Anda di halaman 1dari 17

FATIMAH MERNISSI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Tafsir Modern dan
Kontemporer yang diampu oleh:
Ibu Dosen Ibanah Suhrowardiyah S.M, S Th.I, MA.

Disusun Oleh:

1. Devi Ayu Puspita (U20181021)


2. Indah Lailil Mukarromah (U220181028
3. Lubnatul Alawiyah (U20181029)
4. Wardatus Sholehah (U20181005)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam.


Berkat anugerah dan karuniaNya , Kami dari kelompok tujuh dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat berbingkai salam tak
pernah lupa kami haturkan kepada junjungan seluruh ummat Nabi
Muhammad SAW.
Alhamdulillah, makalah “Pemikiran Fatimah Mernissi” dapat
dirampungkan dengan bantuan berbagai pihak untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Pemikiran Tafsir Modern & Kontemporer yang dibimbing oleh Ibu
Dosen Ibanah Suhrowardiyah S.M, S Th.I, MA..
Kritik dan saran sangat kami butuhkan , agar kedepannya penyusunan
makalah akan lebih baik lagi.
Terima Kasih.

Penyusun

Jember , 28 November 2020


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini akan secara khusus mencoba mendalami pemikiran
tokoh tafsir modern yaitu Fatimah Mernissi. Fatimah Mernissi
dikenal sebagai tokoh feminis islam terbesar. Beliau telah sering
melakukan gerakan feminisme islam dan pokok pemikirannya
berkutat pada masalah keadilan gender. Sebagai seorang sosiolog
sekaligus feminis, ia ingin menunjukkan pada dunia bahwa Islam
itu ramah terhadap perempuan.
Meski begitu, banyak orang yang belum mengenal nama Fatimah
Mernissi. Karena itu makalah ini bertujuan untuk menggali
kembali dan mengenalkan pemikiran Fatimah Mernissi kepada
pembaca.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perjalanan Hidup Fatimah Mernissi?
2. Apa saja pokok pemikiran Fatimah Mernissi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Biografi Fatimah Mernissi.
2. Memahami pemikiran-pemikiran Fatimah Mernissi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fatimah Mernissi
1. Riwayat Hidup
Jika ingin memahami pemikiran dan karakter seseorang maka
cara terbaiknya dalah melalui otobiografi maupun tulisan yang
bersangkutan. Mengetahui biografi Fatimah Mernissi tidaklah
sulit karena dalam beberapa karyanya ia telah jelas menceritakan
dan mengenalkan hidupnya, bahkan sejak kanak-kanak hingga
dewasa. Fatimah Mernissi lahir pada bulan Ramadhan tahun
1940 di sebuah Harem1 di Kota Fez, salah satu wilayah Maroko. 2
Saat beliau masih kanak-kanak saat itu Maroko sedang
mengalami kekacauan dikarenakan sering ada pertempuran
antara pasukan Kristen spanyol dan Prancis. Diceritakan bahwa
Fatimah Mernissi sejak kecil ikut berasama neneknya bernama
Lalla Yasmina, ia yang mengajarkan Fatimah Mernissi banyak
hal melalui cerita-cerita yang banyak hikmahnya termasuk
mengenai Sejarah islam dan Nabi Muhammad SAW, dan
neneknya inilah yang memicu semangat Fatimah Mernissi nanti
untuk menjadi fokus kajiannnya, yaitu mengenai Perempuan.
Dalam bukunya ia mengatakan : "Throughout my childhood I
had a very ambivalent relationship with the Koran. It was taught
to us in a Koranic School in a particularly ferocious manner. But
to my childish mind only the highly fanciful Islam of my
illiterate grandmother , Lai la Yasmina, opened tfye door for me
to a poetic religion.” Yang artinya adalah "Selama masa kanak-
1
Harem berasal dari Bahasa Arab yaitu ‫ حريم‬yang mempunyai arti yaitu terlarang. Harem
adalah tempat dimana para wanita berkumpul untuk mendiami suatu rumah yang tidak
diperizinkan untuk laki-laki masuk kedalamnya kecuali keluarga atau saudara terdekatnya.
Adanya tempat ini disebabkan karena untuk membatasi bertemunya antara wanita dan laki-
laki sehingga wanita tetap berdiam diri di tempat tersebut. Harem itu suci sehingga tidak
semua orang diperbolehkan untuk memasukinya dan hal itu dilarang, itulah kenapa tempat
ini bisa dinamakan harem. https://id.wikipedia.org/wiki/Harem (26 November 2020).
2
Fatimah Mernisi, Pembrontakan wanita: Peran Intelektual Kaum Wanita Dalam Sejarah
Muslim, Trj.Rahmani Astuti (Bandung:Mizan, 1999), hlm278
kanak, saya memiliki hubungan perasaan yang bertentangan
dengan al- Qur'an, di sekolah alQur'an kami diajar dengan cara
yang keras. Namun bagi pikiran kanak-kanak saya, hanya
keindahan rekaan al- Qur’an versi nenek saya yang buta huruf,
Lal.la Yasmina, yang telah membuka pintu menuju sebuah
agama yang puitis".3
Di sekolah menengah, ia mendapat pelajaran sejarah agama
ditandai dengan pengenalan al-Sunnah.Mernissi sempat terluka
tatkala mendengar sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-
Bukhori yang menyatakan bahwasanya anjing, keledai dan
wanita, akan membatalkan sholat seseorang manakala melintas
di depan mereka, menyelanya antara seseorang dengan
kiblat.mengkritisi hadits tersebut, Mernisi tidak percaya kalau
Nabi yang sangat kasih itu melakukan “pencemaran” terhadap
hakekat perempuan. Sejak itu Mernissi selalu mengkritisi hadits-
hadits yang benada merendahkan kaum perempuan.4
Pada masa remaja Mernissi mulai ikut berjuang secara aktif
dalam gerakan menentang kolonialisme Perancis. Pada waktu itu
baik laki-laki maupun perempuan turun ke jalan-jalan sambil
menyayikan lagu al-hurriyya jihaduna hatta narha (kami akan
berjuang untuk kemerdekaan sampai kami memperolehnya).5
Selanjutnya Mernissi menempuh perguruan tinggi di Universitas
Muhammad V Rabath, kemudian Universitas Sorbone Perancis
dan di Universitas Brandies ia meraih gelar Ph.D dalam bidang
sosiologi. Dari perjalanan pendidikannya dapat di ketahui bahwa
Mernissi bukan orang yang secara khusus memilih disiplin ilmu-
ilmu keislaman sebagai profesinya.Dia adalah seorang profesor
di bidang sosiologi. Pertemuannya dengan Islam lebih bersifat
personal dan tradisional, sehingga sering ditemukan muatan
emosi dan emphati dalam tulisan-tulisannya yang menyangkut
3
Fatimah. Mernissi, Wanita Dalam Islam, terj Yaziar. Radiant, (Bandung; Pustaka, 1994),
hlm 79
4
Fatimah Mernissi, Islam dan Demokrasi, hlm.90
5
Mernissi, Islam dan Demokrasi, hlm.75
Islam dan umat Islam. Sungguhpun demikian tidak akan
mengurangi kredibilitas Mernissi sebagai pemikir Islam, karena
secara otodidak ia kemudian mempelajari Islam dari sumber
otntiknya.6
2. Karya-Karya
Suatu ketika Mernisi melawat ke negeri-negeri Islam, seperti
pakistan, Mesir, al-Jazair dan lain-lain. Sebagai sosiolog ia
menyaksikan kegetiran yang kuat pada rakyat, para intelektual,
anak muda dan para petani karena ambisi yang terlalu dikekang,
keinginan terhadap makanan dan pakaian yang kurang tercukupi
serta komuditas dan alat-alat, juga keinginan terhadap produk
kebudayaan seperti buku-buku, film yang berkualitas,
pertunjukan yang meberikan makna pada kehidupan dan
mendamaikan individu.Semua itu tidak pernah terlihat oleh
mernisi ketika di Barat, yang menurut Mernissi dipandang
sebagai menghamburhamburkan bakat, merusak kesepakatan,
ketimpangan kesepakatan atau rintangan karir yang absurd.7
Yang lebih menyedihkan lagi bagi Mernissi adalah nasib kaum
perempuan.Ia sering mendengar marginalisasi perempuan,
pencampakan perempuan dan pengucilan perempuan dari
modernitas dunia ketiga. Analisa kekiri-kirian yang tergesa-gesa
ini bisa disebut sebagai syndrom Cassandra, yang cenderung
menyederhanakan masalah dengan melakukan generalisasi
dangkal tentang bagaimana buruknya negara dan betapa hak-hak
wanita diabaikan.8 Karena itu dalam beberapa buku yang ia tulis
banyak bicara tentang pembelaan terhadap perempuan dan hak-
haknya menurt Islam.
Di antara buku-bukunya yang telah beredar dan diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia antara lain:

6
Fatimah mernissi, Beyond The Veil:Male-fimale Dinamic in Modern Muslim Society
(Indiana:Indiana University Press, 1987), hlm.180-194
7
2 Fatimah Mernisi, Islam dan Demokrasi, terj.Amiruddin Arrari (Yogyakarta:LKIS,
1994), hlm.68
8
Mernissi, Beyond, hlm.xxviii
a) Ratu-Ratu Islam yang Terlupakan, (Bandung,Mizan, 1994).
b) Wanita Dalam Islam, (Bndung: Pustaka, 1994).
c) Setara di Hadapan Allah:Relasi Perempuan dan Laki-Laki
dalam Tradisi Islam Pasca Patriarki (Yogyakarta:LSPPA
Yayasan Prakarsa, 1995).
d) Menengok Kontraversi Peran Wanita Dalam politik
(Surabaya: Dunia Ilmu, 1997)
e) Beyond The Veil:Sek dan Kekuasaan:Dinamika Pria-wanita
Dalam masyarakat modern (Surabaya:Al-Fikr, 1997)
f) Pemberontakan Wanita:Peran Intelektual Kaum Wanita
Dalam Sejarah Muslim (Bandung:Mizan, 1999)
g) Teras Terlarang:Kisah Masa kecil Seorang Feminis Muslim
(Bandungizan, 1999)
h) Islam dan Demokrasi (Yogyakarta:LKIS, 1994)

Kemudian berkat karya-karya yang ia tulis, baik dalam bentuk buku,


jurnal, maupun yang lainya, Fatimah Mernissi mendapatkan
penghargaan sebagai penulis dalam bidang keilmuan keagamaan dan
kajian Islam. Pada 30 November 2015 Fatimah Mernissi meninggal
dunia di Rabat Maroko. Tokoh Feminisme 9 yang sangat terkenal itu
menghembuskan nafas terakhirnya dengan meninggalkan banyak
karya dan buah pemikiran-pemikiranya.

B. Pemikiran-pemikiran Fatimah Mernissi


Dasar pemikiran filsafat Fatimah Mernissi bertumpu pada usaha
untuk memperjelas pengertian tentang dalil-dalil agama, terutama
masalah hak pria dan wanita agar tetap relevan dengan keadaan saat
ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis historis terhadap

9
Fenimisme adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara
kaum wanita dan kaum pria, M.Qurais shihab, wawasan Al-Qur’an hlm 292 Menurut
Fatimah Mernisi, Fiminisme adalah sebuah kesadaran dari perempuan dan laki-laki akan
adannya penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan di dalam masyarakat, ditempat
pekerjaan maupun dalam keluarga dan melakukan tindakan sadar untuk mengubah situasi
tersebut. Fatimah Mernissi-Riffat Hassan, Setara di Hadapan Allah:Relasi Laki-Laki dan
perempuan dalam Tradisi Islam Pasca Patriachi, Terj Team LSPPA (Yogyakarta:LSPPA-
Yayasan Prakarsa, 1955), hlm,118
teks-teks agama. Dia mengawali pembahasannya melalui berbagai
pertanyaan:
- Apakah mungkin islam mengajarkan perlakuan tidak adil kepada
kaum wanita?
- Apakah mungkin Nabi Muhammad SAW yang diketahui
demikian baik akhlak-nya sampai hati bersabda merendahkan
harkat dan martabat wanita?
- Apakah benar adat-istiadat yang mengarah kepada perlakuan
yang tidak adil terhadap wanita berasal dari ajaran Islam?
- Apakah mungkin terjadi penyimpangan historis sampai
menimbulkan budaya patriarkhat?

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari teks-teks agama tersebut


diinterpretasi ulang dan hasilnya para ahli sejarah sepakat bahwa
peran kaum wanita diakui secara nyata dan objektif baik selaku
sahabat Nabi maupun perawi Hadits. Fatimah Mernissi mengupas
secara tegas beberapa hadits yang didalamnya memperlakukan
wanita secara tidak adil, dan menyatakan bahwa Al-Qur’an sebagai
firman Allah tidak mungkin seperti itu.

1. Gugatan Kesetaraan Gender Fatimah Mernissi


Pemikiran Fatimah Mernissi tentang Kesetaraan Laki-Laki dan
Perempuan. Dalam bukunya “Setara di hadapan Allah”, Fatimah
Mernisi mempertanyakan “Apakah kita Setara”? jawaban atau
perdebatan “iya’ atau “tidak”. Kita memang setara. lebih lanjut
Mernissi menyatakan bahwa “Kesetaraan itu dinyatakan dalam al-
qur’an sendiri. kita tidak mengambilnya dari warisan Barat atau
meminjam ide-ide dari budaya asing. Kita hanya mengklaim kembali
apa yang benar-benar menjadi milik kita.10
Dalam meminta status yang setara antara kaum perempuan dan laki-
laki, kita merejuk pada warisan Islam sendiri. Kita, kata Fatimah
Mernissi meniru model Feminisme yang dicontohkan oleh Ummu

10
Mernissi, Setara di Hadapan Allah, hlm.222
Salamah, istri Nabi Saw. Ummu Salama bertanya kepada
Rasulullah:”Mengapa kaum laki-laki yang melakukan hijrah disebut
dalam al-qur’an sedangkan permpuan tidak?.Allah mendengar
pertanyaan Ummu Salamah dan turunlah wahyu yang menjelaskan
semangat kesetaraan tersebut. yakni surah Ali ‘Imran, ayat 195:11
“Dan Tuhan mereka mendengar permohonan merekadan
ia berkata:Sesungguhnya Aku tidak pernah menyia-
nyiakan yang beramal diantara kamu sekalian baik laki-
laki maupun perempuan...”12
Atas dasar ini Fatimah merrnissi mengatakan bahwa Ummu Salamah
telah mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang hebat itu. dan
kemudian kita berabad-abad kemudian bisa menikmati sebuah
kepastian bahwa Islam telah memberikan kesetaraan gender yang
sempurna. Hijrah sebagai sebuah tindakan politik mengandung
pesan yang amat jelas bahwa perempuan harus dilibatkan dalam
urusan kemasyarakatan. ini adalah tanggung jawab kaum perempuan
untuk memperuangkan perbaikan masyarakat dan mereka akan
mendapatkan balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.13
Dalam kesempatan lain istri Nabi mengajukan pertanyaan yang
krusial kepada Nabi: Apakah al-Qur’an hanya diwahyukan kepada
laki-laki ataukah juga untuk perempuan ?. Maka turunlah Surat al-
Ahzab ayat 35:
Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, lakilaki dan perempuan yang mukmin, laki-laki
dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya.laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusu’, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan
yang memelihara ke hormatannya. Laki-laki dan
11
Ibn Kathir, Tafsir al-Qur’an al-Azim,Vol.2 (tt:Dar al-Fiqr, 1980), hlm.182
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra2001),
hlm.349
13
Mernissin, Setara, hlm.221
perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.14
Dengan adanya realitas seperti itu, Fatimah Mernissi mengajak
kepada kaum perempuan untuk menyongsong masa depanya dengan
serius dan bercitacita tinggi.` Dunia adalah milik kita, katanya.
Kebesaran dan kejayaan adalah masa depan sekaligus masa lalu kita.
atas dasar keagamaanlah Ummu Salama istri Nabi mengajukan
pertannyaan yang mendasar bahwa laki-laki dan perempuan
mempunyai status yang sama dalam Islam dan bahkan meraka
adalah rekan setara dalam hak-hak istimewa. oleh karenannya tidak
ada yang lebih islami dari pada seorang perempuan yang mengklaim
hak-haknya seperti ummu Salama untuk kesetaraan dan kebebasan
dari penghambatan dan penghinaan.15
Dalam sebuah bukunya, yang merupakan pembelaan terhadap kaum
perempuan, ia sependapat dengan Qasim amin yang mengatakan
bahwa Tidaklah benar teori yang mengatakan bahwa wanita tidak
memiliki kemampuan dan kecerdacan yang sama dengan laki-laki.
jika laki-laki lebih unggul dari perempuan dalam kekuatan fisik dan
kecerdasan, hal itu disebabkan karena lakilaki disibukkan dalam
kegiatan-kegiatan kerja yang menyebabkan mereka menggunakan
badan dan otak mereka. Mernisi menyatakan bahwa “begitu
perumpamaan diberikan kesempatan yang sama, maka perbedan-
perbedaan itu akan segera lenyap”.16
Beberapa gugatan keadilan gender yang diperjuangkan oleh Fatimah
Mernissi antara lain:
- Sedikit kaum wanita yang menjadi ahli kitab suci. Pria sangat
mendominasi dalam hal menjadi ahli Agama dan ahli hadits

14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 420
15
Mernisi, Setara, hlm.223
16
Fatimah mernissi, Beyond The feil:Male-fimale Dinamic in Modern Muslim Society
(Indiana:Indiana University Press, 1987), hlm.14
- Status pria lebih dominan dalam berbagai bidang kehidupan,
sehingga pria berkuasa untuk menafsirkan teks-teks dalam Al-
Qur’an dan wanita hanya berperan sebagai penerima hasil tafsir.
- Manipulasi penafsiran Al Qur’an dan Hadits oleh kaum pria
sehingga muncul hadits2 palsu sebagai legitimasi agama bagi
golongan tertentu (pria) sehingga mereka banyak mendapatkan
kesempatan dalam bidang sosial dan politik

2. Hadist Misogini

Mernissi mengungkapkan bahwa agama harus dipahami secara


progresif untuk memahami realitas sosial dan kekuatan-kekuatannya,
karena agama telah dijadikan sebagai pembenar kekerasan.

Menghindari hal-hal yang primitif dan irasional adalah cara untuk


menghilangkan penindasan politik dan kekerasan. Menurutnya,
adanya campur aduk antara yang profan dan sakral, antara Alquran
dan fantasi iman haruslah didekonstruksi.

Tidak seperti ulama-ulama hadis sebelumnya yang memberikan


pengertian hadis secara idealis, yaitu segala yang disandarkan
kepada Nabi, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapan dan yang
lainnya.Mernissi lebih menganggap hadis sebagai sebuah realitas
sebagaimana yang dilihatnya. Dia mendefinisikan hadis sebagai
catatan tertulis mengenai segala sesuatu yang pernah diucapkan atau
dilakukan oleh Rasulullah dalam segala hal.Catatan ini kemudian
menjadi rujukan umat Islam dalam segala hal, mulai dari urusan
politik, rumah tangga, pribadi, dan yang lainnya.Pengertian
semacam ini membuat Mernissi berkesimpulan bahwa hadis-hadis
adalah ungkapan fakta kehidupan sehari-hari pada abad ke-7, yang
ditampilkan secara beragam.

Sedangkan untuk periwayatan pertama, Mernissi menyatakan bahwa


hadis itu lahir sebagai akibat dari perpecahan umat Islam, tepatnya
pada akhir kepemimpinan Ali bin Abi Tholib. Masing-masing
kelompok berusaha meyakinkan bahwa kelompok mereka itu yang
paling benar, dan salah satu cara yang ampuh dalam hal ini adalah
membawa nama Rasulullah dalam setiap dalil yang diucapkannya.
Mernissi percaya dan mengakui bahwa semua hadis itu berasal dari
Rasulullah. Oleh karena itu, menurutnya, tidak mungkin Rasulullah
berbuat diskriminasi terhadap umatnya, khususnya perempuan.
Karena ia juga sangat yakin bahwa Rasulullah adalah teladan bagi
umatnya.Dengan begitu, jika ada hadis yang bernuansa misoginis,
maka harus ditelaah ulang jangan diterima begitu saja (taken for
granted).

Pendekatan Hadis Fatima Mernissi

Pengujian hadis yang dilakukan oleh Mernissi dengan dua


pendekatan, yaitu pertama, pendekatan historis untuk meneliti
kapan hadis itu diriwayatkan oleh Rasulullah, siapa dan kapan hadis
itu diriwayatkan kembali oleh perawi pertama. Mernissi menyoroti
perawi pertama dari hadis, baik dalam hal kredibilitas maupun
intelektualitasnya. Inilah yang menjadi hal baru dari pembelajaran
hadis karena sebelumnya kebanyakan ulama hadis selalu
melewatkan perawi pertama yang notabene adalah sahabat karena
merasa cukup dengan slogan “setiap sahabat itu adil”.

Lebih penting lagi, pendekatan historis dilakukan Mernissi untuk


mendapatkan gambaran sosiologis sebuah hadis, sehingga akan
dengan mudah melanjutkan kajiannya pada pendekatan
selanjutnya.Proses selanjutnya, yaitu verifikasi dengan menerapkan
kaidah metodologis yang telah didefinisikan oleh para ulama, misal
syarat-syarat perawi yang telah diajukan oleh Imam Malik. Menurut
Imam Malik, sebagaimana dikutip Mernissi, kualifikasi perawi hadis
tidak hanya dilihat dari kapasitas intlektualnya, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah moralnya.
Setelah memahami hadis ala Mernissi, pemahaman misoginis juga
perlu diketahui. Misoginis merupakan istilah yang berasal dari
bahasa Inggris. Dari kata “misogyny” yang artinya “kebencian
terhadap wanita”.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dimengerti bahwa usaha


Mernissi untuk memperjuangkan kesetaraan laki-laki dan perempuan
bukan hanya didasarkan atas pengaruh dari feminisme Barat. Akan
tetapi, pada dasarnya konsep kesetaraan laki-laki dan perempuan
sebenarnya telah tersurat dalam teks agama. Maka dari itu,
sebenarnya salah jika seseorang yang menggunakan dalil agama
untuk memarjinalkan perempuan. Karena dalam hal ini, tidak ada
ayat Alquran maupun hadis yang bertindak tidak adil terhadap
perempuan.

Sebagai contoh yaitu telaah tentang hadis-hadis misoginis berikut,


Hadis tentang kepemimpinan wanita; Lan yuflih qawm wallaw
amrahum imra’ah (tidak akan beruntung suatu kaum yang
menyerahkan urusannya kepada seorang wanita).17 Mernissi
mempunyai kecurigaan yang mendalam terkait hadis ini. Oleh
karena itu, ia pun mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hadis
tersebut, yaitu siapa perawi pertama dari hadis ini, di mana, kapan,
mengapa dan kepada siapa hadis ini diriwayatkan? Abu Bakrah
adalah orang yang pertama meriwayatkan hadis ini dari Nabi,
beberapa keterangan dari dan tentangnya sangat penting untuk
dijadikan sumber informasi mengenai hadis ini.

Abu Bakrah memberikan keterangan bahwa latar belakang


Rasulullah mengatakan hadis ini yaitu setelah mengetahui bahwa
pasca wafatnya Kisra, bangsa Persia diperintah oleh puterinya yang
tidak lain adalah seorang wanita.18 Berangkat dari keterangan ini,
17
Lihat Muhammad b. Isma’il al-Bukhari, shahih al Bukhari (beirut:Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 2009), Vol.3< 151: Vol.4, 443: Muhammad b ‘Isa al-Thirmidzi, Sunan al-
Thirmidz, Vol.8 (Beirut: Dar al-Fikr, 2009), 241.
18
‘An Abi Bakrah. Qal: Laqad nafa’ani Allah bi kalimat sami’tuha min rasul Allah salla
Allah ‘alaih wa sallam ayyâm al-jamal, ba’d ma kidt an alhaq bi ashab al-jamal fa uqatil
Mernissi kemudian melacak lebih lanjut tentang sejarah bangsa
Persia, terutama yang berkaitan erat dengan informasi dari Abû
Bakrah tadi. Pada tahun 628 M, Kaisar Romawi, Heraklius
menginvasi Persia dan menduduki Ctesiphon yang terletak sangat
dekat dengan ibu kota Sassanid, dan ketika itu pula Khusraw Pavis,
raja Persia dibunuh. Setelah itu, Persia mengalami masa-masa
kekacauan (629-632) terlebih setelah putra Khusraw juga meninggal.
Pada situasi ini banyak orang yang mengklaim hak atas tahta
Sassanid, termasuk di antaranya dua wanita. Bagian akhir dari
catatan sejarah tersebut yang diduga oleh Mernissi berhubungan erat
dengan keterangan Abu Bakrah di awal.19

Tampaknya peristiwa perang unta yang ketika itu pasukan ‘Ali


berhasil mengalahkan pasukan ‘Aishah dan menyebabkan banyak
orang Islam meninggal dunia mengingatkan Abu Bakrah pada hadis
tentang kepemimpinan perempuan. Pada konteks inilah Abu Bakrah
meriwayatkan kembali hadis tentang kepemimpinan perempuan
yang pernah disinggung oleh Rasululllah.20

Sementara untuk penilaian terhadap kredibilitas Abû Bakrah,


Mernissi berbeda dengan para pengkaji hadis klasik. Status sahabat
yang melekat pada diri Abû Bakrah tidak mengurungkan niat
Mernissi untuk menyelidikinya. Mernissi pun kemudian menyatakan
bahwa sejumlah ahli hadis dari awal telah curiga terhadap garis
keturunan ayah Abu Bakrah, karena tidak terlalu meyakinkan (tidak
jelas). Abu Bakrah pernah dihukum dan dicambuk oleh Khalifah
‘Umar bin al-Khattab karena pernah memberikan kesaksian palsu
dalam hal qadhaf. Untuk faktor yang kedua, Mernissi
mengembalikan kasus ini pada aturan-aturan yang telah dibangun

ma’ahum, qal: lamma balagha rasul Allâh salla Allah ‘alayh wa sallam ann ahl faris qad
mallaku alaihym bint kisra, qal: lan yuflih qawm wallw amrahum imra’ah.
19
Mernissi, Wanita di dalam Islam, 62.
20
Hal ini juga dinyatakan dengan jelas oleh Abu Bakrah sendiri seperti yang tertulis dalam
catatan al-Tirmidzi. Di sini ada tambahan di belakang matan hadis, yaitu: Qal: lamma
qadimat ‘Aishah ya’ni al-Basrah dhakart qawl rasul Allah salla Allah ‘alayh wa sallam
fa’asamani Allah bih.
oleh fuqaha, tepatnya Imam Malik tentang keabsahan seorang
perawi hadis. Di situ dikatakan bahwa Malik menolak perawi hadis
yang pernah berbohong, dalam hal yang paling sederhana sekalipun,
yaitu berbohong pada sesamanya dalam kehidupan sehari-hari
meskipun itu tidak terkait dengan ilmu keagamaan. Berdasarkan
aturan ini, maka Mernissi mengambil kesimpulan bahwa Abu
Bakrah merupakan perawi yang tertolak, dan hadisnya pun tidak
dapat diterima.

Dalam penelitian hadits ini telah diterangkan dalam bab sebelumnya,


dalam hal ini pun Fatima menelusuri dan meneliti koleksi hadits al-
Bukhari (194-256H). Akan tetapi Bukhari tidak melacak insiden ini
yang menyebabkan Rasulullah mengucapkan hadits yang menentang
(kepemimpinan) perempuan tersebut, ia hanya melaporkan perkataan
Abu Bakrah dan rujukan mengenai perempuan yang menjadi
penguasa bangsa Persia. Bukhari mempunyai kriteria tersendiri
dalam mensyaratkan keshahihan hadits. Bukhari bukan tidak terlepas
dari kritikan, ada juga yang mengkritik bahwa dalam kitab Bukhari
tersebut hadits yang tidak shohih. Seperti Abu Zar’ah. Tokoh lainnya
yang mengkritik seperti al-Asqalani menyebutkan bahwa lebih dari
tiga ratus nama rijal yang digunakan Imam Bukhari di dhoif kan oleh
para ahli hadits dan ulama rijal.21

Jika meninjau kembali sikap kaum fuqaha pada abad-abad pertama,


terhadap hadits misoginistk (membencu kaum perempuan) yang
sekarang disampaikan kepada masyarakat yang tidak terbantahkan.
Meskipun hadits ini dinilai shohih oleh Bukhari, akan tetapi ternyata
banyak pula diperdebatkan. Tidak diragukan lagi, banyak juga yang
menggunakan hadits ini sebagai argument untuk menggusur kaum
perempuan dari proses pengambilan keputusan. At-Thabari adalah
salah seorang dari otoritas religious yang menentang argumen ini,
karena tidak cukup mendapat alasan untuk merampas kemampuan

21
Al-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari (jakarta: Gema Insani Press, 2008), 27.
pengambilan keputusan dari kaum perempuan dan tidak ada alasan
untuk melakukan pembenaran atas pengucilan mereka dari kegiatan
politik.22

3. Penafsiran Ayat-ayat Al Qur’an


Termasuk dalam momen ini, Mernissi mencontohkan beberapa
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an tentang surga, khususnya ayat
yang berkaitan dengan perempuan di surga yang kita kenal
dengan sebutan bidadari. Menurutnya, al-Qur’an tidak pernah
secara jelas menyatakan bilangan bidadari di surga sebagai
balasan bagi orang yang beriman. Tapi anehnya orang-orang
Islam (tepatnya Muslim laki-laki) berebutan untuk menentukan
sendiri banyaknya bidadari yang akan dia dapatkan di surga.
Dalam surga, Imam al-Sindi misalnya mengatakan di situ
terdapat 73 bidadari (untuk satu orang laki-laki). Menurut versi
al-Suyuti di surga seorang laki-laki memiliki jatah 70 bidadari.
Imam Qadi bahkan menentukan jumlah yang lebih banyak lagi,
yaitu 4.900 bidadari untuk tiap penghuni laki-laki surga, di setiap
ranjang ada 70, dan setiap bidadari mempunyai 1.000 dayang-
dayang, imâm al-Bukhari pun juga tidak ketinggalan, tapi ia
hanya memberi untuk dirinya sendiri dan juga orang beriman
yang lainnya jatah dua istri.23
Hal tersebut menyebabkan jiwa sosiolog Mernissi berontak dan
tidak terima. Mernissi yang juga pernah hidup di Barat dan
menyaksikan sendiri kehidupan perempuan di sana, melihat hal
ini sebagai ketidakadilan dan ketimpangan. Bagaimana tidak,
ketika urusan menyenangkan laki-laki, perempuan diagung-
agungkan dan dipuji. Namun ketika urusan publik, perempuan
seakan dipinggirkan sebagaimana problematika pemimpin

22
Mernissi, Woman and Islam: An Historical and Theological Enquiry, 78.
23
Baca lebih lanjut Fatima Mernissi, “Perempuan dalam Surga Kaum Muslim” dalam
Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak (eds.), Setara di Hadapan Allah,
terj. Tim LSPPA (Yogyakarta: LSPPA, 1995), 147-160.
perempuan. Islam seakan-akan menjadikan perempuan sekadar
pelengkap dan penghibur laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai