Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

DETEKSI DAN TERAPI AWAL KARSINOMA MAMMAE

Disusun Oleh:
Izdihar Rahmadinda (1700702010)
Jivanathan A/L Baskaren (1700702010)
Riz’q Threevisca Chriswantara (170070201011091)

Pembimbing:
Dr. dr. J.D.P Wisnubroto, Sp. B(K)Onk
dr. Yance Hanzie Setya Pratama

LABORATORIUM/SMF ILMU BEDAH


RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

REFERAT

DETEKSI DAN TERAPI AWAL KARSINOMA MAMMAE

Disusun Oleh
1. Izdhihar Rahmadinda
NIM : 1700702010
2. Jivanathan A/L Baskaren
NIM : 1700702010
3. Riz’q Threevisca Chriswantara
NIM : 170070201011091

Disetujui untuk dibacakan pada

Hari : Senin

Tanggal : 29 Juli 2019

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. dr. J.D.P Wisnubroto, Sp.B(K)Onk


dr. Yance Hanzie S. P.

ii
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan.............................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................................iii

Daftar Gambar.....................................................................................................iv

Bab I Pendahuluan.............................................................................................2

1.1. Latar belakang..............................................................................................3

1.2. Rumuan Masalah..........................................................................................3

1.3. Tujuan...........................................................................................................3

Bab II Pembahasan............................................................................................4

2.1. x....................................................................................................................4

2.2. x....................................................................................................................5

2.3. x....................................................................................................................8

2.4. x....................................................................................................................12

2.5. x....................................................................................................................16

2.6. x....................................................................................................................20

Bab III Kesimpulan.............................................................................................25

Daftar Pustaka....................................................................................................30

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Mekanisme Non-Kontak pada cedera ACL ….…............................6

Gambar 2.2 PCL.................................................................................................8

Gambar 2.3 Mekanisme cedera PCL..................................................................9

Gambar 2.4 Ligament attachments tibial fibula.................................................12

Gambar 2.5 Mekanisme fraktur tibial plateau...................................................13

Gambar 2.6 Meniscus.......................................................................................17

Gambar 2.7 Algoritma Tatalaksana Robekan Meniscus...................................20

Gambar 2.8 Patela............................................................................................21

Gambar 2.9 Fraktur Patela................................................................................22

Gambar 2.10 Displaced Fracture........................................................................22

Gambar 2.11 Displaced Fracture........................................................................23

Gambar 2.12 Comminuted Terbuka....................................................................23

iv
Bab 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


xx

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi karsinoma mammae?
2. Bagaimana epidemiologi karsinoma mammae?
3. Apa etiologi dan patofisiologi dari karsinoma mammae?
4. Bagaimana manifestasi klinis karsinoma mammae?
5. Bagaimana diagnosis dan menentukan stadium karsinoma mammae?
6. Bagaimana deteksi dan terapi awal pada karsinoma mammae?
7. Bagaimana prognosis penderita karsinoma mammae?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi karsinoma mammae
2. Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi karsinoma mammae.
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dan patofisiologi dari karsinoma
mammae.
4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis karsinoma mammae.
5. Untuk mengetahui dan memahami diagnosis dan menentukan stadium
karsinoma mammae
6. Untuk mengetahui dan memahami deteksi dan terapi awal pada karsinoma
mammae
7. Untuk mengetahui dan memahami prognosis penderita karsinoma mammae

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karsinoma mammae

2.1.1 Definisi

Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar
dan jaringan penunjang payudara (Luwia, 2003). Ketika sejumlah sel di dalam
payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali, tidak lagi berespon
secara baik terhadap sinyal yang meregulasi diferensiasi, kelangsungan hidup,
proliferasi, dan kematian sel, inilah yang disebut kanker payudara (Stopeck, 2015).
Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan.
Akan tetapi tidak semua tumor adalah kanker, karena sifatnya yang tidak menyebar
ke seluruh tubuh. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyebar
jaringan sekitar (bermetastase) disebut dengan istilah kanker atau tumor ganas
(Luwia, 2003).

2.1.2 Epidemiologi

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum pada wanita baik di negara
maju maupun berkembang. Pada tahun 2008, diperkirakan ada 1,38 juta kasus baru
kanker payudara invasif di seluruh dunia (Stopeck, 2015). Diperkirakan bahwa di
seluruh dunia lebih dari 508.000 wanita meninggal pada tahun 2011 karena kanker
payudara (WHO, 2013). Meskipun kanker payudara dianggap penyakit dari negara
maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara dan 58% kematian terjadi di negara-
negara berkembang (WHO, 2013).
Tingkat insidensi sangat bervariasi di seluruh dunia, mulai dari 19,3 per 100.000
wanita untuk di Afrika Timur sampai 89,7 per 100.000 wanita untuk di Eropa Barat.
Angka kejadian terendah ditemukan di sebagian besar negara-negara Afrika tapi di
sini angka kejadian kanker payudara juga meningkat (WHO, 2013).
Meskipun terjadi perkembangan dalam penanganan dan deteksi awal kanker
payudara, kasus kematiannya tidak berkurang secara signifikan. Pencegahan
penyakit ini terhambat akibat ketidaktahuan akan etiologi utama dari kanker
payudara pada manusia. (Wang, et al., 1996). Dengan 1 juta kasus baru di dunia tiap
harinya, kanker payudara menjadi penyakit keganasan yang paling umum pada
wanita dan bertanggungjawab atas 18% dari seluruh kasus kanker pada wanita. Di
UK (Inggris), dimana usia standar insiden dan kematian merupakan yang paling

6
tinggi di dunia, kejadian di kalangan wanita berusia 50 mendekati dua per 1.000
wanita per tahun, dan penyakit ini adalah penyebab kematian tunggal paling umum di
kalangan wanita usia 40-50 tahun, terhitung sekitar seperlima dari semua kematian
di kelompok usia ini. Ada lebih dari 14.000 kematian tiap tahunnya, dan insidennya
meningkat pada wanita dengan usia antara 50-64 tahun (McPherson, et al., 2000).

2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mendukung terjadinya kanker


payudara. Umur, faktor reproduksi, riwayat personal maupun keluarga terkait kanker,
predisposisi genetic dan lingkungan diketahui dapat mendukung terjadinya kanker
payudara. Melalui data dari Surveillance, epidemiology, and End Results (SEER)
pada tahun 2013 menemukan bahwa meningkatnya umur pada perempuan di
amerika serikat diikuti meningkatnya kejadian kanker payudara dengan
perbandingan satu disbanding 28 pada usia 60-69 tahun. Riwayat personal maupun
keluarga juga berperan penting dan meningkatkan faktor risiko sebesar 1.69 kali
lipat. Diketahui juga bahwa genetik juga berpengaruh dalam 20 hingga 25 persen.
Selain beberapa faktor risiko diatas, terbagi menjadi dua lagi faktor risiko yang
berperan penting dalam terjadinya kanker payudara, yakni faktor endogen dan faktor
eksogen.
Beberapa faktor endogen yang berperan adalah menarche dini. Penelitian
menunjukkan bahwa keterlambatan menarche selama dua tahun berhubungan
dengan menurunnya risiko terjadinya kanker payudara sekitar 10%. Paritas dan umur
saat kehamilan pertama saat muda memiliki efek protektif apabila dibandingkan
dengan usia lanjut. Menyusui juga diketahui memiliki efek protektif terhadap
terjadinya kanker payudara karena dapat memperlambat kembalinya siklus ovulasi
dan menurunkan level hormone sex. Tingginya level hormone sex testosterone pada
wanita post-menopause juga dapat meningkatkan kejadian kanker payudara. Pada
sisi lain, faktor eksogen yang berpengaruh adalah penggunaan hormone
replacement therapy (HRT) yang dapat meningkatkan risiko 1.02 kali lebih besar
daripada penderita yang tidak menggunakannya. Paparan radiasi bahan-bahan
radioaktif, sinar X dan pencemaran bahan kimia juga dapat menyebabkan terjadinya
kanker payudara, terutama ketika masa kecilnya sering terpapar pada radiasi bagian
dada. Luwia (2003) mengatakan bahwa risiko kanker payudara meningkat apabila
radiasi terjadi sebelum umur 40 tahun.
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat

7
menunjang terjadinya kanker payudara (Brunner dan Suddarth, 2002). Faktor
lingkungan telah lama diduga berkontribusi pada kanker payudara, namun tidak ada
agen spesifik yang secara pasti menimbulkan implikasi kecuali radiasi (John, et al,
1993). Genetik merupakan faktor panting karena kejadian kanker payudara akibat
kelainan genetik sebesar 5-10%. Untuk mengenalinya cukup mudah yaitu dengan
mengumpulkan riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan memetakannya
dalam bentuk silsilah. Riwayat keluarga yang perlu dicatat diantaranya adalah kanker
payudara pada ibu atau saudara perempuan 12 yang terkena kanker payudara pada
umur di bawah 50 tahun atau keponakan dengan jumlah lebih dari dua (Luwia,
2003).
Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam proses tumbuh
kembang organ seksual wanita. Hormon estrogen justru sebagai penyebab awal
kanker pada sebagian wanita. Hal ini disebabkan adanya reseptor estrogen pada sel-
sel epitel saluran kelenjar susu. Hormon estrogen yang menempel pada saluran ini,
lambat laun akan mengubah sel-sel epitel tersebut menjadi kanker (Luwia, 2003).

2.1.4 Faktor Risiko dan Patofisiologi

Beberapa faktor risiko tersebut dapat mendukung terjadinya kanker payudara


melalui proses karsinogenesis. Kanker payudara biasanya terjadi akibat adanya
interaksi antara lingkungan dan faktor genetic. Jalur PI3K/AKT dan jalur
RAS/MEK/ERK melindungi sel normal dari terjadinya kematian sel. Ketika gen yang
mengkode jalur protektif ini mutasi, sel akan kehilangan kapabilitas untuk hidup atau
lebih cenderung untuk bunuh diri karena merasa sudah tidak dibutuhkan. Beberapa
mutasi yang dapat mendukung terjadinya kanker juga adalah dari p53, BRCA1 dan
BRCA2. Mutasi gen tersebut menyebabkan adanya pembelahan yang tidak dapat
dikontrol serta mendukung metastase ke organ lainnya. Mutasi pada BRCA1 dan
BRCA2 lebih cenderung dapat mengganggu perbaikan dana DNA cross link dan
pengrusakan strand DNA.

8
Gambar 1. Patofisiologi kanker payudara.

Pada tahun 1950 diketahui bahwa hormon steroid memegang peranan penting
untuk terjadinya kanker payudara. Tahun 1980 mulai terbuka pengetahuan tentang
adanya beberapa onkogen dan gen supressor, keduanya memegang peranan
penting untuk progresi tumor, adesi antar sel dan faktor pertumbuhan. Abad 20,
mulailah diketahui tentang siklus sel serta perbaikan DNA dan kematian sel
(apoptosis) serta regulasinya. Kemudian abad 21 ini mulai berkembang pengetahuan
yang menguak tentang kegagalan terapi kanker. Tentang mekanisme resistensi
terhadap kemoterapi, antiestrogen, radiasi dan pengetahuan tentang proses invasi,
angiogenesis dan metastasi. Pada tahun 1971 Folkman mengetengahkan bahwa
pertumbuhan tumor tergantung pada angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan
endothelial sel dalam kondisi dorman untuk berproliferasi dengan mengeluarkan
isyarat kimia. Hipotesis Folkman ini memperlihatkan bahwa tumor sangat
memerlukan angiogenesis untuk dapat tumbuh di atas ukuran 1-2 milimeter.
Angiogenesis ini diatur secara ketat, melalui proses tahapan yang rumit dan hanya
pada keadaan tertentu seperti proses penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker.
Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan dimasa
depan. Pembelahan sel tumor yang dipacu oleh angiogenic stimulatory peptides
akan menyebabkan tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi ke
jaringan sekitar, dan metastase. Sebaliknya, pembelahan sel tumor yang diberikan

9
inhibitors angiogenesis akan menghambat pertumbuhan tumor, invasi dan mencegah
metastase. Beberapa penelitian melaporkan bahwa terdapat hubungan terbalik
antara expresi gen VEGF dan overall survival. Sel tumor dengan overexpresi VEGF
akan mempunyai prognose yang buruk, serta semakin pendek overall survivalnya.
Expresi VEGF juga berhubungan dengan respon yang kurang baik terhadap terapi
hormonal maupun kemoterapi (Darwito, 2009).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pertama yang dapat muncul secara tipikal adalah benjolan.
Benjolan tersebut apabila dirasakan, berbeda dengan jaringan kelenjar payudara
lainnya. Selain itu, manifes yang muncul adalah penebalan jaringan selain dari
jaringan payudara, satu payudara cenderung lebih besar dan lebih kebawah,
perubahan posisi dari putting susu, skin dimpling, adanya cairan yang keluar dari
putting susu, serta nyeri yang konstan pada bagian dari payudara, atau bahkan
ketiak.
Manifestasi dapat berbeda pada tipe inflammatory breast cancer yang dapat
timbul dengan adanya gatal, nyeri, pembengkakan, inversi putting susu, hangat, dan
kemerahan pada seluruh lapang payudara, serta adanya perubahan tekstru seperti
jeruk yang dinamakan dengan peau d’orange. Selain itu, tipe lainnya yang
dinamakan Paget’s disease biasanya muncul dengan kemerahan, perubahan warna,
atau mild flaking dari putting susu. Kemudian nyeri, gatal, menignkatnya sensitivity,
rasa terbakar yang mengikuti gejalanya.
Phylloides tumor juga memberikan manifestasi yang berbeda dengan
munculnya benjolan yang keras, mobile yang terbentuk diantara stroma dari
payudara. Kemudian gejala klinis lainnya seperti penurunan berat badan, demam,
nyeri tulang, kekuningan, atau bahkan gejala neurologis lainnya dapat muncul
tergantung lokasi metastasenya.

2.1.5 Diagnosis dan Menentukan Stadium

Untuk mendiagnosis kanker payudara, pasien dapat dianamnesa dengan


menanyakan beberapa riwayat klinis yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker seperti umur saat menarche, status menopause, kehamilan sebelumnya,
penggunaan obat kontrasepsi atau penggunaan HRT. Riwayat keluarga juga dapat
ditanyakan terkait terjadinya kanker payudara dana tau kanker ovarium. Setelah
menilai risiko terjadinya kanker payudara berdasarkan faktor risikonya, pasien dapat
diperiksa manifestasi klinis yang mungkin Nampak.

10
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan kanker payudara melibatkan inspeksi
visual yang teliti dengan pasien duduk didepan pemeriksa. Apakah pasien
mengalami perubahan putting susu, asimetri, atau masa yang secara kasat mata
susah untuk dilihat. Kemudian kulit juga dapat diperiksa apakah terdapat skin
dimpling, eritema, peau d’orange yang berhubungan dengan perbedaan tipe kanker
payudara. Setelah inspeksi secara hati-hati dan pasien berada pada posisi duduk,
palpasi kelenjar getah bening yang ada pada servikal, supraklavikular, dan aksila.
Pada palpasi, pemeriksa harus dapat meraba betul apakah ada pembesaran pada
kelenjar getah beningnya, ukuranya, jumlah, dan mobilitas. Palpasi pada parenkim
payudara sendiri dapat dilakukan saat pasien pada posisi supine dan lengan dalam
keadaan ipsilateral diatas kepala. Area subareolar (kuandran sentral) dan masing-
masing kuadran harus dipalpasi secara sistematis. Massa yang ditemukan dapat
dicatat ukuran, bentuk, lokasi, konsistensi, dan mobilitasnya.
Saat ini, diagnosis kanker payudara dapat dilakukan dengan banyak cara,
seiring dengan perkembangan zaman teknologi untuk mendiagnosa kanker payudara
juga semakin berkembang. Menurut National Cancer Institut (2012), teknologi atau
teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosa kanker payudara diantaranya :
1. Biopsy
Biopsy adalah tes dengan mengambil jaringan atau cairan dari area yang
diduga tumor. Sel-sel yang diambil diperiksa dibawah mikroskop dan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui adanya kanker pada payudara.
Biopsy adalah satu-satunya cara yang dapat menentukan secara pasti apakah
area yang dicurigai merupakan kanker atau tidak. Terdapat 3 jenis biopsy, yaitu
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy), core needle biopsy, dan surgical biopsy.

2. Mammogram
Mammogram dilakukan dengan melakukan foto x-ray pada payudara. Ada 2
jenis mammogram, yaitu screening mammogram dan diagnostic mammogram.
Diagnostic mammogram memberikan foto x-ray yang lebih detail pada payudara,
foto x-ray yang diambil juga lebih banyak sehingga dokter akan labih akurat
dalam menegakkan diagnosis. Kemampuan mammogram dalam mendeteksi
kanker payudara tergantung dari ukuran tumor, massa jenis jaringan payudara,
dan kemampuan radiologist dalam mengoperasikan mammogram dan membaca
hasilnya. Mammogram diagnostic dilakukan pada wanita yang memiliki massa
yang dapat dipalpasi atau gejala lainnya pada payudaranya, riwayat kanker
payudara dalam 5 tahun. Mammogram diagnostic ini memasukkan pandangan
secara focal compression pada satu area di payudara. Hasilnya kemudian dapat

11
dibedakan berdasarkan kategori di system database (BI-RADS) yang menjadi
metode standard untuk melaporkan hasil mammografi. Massa yang ditemukan
akan dibedakan dari densitas, bentuk akan dapat dideskripsikan, batas,
kalsifikasi, juga dapat membedakan antara ganas dengan jinak.

Tabel 1. Kategori berdasarkan temuan mamografi.

3. Ultrasonography (USG)
Ultrasonography (USG) menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
yang tidak dapat didengar oleh manusia, gelombang suara ini akan dipantulkan
oleh jaringan payudara yang selanjutnya akan ditangkap oleh komputer
kemudian diproses menjadi sebuah gambar hasil USG yang disebut sebagai
sonogram. USG payudara mampu memberikan informasi apakah massa di
payudara padat, cair, atau kombinasi keduanya. Massa yang padat bisa jadi
merupakan tumor ganas/kanker.
Indikasi dilakukannya ultrasonograpy adalah adanya temuan saat palpasi
(termasuk pencitraan pertama yang digunakan pada pasien yang lebih muda
dari 30 tahun, hamil, atau sedang menyusui), adanya abnormalitas saat
mamografi atau MRI, permasalahan dengan implant payudara, suspek adanya
massa dengan setting mikrokalsifikasi atau distorsi arkitek dari kanker payudara.
Real time imaging juga memberikan USG sebagai pencitraan yang ideal.

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Saat dilakukan pemeriksaan dengan MRI, magnet yang terhubung dengan
komputer mentransmisikan energi magnetik dan gelombang radio melewati
jaringan payudara sehingga akan men-scan jaringan dan membuat foto detail
mengenai jaringan-jaringan pada payudara. Foto tersebut akan membantu tim
medis dalam membedakan jaringan normal dan jaringan yang sakit.
Indikasi dilakukannya MRI payudara termasuk untuk evaluasi pasien
dengan hasil evaluasi mammografi yang terbatas (akibat adanya augmentasi,
termasuk implant silicon atau injeksi silicon), menentukan perluasan dari

12
penyakitnya berdasarkan waktu saat diagnosis awal (termasuk identifikasi invasi
jaringan ke otot pektoralis mayor, serratus anterior, dan otot intercostal), evaluasi
temuan yang inkonklsif, skrining payudara kontralateral pada pasien yang baru
saja didiagnosa kanker payudara. Selain itu, MRI juga dapat digunakan untuk
evaluasi pada pasien dengan neoadjuvant kemoterapi dengan imaging
sebelumnya.

5. Tes Laboraturium
Jika pasien terdiagnosa kanker payudara, dokter mungkin akan melakukan
tes laboraturim tambahan untuk memperoleh informasi mengenai prognosis.
Dua tes laboratorium yang umum dikerjakan adalah hormone receptor test dan
HER2 test. Hasil dari tes-tes tersebut dapat memberikan informasi mengenai
pilihan pengobatan kanker yang mungkin paling efektif. Namun, Estrogen
receptor (ER) dan progesterone receptor (PR) memberikan faktor prognostic
yang lemah untuk pasien dengan kanker payudara, namun reseptor ini
merupakan faktor prediktif yang sangat kuat untuk menilai response terhadap
terapi endokrin. ER dan PR disarankan untuk dilakukan pada setiap pasien
dengan kanker payudara yang invasive. Sekitar 70% pasien dengan kanker
payudara merupakan ER positif dan 60-65% pasien dengan kanker payudara
merupakan PR positif.
HER2 sendiri merupakan proto-onkogen yang mengkode reseptor
transmembrane tyrosine kinase dan hadir dalam beberapa jalur regulasi seperti
proliferasi, survival, motilitas sel, dan invasi. HER2 merupakan faktor prognostic
dan faktor prefdiktif pada terapi yang menargetkan reseptor HER-2/neu seperti
trastuzumab (Herceptin).

Setelah menjalani pemeriksaan laboratorium dan imaging, serta pemeriksaan


secara patologi anatomi, kanker payudara dapat ditentukan stadium berdasarkan
sistim staging TNM. Berikut merupakan tabel stadiumnya:

13
Tabel 2. Deskripsi sistim TNM

14
Tabel 3. Penentuan stadium berdasarkan sistim TNM

2.1.6 Terapi Awal Kanker Payudara

Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis yaitu dapat


berupa operasi/pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi hormonal. Terapi
dini untuk stadium awal adalah (Salmon et.al, 2005):

a) Terapi Regional Lokal


Dilakukan pada pasien yang menderita kanker payudara secara in situ dan pada
penderita kanker payudara stadium dua. Terapi primer pada wanita dengan kanker
payudara stadium satu dan dua memerlukan suatu modifikasi dari radiasi
mastectomy akibat produksi penggunaan kosmetik yang sangat tinggi.

b) Terapi Adjuvant Sistemik


Terapi adjuvant sistemik merupakan terapi sistemik lanjutan dari terapi definitif
(perawatan, radiasi, atau kedua-duanya) walaupun tidak ada bukti dari tingginya
metastatik. Biasanya terapi yang digunakan adalah terapi hormonal dan kemoterapi
atau pengembangan keduanya.

c) Kemoterapi Adjuvant
Kemoterapi adjuvant merupakan kombinasi pengobatan ketika produksi sel kanker
payudara tinggi sehingga apabila tidak ditangani akan semakin berkembang tidak

15
terkontrol. Kemoterapi dilakukan selama tiga minggu untuk membunuh tumor primer
dengan maksimal terapi selama dua belas sampai enam belas minggu. Obat yang
digunakan pada saat kemoterapi adalah doxorubisin, cyclophospamide, metotreksat,
dan fluorouracil.

d) Terapi Hormonal
Tamoxifen adalah terapi pilihan adjuvant hormonal. Tamoxifen berfungsi untuk
mengurangi timbulnya kontralateral kanker payudara dan mempunyai efek estrogenik
yang diuntungkan atas kepadatan tulang dan sistem kardiovaskular. Dosis optimal
dari tamoxifen adalah dua puluh miligram dosis tunggal. Tamoxifen sendiri
menyebabkan terjadinya toleransi dengan gejala penarikan estrogen (kilat panas dan
pendarahan vaginal), terjadi akibat penurunan intensitas dan frekuensi dari waktu ke
waktu.

2.1.7 Deteksi Awal Kanker Payudara

Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang
secara klinis belum jelas dengan cara pemeriksaan secara klinis (pemeriksaan fisik)
maupun dengan pemeriksaan penunjang yang dapat dipergunakan secara cepat
untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat
dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.(Manuaba, 2010).

2.1.7.1 SADARI/ Breast Self Exam (BSE)

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan payudara sendiri


untuk dapat menemukan adanya benjolan abnormal. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus
mengeluarkan biaya. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah
awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara
dalam keadaan lembut, tidak keras, jika membengkak akan mudah dikenali.(Suastina
IDAR. 2013)

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan SADARI adalah pada saat wanita
sejak pertama mengalami haid. Adapun tahap-tahap melakukan SADARI, yaitu :

a. Tahap awal, berdirilah di depan cermin, pandanglah kedua payudara.


Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari
puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit.

16
b. Angkatlah kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan, apakah ada kelainan.
Pada kedua payudara atau puting.

c. Kedua tangan diletakkan di pinggang agak membungkuk ke arah cermin


sambil menarik bahu dan siku ke arah depan. Periksa kembali, apakah ada
perubahan atau kelainan pada kedua payudara atau puting.

d. Angkatlah lengan kanan, dengan menggunakan 3-4 jari tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan secara lembut, hati-hati, dan secara menyeluruh.
Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran-
lingkaran kecil dan pindahkan lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara
bertahap lakukan ke arah puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan
perhatian khusus di daerah antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak
sendiri. Rasakan untuk setiap benjolan yang tidak biasa atau benjolan di bawah kulit.

e. Dengan kedua tangan, pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk
melihat apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara. Lakukan hal
yang sama pada payu dara yang kiri.

f. Mengulangi langkah d dan e dengan posisi berbaring. Berbaringlah dengan


permukaan yang rata, berbaringlah dengan lengan kanan di belakang kepala dan
bantal kecil atau lipatan handuk diletakkan di bawah pundak.

Gambar 2. Langkah SADARI.

17
2.1.7.2 Mammografi

Mammografi merupakan proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan


sinar – X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Melalui pemeriksaan
Mammografi, angka kematian karena kanker payudara dapat diturunkan sampai
dengan 30%. Metode mammografi, sinar X yang dipancarkan sangat kecil, sehingga
metode ini relatif aman, dan pelaksanaannya relatif mudah. Mammografi merupakan
suatu tes yang aman yang bertujuan untuk melihat adanya masalah pada payudara
wanita (Tambunan GW, 2007).

Mammografi biasanya digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan kista,
dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker payudara. Beberapa
negara telah menyarankan melakukan mammografi rutin (1-5 tahun sekali) bagi
wanita yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk
mendiagnosa kanker payudara sedini mungkin. Mamografi dilakukan secara periodik
dengan interval tersendiri (Manuaba, 2010).

 Wanita berusia 35 – 39 tahun dilakukan 1 kali sebagai basal mamogram


 Wanita berusia 40 – 49 tahun dilakukan setiap 2 tahun
 Wanita berusia 50 – 60 tahun dilakukan setiap 1 tahun
 Wanita > 60 tahun biasanya mempunyai compliance yang rendah tetapi
dianjurkan setiap 1 tahun
Diagnosis imaging mamografi, mempunyai kriteria tersendiri untuk kecurigaan
kanker payudara, yang dibagi dalam tanda-tanda mayor dan tanda minor.

Tanda mayor :

 Kepadatan lesi atau tumor dengan batas permukaan yang irreguler dan kabur
makin ketengah semakin padat dibandingkan bagian tepi.
 Tepi bayangan tumor memberi gambaran menyebar speculated secara radier
atau bayangan bulat kecil berupa satelit dari tumor.
 Adanya gambaran mikro kalsifikasi spesifik didalam tumor kadang kelihatan
menyebar scatered .
 Perbedaan ukuran tumor pada mamografi dibidang klinis. Gambaran klinis
ukurannya jauh lebih besar dari gambaran mamografi.

18
Tanda minor :
 Adanya perubahan berupa penebalan atau tarikan kulit payudara
 Vaskularisasi yang bertambah dan asimetri
 Kepadatan asimetri pada kedua payudara
 Struktur jaringan fibroglanduler yang tidak teratur disekitar tumor
 Pembesaran kelenjar getah bening axilla pada mamografi terutama dengan
ukuran lebih dari 1 cm.
 Perubahan ketebalan lapisan lemak sub kutis atau dibagian bawah payudara.

2.1.7 Prognosis

Prognosis kanker payudara berdasarkan data Perhimpunan Ahli Bedah


Onkologi Indonesia didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup survival rate
penderita kanker payudara per stadium sebagai berikut Rasjidi (2009) :

 Stadium 0 (kanker in situ ) : 10 tahun dengan harapan hidup 98%


 Stadium I : 5 tahun dengan harapan hidup 85%
 Stadium II : 5 tahun dengan harapan hidup 60-70%
 Stadium III : 5 tahun dengan harapan hidup 30-50%
 Stadium IV : 5 tahun dengan harapan hidup 5%

19
BAB 3

KESIMPULAN

Kanker payudara merupakan proses keganasan yang terjadi akibat kegagalan


dalam koordinasi fungsi gen. Saat ini, kanker payudara merupakan penyebab
kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker leher rahim dan
merupakan kanker yang paling banyak ditemui diantara wanita. Berdasarkan data
dari American Cancer Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis menderita kanker
payudara, sedangkan sejak tahun 1990 angka kematian penderita kanker payudara
menurun, hal ini disebabkan oleh adanya deteksi dini dan terapi kanker 2 payudara
yang baik. Akan tetapi kanker payudara ternyata bukan monopoli kaum wanita, kaum
pria pun bisa mengalaminya. Meski insendensinya relatif kecil yakni hanya sekitar
1%. Kanker payudara pada pria harus di waspadai sejak dini karena menyebabkan
kematian sebagaimana yang terjadi pada wanita. Insiden kanker payudara pada
dekade terakhir memperlihatkan kecenderungan yang meningkat.

20
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai