Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERBUATAN MANUSIA (AF’AL AL-IBAD)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas makalah:

Mata Kuliah : Filsafat Syi’ah

Dosen Pengampu: Dr. Syafii M. Ag

Disusun Oleh:

Nastain (2104016002)

M Khissin Azmi (2104016059)

PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG
2023

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah Swt. yang mana telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayahnya sehingga kita masih tetap diberikan kesempatan untuk terus belajar dan menuntut
ilmunya tanpa ada suatu halangan apapun

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw. yang
mana telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman penuh dengan cahaya. Semoga kita
semua menjadi umatnya dan mendapatkan syafaatnya bagi di dunia maupun di akhirat.

Kami selaku dari kelompok dua belas mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
terutama bapak dosen ataupun yang menggantikannya dalam mengampu mata kuliah Filsafat
Syi’ah yang mana telah memberikan perkuliahan dan pendampingan kepada kelompok kami
sehingga terciptanya makalah ini. Juga kepada semua pihak yang telah mendukung dan
mensupport kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami selaku kelompok dua belas merasa sangat banyak sekali kekurangan yang ada
dalam makalah ini baik dari segi sistematika kepenulisan, isi maupun referensi-referensi. Maka
dari itu kami memohon kepada bapak/ ibu dosen ataupun pembaca untuk memberikan kritikan
yang membangun agar kedepannya lebih baik lagi.

Kami juga memohon maaf sebesar-besarnya apabila makalah ini memiliki berbagai
kesalahan-kesalahan yang memang murni dari kami.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, 28 Agustus 2022

Kelompok 11
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan mengenai sistem teologi klasik memang terus berlanjut hingga saat
ini. Bukan hanya menjadi suatu pembahasan yang bersifat teoritis, tetapi juga sudah
mengewejantah dalam berbagai aliran-aliran teologi Islam di dunia. Sejak awalnya
konflik politik yang berpuncak pada peristiwa Tahkim (arbritase) antara kelompok Ali
dan Kelompok Syiah, membuat umat Islam terpecah dalam masa akhir pemerintahan Ali.
3 golongan muncul dengan perbedaan keyakinan masing-masing, yaitu kelompok
Mu’awiyah, Ali (Syiah) dan Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan).

Dari tiga kelompok tersebut, kelompok Ali (Syiah) inilah yang eksistensinya
masih terasa hingga di zaman modern ini. Syiah sudah mampu melewati berbagai
peradaban, zaman ataupun dinamika kehidupan yang ada dalam sepanjang sejarah
terbentuknya aliran hingga sekarang. Kita bisa melihat berbagai bukti sejarah melalui
berbagai bukti berupa tokoh maupun kitab-kitab terkenal yang beraliran Syiah. Bukti-
bukti tersebut memberikan sebuah penegasan bahwa Syiah memiliki beberapa pengaruh
yang kuat di sebagian penduduk Islam sendiri.

Disadari atau tidak, dari yang berakar sikap militan/loyalis kepada Ali dalam hal
politik juga akhirnya berdampak pada sistem teologi yang diyakini. Entah penyusunan
teologi ini dimaksudkan sebagai apa, tetapi melihat dari akar permasalahan awal yaitu
konflik politik membuktikan teologi awal sebagai bentuk perlawanan kepada mereka
yang memiliki perbedaan keyakinan. Tentu hal ini berimbas pada dialektika dalam
bidang teologi yang mana pada saat itu sangat sensitif untuk dibicarakan.

Seperti yang kita ketahui bahwa fokus pembahasan teologi klasik dianggap
melangit dari pada teologi modern-kontemporer yang dianggap membumi. Hal itu bisa
dilihat dari pembahasan teologi klasik yang banyak membahas mengenai Tuhan (dzat,
sifat dan af’al), kuasa Tuhan, keimanan, kenabian, takdir dan juga mengenai perbuatan
manusia. Perbuatan manusia ini juga menjadi tema sentral dalam pemikiran teologi Islam
Klasik, karena hampir semua aliran teologi memiliki keyakinannya masing-masing.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana kedudukan manusia dalam pandangan Syiah?
b. Bagaiamana konsep perbuatan manusia menurut Syiah?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kedudukan manusia dalam pandangan Syiah?
b. Untuk mengetahui konsep perbuatan manusia menurut Syiah?
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Orientasi utama dari makalah ini adalah bersifat teoritis. Yang mana hal ini
dimaksudkan agar makalah bisa sebagai referensi tambahan dalam membantu
memberikan pemahaman dan juga pengantar dalam memahami aliran teologi,
khususnya dalam pembahasan mengenai tema perbuatan manusia.
b. Manfaat Praktis
Dalam manfaat praktis, makalah ini diharapkan bisa memberikan suatu pembacaan
atas berbagai keyakinan aliran Syiah, khususnya dalam pembahasan perbuatan
manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa hidup kita tidak hanya dalam satu lingkup
masyarakat, tetapi bersifat plural.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia dalam Pandangan Syiah


Memaknai Kedudukan manusia sebagai khalifah sebagai khalifah Allah di bumi
mengandaikan dua hal, yaitu manusia bebas tapi disatu sisi lain manusia juga tidak
bebas.1 Hal ini menandakan bahwa segala sistem teologi yang ada masih memiliki
perbedaan dalam memandang manusia itu sendiri, baik itu manusia sebagai yang
merdeka (bebas) juga terikat oleh takdir-takdir Tuhan yang telah dituliskan. Secara
kontekstual ini menjadikan suatu dialektika yang mendalam dalam perdebatan aliran
teologi.
Dalam catatan kajian mengenai kedudukan manusia yang mengarah pada
perbuatan manusia (Af’alul ‘Ibad) memang tidak dijelaskan secara rinci. Dalam hal ini,
mereka (golong Syiah) lebih berfokus pada konsep metafisika (Ketuhanan, keimanan,
hari akhir) dan juga politik atau kepemimpinan (imamah, al mahdi). Hal ini tidak lain
karena perkembangan Syiah yang awalnya terpecah (akibat peristiwa tahkim) dan mereka
rindu akan seorang pemimpin yang ideal dimana mereka menyandarkan tersebut pada
ahlul bait.
Dalam pandangan Syiah sendiri, ada sebuah pengistimewaan sendiri dalam
manusia, seperti para Nabi dan disini ditambahkan juga ahlul bait dan juga para imamah.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa secara vertikal (manusia dalam pandangan
Tuhan) adalah sama. Dalam suatu hadits diriwayatkan melalui mata rantai periwayat
yang sampai pada Jabir bin Abdillah, yang mengatakan, “Suatu hari, kami (duduk-duduk)
bersama Nabi Muhammad saw. Lalu Ali datang. Nabi saw. Kontan bersabda menyambut
kedatangan Ali, ‘Demi Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh dia (Ali) dan
Syiah (pendukung/pengikut)nya adalah orang-orang yang selamat di hari Kiamat”
Setelah itu, turunlah firman Allah swt. yang berbunyi: “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh mereka itulah sebaik-baik makhluk”2

1
Abdul Basir Solissa dkk, KALAM Mewacanakan Aqidah Meneguhkan Keimanan, (Yogyakarta: FA PRESS, 2018),
hlm. 85
2
Oki Setiana Dewi, “SYIAH: Dari Kemunculan Hingga Perkembangannya di Indonesia”, Jurnal Studi Al-Qur’an:
Membangun Tradisi Berpikir Qur’ani, Vol. 12, No. 2 2016, hlm. 222
Namun dalam pandangan secara horizontal (manusia dengan manusia), kaum
Syiah memiliki pandangan yang cukup radikal. Memang secara umum mereka
menganggap bahwa semua umat manusia itu sama, dan perbedaan ada dibidang
ketauhidannya. Namun dalam segi khusus, mereka melebihkan kedudukan ahlul bait. Hal
ini mengindikasikan bahwa dalam Syiah sendiri hakikatnya memiliki pandangan yang
sama, tetapi dalam hal sosial adanya pengistimewaan kepada mereka keturunan Nabi
(ahlul bait) secara keyakinan yang radikal.
B. Perbuatan Manusia dalam pandangan Syiah
Aliran teologi didalam Islam muncul akibat af’al al-ibad yang merupakan suatu
perbuatan itu disebabkan oleh Tuhan atau manusia. Kaum Syi’ah berpandangan dalam
mengenal Tuhan menjadikan manusia dalam berkehidupan, ada beberapa konsep yang
diungkapkan oleh beberapa pemukanya. Di antaranya Hisyam bin Al-Hakam yang
menganggap bahwa manusia memiliki kekuatan tertentu sebelum perbuatan itu sendiri,
seperti kesehatan, kekuatan fisik, dan lain-lain.3 Artinya manusia mempunyai wilayah
untuk menentukan atau mempengaruhi bagaimana tentang apa yang akan datang
kepadanya.
At-Tusi, dalam ringkasannya yang dikenal tentang teologi, kitab at-Tajrid, sebuah
karya yang mendapat berbagai komentar dari tiolog-tiolog Syi’ah dan Sunni dan
diajarkan di lembaga-lembaga pengajaran Sunni dan Syi’ah, dengan jelas menyatakan
bahwa manusia adalah “pencipta” perbuatannya sendiri.4 Pendapat ini sangat ingin
menekankan akan besarnya peran manusia untuk menentukan hidupnya sendiri.
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan, bila dicermati ternyata semuanya
akan merujuk pada pandangan umum yang muncul yaitu bahwa pada tuhan dan manusia
ada proses determinasi yang parallel. Jadi, seperti yang telah kita lihat, pada manusia ada
faktor-faktor kesehatan, organ fisik yang bersangkut paut, ketiadaan rintangan dan
akhirnya ada dorongan yang memaksa (mubayyij), pada Tuhan ada proses yang ,terdiri
dari keinginan umum (masyi’a), keinginan yang kuat (irada) ukuran (waktu dan tempat
yang disebut qadar) dan akhirnya, determinasi yang tidak dapat dibatalkan (qada).
Tampak bahwa pada akhir proses ketika perbuatan benar-benar terjadi, ada

3
Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan Dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 89
4
Ibid. hlm 92
penggabungan determinasi Tuhan dan keinginan manusia, Karena itu, perbuatan itu
adalah bentuk kolaborasi antara manusia dan Tuhan.
Walaupun demikian, mengenai konsep perbuatan manusia dalam Syiah sendiri
sebagian mereka juga berpendapat bahwa, perbuatan manusia itu di ciptakan oleh Allah
SWT. Sedangkan sebagian yang lain berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan
oleh manusia sendiri.5

5
Ali Musthafa Al Ghurabi, Tarikh al-Firaq al-Islamiyyah...hlm. 290.
Bab III

PENUTUP

Kesimpulan

Syiah dalam memandang kedudukan manusia sebagai khalifah di bumi yang


mengandaikan dua hal, yakni manusia yang bebas (merdeka) dan yang tidak. Dalam hal
ini kedudukan manusia dalam perbuatan manusia (af’al al-ibad) memang tidak dijelaskan
dengan rinci, melainkan lebih fokus terhadap konsep metafisika (ketuhanan, keimanan,
hari akhir) dan konsep politik atau kepemimpinan (imamah, al-mahdi).

Sikap teologis rasional Syi’ah bahwa dalam hidupnya manusia mendapatkan arah
hidupnya ditentukan oleh Tuhan dan keinginan manusia, karena itu, perbuatan itu adalah
bentuk kolaborasi antara manusia dan Tuhan.
Daftar Pustaka
Abdul Basir Solissa dkk, KALAM Mewacanakan Aqidah Meneguhkan Keimanan,
(Yogyakarta: FA PRESS, 2018)
Oki Setiana Dewi, “SYIAH: Dari Kemunculan Hingga Perkembangannya di Indonesia”,
Jurnal Studi Al-Qur’an: Membangun Tradisi Berpikir Qur’ani, Vol. 12, No. 2
2016.
Syamsur Syam, “PERBUATAN MANUSIA PERSPEKTIF ALIRAN KALAM DAN ETHOS
KERJ A (Kajian Tentang Manfaat Teologi Rasional dalam Manajemen Diri),
Jurnal Manajemen Dakwah.
Rahman, Fazlur, Gelombang Perubahan Dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000).
Ghurabi, Ali Musthafa al-, Tarikh al-Firaq al-Islamiyyah wa Nasy’at al-Ilm al-Kalam
Ind al-Muslimin. Cet. II, Mesir, 1985.

Anda mungkin juga menyukai