Disusun Oleh:
Izdihar Rahmadinda (1700702010)
Jivanathan A/L Baskaren (1700702010)
Riz’q Threevisca Chriswantara (170070201011091)
Pembimbing:
Dr. dr. J.D.P Wisnubroto, Sp. B(K)Onk
dr. Yance Hanzie Setya Pratama
REFERAT
Disusun Oleh
1. Izdhihar Rahmadinda
NIM : 1700702010
2. Jivanathan A/L Baskaren
NIM : 1700702010
3. Riz’q Threevisca Chriswantara
NIM : 170070201011091
Hari : Senin
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
ii
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan.............................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
Daftar Gambar.....................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan.............................................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................................3
Bab II Pembahasan............................................................................................4
2.1. x....................................................................................................................4
2.2. x....................................................................................................................5
2.3. x....................................................................................................................8
2.4. x....................................................................................................................12
2.5. x....................................................................................................................16
2.6. x....................................................................................................................20
Daftar Pustaka....................................................................................................30
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
Bab 1
Pendahuluan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi karsinoma mammae
2. Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi karsinoma mammae.
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dan patofisiologi dari karsinoma
mammae.
4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis karsinoma mammae.
5. Untuk mengetahui dan memahami diagnosis dan menentukan stadium
karsinoma mammae
6. Untuk mengetahui dan memahami deteksi dan terapi awal pada karsinoma
mammae
7. Untuk mengetahui dan memahami prognosis penderita karsinoma mammae
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar
dan jaringan penunjang payudara (Luwia, 2003). Ketika sejumlah sel di dalam
payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali, tidak lagi berespon
secara baik terhadap sinyal yang meregulasi diferensiasi, kelangsungan hidup,
proliferasi, dan kematian sel, inilah yang disebut kanker payudara (Stopeck, 2015).
Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan.
Akan tetapi tidak semua tumor adalah kanker, karena sifatnya yang tidak menyebar
ke seluruh tubuh. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyebar
jaringan sekitar (bermetastase) disebut dengan istilah kanker atau tumor ganas
(Luwia, 2003).
2.1.2 Epidemiologi
Kanker payudara adalah kanker yang paling umum pada wanita baik di negara
maju maupun berkembang. Pada tahun 2008, diperkirakan ada 1,38 juta kasus baru
kanker payudara invasif di seluruh dunia (Stopeck, 2015). Diperkirakan bahwa di
seluruh dunia lebih dari 508.000 wanita meninggal pada tahun 2011 karena kanker
payudara (WHO, 2013). Meskipun kanker payudara dianggap penyakit dari negara
maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara dan 58% kematian terjadi di negara-
negara berkembang (WHO, 2013).
Tingkat insidensi sangat bervariasi di seluruh dunia, mulai dari 19,3 per 100.000
wanita untuk di Afrika Timur sampai 89,7 per 100.000 wanita untuk di Eropa Barat.
Angka kejadian terendah ditemukan di sebagian besar negara-negara Afrika tapi di
sini angka kejadian kanker payudara juga meningkat (WHO, 2013).
Meskipun terjadi perkembangan dalam penanganan dan deteksi awal kanker
payudara, kasus kematiannya tidak berkurang secara signifikan. Pencegahan
penyakit ini terhambat akibat ketidaktahuan akan etiologi utama dari kanker
payudara pada manusia. (Wang, et al., 1996). Dengan 1 juta kasus baru di dunia tiap
harinya, kanker payudara menjadi penyakit keganasan yang paling umum pada
wanita dan bertanggungjawab atas 18% dari seluruh kasus kanker pada wanita. Di
UK (Inggris), dimana usia standar insiden dan kematian merupakan yang paling
6
tinggi di dunia, kejadian di kalangan wanita berusia 50 mendekati dua per 1.000
wanita per tahun, dan penyakit ini adalah penyebab kematian tunggal paling umum di
kalangan wanita usia 40-50 tahun, terhitung sekitar seperlima dari semua kematian
di kelompok usia ini. Ada lebih dari 14.000 kematian tiap tahunnya, dan insidennya
meningkat pada wanita dengan usia antara 50-64 tahun (McPherson, et al., 2000).
7
menunjang terjadinya kanker payudara (Brunner dan Suddarth, 2002). Faktor
lingkungan telah lama diduga berkontribusi pada kanker payudara, namun tidak ada
agen spesifik yang secara pasti menimbulkan implikasi kecuali radiasi (John, et al,
1993). Genetik merupakan faktor panting karena kejadian kanker payudara akibat
kelainan genetik sebesar 5-10%. Untuk mengenalinya cukup mudah yaitu dengan
mengumpulkan riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan memetakannya
dalam bentuk silsilah. Riwayat keluarga yang perlu dicatat diantaranya adalah kanker
payudara pada ibu atau saudara perempuan 12 yang terkena kanker payudara pada
umur di bawah 50 tahun atau keponakan dengan jumlah lebih dari dua (Luwia,
2003).
Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam proses tumbuh
kembang organ seksual wanita. Hormon estrogen justru sebagai penyebab awal
kanker pada sebagian wanita. Hal ini disebabkan adanya reseptor estrogen pada sel-
sel epitel saluran kelenjar susu. Hormon estrogen yang menempel pada saluran ini,
lambat laun akan mengubah sel-sel epitel tersebut menjadi kanker (Luwia, 2003).
8
Gambar 1. Patofisiologi kanker payudara.
Pada tahun 1950 diketahui bahwa hormon steroid memegang peranan penting
untuk terjadinya kanker payudara. Tahun 1980 mulai terbuka pengetahuan tentang
adanya beberapa onkogen dan gen supressor, keduanya memegang peranan
penting untuk progresi tumor, adesi antar sel dan faktor pertumbuhan. Abad 20,
mulailah diketahui tentang siklus sel serta perbaikan DNA dan kematian sel
(apoptosis) serta regulasinya. Kemudian abad 21 ini mulai berkembang pengetahuan
yang menguak tentang kegagalan terapi kanker. Tentang mekanisme resistensi
terhadap kemoterapi, antiestrogen, radiasi dan pengetahuan tentang proses invasi,
angiogenesis dan metastasi. Pada tahun 1971 Folkman mengetengahkan bahwa
pertumbuhan tumor tergantung pada angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan
endothelial sel dalam kondisi dorman untuk berproliferasi dengan mengeluarkan
isyarat kimia. Hipotesis Folkman ini memperlihatkan bahwa tumor sangat
memerlukan angiogenesis untuk dapat tumbuh di atas ukuran 1-2 milimeter.
Angiogenesis ini diatur secara ketat, melalui proses tahapan yang rumit dan hanya
pada keadaan tertentu seperti proses penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker.
Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan dimasa
depan. Pembelahan sel tumor yang dipacu oleh angiogenic stimulatory peptides
akan menyebabkan tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi ke
jaringan sekitar, dan metastase. Sebaliknya, pembelahan sel tumor yang diberikan
9
inhibitors angiogenesis akan menghambat pertumbuhan tumor, invasi dan mencegah
metastase. Beberapa penelitian melaporkan bahwa terdapat hubungan terbalik
antara expresi gen VEGF dan overall survival. Sel tumor dengan overexpresi VEGF
akan mempunyai prognose yang buruk, serta semakin pendek overall survivalnya.
Expresi VEGF juga berhubungan dengan respon yang kurang baik terhadap terapi
hormonal maupun kemoterapi (Darwito, 2009).
Manifestasi klinis pertama yang dapat muncul secara tipikal adalah benjolan.
Benjolan tersebut apabila dirasakan, berbeda dengan jaringan kelenjar payudara
lainnya. Selain itu, manifes yang muncul adalah penebalan jaringan selain dari
jaringan payudara, satu payudara cenderung lebih besar dan lebih kebawah,
perubahan posisi dari putting susu, skin dimpling, adanya cairan yang keluar dari
putting susu, serta nyeri yang konstan pada bagian dari payudara, atau bahkan
ketiak.
Manifestasi dapat berbeda pada tipe inflammatory breast cancer yang dapat
timbul dengan adanya gatal, nyeri, pembengkakan, inversi putting susu, hangat, dan
kemerahan pada seluruh lapang payudara, serta adanya perubahan tekstru seperti
jeruk yang dinamakan dengan peau d’orange. Selain itu, tipe lainnya yang
dinamakan Paget’s disease biasanya muncul dengan kemerahan, perubahan warna,
atau mild flaking dari putting susu. Kemudian nyeri, gatal, menignkatnya sensitivity,
rasa terbakar yang mengikuti gejalanya.
Phylloides tumor juga memberikan manifestasi yang berbeda dengan
munculnya benjolan yang keras, mobile yang terbentuk diantara stroma dari
payudara. Kemudian gejala klinis lainnya seperti penurunan berat badan, demam,
nyeri tulang, kekuningan, atau bahkan gejala neurologis lainnya dapat muncul
tergantung lokasi metastasenya.
10
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan kanker payudara melibatkan inspeksi
visual yang teliti dengan pasien duduk didepan pemeriksa. Apakah pasien
mengalami perubahan putting susu, asimetri, atau masa yang secara kasat mata
susah untuk dilihat. Kemudian kulit juga dapat diperiksa apakah terdapat skin
dimpling, eritema, peau d’orange yang berhubungan dengan perbedaan tipe kanker
payudara. Setelah inspeksi secara hati-hati dan pasien berada pada posisi duduk,
palpasi kelenjar getah bening yang ada pada servikal, supraklavikular, dan aksila.
Pada palpasi, pemeriksa harus dapat meraba betul apakah ada pembesaran pada
kelenjar getah beningnya, ukuranya, jumlah, dan mobilitas. Palpasi pada parenkim
payudara sendiri dapat dilakukan saat pasien pada posisi supine dan lengan dalam
keadaan ipsilateral diatas kepala. Area subareolar (kuandran sentral) dan masing-
masing kuadran harus dipalpasi secara sistematis. Massa yang ditemukan dapat
dicatat ukuran, bentuk, lokasi, konsistensi, dan mobilitasnya.
Saat ini, diagnosis kanker payudara dapat dilakukan dengan banyak cara,
seiring dengan perkembangan zaman teknologi untuk mendiagnosa kanker payudara
juga semakin berkembang. Menurut National Cancer Institut (2012), teknologi atau
teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosa kanker payudara diantaranya :
1. Biopsy
Biopsy adalah tes dengan mengambil jaringan atau cairan dari area yang
diduga tumor. Sel-sel yang diambil diperiksa dibawah mikroskop dan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui adanya kanker pada payudara.
Biopsy adalah satu-satunya cara yang dapat menentukan secara pasti apakah
area yang dicurigai merupakan kanker atau tidak. Terdapat 3 jenis biopsy, yaitu
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy), core needle biopsy, dan surgical biopsy.
2. Mammogram
Mammogram dilakukan dengan melakukan foto x-ray pada payudara. Ada 2
jenis mammogram, yaitu screening mammogram dan diagnostic mammogram.
Diagnostic mammogram memberikan foto x-ray yang lebih detail pada payudara,
foto x-ray yang diambil juga lebih banyak sehingga dokter akan labih akurat
dalam menegakkan diagnosis. Kemampuan mammogram dalam mendeteksi
kanker payudara tergantung dari ukuran tumor, massa jenis jaringan payudara,
dan kemampuan radiologist dalam mengoperasikan mammogram dan membaca
hasilnya. Mammogram diagnostic dilakukan pada wanita yang memiliki massa
yang dapat dipalpasi atau gejala lainnya pada payudaranya, riwayat kanker
payudara dalam 5 tahun. Mammogram diagnostic ini memasukkan pandangan
secara focal compression pada satu area di payudara. Hasilnya kemudian dapat
11
dibedakan berdasarkan kategori di system database (BI-RADS) yang menjadi
metode standard untuk melaporkan hasil mammografi. Massa yang ditemukan
akan dibedakan dari densitas, bentuk akan dapat dideskripsikan, batas,
kalsifikasi, juga dapat membedakan antara ganas dengan jinak.
3. Ultrasonography (USG)
Ultrasonography (USG) menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
yang tidak dapat didengar oleh manusia, gelombang suara ini akan dipantulkan
oleh jaringan payudara yang selanjutnya akan ditangkap oleh komputer
kemudian diproses menjadi sebuah gambar hasil USG yang disebut sebagai
sonogram. USG payudara mampu memberikan informasi apakah massa di
payudara padat, cair, atau kombinasi keduanya. Massa yang padat bisa jadi
merupakan tumor ganas/kanker.
Indikasi dilakukannya ultrasonograpy adalah adanya temuan saat palpasi
(termasuk pencitraan pertama yang digunakan pada pasien yang lebih muda
dari 30 tahun, hamil, atau sedang menyusui), adanya abnormalitas saat
mamografi atau MRI, permasalahan dengan implant payudara, suspek adanya
massa dengan setting mikrokalsifikasi atau distorsi arkitek dari kanker payudara.
Real time imaging juga memberikan USG sebagai pencitraan yang ideal.
12
penyakitnya berdasarkan waktu saat diagnosis awal (termasuk identifikasi invasi
jaringan ke otot pektoralis mayor, serratus anterior, dan otot intercostal), evaluasi
temuan yang inkonklsif, skrining payudara kontralateral pada pasien yang baru
saja didiagnosa kanker payudara. Selain itu, MRI juga dapat digunakan untuk
evaluasi pada pasien dengan neoadjuvant kemoterapi dengan imaging
sebelumnya.
5. Tes Laboraturium
Jika pasien terdiagnosa kanker payudara, dokter mungkin akan melakukan
tes laboraturim tambahan untuk memperoleh informasi mengenai prognosis.
Dua tes laboratorium yang umum dikerjakan adalah hormone receptor test dan
HER2 test. Hasil dari tes-tes tersebut dapat memberikan informasi mengenai
pilihan pengobatan kanker yang mungkin paling efektif. Namun, Estrogen
receptor (ER) dan progesterone receptor (PR) memberikan faktor prognostic
yang lemah untuk pasien dengan kanker payudara, namun reseptor ini
merupakan faktor prediktif yang sangat kuat untuk menilai response terhadap
terapi endokrin. ER dan PR disarankan untuk dilakukan pada setiap pasien
dengan kanker payudara yang invasive. Sekitar 70% pasien dengan kanker
payudara merupakan ER positif dan 60-65% pasien dengan kanker payudara
merupakan PR positif.
HER2 sendiri merupakan proto-onkogen yang mengkode reseptor
transmembrane tyrosine kinase dan hadir dalam beberapa jalur regulasi seperti
proliferasi, survival, motilitas sel, dan invasi. HER2 merupakan faktor prognostic
dan faktor prefdiktif pada terapi yang menargetkan reseptor HER-2/neu seperti
trastuzumab (Herceptin).
13
Tabel 2. Deskripsi sistim TNM
14
Tabel 3. Penentuan stadium berdasarkan sistim TNM
c) Kemoterapi Adjuvant
Kemoterapi adjuvant merupakan kombinasi pengobatan ketika produksi sel kanker
payudara tinggi sehingga apabila tidak ditangani akan semakin berkembang tidak
15
terkontrol. Kemoterapi dilakukan selama tiga minggu untuk membunuh tumor primer
dengan maksimal terapi selama dua belas sampai enam belas minggu. Obat yang
digunakan pada saat kemoterapi adalah doxorubisin, cyclophospamide, metotreksat,
dan fluorouracil.
d) Terapi Hormonal
Tamoxifen adalah terapi pilihan adjuvant hormonal. Tamoxifen berfungsi untuk
mengurangi timbulnya kontralateral kanker payudara dan mempunyai efek estrogenik
yang diuntungkan atas kepadatan tulang dan sistem kardiovaskular. Dosis optimal
dari tamoxifen adalah dua puluh miligram dosis tunggal. Tamoxifen sendiri
menyebabkan terjadinya toleransi dengan gejala penarikan estrogen (kilat panas dan
pendarahan vaginal), terjadi akibat penurunan intensitas dan frekuensi dari waktu ke
waktu.
Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang
secara klinis belum jelas dengan cara pemeriksaan secara klinis (pemeriksaan fisik)
maupun dengan pemeriksaan penunjang yang dapat dipergunakan secara cepat
untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat
dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.(Manuaba, 2010).
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan SADARI adalah pada saat wanita
sejak pertama mengalami haid. Adapun tahap-tahap melakukan SADARI, yaitu :
16
b. Angkatlah kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan, apakah ada kelainan.
Pada kedua payudara atau puting.
d. Angkatlah lengan kanan, dengan menggunakan 3-4 jari tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan secara lembut, hati-hati, dan secara menyeluruh.
Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran-
lingkaran kecil dan pindahkan lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara
bertahap lakukan ke arah puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan
perhatian khusus di daerah antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak
sendiri. Rasakan untuk setiap benjolan yang tidak biasa atau benjolan di bawah kulit.
e. Dengan kedua tangan, pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk
melihat apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara. Lakukan hal
yang sama pada payu dara yang kiri.
17
2.1.7.2 Mammografi
Mammografi biasanya digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan kista,
dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker payudara. Beberapa
negara telah menyarankan melakukan mammografi rutin (1-5 tahun sekali) bagi
wanita yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk
mendiagnosa kanker payudara sedini mungkin. Mamografi dilakukan secara periodik
dengan interval tersendiri (Manuaba, 2010).
Tanda mayor :
Kepadatan lesi atau tumor dengan batas permukaan yang irreguler dan kabur
makin ketengah semakin padat dibandingkan bagian tepi.
Tepi bayangan tumor memberi gambaran menyebar speculated secara radier
atau bayangan bulat kecil berupa satelit dari tumor.
Adanya gambaran mikro kalsifikasi spesifik didalam tumor kadang kelihatan
menyebar scatered .
Perbedaan ukuran tumor pada mamografi dibidang klinis. Gambaran klinis
ukurannya jauh lebih besar dari gambaran mamografi.
18
Tanda minor :
Adanya perubahan berupa penebalan atau tarikan kulit payudara
Vaskularisasi yang bertambah dan asimetri
Kepadatan asimetri pada kedua payudara
Struktur jaringan fibroglanduler yang tidak teratur disekitar tumor
Pembesaran kelenjar getah bening axilla pada mamografi terutama dengan
ukuran lebih dari 1 cm.
Perubahan ketebalan lapisan lemak sub kutis atau dibagian bawah payudara.
2.1.7 Prognosis
19
BAB 3
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21