk merekomendasikan tidak layaknya alat single use tertentu diproses re
use kepada Departemen/Instalasi/Unit terkait.
4. Monitoring selain melibatkan Instalasi sterilisasi Sentral juga melibatkan Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
B. EVALUASI
1. Evaluasi mutu sterilitas secara berkala menjadi tanggung jawan Unit Kerja terkait
bekerjasama dengan Instalasi Sterilisasi Sentral.
2. Evaluasi secara umum sesuai dengan cara evaluasi yang tercantum dalam buku
Pedoman Layanan Sterilisasi.
3. Evaluasi terhadap kinerja alat dan sarana selain dilakukan oleh Unit Kerja dan Instalasi
Sterilisasi Sentral juga menjadi tanggung jawab Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit.
9
BAB V
PENUTUP
Proses sterilisasi ulang barang single use menjadi penting karena ditinjau dari banyak
aspek cara ini bukan hal yang dianjurkan, untuk menjamin bahwa barang single use yang
diproses sehingga bisa di re use harus mempunyai beberapa ketentuan :
a. Pasien atau keluarga pasien setidaknya diberitahu bahwa alat yang mereka
gunakan merupakan alat single use yang diproses untuk re use.
b. Penetapan jumlah re use harus berpedoman kepada literature, jurnal resmi atau
bukti pemakaian dilapangan.
c. Dokter yang terakhir menggunakan alat single use di re use berkewajiban
menetapkan apakah alat bisa di re use atau tidak.
d. Setiap alat single use yang di re use diberi tanda sesuai dengan Kode Warna,
penandaan dilakukan oleh penanggung jawab alat.
e. Secara umum proses sterilisasi sesuai dengan pedoman Layanan Sterilisasi.
Pada akhirnya perlu disampaikan bahwa barang single-use adalah barang yang tidak boleh
dipergunakan berulang, kalaupun dengan alasan penghematan biaya maka proses yang
dimulai dari persetujuan re-use sampai barang menjadi steril kembali harus melalaui
pengawasan yang ekstra ketat oleh segenap personil yang terlibat dalam proses ini agar
keselamatan pasien benar - benar dipastikan bisa terjaga.