Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Tafsir Modern dan
Kontemporer yang diampu oleh:
Ibu Dosen Ibanah Suhrowardiyah S.M, S Th.I, MA.
Disusun Oleh:
Penyusun
PEMBAHASAN
A. Fatimah Mernissi
1. Riwayat Hidup
Jika ingin memahami pemikiran dan karakter seseorang maka
cara terbaiknya dalah melalui otobiografi maupun tulisan yang
bersangkutan. Mengetahui biografi Fatimah Mernissi tidaklah
sulit karena dalam beberapa karyanya ia telah jelas menceritakan
dan mengenalkan hidupnya, bahkan sejak kanak-kanak hingga
dewasa. Fatimah Mernissi lahir pada bulan Ramadhan tahun
1940 di sebuah Harem1 di Kota Fez, salah satu wilayah Maroko. 2
Saat beliau masih kanak-kanak saat itu Maroko sedang
mengalami kekacauan dikarenakan sering ada pertempuran
antara pasukan Kristen spanyol dan Prancis. Diceritakan bahwa
Fatimah Mernissi sejak kecil ikut berasama neneknya bernama
Lalla Yasmina, ia yang mengajarkan Fatimah Mernissi banyak
hal melalui cerita-cerita yang banyak hikmahnya termasuk
mengenai Sejarah islam dan Nabi Muhammad SAW, dan
neneknya inilah yang memicu semangat Fatimah Mernissi nanti
untuk menjadi fokus kajiannnya, yaitu mengenai Perempuan.
Dalam bukunya ia mengatakan : "Throughout my childhood I
had a very ambivalent relationship with the Koran. It was taught
to us in a Koranic School in a particularly ferocious manner. But
to my childish mind only the highly fanciful Islam of my
illiterate grandmother , Lai la Yasmina, opened tfye door for me
to a poetic religion.” Yang artinya adalah "Selama masa kanak-
1
Harem berasal dari Bahasa Arab yaitu حريمyang mempunyai arti yaitu terlarang. Harem
adalah tempat dimana para wanita berkumpul untuk mendiami suatu rumah yang tidak
diperizinkan untuk laki-laki masuk kedalamnya kecuali keluarga atau saudara terdekatnya.
Adanya tempat ini disebabkan karena untuk membatasi bertemunya antara wanita dan laki-
laki sehingga wanita tetap berdiam diri di tempat tersebut. Harem itu suci sehingga tidak
semua orang diperbolehkan untuk memasukinya dan hal itu dilarang, itulah kenapa tempat
ini bisa dinamakan harem. https://id.wikipedia.org/wiki/Harem (26 November 2020).
2
Fatimah Mernisi, Pembrontakan wanita: Peran Intelektual Kaum Wanita Dalam Sejarah
Muslim, Trj.Rahmani Astuti (Bandung:Mizan, 1999), hlm278
kanak, saya memiliki hubungan perasaan yang bertentangan
dengan al- Qur'an, di sekolah alQur'an kami diajar dengan cara
yang keras. Namun bagi pikiran kanak-kanak saya, hanya
keindahan rekaan al- Qur’an versi nenek saya yang buta huruf,
Lal.la Yasmina, yang telah membuka pintu menuju sebuah
agama yang puitis".3
Di sekolah menengah, ia mendapat pelajaran sejarah agama
ditandai dengan pengenalan al-Sunnah.Mernissi sempat terluka
tatkala mendengar sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-
Bukhori yang menyatakan bahwasanya anjing, keledai dan
wanita, akan membatalkan sholat seseorang manakala melintas
di depan mereka, menyelanya antara seseorang dengan
kiblat.mengkritisi hadits tersebut, Mernisi tidak percaya kalau
Nabi yang sangat kasih itu melakukan “pencemaran” terhadap
hakekat perempuan. Sejak itu Mernissi selalu mengkritisi hadits-
hadits yang benada merendahkan kaum perempuan.4
Pada masa remaja Mernissi mulai ikut berjuang secara aktif
dalam gerakan menentang kolonialisme Perancis. Pada waktu itu
baik laki-laki maupun perempuan turun ke jalan-jalan sambil
menyayikan lagu al-hurriyya jihaduna hatta narha (kami akan
berjuang untuk kemerdekaan sampai kami memperolehnya).5
Selanjutnya Mernissi menempuh perguruan tinggi di Universitas
Muhammad V Rabath, kemudian Universitas Sorbone Perancis
dan di Universitas Brandies ia meraih gelar Ph.D dalam bidang
sosiologi. Dari perjalanan pendidikannya dapat di ketahui bahwa
Mernissi bukan orang yang secara khusus memilih disiplin ilmu-
ilmu keislaman sebagai profesinya.Dia adalah seorang profesor
di bidang sosiologi. Pertemuannya dengan Islam lebih bersifat
personal dan tradisional, sehingga sering ditemukan muatan
emosi dan emphati dalam tulisan-tulisannya yang menyangkut
3
Fatimah. Mernissi, Wanita Dalam Islam, terj Yaziar. Radiant, (Bandung; Pustaka, 1994),
hlm 79
4
Fatimah Mernissi, Islam dan Demokrasi, hlm.90
5
Mernissi, Islam dan Demokrasi, hlm.75
Islam dan umat Islam. Sungguhpun demikian tidak akan
mengurangi kredibilitas Mernissi sebagai pemikir Islam, karena
secara otodidak ia kemudian mempelajari Islam dari sumber
otntiknya.6
2. Karya-Karya
Suatu ketika Mernisi melawat ke negeri-negeri Islam, seperti
pakistan, Mesir, al-Jazair dan lain-lain. Sebagai sosiolog ia
menyaksikan kegetiran yang kuat pada rakyat, para intelektual,
anak muda dan para petani karena ambisi yang terlalu dikekang,
keinginan terhadap makanan dan pakaian yang kurang tercukupi
serta komuditas dan alat-alat, juga keinginan terhadap produk
kebudayaan seperti buku-buku, film yang berkualitas,
pertunjukan yang meberikan makna pada kehidupan dan
mendamaikan individu.Semua itu tidak pernah terlihat oleh
mernisi ketika di Barat, yang menurut Mernissi dipandang
sebagai menghamburhamburkan bakat, merusak kesepakatan,
ketimpangan kesepakatan atau rintangan karir yang absurd.7
Yang lebih menyedihkan lagi bagi Mernissi adalah nasib kaum
perempuan.Ia sering mendengar marginalisasi perempuan,
pencampakan perempuan dan pengucilan perempuan dari
modernitas dunia ketiga. Analisa kekiri-kirian yang tergesa-gesa
ini bisa disebut sebagai syndrom Cassandra, yang cenderung
menyederhanakan masalah dengan melakukan generalisasi
dangkal tentang bagaimana buruknya negara dan betapa hak-hak
wanita diabaikan.8 Karena itu dalam beberapa buku yang ia tulis
banyak bicara tentang pembelaan terhadap perempuan dan hak-
haknya menurt Islam.
Di antara buku-bukunya yang telah beredar dan diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia antara lain:
6
Fatimah mernissi, Beyond The Veil:Male-fimale Dinamic in Modern Muslim Society
(Indiana:Indiana University Press, 1987), hlm.180-194
7
2 Fatimah Mernisi, Islam dan Demokrasi, terj.Amiruddin Arrari (Yogyakarta:LKIS,
1994), hlm.68
8
Mernissi, Beyond, hlm.xxviii
a) Ratu-Ratu Islam yang Terlupakan, (Bandung,Mizan, 1994).
b) Wanita Dalam Islam, (Bndung: Pustaka, 1994).
c) Setara di Hadapan Allah:Relasi Perempuan dan Laki-Laki
dalam Tradisi Islam Pasca Patriarki (Yogyakarta:LSPPA
Yayasan Prakarsa, 1995).
d) Menengok Kontraversi Peran Wanita Dalam politik
(Surabaya: Dunia Ilmu, 1997)
e) Beyond The Veil:Sek dan Kekuasaan:Dinamika Pria-wanita
Dalam masyarakat modern (Surabaya:Al-Fikr, 1997)
f) Pemberontakan Wanita:Peran Intelektual Kaum Wanita
Dalam Sejarah Muslim (Bandung:Mizan, 1999)
g) Teras Terlarang:Kisah Masa kecil Seorang Feminis Muslim
(Bandungizan, 1999)
h) Islam dan Demokrasi (Yogyakarta:LKIS, 1994)
9
Fenimisme adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara
kaum wanita dan kaum pria, M.Qurais shihab, wawasan Al-Qur’an hlm 292 Menurut
Fatimah Mernisi, Fiminisme adalah sebuah kesadaran dari perempuan dan laki-laki akan
adannya penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan di dalam masyarakat, ditempat
pekerjaan maupun dalam keluarga dan melakukan tindakan sadar untuk mengubah situasi
tersebut. Fatimah Mernissi-Riffat Hassan, Setara di Hadapan Allah:Relasi Laki-Laki dan
perempuan dalam Tradisi Islam Pasca Patriachi, Terj Team LSPPA (Yogyakarta:LSPPA-
Yayasan Prakarsa, 1955), hlm,118
teks-teks agama. Dia mengawali pembahasannya melalui berbagai
pertanyaan:
- Apakah mungkin islam mengajarkan perlakuan tidak adil kepada
kaum wanita?
- Apakah mungkin Nabi Muhammad SAW yang diketahui
demikian baik akhlak-nya sampai hati bersabda merendahkan
harkat dan martabat wanita?
- Apakah benar adat-istiadat yang mengarah kepada perlakuan
yang tidak adil terhadap wanita berasal dari ajaran Islam?
- Apakah mungkin terjadi penyimpangan historis sampai
menimbulkan budaya patriarkhat?
10
Mernissi, Setara di Hadapan Allah, hlm.222
Salamah, istri Nabi Saw. Ummu Salama bertanya kepada
Rasulullah:”Mengapa kaum laki-laki yang melakukan hijrah disebut
dalam al-qur’an sedangkan permpuan tidak?.Allah mendengar
pertanyaan Ummu Salamah dan turunlah wahyu yang menjelaskan
semangat kesetaraan tersebut. yakni surah Ali ‘Imran, ayat 195:11
“Dan Tuhan mereka mendengar permohonan merekadan
ia berkata:Sesungguhnya Aku tidak pernah menyia-
nyiakan yang beramal diantara kamu sekalian baik laki-
laki maupun perempuan...”12
Atas dasar ini Fatimah merrnissi mengatakan bahwa Ummu Salamah
telah mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang hebat itu. dan
kemudian kita berabad-abad kemudian bisa menikmati sebuah
kepastian bahwa Islam telah memberikan kesetaraan gender yang
sempurna. Hijrah sebagai sebuah tindakan politik mengandung
pesan yang amat jelas bahwa perempuan harus dilibatkan dalam
urusan kemasyarakatan. ini adalah tanggung jawab kaum perempuan
untuk memperuangkan perbaikan masyarakat dan mereka akan
mendapatkan balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.13
Dalam kesempatan lain istri Nabi mengajukan pertanyaan yang
krusial kepada Nabi: Apakah al-Qur’an hanya diwahyukan kepada
laki-laki ataukah juga untuk perempuan ?. Maka turunlah Surat al-
Ahzab ayat 35:
Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, lakilaki dan perempuan yang mukmin, laki-laki
dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya.laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusu’, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan
yang memelihara ke hormatannya. Laki-laki dan
11
Ibn Kathir, Tafsir al-Qur’an al-Azim,Vol.2 (tt:Dar al-Fiqr, 1980), hlm.182
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra2001),
hlm.349
13
Mernissin, Setara, hlm.221
perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.14
Dengan adanya realitas seperti itu, Fatimah Mernissi mengajak
kepada kaum perempuan untuk menyongsong masa depanya dengan
serius dan bercitacita tinggi.` Dunia adalah milik kita, katanya.
Kebesaran dan kejayaan adalah masa depan sekaligus masa lalu kita.
atas dasar keagamaanlah Ummu Salama istri Nabi mengajukan
pertannyaan yang mendasar bahwa laki-laki dan perempuan
mempunyai status yang sama dalam Islam dan bahkan meraka
adalah rekan setara dalam hak-hak istimewa. oleh karenannya tidak
ada yang lebih islami dari pada seorang perempuan yang mengklaim
hak-haknya seperti ummu Salama untuk kesetaraan dan kebebasan
dari penghambatan dan penghinaan.15
Dalam sebuah bukunya, yang merupakan pembelaan terhadap kaum
perempuan, ia sependapat dengan Qasim amin yang mengatakan
bahwa Tidaklah benar teori yang mengatakan bahwa wanita tidak
memiliki kemampuan dan kecerdacan yang sama dengan laki-laki.
jika laki-laki lebih unggul dari perempuan dalam kekuatan fisik dan
kecerdasan, hal itu disebabkan karena lakilaki disibukkan dalam
kegiatan-kegiatan kerja yang menyebabkan mereka menggunakan
badan dan otak mereka. Mernisi menyatakan bahwa “begitu
perumpamaan diberikan kesempatan yang sama, maka perbedan-
perbedaan itu akan segera lenyap”.16
Beberapa gugatan keadilan gender yang diperjuangkan oleh Fatimah
Mernissi antara lain:
- Sedikit kaum wanita yang menjadi ahli kitab suci. Pria sangat
mendominasi dalam hal menjadi ahli Agama dan ahli hadits
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 420
15
Mernisi, Setara, hlm.223
16
Fatimah mernissi, Beyond The feil:Male-fimale Dinamic in Modern Muslim Society
(Indiana:Indiana University Press, 1987), hlm.14
- Status pria lebih dominan dalam berbagai bidang kehidupan,
sehingga pria berkuasa untuk menafsirkan teks-teks dalam Al-
Qur’an dan wanita hanya berperan sebagai penerima hasil tafsir.
- Manipulasi penafsiran Al Qur’an dan Hadits oleh kaum pria
sehingga muncul hadits2 palsu sebagai legitimasi agama bagi
golongan tertentu (pria) sehingga mereka banyak mendapatkan
kesempatan dalam bidang sosial dan politik
2. Hadist Misogini
ma’ahum, qal: lamma balagha rasul Allâh salla Allah ‘alayh wa sallam ann ahl faris qad
mallaku alaihym bint kisra, qal: lan yuflih qawm wallw amrahum imra’ah.
19
Mernissi, Wanita di dalam Islam, 62.
20
Hal ini juga dinyatakan dengan jelas oleh Abu Bakrah sendiri seperti yang tertulis dalam
catatan al-Tirmidzi. Di sini ada tambahan di belakang matan hadis, yaitu: Qal: lamma
qadimat ‘Aishah ya’ni al-Basrah dhakart qawl rasul Allah salla Allah ‘alayh wa sallam
fa’asamani Allah bih.
oleh fuqaha, tepatnya Imam Malik tentang keabsahan seorang
perawi hadis. Di situ dikatakan bahwa Malik menolak perawi hadis
yang pernah berbohong, dalam hal yang paling sederhana sekalipun,
yaitu berbohong pada sesamanya dalam kehidupan sehari-hari
meskipun itu tidak terkait dengan ilmu keagamaan. Berdasarkan
aturan ini, maka Mernissi mengambil kesimpulan bahwa Abu
Bakrah merupakan perawi yang tertolak, dan hadisnya pun tidak
dapat diterima.
21
Al-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari (jakarta: Gema Insani Press, 2008), 27.
pengambilan keputusan dari kaum perempuan dan tidak ada alasan
untuk melakukan pembenaran atas pengucilan mereka dari kegiatan
politik.22
22
Mernissi, Woman and Islam: An Historical and Theological Enquiry, 78.
23
Baca lebih lanjut Fatima Mernissi, “Perempuan dalam Surga Kaum Muslim” dalam
Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak (eds.), Setara di Hadapan Allah,
terj. Tim LSPPA (Yogyakarta: LSPPA, 1995), 147-160.
perempuan. Islam seakan-akan menjadikan perempuan sekadar
pelengkap dan penghibur laki-laki.