OLEH:
MUHAMMAD RIVALDI
15401020073
Muhammad Rival di
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Universitas Borneo Tarakan
i
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
TAMBAK UDANG WINDU SISTEM TRADISIONAL
DI KALIMANTAN UTARA
Muhammad Rivaldi
Jafar Sidik Salim, S.E., M.Si
Budidaya udang windu sistem tradisional di Kalimantan Utara ini
sangat dibutuhkan untuk mendorong ekspor dari sektor bagian perikanan dan
dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian sehingga dapat
mempenggaruhi pembangunan di Daerah Kalimantan Utara. Hasil dari
budidaya udang windu dalam sistem tradisional ini juga dapat menyediakan
permintaan udang windu yang sangat tinggi yang dapat dikonsumsi oleh
masyarakat lokal sehingga produksi budidaya udang windu dalam sistem
tradisional ini harus ditingkatkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah bibit,
luas lahan, jumlah tenaga kerja, pemupukan lahan, pemberian pestisida, dan
pemeliharaan terhadap produksi budidaya udang windu sistem tradisional
yang ada di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Tana Tidung. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
analisis regresi linear berganda. Data diolah menggunakan Eviews9 dan
responden sebanyak 52 responden sebagai sampel dengan menggunakan
metode random sampling dari 110 populasi.
Hasil dari penelitian ini bahwa secara parsial (uji t), bahwa jumlah bibit,
luas lahan, pemberian pestisida, dan pemeliharaan berpengaruh nyata
terhadap produksi, sedangkan jumlah tenaga kerja, dan pemupukan lahan
tidak berpengaruh secara nyata. Secara serempak (uji f), bahwa jumlah bibit,
luas lahan, jumlah tenaga kerja, pemupukan lahan, pemberian pestisida, dan
pemeliharaan berpengaruh nyata terhadap produksi budidaya udang windu
sistem tradisional ini. Persamaan regresi LnY = -7,629541 + 0,681558 (X1) +
0,729861 (X2) + 0,212685 (X3) + 0,055199 (X4) + 0,264375 (X5) + 0,390764
(X6) + e, dan R2 sebesar 0,755886 hal ini menunjukan bahwa sebesar 75%
variabel terikat (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (jumlah bibit,
luas lahan, jumlah tenaga kerja, pemupukan lahan, pemberian pestisida, dan
pemeliharaan). Sedangkan sisanya 25% dipengaruhi oleh variabel bebas
lainnya yang belum dimasukan ke dalam model.
Kata Kunci : Jumlah bibit, Luas lahan, Jumlah tenaga kerja, Pemupukan lahan,
pemberian pestisida, pemeliharaan, Produksi Budidaya Udang
Windu.
v
ABSTARCT
Muhammad Rivaldi
Jafar Sidik Salim, S.E., M.Si
Windu shrimp cultivation in the traditional system in North Kalimantan
is urgently needed to encourage exports from the fisheries sector and it can
increase economic growth so it can affect the development in the North
Kalimantan Region. The results of the cultivation of Windu shrimp in this
traditional system can also provide a very high demand for Windu shrimp that
can be consumed by the local community so the production of Windu shrimp
in this traditional system must be increased.
The purpose of this research was to determine the effect of the number
of seedlings, land area, the number of labourers, fertilizing the land, providing
pesticides, and maintaining the production of Windu shrimp cultivation in the
traditional system that exists in the District of Bulungan and Tana Tidung
Regency. This type of research is a quantitative research using multiple linear
regression analysis methods. Data were processed using Eviews9 and 52
respondents were sampled using a random sampling method from 110
populations.
The results of this research partially (t-test), that the number of
seedlings, land area, pesticide application, and maintenance have a significant
effect on production, while the amount of labour and fertilizing the land has
no significant effect. Simultaneously (test f), that the number of seedlings,
land area, the amount of labour, fertilizing the land, administering pesticides,
and maintaining a significant effect on the production of Windu shrimp
cultivation in this traditional system. LnY regression equation = -7,629541 +
0,681558 (X1) + 0,729861 (X2) + 0,212685 (X3) + 0,055199 (X4) + 0,264375
(X5) + 0,390764 (X6) + e, and R2 of 0,755886, it shows that 75% of the
dependent variable (production) can be explained by the independent
variables (number of seedlings, land area, amount of labour, land fertilization,
pesticide application, and maintenance). While the remaining 25% is
influenced by other independent variables that have not been included in the
model.
Keywords : Number of seedlings, Area of land, Number of labourers, Fertilization
of land, provision of pesticides, maintenance, Production of Windu
Shrimp Cultivation.
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis pernah bersekolah di SD Negeri 003 Tarakan dan lulus pada tahun
2009. Lalu melanjutkan ke sekolah SMP Negeri 7 Tarakan dan lulus pada tahun
2012. Dan melanjutkan ke sekolah SMKN 2 Tarakan dengan Jurusan Teknik
Mesin dan lulus pada tahun 2015.
vii
KATA PENGANTAR
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
2.3 Definisi Konsep .....................................................................................19
2.4 Hipotesis ................................................................................................20
2.5 Kerangka Penelitian ...............................................................................20
xi
4.7 Pembahasan ...........................................................................................45
4.7.1 Hasil Uji t (Parsial) ....................................................................46
4.7.2 Hasil Uji F (Simultan) ...............................................................49
4.7.3 Koefisien Determinasi (R2) .......................................................49
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR/GRAFIK
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
7. Dokumentasi...................................................................... 69
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sumber daya
alamnya cukup berlimpah terutama di bagian prikanan. Di Indonesia juga
banyak petani tambak yang membudidayakan udang tambak secara
teradisional salah satunya budidaya udang windu. Budidaya udang windu
secara tradisional adalah budidaya yang bergantung lebih kepada alam karena
tidak mengandalkan teknologi yang moderen. Udang windu adalah primadona
dalam sektor prikanan yang banyak diminati oleh masyarakat dalam negeri
maupun luar negeri. Indonesia juga salah satu negara pengekspor udang
terbanyak dari berbagai dunia. Indonesia mengekspor udang ke negara-negara
Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan Malaysia.
Komoditas udang masih menjadi primadona untuk ekspor hasil prikanan
dari keseluruhan ekspor prikanan yang mencapai hingga sekitar 5 miliar dollar
AS, Tujuan ekspor udang terbesar di Indonesia adalah Amerika Serikat (AS).
Tahun sebelumnya ekspor udang terbesar ke Amerika Serikat (AS) dikuasai
India, tetapi pada saat tahun 2016 ekspor udang dari Indonesia nomor satu di
Amerika Serikat (AS). Ekspor udang mencapai 1,8 miliar dollar AS, dengan
volume 180.000 ton, selama ini produksi udang budidaya merupakan
penyumbang terbesar ekspor udang nasional mencapai 80 persen budidaya
yang sisanya dari prikanan tangkap (Kementrian Kelautan dan Prikanan, 2018).
Kalimantan Utara juga termasuk daerah yang banyak membudidayakan
udang windu tambak secara tradisional. Banyaknya petani budidaya udang
windu tambak secara tradisional di Kalimantan Utara pada tahun 2013
berjumlah 4.252 petani budidaya udang windu, berbeda dengan tahun lalu 2012
dengan jumlah lebih banyak dengan jumlah 4.255 petani budidaya udang
windu. Petani budidaya udang windu di Wilayah Kabupaten Bulungan
berjumlah 2.555 petani budidaya udang windu sedangkan di Wilayah
Kabupaten Tana Tidung 1.255 petani budidaya udang windu (Badan Pusat
Statistik Kalimantan Utara, 2015).
1
2
Produksi dari budidaya udang windu tambak sistem tradisional ini yang
ada di Kalimantan Utara pada tahun 2013 dengan jumlah 14.245 ton, berbeda
dengan tahun sebelumnya yang lebih banyak hasil produksinya pada tahun
2012 dengan jumlah 20.525 ton. Petani budidaya udang windu yang ada di
Kabupaten Bulungan menyumbang jumlah produksi pada tahun 2013 sebesar
3.735 ton, sedangkan di Kabupaten Tana Tidung menghasilkan produksi
sebesar 5.227 ton lebih banyak dibandingkan dengan Kabupaten Bulungan
(Badan Pusat Statistik Kalimantan Utara, 2015).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari produksi budidaya
udang tambak sistem tradisional diantaranya adalah jumlah bibit, luas lahan,
jumlah tenaga kerja, pemupukan lahan, pemberian pestisida dan pemeliharaan.
Berdasarkan kajian studi-studi tersebut, model penelitian dalam penelitian ini
merupakan rekonstruksi dari model-model penelitian sebelumnya yang
disesuaikan dengan keadaan pada objek penelitian yang dilakukan pada sektor
prikanan yaitu budidaya udang windu tambak sistem tradisional di Wilayah
Kabupaten Bulungan dan Tana Tidung.
Pemilihan variabel dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan
penulis yang diyakini, faktor-faktor jumlah bibit, luas lahan, jumlah tenaga
kerja, pemupukan lahan, pemberian pestisida dan pemeliharaan yang
mempengaruhi produksi budidaya udang windu tambak sistem tradisional.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Tambak Udang Windu Sistem Tradisional di Kalimantan Utara”.
Qm = f(LF,A,K)
Dimana Qm = kualitas barang dan jasa, LF = sumber daya manusia, A =
sumber daya alam, K = sumber daya modal, dan f = fungsi.
Menurut Indra Mahardika (2018), fungsi produksi adalah suatu
hubungan matematis yang mengambarkan suatu cara dimana jumlah dari hasil
produksi tertentu tergantung dari jumlah input tertentu yang digunakan. Suatu
fungsi produksi memberikan keterangan mengenai jumlah output yang
mungkin diharapkan apabila input-input dikombinasikan dalam suatu cara
yang khusus. Fungsi produksi umumnya ditulis sebagai Y = f (X), dimana Y
menunjukan hasil produksi; f sebelum tanda kurung menyatakan ‘tergantung’
yaitu’suatu fungsi dari’; dan huruf X menunjukan suatu input yang digunakan.
Apabila jumlah input yang digunakan lebih dari 1 maka fungsi produksi
tersebut dapat di tuliskan: Y = f(X1,X2…,Xn); di maka X1,X2…Xn
merupakan jenis input yang digunakan.
2.1.4 Faktor Produksi
Menurut Indra Mahardika (2018), Faktor-faktor produksi (sumber daya
alam) adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh
manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-
jasa. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan
menentukan sampai di mana suatu negara dapat menghasilkan barang dan jasa.
Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan menjadi 4 jenis,
yaitu:
1. Tanah dan Sumber Alam
Faktor produksi yang disediakan alam, meliputi tanah, berbagai jenis
barang tambang, hasil hutan dan sumber alam lainnya yang dapat
dijadikan modal. Kekayaan alam meliputi:
1) Tanah dan keadaan iklim.
2) Kekayaan hutan.
3) Kekayaan dibawah tanah (bahan pertambangan).
7
2.1.5 Bibit
Menurut Candhika (2014), Penebaran dilakukan pada saat suhu udara
masih dingin (pagi atau sore hari), lakukan sesegera mungkin dengan perkiraan
suhu air dalam kantong sama dengan air di tambak, yaitu dengan melakukan
aklimatisasi padat tebar tambak tradisional 1 – 4 ekor/m2.
Menurut Kordi (2011), pada tambak yang dikelola secara ekstensif, padat
penebaran sangat rendah. Persiapan tambak sudah dilakukan dengan
pengeringan, pengapuran dan pemupukan. Penebaran dengan menggunakan
bibit yang ukuran seragam dengan kepadatan 8 – 10 ekor/m2.
Menurut Suyanto (2009), pada tambak tradisional atau sederhana,
kebanyakan udang dipelihara dengan kepadatan rendah, antara 1 – 5 ekor/m2
lantaran pakannya hanya tergantung dari pakan alami yang tumbuh disitu,
pakan tambahan juga tidak diberikan.
Menurut Jimmy (2010), penebaran bibit dilakukan setelah
pemberantasan hama setelah itu di susul dengan pengapuran dan selanjutnya
proses pemupukan kemudian air ditampung selama 3 hari setelah itu baru
melakukan penebaran. Bibit yang baru datang sebelum ditebar di dalam tambak
terlebih dahulu dilakukannya proses adaptasi bibit atau penyesuaian suhu,
kantong plastik bibit dibuka kemudian kantong plastik tersebut diapung
dipermukaan air selama 10 menit setelah itu lakukan penebaran secara
perlahan.
Menurut Widigdo (2013), penebaran bibit yang harus di perhatikan juga
seperti suhu pada air. Kami selalu mengusahakan agar air dalam kantong
pengangkut bibit sama dengan suhu air tambak. Ini dapat dilakukan dengan
mengapungkan kantong bibit dipermukaan air tambak. Selama 30 menit hingga
1 jam. Untuk itulah bibit selalu dilakukan pada pagi hari agar selama
pengadaptasian suhu tersebut tidak terjadi peningkatan suhu air didalam
kantong akibat sengatan matahari. Setelah suhu diperkirakan sama, karet
penutup kantong dibuka dan kemudian dicampurkan air tambak kedalam
kantong plastik perlahan-lahan hingga volume air didalam kantong plastik
10
Luas lahan juga sebagai sarana atau wadah produksi budidaya tambak
udang sistem tradisional yang ada di Wilayah Kabupaten Bulungan dan Tana
Tidung luas lahan juga merupakan bagian dari faktor produksi. Luas
penguasaan lahan Tambak merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
proses produksi budidaya udang windu secara tradisional karna sistem ini lebih
menghandalkan luas lahan berbeda dengan tambak modern atau insentif yang
tidak mengandalkan luas lahannya.
2.1.7 Tenaga Kerja
Menurut Rozalinda (2016), tenaga kerja adalah segala kegiatan manusia
baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang. Tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang diakui oleh setiap sistem ekonomi baik
ekonomi islam, kapitalis, dan sosialis.
Menurut Soekarwati (2013), setiap proses produksi diperlukan tenaga
kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu
disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sampai jumlahnya
optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak
dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin,
musiman dan upah tenaga kerja.
Menurut UU No. 13 Bab 1 pasal 1 ayat 2 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Menurut Mulyadi (2014), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja
(berusia 15-65 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang
dapat memproduksi barang dan jasa. Jika ada permintaan terhadap tenaga kerja
mereka mau berpatisipasi dalam aktivitas tersebut.
2.1.8 Pemupukan Lahan
Menurut Rusmiyati (2013), pemupukan dalam kegiatan budidaya udang
harus diberi pemupukan. Pemupukan dimaksudkan untuk mempercepat
pertumbuhan pakan alami. Jenis pakan alami yang baik untuk udang windu
12
adalah kelekap, karna kelekap terdiri dari tiga campuran alga / ganggang dan
berbagai binatang rentik seperti pemupukan pada dasar tambak dapat
menumbuhkan kelekap, dan pemupukan pada air dapat menumbuhkan
plankton, dan terakhir pemupukan lumut dapat menumbuhkan lumut yang
diperlukan untuk proses pembesaran udang.
Menurut Candhika (2014), pemupukan tanah dasar dengan
menggunakan pupuk organik. Pupuk organik berasal dari tanaman atau kotoran
hewan yang telah diberi pelakuan dan teksturnya seperti tanah serta tidak
berbau lagi. Pupuk ditebar merata di seluruh dasar tambak dengan dosis
500kg/ha. Fungsinya memperbaiki tekstur tanah. Selain itu pupuk organik yang
telah terfementasi ini berfungsi sebagai pakan untuk zooplankton. Kelipatan
zooplankton cukup, menjadi pakan alami bibit udang windu yang akan ditebar.
Menurut Widigdo (2013), pemupukan ditambak, pertama melarutkan
terlebih dahulu pupuk tersebut. Rendamlah pupuk urea di ember yang terpisah
dengan menggunakan air tambak secukupnya. Bila pupuk sudah larut
kemudian larutkan ke dalam tambak dipetak yang baru saja diisi air. Dengan
perlakuan tersebut diatas, air akan berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan
4 hari setelah aplikasi pupuk dasar dan akan menjadi lebih pekat 3 hari
kemudian setelah diaplikasikan pupuk susulan. Kemudian pada saat tersebut
air telah siap menerima bibit.
Menurut Soetomo (2000), Pemupukan dimaksudkan untuk
meningkatkan kesuburan tanah, yang mengakibatkan suburnya makanan alami
bagi udang windu, terutama berupa klekap, lumut yang tumbuh pada pelataran
tambak maupun yang hidup sebagai plankton. Hal ini mengingat udang akan
cepat besar bila mana di dalam tambak tersedia makanan yang bermutu dan
dalam jumlah yang cukup.
2.1.9 Pemberian pestisida
Pemberian pestisida juga dilakukan oleh petani tambak udang windu
sistem tradisional yang berada di Wilayah Kabupaten Bulungan dan Tana
Tidung ini agar mengurangi hama yang memakan udang windu pada saat
pemeliharaan didalam tambak. Pestisida yang digunakan oleh petani tambak
13
ini adalah saponin sebagai pembersih hama dari tambak budidaya yang berada
di Wilayah Kabupaten Bulungan dan Tana Tidung. Bagi petani budidaya udang
windu pemberian saponin ini agar ikan-ikan yang memakan udang windu di
dalam tambak akan mati dan dapat mengurangi hama sehingga pemeliharaan
udang windu di dalam tambak lebih aman dan bisa meningkatkan hasil
produksi.
Menurut Anto (2014), penggunaan racun juga digunakan sebagai alat
untuk membasmi hama pada tambak. Saponin adalah salah satu racun tambak,
dengan dosis 150-200 kg per ha tambak akan dapat secara efektif membunuh
ikan-ikan buas dan karena racun saponin bereaksi 50 kali lebih kuat terhadap
ikan dari pada terhadap udang, maka saponin akan meracuni dan memberantas
ikan-ikan ditambak, tanpa mempengaruhi udang yang di pelihara.
Menurut Mustafa (2007), pemberantasan hama awal dengan
menggunakan pestisida organik yaitu saponin secara nyata berpengaruh
terhadap produktivitas tambak. Peningkatan dosis saponin juga dapat
meningkatkan produktivitas tambak. Ada pembudidaya yang hanya
mengaplikasikan saponin sebanyak 11 kg/ha dan hanya diaplikasikan pada
saluran keliling, sehingga peluang munculnya hama seperti ikan mujair cukup
besar yang pada akhirnya menjadi penyaing bagi organisme akuatik yang
dipelihara.
Menurut Ruzkiah (2013), pemanfaatan saponin pada tambak adalah
untuk pembasmian hama yang bertujuan membunuh benih ikan liar yang
terlanjur masuk ke dalam tambak atau tandon. Namun ada beberapa hal penting
yang harus diperhatikan dalam pembasmian hama di dalam tambak yaitu
pembasmian hama dilakukan setelah beberapa hari (4 hari) sejak pengisian air,
untuk menjamin telur dari hama telah menetas, sehingga meningkatkan
efektivitas pemusnahan hama.
2.1.10 Pemeliharaan
Menurut Candhika (2014), pemeliharaan tambak dengan monitoring
kualitas air buangan didepan pintu air masuk dan mulut sungai secara rutin
setiap bulan. Pastikan sampah terkumpul dan sediakan tempat pembuangan
14
produksi budidaya tambak udang sistem ekstensif dan sistem intensif, (2)
Menganalisis perbedaan pendapatan budidaya tambak udang sistem ekstensif
dan sistem intensif dan (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi tambak udang sistem ekstensif dan sistem intensif di daerah penelitian.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Metode Sensus, yaitu
seluruh populasi merupakan sampel dalam penelitian, dengan ukuran sampel
adalah 23 petambak.
Penelitian ini menggunakan analisis uji beda rata-rata (Independent Sample
T Test) dan analisis regresi linier berganda dengan metode estimasi OLS
(Ordinary Least Square). Dari hasil penelitian diperoleh: (1) biaya produksi
budidaya tambak udang sistem intensif lebih tinggi dibandingkan biaya produksi
budidaya tambak udang sistem ekstensif, (2) pendapatan budidaya tambak udang
sistem intensif lebih tinggi dibandingkan pendapatan budidaya tambak udang
sistem ekstensif dan (3) luas lahan, pakan, padat tebar, tenaga kerja dan teknologi
berpengaruh nyata terhadap produksi tambak udang sistem ekstensif dan sistem
intensif.
2. Bima Dwi Fortuna, Lily Fauzia, Salmiah (2012), dengan judul Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Budidaya Tambak Udang Sistem
Alam (Studi Kasus: Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan,
Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi proses budidaya tambak udang sistem alam, untuk
menganalisis biaya produksi dan pendapatan usaha budidaya tambak udang dan
untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tambak
udang sistem alam. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan
metode Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian diperoleh: Proses Budidaya
tambak udang sistem alam terdiri dari pengolahan lahan, pemberian pestisida,
pemupukan, pemeliharan, pemberi pakan dan pemanenan. Secara parsial (t-
hitung); luas lahan dan pakan berpengaruh nyata terhadap produksi udang sistem
alam. Sedangkan pendidikan, pengalaman dan padat penebaran tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi udang sistem alam. Secara serempak (F-
hitung) semua variabel bebas berpengaruh nyata terhadap produksi udang sistem
16
alam, R2 sebesar 0,662, hal ini menujukkan bahwa sebesar 66,2% variabel
terikat (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (pendidikan, pengalaman,
luas lahan, padat penebaran, pakan). Sedangkan sisanya 33,8% dipengaruhi oleh
variabel bebas lainnya yang belum dimasukkan kedalam model.
3. Wa Yuni, Budiyanto, dan Irdam Riani (2018), dengan judul Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Produksi Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
budidaya udang vaname di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan.
Penelitian dilaksanakan di Desa Asingi dan Desa Panggoosi Kecamatan
Tinanggea. Penentuan sampel menggunakan teknik sampel acak sederhana
sebanyak 40 orang pembudidaya udang vaname. Data diperoleh melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan regresi
non linier. dengan tingkat signifikan α = 0,1. Hasil analisis menunjukkan bahwa
faktor-faktor produksi budidaya udang vaname yang secara simultan
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi budidaya udang vaname adalah input
jumlah benur, luas lahan, pakan, pupuk, tenaga kerja (HKP) dan teknik
budidaya. Secara parsial input jumlah benur dan tenaga kerja (HKP)
berpengaruh nyata, namun input luas lahan, pakan, pupuk dan teknik budidaya
berpengaruh tidak nyata terhadap produksi budidaya udang vaname.
4. Wira (2010), dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Udang Windu di Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris apakah tenaga kerja
mempengaruhi tingkat produksi udang windu, untuk mengetahui secara empiris
apakah mesin dan teknologi mempengaruhi produksi udang windu, untuk
mengetahui secara empiris apakah bahan baku mempengaruhi tingkat produksi
udang windu, untuk mengetahui secara empiris apakah pengawasan
mempengaruhi tingkat produksi udang windu. Dalam penelitian ini
menggunakan sumber data primer dan sekunder dengan populasi sebanyak 176
orang karyawan dan sebagai sampel sebanyak 64 orang yang diambil dengan
menggunakan metode Random Sampling yaitu pengambilan sampel yang
17
dilakukan secara acak. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
kuantitatif. Untuk mempengetahui besarnya hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat digunakan model analisis Regresi Linear Berganda. Dari
penelitian ini yang dilakukan dengan uji statistik, dapat disimpulkan bahwa
variabel bebas dalam penelitian ini memiliki hubungan yang cukup erat dengan
variable terikat.
R2 sebesar 0.230 artinya yang menunjukan sebesar 23% variabel terikat
yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas, sedangkan sisanya 77% di pengaruhi
oleh variabel bebas lainnya yang belum dimasukan kedalam model. Produksi
udang windu dipengaruhi oleh empat variabel dalam penelitian ini. Dengan
menggunakan alat bantu komputer SPSS versib 15 maka, Selanjutnya dilakukan
juga uji parsial (uji-t) Adapun t-hitung dari masing masing variabel adalah
tenaga kerja (X1) 1.513, mesin dan teknologi (X2) 1.297, bahan baku (X3) -
2.848, pengawasan (X4) 1.515. faktor yang mempengaruhi paling besar adalah
tenaga kerja sedangkan faktor bahan baku tidak berpengaruh positif.
5. Erni Mulyani (2015), dengan judul Analisis Faktor-Faktor Produksi Usaha
Budidaya Udang Vaname pada Perusahaan Budidaya Ikan di Provinsi Jawa
Timur tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
produksi yang memengaruhi usaha budidaya udang vaname di perusahaan
budidaya ikan di Jawa Timur. Faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah
tenaga kerja, luas tambak, banyak benih dan banyak pakan yang digunakan
untuk budidaya udang. Penelitian ini menggunakan data hasil Survey
Perusahaan Budidaya Ikan tahun 2015. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis Regresi Linier Berganda dengan pendekatan fungsi produksi Cobb-
Douglas. Hasil analisis memperlihatkan bahwa banyak pakan dan banyak benih
yang ditebar merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada produksi
udang vaname, sedangkan luas tambak dan tenaga kerja tidak berpengaruh
signifikan pada produksi udang vaname.
6. Akhmad Mustafa, dan Erna Ratnawati (2007), dengan judul Faktor-faktor
Dominan yang Mempengaruhi Produktivitas Tambak di Kabupaten Pinrang,
Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
18
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan, maka hipotesis
dalam penelitian ini yaitu, diduga bahwa jumlah bibit, luas lahan, jumlah
tenaga kerja, pemupukan lahan, pemberian pestisida dan pemeliharaan
mempengaruhi produksi budidaya udang windu tambak sistem tradisional yang
ada di Wilayah Kabupaten Bulungan dan Tana Tidung.
Jumlah Bibit
(X1)
Luas Lahan
(X2)
Pemberian Pestisida
(X5)
Pemeliharaan
(X6)
22
23
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat Kesalahan 10%
Berdasarkan rumus slovin maka perhitungan untuk menentukan sampel
dalam penelitian ini sebagai berikut :
110
𝑛 = 1+ 110 (0,1)2
110
𝑛 = 1+(110×0,01)
110
𝑛 = 1+1,1
24
110
𝑛= 2,1
𝑛 = 52,38
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 52 sampel. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan metode Random Sampling, yaitu pengambilan yang dilakukan
secara acak.
1. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Pada penelitian
ini, kuesioner digunakan untuk mengambil data tentang jumlah bibit, luas lahan
tambak, jumlah tenaga kerja, pemupukan lahan, pemberian pestisida dan
pemeliharaan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang situasi pada
waktu pengambilan data dari petani tambak udang windu, serta informasi
lainnya yang tercatat dalam bentuk lainnya yang berupa catatan, agenda, dan
gambar. Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang telah diperoleh
melalui kuesioner dan wawancara dengan cara meminta data kepada pihak-
pihak yang terkait baik berupa arsip atau dokumen.
3. Luas Lahan
Luas lahan yaitu jumlah lahan untuk usaha produksi tambak udang di
Kabupaten Bulungan dan Tana Tidung. Dalam penelitian ini peneliti
mengunakan lahan tanpa memandang dari mana diprolehnya atau status
tanah tersebut. luas lahan yang digunakan per kegiatan untuk usaha tambak
dalam satuan hektare (ha). Variabel yang digunakan dalam tingkat luas
lahan adalah X2.
4. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam oprasi budidaya ini selama satu
priode atau satu kali panen. Satuan yang digunakan satuan (jiwa). Variabel
yang digunakan dalam tenaga kerja adalah X3.
5. Pemupukan Lahan
Pemupukan agar tingkat kesuburan lahan tambak atau dasar tambak dapat
subur sehingga dapat menumbuhkan makanan alami pada udang. Satuan
yang digunakan (kg). variabel yang digunakan dalam pemupukan lahan
adalah X4.
6. Pemberian Pestisida
Untuk mengurangi hama udang yang ada didalam tambak petani tambak
mengunakan pestisida agar udang didalam tambak lebih sehat dari hama.
Satuan yang digunakan (kg). Variabel yang digunakan dalam pemberian
pestisida adalah X5.
7. Pemeliharaan
Untuk memelihara kondisi tambak yang mempengaruhi produksinya
seperti penutupan bocor tanggul, pembersihan siput, pembersihan lumut.
Satuan yang digunakan (Jam). Variabel yang digunakan dalam
pemeliharaan ini adalah X6.
32
33
Tabel 4.6
Distribusi Responden Menurut Pemberian Pestisida Dalam
Satuan Satu Kali Produksi
Pemberian Pestisida (Kg) Jumlah (Orang) Persentasi (%)
50 - 200 51 98%
201 - 350 1 2%
Total 52 100%
Sumber : Data diolah, 2019
8 Mean -2.51e-15
Median 0.009576
Maximum 0.394537
6 Minimum -0.477048
Std. Dev. 0.184768
Skewness -0.516337
4
Kurtosis 3.386092
2 Jarque-Bera 2.633546
Probability 0.267999
0
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Coefficient Uncentered Centered
Variance VIF VIF
C 16,02957 21543,34 NA
X1 0,128142 23616,43 2,433579
X2 0,073467 631,2975 2,452131
X3 0,032676 42,54121 2,730916
X4 0,009313 332,1153 3,042165
X5 0,012517 374,3418 2,083155
X6 0,030344 1366,380 1,102099
Apabila nilai Prob. Chi-square yang diperoleh lebih besar dari α = 0,1 berarti
variabel gangguan memiliki varian yang sama (konstan).
Tabel 4.9
Hasil Uji White Heteroskedastisitas
F-Statistic 1,463400 Prob. F(27,24) 0,1746
Obs*R-squared 32,35011 Prob. Chi-square(27) 0,2194
Scaled explained SS 28,90355 Prob. Chi-square(27) 0,3656
Sumber : Data diolah, 2019
pestisida (X5), pemeliharaan (X6) terhadap hasil produksi tambak udang (Y) di
Kabupaten Bulungan dan Tana Tidung sebagai berikut.
Berdasarkan pengolahan data table 4.10 diatas, dapat diketahui
persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
LnY = 𝜷0 + β1LnX1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e
LnY = -7,629541 + 0,681558 + 0,729861 + 0,212685 + 0,055199 + 0,264375
+ 0,390764 + e
Makana dari persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:
1. 𝛽0 = -7,629541
Menunjukkan bahwa jika semua variabel jumlah bibit (X 1), luas lahan
(X2), jumlah tenaga kerja (X3), pemupukan lahan (X4), pemberian
pestisida (X5), pemeliharaan (X6), sama dengan nol atau dianggap konstan
atau tidak mengalami perubahan, maka rata-rata hasil produksi mengalami
kenaikan sebesar -7,629541.
2. 𝛽1 = 0,681558
Menunjukkan bahwa setiap peningkatan jumlah bibit sebesar satu-
satuan maka akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0,681558.
3. 𝛽2 = 0,729861
Menunjukkan bahwa setiap bertambahnya luas lahan sebesar satu-
satuan maka akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0,729861.
4. 𝛽3 = 0,212685
Menunjukkan bahwa setiap bertambahnya jumlah tenaga kerja sebesar
satu-satuan maka akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0,212685.
5. 𝛽4 = 0,055199
Menunjukkan bahwa setiap bertambahnya pemupukan lahan sebesar
satu-satuan maka akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0,055199.
6. 𝛽5 = 0,264375
Menunjukkan bahwa setiap meningkatnya pemberian pastisida sebesar
satu-satuan maka akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0,264375.
42
7. 𝛽6 = 0,390764
Menunjukkan bahwa setiap meningkatnya pemeliharaan sebesar satu-
satuan maka akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0,390764.
1,30109. Maka thitung 2,692736 > ttabel 1,30109 dan Prob. thitung X2 0,00990
< 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima,
artinya secara parsial bahwa luas lahan berpengaruh signifikan terhadap
hasil produksi.
3. Jumlah Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja (X3) Terhadap Hasil
Produksi (Y).
Hipotesis:
- H0: β1 = 0, tidak ada pengaruh dari jumlah tenaga kerja (X3) terhadap
hasil produksi (Y).
- Ha: β1 ≠ 0, ada pengaruh dari jumlah tenaga kerja (X3) terhadap hasil
produksi (Y).
Berdasarkan tabel 4.10, hasil perhitungan untuk variabel jumlah tenaga
kerja diperoleh nilai thitung sebesar 1,176587 dengan signifikansi sebesar
10% dan df (degree of fredoom) sebesar 44, diperoleh nilai ttabel sebesar
1,30109. Maka thitung 1,176587 < ttabel 1,30109 dan Prob. thitung X3 0,2455 >
0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, artinya
secara parsial bahwa jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil produksi.
4. Pengaruh Pemupukan Lahan (X4) Terhadap Hasil Produksi (Y).
Hipotesis:
- H0: β1 = 0, tidak ada pengaruh dari pemupukan lahan (X4) terhadap hasil
produksi (Y).
- Ha: β1 ≠ 0, ada pengaruh dari pemupukan lahan (X4) terhadap hasil
produksi (Y).
Berdasarkan tabel 4.10, hasil perhitungan untuk variabel pemupukan lahan
diperoleh nilai thitung sebesar 0,571982 dengan signifikansi sebesar 10%
dan df (degree of fredoom) sebesar 44, diperoleh nilai ttabel sebesar
1,30109. Maka thitung 0,571982 < ttabel 1,30109 dan Prob. thitung X4 0,5702 >
0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, artinya
secara parsial bahwa pemupukan lahan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil produksi.
44
4.7 Pembahasan
Pembahasan ini akan dijelaskan apakah jumlah bibit, luas lahan, jumlah
tenaga kerja, pemupukan lahan, pemberian pestisida, dan pemeliharaan secara
parsial maupun simultan berpengaruh terhadap hasil produksi tambak dan
untuk membuktikan hipotesis sementara.
46
Pinrang, Sulawesi Selatan. Hasil dari penelitian ini bahwa luas tambak
berpengaruh nyata terhadap produktivitas tambak.
3. Jumlah Tenaga Kerja Tidak berpengaruh signifikan terhadap
hasil produksi tambak.
Hasil uji t menunjukkan nilai thitung < ttabel (1,176587 < 1,30109)
dan Prob. thitung lebih besar dari taraf signifikan (0,2455 > 0,1).
Artinya, secara parsial jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap hasil produksi tambak udang. Dimana budidaya
udang windu tambak sistem tradisional di Kabupaten Bulungan dan
Tana Tidung memiliki luas yang besar dan sistem tambak ini lebih
tergantung kepada alam sehingga variabel jumlah tenaga kerja ini
disimpulkan tidak ada pengaruh secara signifikan terhadap hasil
produksi tambak. Hal ini didukung dengan hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Erni Mulyani (2015), dengan judul Analisis
Faktor-Faktor Produksi Usaha Budidaya Udang Vaname pada
Perusahaan Budidaya Ikan di Provinsi Jawa Timur tahun 2015. Hasil
dari penelitian ini bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan
pada produksi.
4. Pemupukan Lahan tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil
produksi tambak.
Hasil uji t menunjukkan nilai thitung < ttabel (0,571982 < 1,30109)
dan Prob. thitung lebih besar dari taraf signifikan (0,5702 > 0,1).
Artinya, secara parsial pemupukan lahan tidak berpengaruh signifikan
terhadap hasil produksi tambak udang. Tambak udang di wilayah
Kabupaten Bulungan dan Tana Tidung menggunakan pupuk yang
sedikit sementara memiliki lahan yang luas, sehingga pupuk yang
digunakan tidak bekerja maksimal hasilnya sehingga tidak
berpengaruh pada hasil produksinya. Hal ini didukung dengan hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wa Yuni, Budiyanto, dan
Irdam Riani (2018), dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di
48
50
51
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini maka dapat dikemukakan saran-
saran sebagai berikut:
1. Untuk petani budidaya udang windu yang ada di Kalimantan Utara
sebaiknya lebih memperhatikan jumlah penebaran bibit, luas lahan,
pemberian pestisida dan pemeliharaan agar dapat meningkatkan produksi
dari budidaya udang windu ini.
2. Untuk kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi budidaya udang windu ini agar hasil
yang diperoleh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Pasay, dan Sugiharso. 2008. Teori Ekonomi Mikro: Suatu Analisis Produksi
Terapan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Asaf Ruzkiah, Athirah Admi, Ratnawati Erna. 2013. Faktor Pengelolaan Tambak
Yang Mempengaruhi Produktivitas Tambak di Kabupaten Indramayu
Provinsi Jawa Barat. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Anto.2014. Kategori Racun Pemberantas Hama di Tambak Udang. Makassar:
Dalam https://www.banyudadi.com/racun-pemberantas-hama-di-tambak-
udang/. (Diakes 19 oktober 2019).
Akhmad Mustafa, dan Erna Ratnawati. 2007. Faktor-faktor Dominan yang
Mempengaruhi Produktivitas Tambak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi
Selatan.Pinrang:http://ejournalbalitbang.kkp.go.id/index.php/jra/article/view
/2146 (Diakses 23 oktober 2019).
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor Perikanan
dan Kabupaten/Kota. Kalimantan Utara.
Cahyadi Jimmy. (2010). Budidaya Udang Windu Di Tambak Tradisional. Tarakan:
UB Press.
Rozalinda. 2016. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Fortuna Dwi Bima, Fauzia Lily, Salmiah. 2012. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produksi Budidaya Tambak Udang Sistem Alam. Medan:
Universitas Sumatra Utara.
Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasyim Ali Ibrahim. 2017. Ekonomi Makro. Depok: PT. Kharisma Putra Utama.
Kordi H. Ghufran. 2011. Budi Daya 22 Komoditas Laut Untuk Konsumsi Lokal dan
Ekspor. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Laura Febrina. 2006. Analisis Optimasi Faktor-Faktor Produksi Dan Pendapatan
Usaha Budidaya Udang Windu: Kabupaten Karawang.
Mulyadi, S. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Prespektif
Pembangunan. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyani Erni. 2015. Analisis Faktor-faktor Produksi Usaha Budidaya Udang
Vanamme Pada Perusahaan Budidaya Ikan. Jawa Timur.
Putra Mahardika Indra. 2018. Pengantar Mikro Ekonomi. Yogyakarta: Quadrant.
52
53
Rusmiyati Sri. 2013. Pintar Budidaya Udang Windu. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Rizki Utami. Tavi Supriana. Rahmanta Ginting. (2014). Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Tambak Udang Sistem Ekstensif Dan Sistem
Intensif: Kabupaten Langkat. Langkat: Universitas Sumatra Utara.
Suyanto Rachmatun S. dan Takarina Purbani Enny. 2009. Panduan Budidaya
Udang Windu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sukirno Sandono. 2016. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Soetomo, H.A. 2000. Teknik Budidaya Udang Windu. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan. 2005: Jakarta.
Widigdo Bambang. 2013. Betambak Udang Dengan Teknologi Biocrete. Jakarta:
PT. Kompas Media Nusantara.
Wira. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Udang Windu.
Pekanbaru: Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.
Yuni Wa, Budiyanto, Riani Irdam. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi Budidaya Udang Vanamme (Litopenaeus vannamei) di Kecamatan
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Kabupaten Konawe. Universitas
Halu Oleo.
Yusuf Candhika. 2014. Budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon) Tambak
Tradisional dan Semi Insentif. Jakarta: PT. Maginete Kreasindo.
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Pengantar :
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :
Lama Bekerja :
Jumlah Tanggungan :
PERTANYAAN :
No Umur Pendidikan Lama Bekerja (Tahun) Wilayah Tambak Jumlah bibit (Ekor) (X1) Luas lahan (Ha) (X2) Jumlah tenaga kerja (Jiwa) (X3) Pemupukan Lahan (Kg) (X4) Pemberian Pastisida (Kg) (X5) Pemeliharaan (Jam) (X6) Produksi (Kg) (Y)
1 49 SMP 7 Kab. Bulungan 150.000 14 3 300 350 360 600
2 51 SD 5 Kab. Bulungan 130.000 14 2 100 150 270 500
3 52 SD 8 Kab. Bulungan 120.000 12 2 100 150 360 500
4 40 SD 4 Kab. Tana Tidung 130.000 14 2 150 150 450 550
5 49 SD 10 Kab. Bulungan 120.000 11 2 150 100 360 450
6 55 SD 10 Kab. Bulungan 140.000 15 3 350 150 360 700
7 46 SMP 6 Kab. Bulungan 110.000 13 2 100 100 360 500
8 50 SD 6 Kab. Bulungan 120.000 10 2 100 100 270 500
9 41 SMP 5 Kab. Bulungan 130.000 12 2 100 100 360 450
10 56 SD 4 Kab. Tana Tidung 120.000 14 3 200 100 360 600
11 51 SD 10 Kab. Bulungan 140.000 13 3 200 150 270 650
12 40 SMA 4 Kab. Tana Tidung 120.000 11 3 200 100 360 550
13 45 SD 5 Kab. Bulungan 150.000 14 3 250 100 270 650
14 35 SMA 5 Kab. Tana Tidung 110.000 14 3 100 100 360 500
15 50 SD 6 Kab. Bulungan 120.000 13 3 250 150 360 650
16 44 SD 4 Kab. Tana Tidung 130.000 15 2 100 100 270 550
17 38 SMP 3 Kab. Tana Tidung 120.000 14 2 100 100 360 550
18 42 SD 5 Kab. Tana Tidung 100.000 10 3 150 75 360 350
19 45 SMP 3 Kab. Tana Tidung 100.000 10 2 100 50 270 250
20 38 SMP 2 Kab. Tana Tidung 140.000 15 3 300 150 360 650
21 53 SMA 9 Kab. Bulungan 110.000 14 3 300 100 270 600
22 52 SD 7 Kab. Tana Tidung 120.000 14 3 300 100 360 650
23 54 SD 12 Kab. Tana Tidung 150.000 15 3 350 150 270 700
24 38 SMP 3 Kab. Tana Tidung 110.000 10 2 100 50 360 250
25 35 SMP 2 Kab. Tana Tidung 100.000 10 2 100 50 360 200
26 48 SD 7 Kab. Bulungan 140.000 14 3 150 100 360 550
27 51 SD 8 Kab. Bulungan 110.000 14 3 100 150 360 450
28 35 SMP 3 Kab. Bulungan 120.000 15 4 300 100 360 600
29 52 SD 9 Kab. Tana Tidung 130.000 13 3 100 100 360 550
30 40 SMA 3 Kab. Bulungan 100.000 10 2 100 100 270 200
31 45 SD 5 Kab. Bulungan 120.000 10 2 150 75 270 200
32 35 SMP 4 Kab. Tana Tidung 120.000 10 2 100 100 270 250
33 38 SMP 3 Kab. Bulungan 140.000 14 4 300 100 360 650
34 48 SMP 3 Kab. Bulungan 120.000 13 2 100 100 360 550
35 54 SD 9 Kab. Bulungan 120.000 15 4 350 150 360 700
36 38 SMP 3 Kab. Bulungan 100.000 10 2 100 100 360 500
37 49 SD 9 Kab. Tana Tidung 120.000 10 2 150 150 270 500
38 42 SMP 4 Kab. Bulungan 140.000 14 3 350 150 360 750
39 51 SD 7 Kab. Bulungan 120.000 13 3 300 100 360 600
40 48 SD 3 Kab. Tana Tidung 140.000 14 4 300 150 270 650
41 52 SD 4 Kab. Bulungan 100.000 10 2 100 75 360 250
42 48 SD 5 Kab. Tana Tidung 120.000 10 3 150 100 270 400
43 41 SD 3 Kab. Tana Tidung 120.000 13 2 200 150 270 500
43 41 SD 3 Kab. Tana Tidung 120.000 13 2 200 150 270 500
44 54 SD 5 Kab. Bulungan 140.000 13 3 250 150 270 650
45 45 SMP 5 Kab. Tana Tidung 100.000 11 2 100 50 180 200
46 49 SD 7 Kab. Bulungan 120.000 14 3 300 150 360 600
47 41 SD 2 Kab. Tana Tidung 120.000 15 4 350 150 360 600
48 50 SD 5 Kab. Tana Tidung 110.000 10 2 150 100 360 450
49 53 SD 9 Kab. Tana Tidung 100.000 10 2 100 75 360 350
50 42 SMP 4 Kab. Tana Tidung 140.000 15 4 350 150 270 700
51 52 SD 8 Kab. Tana Tidung 120.000 11 3 100 100 360 550
52 47 SD 4 Kab. Tana Tidung 140.000 15 3 250 150 360 650
Lampiran 3. Nilai LN
Tabel Nilai LN
No Jumlah bibit (X1) Luas lahan (X2) Jumlah tenaga kerja (X3) Pemupukan lahan (X4) Pemberian pestisida (X5) Pemeliharaan (X6) Produksi (Y)
1 11.92 2.64 1.10 5.70 5.86 5.89 6.40
2 11.78 2.64 0.69 4.61 5.01 5.60 6.21
3 11.70 2.48 0.69 4.61 5.01 5.89 6.21
4 11.78 2.64 0.69 5.01 5.01 6.11 6.31
5 11.70 2.40 0.69 5.01 4.61 5.89 6.11
6 11.85 2.71 1.10 5.86 5.01 5.89 6.55
7 11.61 2.56 0.69 4.61 4.61 5.89 6.21
8 11.70 2.30 0.69 4.61 4.61 5.60 6.21
9 11.78 2.48 0.69 4.61 4.61 5.89 6.11
10 11.70 2.64 1.10 5.30 4.61 5.89 6.40
11 11.85 2.56 1.10 5.30 5.01 5.60 6.48
12 11.70 2.40 1.10 5.30 4.61 5.89 6.31
13 11.92 2.64 1.10 5.52 4.61 5.60 6.48
14 11.61 2.64 1.10 4.61 4.61 5.89 6.21
15 11.70 2.56 1.10 5.52 5.01 5.89 6.48
16 11.78 2.71 0.69 4.61 4.61 5.60 6.31
17 11.70 2.64 0.69 4.61 4.61 5.89 6.31
18 11.51 2.30 1.10 5.01 4.32 5.89 5.86
19 11.51 2.30 0.69 4.61 3.91 5.60 5.52
20 11.85 2.71 1.10 5.70 5.01 5.89 6.48
21 11.61 2.64 1.10 5.70 4.61 5.60 6.40
22 11.70 2.64 1.10 5.70 4.61 5.89 6.48
23 11.92 2.71 1.10 5.86 5.01 5.60 6.55
24 11.61 2.30 0.69 4.61 3.91 5.89 5.52
25 11.51 2.30 0.69 4.61 3.91 5.89 5.30
26 11.85 2.64 1.10 5.01 4.61 5.89 6.31
27 11.61 2.64 1.10 4.61 5.01 5.89 6.11
28 11.70 2.71 1.39 5.70 4.61 5.89 6.40
29 11.78 2.56 1.10 4.61 4.61 5.89 6.31
30 11.51 2.30 0.69 4.61 4.61 5.60 5.30
31 11.70 2.30 0.69 5.01 4.32 5.60 5.30
32 11.70 2.30 0.69 4.61 4.61 5.60 5.52
33 11.85 2.64 1.39 5.70 4.61 5.89 6.48
34 11.70 2.56 0.69 4.61 4.61 5.89 6.31
35 11.70 2.71 1.39 5.86 5.01 5.89 6.55
36 11.51 2.30 0.69 4.61 4.61 5.89 6.21
37 11.70 2.30 0.69 5.01 5.01 5.60 6.21
38 11.85 2.64 1.10 5.86 5.01 5.89 6.62
39 11.70 2.56 1.10 5.70 4.61 5.89 6.40
40 11.85 2.64 1.39 5.70 5.01 5.60 6.48
41 11.51 2.30 0.69 4.61 4.32 5.89 5.52
42 11.70 2.30 1.10 5.01 4.61 5.60 5.99
43 11.70 2.56 0.69 5.30 5.01 5.60 6.21
44 11.85 2.56 1.10 5.52 5.01 5.60 6.48
45 11.51 2.40 0.69 4.61 3.91 5.19 5.30
46 11.70 2.64 1.10 5.70 5.01 5.89 6.40
47 11.70 2.71 1.39 5.86 5.01 5.89 6.40
48 11.61 2.30 0.69 5.01 4.61 5.89 6.11
49 11.51 2.30 0.69 4.61 4.32 5.89 5.86
50 11.85 2.71 1.39 5.86 5.01 5.60 6.55
51 11.70 2.40 1.10 4.61 4.61 5.89 6.31
52 11.85 2.71 1.10 5.52 5.01 5.89 6.48
Lampiran 4. Tabel Titik Kritis Distribusi t
12
Series: Residuals
Sample 1 52
10 Observations 52
8 Mean -2.51e-15
Median 0.009576
Maximum 0.394537
6 Minimum -0.477048
Std. Dev. 0.184768
Skewness -0.516337
4
Kurtosis 3.386092
2 Jarque-Bera 2.633546
Probability 0.267999
0
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
2. Uji Multikolinieritas
Variance Inflation Factors
Date: 09/11/19 Time: 13:16
Sample: 1 52
Included observations: 52
C 16.02957 21543.34 NA
JUMLAHBIBIT 0.128142 23616.43 2.433579
LUASLAHAN 0.073467 631.2975 2.452131
JUMLAHTENAGA
KERJA 0.032676 42.54121 2.730916
PEMUPUKANLA
HAN 0.009313 332.1153 3.042165
PEMBERIANPAS
TISIDA 0.012517 374.3418 2.083155
PEMELIHARAAN 0.030344 1366.380 1.102099
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White