Anda di halaman 1dari 18

OTORITARIANISME KEBIJAKAN PUBLIK

Studi Kasus Pembentukan Omnibus Law Cipta Kerja


Georgius Benny1
Neneng Yani Yuningsih2

Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran


Gedung D Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Jln. Raya
Bandung - Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363 Kab. Sumedang, Jawa Barat

Correspondence Email: georgius19001@mail.unpad.ac.id

Submitted: ………., Reviewed:……….., Published: ………..

ABSTRACT
Public policy is an important factor that cannot be missed in a government. The Omnibus
Law on Job Creation can be viewed as a public policy aimed at overcoming problems that
occur in the public, namely the difficulty of opening businesses and investment and to
increase employment. This article aims to explore aspects of the implementation of
democratic principles from the process of forming public policy which in the context of
this article is the Omnibus Law on Job Creation. This research was conducted using
qualitative methods with a case study approach. The results showed that the democracy
index experienced a significant decline. The decline in Indonesia's democracy index is
partly influenced by the process of forming public policies that ignore democratic
principles, especially public participation. In the context of the establishment of the
Omnibus Law on Job Creation, what happened was precisely the phenomenon that led to
authoritarian behavior ranging from the abandonment of public aspirations, restrictions on
civil liberties, to the normalization of violence by state apparatus.

Keywords: Democracy; Authoritarian; Public Policy; Omnibus Law on Job Creation.

ABSTRAK (in Bahasa)


Kebijakan publik menjadi faktor penting yang tidak dapat luput dalam sebuah
pemerintahan. Omnibus Law Cipta Kerja dapat dipandang sebagai sebuah kebijakan publik
yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di publik, yaitu sulitnya
pembukaan usaha dan investasi serta untuk meningkatkan lapangan kerja. Artikel ini
bertujuan untuk mengupas aspek pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi dari proses
pembentukan kebijakan publik yang dalam konteks artikel ini adalah Omnibus Law Cipta
Kerja. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Hasil penelitian menujukkan bahwa indeks demokrasi mengalami penurunan yang
cukup signifikan. Penurunan indeks demokrasi Indonesia ini salah satunya dipengaruhi
oleh proses pembentukan kebijakan publik yang mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi,
khususnya partisipasi publik. Dalam konteks pembentukan Omnibus Law Cipta Kerja,
yang terjadi justru adalah fenomena yang mengarah kepada perilaku otoriter mulai dari
pengabaian aspirasi publik, pembatasan kebebasan sipil, hingga normalisasi kekerasan
aparat negara.

Keywords: Demokrasi; Otoritarianisme; Kebijakan Publik; Omnibus Law Cipta Kerja.


BACKGROUND menyederhanakan regulasi (Rizal,
Kebijakan publik merupakan cara 2020).
pemerintah untuk mengintervensi
kehidupan publik melalui tindakan Tujuan digunakannya metode

yang dipilih oleh pemerintah. omnibus law berbanding lurus dengan

Kebijakan publik ditujukan untuk definisi dari omnibus law itu sendiri.

mengatasi permasalahan yang terjadi di Salah satu definisi dari omnibus law

masyarakat. Namun, tidak semua adalah bahwa metode ini merupakan

kebijakan publik dapat menjadi solusi produk hukum yang merevisi beberapa

dari permasalahan publik. Hanya aturan sekaligus melalui aturan payung.

kebijakan publik yang tepat sasaran Omnibus law berfungsi untuk

dapat menyelesaikan permasalahan simplifikasi peraturan yang mengalami

publik. tumpang tindih (Webster dalam


Christiawan, 2021).
Omnibus Law Cipta Kerja atau
Undang-Undang Nomor 12 Tahun Omnibus Law Cipta Kerja terdiri

2011 (UU 12/2011) merupakan dari 11 klaster berbeda yang secara

kebijakan yang disusun oleh umum tetap berada dalam koridor

pemerintah bersama dengan DPR untuk penyederhaan regulasi terkait perizinan

menyelesaikan deretan permasalahan usaha dan investasi. Ke-11 klaster

publik yang berada dalam koridor tersebut adalah: a. Penyederhanaan

kemudahan investasi dan usaha Perizinan; b. Persyaratan Investasi; c.

sehingga dapat memperluas lapangan Ketenagakerjaan; d. Kemudahan,

kerja. Dicetuskannya kebijakan ini Pemberdayaan, dan Perlindungan

merupakan upaya pemerintah untuk UMKM; e. Kemudahan Berusaha; f.

deregulasi aturan perihal investasi dan Dukungan Riset dan Inovasi; g.

pembukaan usaha. Presiden Joko Administrasi Pemerintahan; h.

Widodo dalam pidato pelantikannya Pengenaan Sanksi; i. Pengadaan Lahan;

sebagai Presiden untuk periode kedua j. Investasi dan Proyek Pemerintah; dan

menyebutkan bahwa digunakannya k. Kawasan Ekonomi.

metode omnibus law adalah untuk Proses pembentukan Omnibus


Law Cipta Kerja menimbulkan
dinamika politik yang diwarnai dengan yaitu represivitas atau kekerasan dari
rentetan gerakan penolakan dari aparat kepolisian kepada para
berbagai elemen masyarakat sipil demonstran (BBC News Indonesia,
seperti serikat buruh, mahasiswa, 2020).
akademisi, dan banyak lainnya. Alasan
Lebih jauh daripada itu,
penolakan terhadap kebijakan ini yang
pendekatan yang dilakukan oleh
lantang disuarakan oleh kelompok
pemerintah untuk merespon gerakan
serikat buruh menyangkut beberapa hal
penolakan tersebut jauh dari aturan
seperti dihapuskannya hak-hak
main di dalam demokrasi. Presiden
fundamental buruh mulai dari upah
Joko Widodo justru memerintahkan
minimum, pesangon, hingga jaminan
kepada Badan Intelijen Negara (BIN)
sosial (Safitri, 2020). Selain itu, faktor
untuk terlibat dalam proses perumusan
minimnya partisipasi dan pelibatan
Omnibus Law Cipta Kerja dengan cara
kelompok buruh juga menjadi alasan
melakukan pendekatan kepada
dari ditolaknya kebijakan ini (Purba
kelompok masyarakat yang menolak
Sari, 2020). Hal ini jelas menjadi
kebijakan tersebut (Restu, 2020).
sebuah kontradiksi dengan tujuan dari
kebijakan publik itu sendiri. Pendekatan yang dilakukan oleh
negara melalui instrumen yang dimiliki
Gerakan penolakan Omnibus Law
seperti aparat kepolisian hingga
Cipta Kerja merupakan gerakan sosial
intelijen sangat bertolak belakang
yang masif dan konsisten terjadi
dengan prinsip demokrasi. Prinsip
sepanjang proses perumusannya.
pertama sekaligus yang utama dalam
Bahkan, jika dilihat dalam skala
negara hukum demokratis adalah
gerakan yang terjadi, gerakan
ketaatan terhadap hukum (rule of law)
penolakan Omnibus Law Cipta Kerja
dan penegakan HAM, khususnya hak
bersama dengan gerakan Reformasi
partisipasi politik (Asshiddiqie dalam
Dikorupsi pada tahun 2019 lalu
Astawa & Arifin, 2021).
merupakan gerakan sosial terbesar
pasca Reformasi 1998. Permasalahan Proses pembentukan kebijakan
baru pun muncul di dalam dinamika publik dapat dipandang sebagai
penolakan Omnibus Law Cipta Kerja, cerminan dari karakter rezim
pemerintahan yang sedang berkuasa. khas demokrasi Indonesia dapat terbagi
Dalam negara demokratis, proses ke dalam dua sektor, yakni demokrasi
pembentukan kebijakan publik politik dan demokrasi ekonomi. Kedua
dijalankan dengan membuka ruang- sektor demokrasi tersebut berakar dari
ruang partisipasi publik yang luas. kebiasaan masyarakat Indonesia.
Dalam konteks perumusan Omnibus Demokrasi politik berakar pada
Law Cipta Kerja, ruang-ruang kebiasaan musyawarah dan demokrasi
partisipasi dapat dihadirkan melalui ekonomi berakar pada kebiasaan
rapat dengar pendapat, sosialisasi, gotong royong (Hatta, 2018).
konsultasi/diskusi publik, dan berbagai Terkhusus dalam demokrasi politik,
metode lainnya. Namun, yang terjadi kebiasaan musyawarah tersebut
justru adalah pembatasan terhadap tertuang pula dalam sila ke-4 Pancasila
ruang-ruang partisipasi publik. Ruang dan dijadikan mekanisme pengambilan
publik untuk menjalankan partisipasi keputusan politik melalui parlemen.
publik dalam proses perumusan
Namun, dalam ranah praksis,
kebijakan banyak yang bersifat
khususnya dalam proses perumusan
formalitas sehingga mengaburkan
Omnibus Law Cipta Kerja, musyawarah
prinsip meaningful participation.
yang menjadi akar daripada demokrasi
Permasalahan tersebut mencerminkan
politik terbatas pada mekanisme
karakter rezim pemerintahan yang
parlemen. DPR RI melaksanakan 56
cenderung menutup ruang-ruang
rapat di pembicaraan tingkat I dan II
partisipasi publik, terlebih dengan
guna membahas dan mengambil
adanya fenomena kekerasan aparat
keputusan mengenai RUU Cipta Kerja
terhadap masyarakat yang menolak
(DPR RI, 2020). Namun, dalam 56
Omnibus Law Cipta Kerja.
rapat tersebut tidak ada satupun agenda
Demokrasi partisipatif dan yang melibatkan kelompok buruh untuk
substansial dapat terlihat secara nyata turut serta dalam pembahasan. Padahal,
melalui bagaimana sebuah negara kelompok buruh adalah stakeholder
melibatkan masyarakatnya dalam dari Omnibus Law Cipta Kerja,
proses politik dan pemerintahan, khususnya Klaster Ketenagakerjaan.
terkhusus proses kebijakan publik. Ciri
Uraian permasalahan tersebut kurun waktu tiga tahun terakhir (2019-
mengindikasikan bahwa proses 2022). Maka dari itu, dapat disimpulkan
perumusan Omnibus Law Cipta Kerja bahwa terdapat masalah dalam
jauh dari ciri-ciri negara demokrasi, penerapan prinsip-prinsip demokrasi
terlebih demokrasi politik yang menjadi dalam perumusan kebijakan publik,
ciri khas demokrasi Indonesia. Dengan khususnya peraturan perundang-
dinamika proses perumusannya undangan di Indonesia.
sebagaimana yang telah dijelaskan
Berdasarkan pemaparan
sebelumnya, menunjukkan bahwa
tersebut, artikel ini ditujukan untuk
terdapat kecenderungan pengabaian
menganalisis indikasi perilaku
terhadap aturan main demokrasi. Dalam
otoritarianisme dalam pembentukan
beberapa tahun terakhir, perumusan
kebijakan publik dengan menempatkan
undang-undang di Indonesia seringkali
fenomena perumusan Omnibus Law
menghasilkan kontroversi akibat
Cipta Kerja sebagai studi kasus. Artikel
kecenderungan pengabaian prinsip-
ini juga diharapkan dapat memperkaya
prinsip negara hukum demokratis.
literatur dan referensi dalam ruang
Sebagai contoh Undang-Undang KPK
lingkup studi kebijakan publik yang
(Undang-Undang Nomor 19 Tahun
berfokus kepada isu-isu politik
2019) yang disahkan pada 2019 lalu
kontemporer. Dengan memadukan
dan menimbulkan reaksi kemarahan
antara perspektif kebijakan publik
publik akibat dianggap berpotensi
dengan isu Omnibus Law Cipta Kerja
melemahkan KPK dan mencederai
yang dipandang melalui kacamata
upaya pemberantasan korupsi di
negara hukum demokratis akan menjadi
Indonesia atau Undang-Undang
ciri khas dari penelitian ini. Beberapa
Minerba (Undang-Undang Nomor 3
penelitian terdahulu yang sudah pernah
Tahun 2020) yang disahkan pada saat
dilakukan seperti oleh Pratama &
awal pandemi di Indonesia. Omnibus
Mar’iyah (2021) belum secara spesifik
Law Cipta Kerja pun ternyata menjadi
dan mendalam memberikan analisis
bagian dari deretan panjang kebijakan
terhadap praktik otoritarianisme dalam
perundang-undangan yang direspon
proses pembentukan kebijakan publik
dengan penolakan oleh publik dalam
dan kaitannya dengan negara hukum
demokratis. Kristal (2021) yang yang dapat digunakan secara luas dimana
mengkomparasi penurunan kualitas peneliti berfokus pada pengembangan

demokrasi di Indonesia dan Filipina dengan analisis mendalam akan sebuah


kasus. Pendekatan studi kasus tepat
pada periode 2016-2020. Ataupun
digunakan dalam penelitian yang berada
beberapa penelitian lainnya dengan
dalam ruang lingkup penelitian kebijakan
kesamaan isu Omnibus Law Cipta Kerja
publik sesuai yang disampaikan oleh Leslie
yang berada dalam ruang lingkup
A. Pal (2005) bahwa pendekatan studi
keilmuan hukum seperti yang ditulis kasus sangat penting dalam analisis
oleh Hamid (2020). kebijakan karena metode ini melengkapi
analisis statistik dengan analisis mendalam
tentang contoh spesifik dari masalah
METHOD kebijakan.
Metode yang digunakan dalam
penulisan artikel ini ialah metode kualitatif Teknik pengumpulan data yang

dengan pendekatan studi kasus. Strauss dan digunakan adalah qualitative document

Corbin dalam Afrizal (2016:30) (Creswell, 2014). Data yang dikumpulkan

mengungkapkan alasan pemilihan sebuah berasal dari dokumen-dokumen terkait

metode penelitian dapat didasarkan kepada mulai dari buku, jurnal, arsip pemerintah,

dua hal yaitu kebiasaan dari seorang pemberitaan media, dan seluruh sumber

peneliti dan juga kebutuhan data dari referensi terkait lainnya. Teknik validasi

penelitian tersebut. Artikel ini berfokus data yang digunakan ialah triangulasi

kepada fenomena sosial politik yang terjadi sumber (Sugiyono, 2013). Triangulasi

dalam ranah perumusan kebijakan publik sumber dilakukan untuk menguji

sehingga data yang dibutuhkan adalah data kredibilitas data melalui cara memeriksa

data yang bersifat kualitatif. Metode dan membandingkan data yang

kualitatif tersebut akan dielaborasi dengan dikumpulkan dengan berbagai sumber

pendekatan studi kasus. Pendekatan studi lainnya. Teknik analisis data yang

kasus merupakan salah satu pendekatan digunakan adalah dengan model Miles dan

dalam penelitian kualitatif bersama dengan Huberman (Hardani, 2020) dimana

pendekatan naratif, fenomenologi, terdapat tiga tahapan analisis data yang

etnografi, dan grounded theory (Creswell, dilakukan secara paralel, yaitu reduksi data,

2014). Creswell menjelaskan bahwa penyajian data, dan penarikan kesimpulan

penelitian studi kasus adalah penelitian serta verifikasi.


RESULT AND DISCUSSION
Indeks Demokrasi Indonesia Dalam hasil riset tersebut, dapat
disimpulkan bahwa fluktuasi perubahan
Pembahasan dalam penelitian ini
erat kaitannya dengan demokrasi. Maka
karakter tipe demokrasi di 167 negara

dari itu, perlu untuk memeriksa indeks tidak berubah drastis. EIU melakukan
demokrasi Indonesia. Indeks demokrasi riset indeks demokrasi berdasarkan
Indonesia akan didasarkan kepada hasil penilaian terhadap lima aspek, yaitu
riset dari Economist Intelligence Unit electoral process and pluralism, the
(EIU) mengenai indeks demokrasi negara- functioning of government, political
negara di dunia pada tahun 2020 dan 2021. participation, political culture, dan
EIU mengklasifikasi empat tipe negara
civil liberties. Skor indeks demokrasi
dalam riset indeks demokrasi, yaitu, full
yang dirilis oleh EIU berada di kisaran
democracies (demokrasi penuh), flawed
angka 0-10.
democracies (demokrasi cacat), hybrid
regimes (rezim hibrida), authoritarian Pada tahun 2020, Indonesia
regimes (rezim otoriter). berada di indeks demokrasi terendah

Gambar 1. selama 14 tahun terakhir. Kelima aspek


Perbandingan Hasil Riset EIU Tahun penilaian yang dilakukan untuk
2020 dan 2021 menentukan indeks demokrasi tidak
berjalan dengan baik. Untuk fluktuasi
indeks demokrasi Indonesia pada tahun
2020 dan 2021 dapat dilihat sebagai
berikut:

Sumber: Economist Intelligence Unit,


2022.
Tabel 1.
Indeks Demokrasi Indonesia Tahun Kebijakan Publik sebagai Tolak
2020 dan 2021 Ukur Demokrasi
Tahun Indeks
Kebijakan publik adalah
Demokrasi
cerminan dari karakter rezim
2020 6.30
pemerintahan yang sedang berkuasa.
2021 6.71
Kebijakan publik juga dapat dijadikan
Sumber: Olahan Penulis berdasarkan riset
sebagai tolak ukur demokrasi.
Economist Intelligence Unit, 2022.
Demokrasi modern pada masa sekarang
Dengan indeks demokrasi tidak mati melalui jalur kekerasan
seperti ini, Indonesia masuk ke dalam seperti kudeta ataupunn konflik
kategori negara dengan flawed bersenjata. Namun, hari ini demokrasi
democracy (demokrasi cacat). mati melalui jalur konstitusional seperti
Kecacatan demokrasi Indonesia pemilu dan perumusan kebijakan
dipengaruhi beberapa variabel, publik dimana legitimasi kekuasaan
utamanya dalam rentang tahun 2019 digunakan untuk menyengsarakan
hingga 2021 dimana banyak kebijakan rakyat (Levistky & Ziblatt, 2021).
bermasalah yang disahkan tanpa
Dalam kondisi modern seperti
memperhatikan partisipasi politik
hari ini, demokrasi dapat mati melalui
masyarakat dan juga kebebasan sipil.
jalur yang konstitusional dan
Omnibus Law Cipta Kerja yang
legitimate, salah satunya melalui proses
disahkan pada periode 2020 lalu juga
perumusan kebijakan publik. Negara
turut menyumbang rapot buruk
yang menganut demokrasi secara
demokrasi Indonesia karena disahkan
penuh, tentunya melibatkan publik
dalam keadaan minim partisipasi,
sebagai pihak yang turut aktif berperan
rentan pembatasan kebebasan sipil, dan
dalam setiap tahapan kebijakan publik.
di tengah mampetnya fungsi
Kebijakan publik memiliki hubungan
pemerintah di dalam kondisi krisis.
simbiosis dengan demokrasi. Kebijakan
publik dapat dipahami sebagai
serangkaian keputusan yang
dilembagakan melalui mekanisme
kenegaraan dengan proses politik dan Riant Nugroho (2018) jika dilihat dari
pemerintahan yang berlaku. segi dampak yang dihasilkan, yaitu:
Serangkaian keputusan yang
1. Productive democracy, yaitu
dilembagakan ini tidak lepas dari
demokrasi yang menghasilkan
bagaimana sebuah negara
nilai kebangsaan.
mengkonsepsikan proses politik dan
2. Constructive democracy, yaitu
pemerintahan yang ideal.
demokrasi yang dapat
Negara dengan demokrasi kuat mengkonstruksikan sebuah
akan menempatkan publik sebagai negara.
bagian tidak terpisahkan dari proses 3. Accommodative democracy,
perumusan kebijakan publik. yaitu demokrasi yang
Sementara itu, negara dengan karakter menghimpun setiap aspirasi.
otoriter akan memandang publik 4. Destructive democracy, yaitu
sebagai sebatas konsumen kebijakan demokrasi yang
publik. Negara yang menihilkan peran menghancurkan nilai-nilai
publik dalam proses perumusan kebangsaan.
kebijakan publik adalah negara yang 5. Despairing democracy, yaitu
tidak memiliki political will dalam demokrasi yang
melihat publik sebagai elemen krusial mengecewakan.
dalam proses politik dan pemerintahan.
Sebagaimana hubungan
Untuk menghindari kegagalan simbiosis, maka demokrasi dan
suatu negara akibat kecacatan kebijakan publik dapat saling
kebijakan publiknya yang akan mempengaruhi satu sama lain.
berdampak kepada demokrasi, maka Pengaruh antar keduanya adalah faktor
keterlibatan publik dalam proses yang membentuk klasifikasi demokrasi
perumusan kebijakan publik menjadi tersebut. Jika proses perumusan
aspek penting yang tidak boleh absen. kebijakan publik mengikutsertakan
Setidaknya terdapat lima klasifikasi publik di dalamnya serta mendahulukan
demokrasi yang dikemukakan oleh kepentingan publik di atas segalanya,
maka suatu negara dapat mencapai
karakter productive dan constructive kesediaan untuk membatasi kebebasan
democracy. Accommodative democracy sipil (Levitsky & Ziblatt, 2021).
adalah klasifikasi demokrasi yang tepat Ciri pertama, yaitu menolak
jika digunakan sebagai hasil paling aturan main demokrasi melalui kata-
ideal dalam perspektif sistem kata maupun perbuatan dapat dilihat
demokrasi dimana aspirasi publik dalam fenomena pemanfaatan kondisi
dihimpun dan dipertimbangkan sebagai pandemi sebagai dalih membahas dan
input ke dalam proses perumusan mengesahkan Omnibus Law Cipta
kebijakan publik. Kerja dalam waktu cepat tanpa
memperhatikan prinsip-prinsip
demokrasi. Prinsip pertama sekaligus
Ciri-Ciri Perilaku Otoriter dalam
yang utama dalam negara hukum
Perumusan Omnibus Law Cipta
demokratis adalah ketaatan terhadap
Kerja
hukum (rule of law) dan penegakan
Indonesia sendiri menunjukkan HAM, khususnya hak partisipasi politik
kecenderungan sebagai negara yang (Asshiddiqie dalam Astawa & Arifin,
mereduksi demokrasi melalui proses 2021). Absennya ketaatan terhadap
perumusan kebijakan publik, terlebih hukum ini dapat dilihat dari bagaimana
pada masa pandemi covid-19. Gestur asas-asas pembentukan peraturan
politik yang ditunjukkan lembaga perundang-undangan yang baik
negara mengarah kepada sebagaimana yang diatur dalam UU
kecenderungan negara otoritarianisme. 12/2011 tidak diindahkan oleh para
Khusus dalam kasus Omnibus Law pembentuk undang-undang, khususnya
Cipta Kerja, fenomena kebijakan publik asas keterbukaan dan kejelasan
ini menunjukkan ciri-ciri perilaku rumusan. Sulitnya akses publik
otoriter, yaitu menolak aturan main terhadap draft RUU Cipta Kerja serta
demokrasi melalui kata-kata maupun rumusan yang seringkali berubah,
perbuatan, menyangkal legitimasi bahkan pada saat disahkan dalam
lawan, menoleransi atau menyerukan sidang paripurna belum ada naskah
kekerasan, serta menunjukkan final (Maharani, 2020). Selanjutnya
adalah pembatasan hak partisipasi
politik melalui diterbitkannya Surat yang mematikan mikrofon saat anggota
Telegram Kapolri Nomor fraksi Partai Demokrat, Benny K
STR/645/X/PAM.3.2/2020 tertanggal 2 Harman, sedang berbicara untuk
Oktober 2020 sebagai upaya antisipasi menyampaikan penolakan terhadap
sekaligus kontra narasi terhadap pengesahan RUU Cipta Kerja
gerakan penolakan UU Cipta Kerja (Taher,2020).
(Maulana, 2020). Ciri ketiga, yaitu menoleransi
Ciri kedua, yaitu menyangkal atau menyerukan kekerasan. Terjadi
legitimasi lawan. Terdapat indikasi banyak kasus kekerasan terhadap massa
bahwa negara seolah menganggap aksi demonstrasi penolakan UU Cipta
pihak yang kontra terhadap Omnibus Kerja sepanjang tahun 2020 yang
Law Cipta Kerja adalah lawan politik dilakukan oleh aparat kepolisian.
dan berusaha menyangkal Kekerasan ini meliputi kekerasan fisik
legitimasinya. Ciri ini terdapat dalam juga penangkapan terhadap massa aksi.
pengabaian aspirasi publik dalam Amnesty Indonesia mencatat bahwa
proses perumusan Omnibus Law Cipta terdapat 402 korban kekerasan di 15
Kerja. Pengabaian ini menjadi upaya provinsi dalam rentang waktu Oktober
mendelegitimasi hak politik warga hingga November 2020. Terjadi pula
negara. pengabaian aspirasi publik penangkapan kepada 6658 orang
dapat dilihat dalam fenomena dimana selama rentang waktu tersebut (Saputra,
kelompok buruh dan DPR RI yang 2020). Namun, respon kepolisian
melakukan audiensi dan sepakat bahwa terhadap laporan dari Amnesty
selama masa reses, DPR tidak akan Indonesia tersebut seolah menafikan
membahas RUU Cipta Kerja. Namun, kekerasan dan penangkapan di luar
DPR mengabaikan kesepakatan hukum yang dilakukan oleh
tersebut dan tetap melanjutkan anggotanya. Hal ini diutarakan oleh
pembahasan di masa reses (Bernie, Kepala Biro Penerangan Masyarakat
2020). Selain itu, kejadian saat sidang Polri, Brigjen Awi Setyono, yang
paripurna dengan agenda pengambilan menyatakan bahwa tidak ada aduan
keputusan terhadap RUU Cipta Kerja tentang tindak kekerasan oleh polisi
dimana Ketua DPR RI, Puan Maharani selama aksi demonstrasi penolakan UU
Cipta Kerja (Dewi, 2020). Statement upaya pembatasan hak partisipasi
kepolisian tersebut menunjukkan politik masyarakat.
adanya antipati terhadap realitas sosial Selain itu, upaya untuk
yang terjadi. Kepolisian selaku lembaga membatasi kebebasan sipil juga
yang seharusnya mengayomi dilakukan terhadap media. Media
masyarakat justru seolah menoleransi menjadi pilar keempat demokrasi yang
kekerasan yang dilakukan anggotanya menempatkan media sebagai pihak
kepada para demonstran. yang berwenang menyebarluaskan
Ciri keempat, yaitu kesediaan informasi kepada publik. Sifat media
membatasi kebebasan sipil. Hal ini yang kritis justru dibungkam oleh
mutlak dengan adanya pembatasan hak negara melalui aksi peretasan kepada
partisipasi politik yang terlihat melalui Tempo.co di bulan Agustus 2020 saat
instruksi Kapolri pada saat itu, Idham dinamika RUU Cipta Kerja sedang
Azis, yang menyebarkan surat telegram berada di tahap eskalasi isu yang besar
berisikan larangan aksi demonstrasi (Jatmiko, 2020).
penolakan UU Cipta Kerja (Fadhilah, Deretan fenomena yang
2020). Dalam telegram tersebut, menjadi indikasi otoritarianisme
diperintahkan secara langsung oleh kebijakan publik tersebut dapat
Kapolri untuk meredam aksi dirangkum sebagai berikut:
demonstrasi melalui beberapa metode. Tabel 2.
Pertama, arahan melakukan fungsi Fenomena Ciri-Ciri Perilaku
intelijen dan pendeteksian sebagai Otoriter dalam Dinamika UU Cipta
upaya mencegah terjadinya aksi Kerja
demonstrasi. Kedua, perintah untuk Fenomena Ciri
melakukan cyber patrol di sosial media Perilaku
serta membangun opini publik yang Otoriter
bertujuan sebagai kontra narasi Absennya asas Penolakan
terhadap wacana arus utama, yaitu rule of law atas aturan
penolakan UU Cipta Kerja. Kedua hal dan main
ini jelas merupakan penegasan terhadap pembentukan demokrasi
peraturan
perundang- kebebasan
undangan sipil
yang baik Tindak Menyerukan
Pembatasan Menyangkal kekerasan atau
kebebasan legitimasi kepada menoleransi
berpendapat lawan demonstran kekerasan
dalam sidang dalam gerakan
parlemen penolakan
Pembatasan Penolakan RUU Cipta
keterbukaan atas aturan Kerja oleh
informasi main aparat
dalam proses demokrasi kepolisian
RUU Cipta Pengabaian Menyerukan
Kerja tindakan atau
Pengabaian Penolakan kekerasan menoleransi
aspirasi publik atas aturan kepolisian kekerasan
melalui main Upaya cyber Penolakan
pembahasan demokrasi patrol di sosial atas aturan
RUU Cipta media dan main
Kerja di masa pembangunan demokrasi
reses kontra narasi Menunjukkan
Diterbitkannya Menyangkal penolakan kesediaan
Surat legitimasi RUU Cipta membatasi
Telegram lawan Kerja kebebasan
Kapolri Menyerukan sipil
atau Peretasan Menunjukkan
menoleransi media kesediaan
kekerasan membatasi
Menunjukkan kebebasan
kesediaan sipil
membatasi Sumber: Olahan Penulis, 2022
Kerja dapat dilihat melalui fakta
Hasil penelitian dalam dimana bahwa kebijakan ini
pembahasan kali ini menunjukkan mengundang respon negatif yang besar
bahwa proses perumusan kebijakan di dalam masyarakat. Respon negatif
publik dapat menjadi tolak ukur tersebut berupa penolakan secara masif
demokrasi di suatu negara. Proses terhadap Omnibus Law bahkan sejak
perumusan Omnibus Law Cipta Kerja pertama kali Omnibus Law Cipta Kerja
di Indonesia menguak fakta bahwa dicetuskan.
Indonesia menunjukkan kecenderungan
Kebijakan publik merupakan
sebagai negara otoriter karena dalam
cerminan dari karakter rezim
dinamika RUU Cipta Kerja
pemerintahan yang sedang berkuasa.
menunjukkan keseluruhan ciri-ciri
Dinamika pembentukan Omnibus Law
perilaku otoriter.
Cipta Kerja menjadi bukti nyata bahwa

CONCLUSION Indonesia memiliki kecenderungan


Latar belakang dari dibentuknya yang mengarah kepada otoritarianisme
Omnibus Law Cipta Kerja adalah dengan menyampingkan aturan main
sebagai upaya deregulasi aturan untuk dan prinsip-prinsip negara hukum
mempermudah proses pembukaan demokratis, khususnya hak partisipasi
investasi dan usaha di Indonesia. Upaya politik. Berdasarkan penelitian ini
ini dilakukan untuk meningkatkan serta ditemukan fakta-fakta bahwa dinamika
memperluas lapangan kerja. Sebagai pembentukan Omnibus Law Cipta
sebuah kebijakan publik, Omnibus Law Kerja memenuhi kriteria ciri-ciri
Cipta Kerja mencerminkan kemampuan perilaku otoriter. Hal tersebut turut
pemerintah dalam merespon berimplikasi terhadap penurunan
permasalahan yang terjadi di publik. kualitas demokrasi Indonesia yang
Namun, kondisi ideal yang hendak dapat dilihat dalam indeks demokrasi
dicapai dari penggunaan pembentukan Indonesia, khususnya pada tahun 2020
Omnibus Law Cipta Kerja tersebut dan 2021 yang merupakan periode
tidak terwujud. Gap antara kondisi terjadinya dinamika Omnibus Law
ideal dengan kondisi faktual Cipta Kerja.
pembentukan Omnibus Law Cipta
Fenomena ini seharusnya dapat Astawa, I.G.P & Arifin, F. (2021).
dijadikan alarm bahaya bagi demokrasi Sengketa Kewenangan
Indonesia. Kecenderungan Lembaga Negara di
otoritarianisme yang dipraktikkan Mahkamah Konstitusi.
dalam proses pembentukan kebijakan Bandung: PT Refika Aditama.
publik akan menciptakan preseden
BBC News Indonesia. (2020, Oktober
negatif dalam proses politik dan
9). Omnibus Law: Demo tolak
pemerintahan di Indonesia pada masa
UU Cipta Kerja di 18 provinsi
yang akan datang. Pemerintah bersama
diwarnai kekerasan, YLBHI:
seluruh lembaga negara perlu
‘Polisi melakukan
memperhatikan keikutsertaan publik
pelanggaran’. BBC News
dalam pengambilan keputusan politik,
Indonesia.
khususnya yang berkaitan dengan
https://www.bbc.com/indones
kebijakan publik yang akan berdampak
ia/indonesia-54469444.
kepada hajat hidup orang banyak.
Dengan pelibatan secara substantif Bernie, M. (2020, Juli 20). DPR Ingkar
tersebut dapat tercipta demokrasi yang Janji & Tetap Bahas Omnibus
optimal sehingga mampu dipraktikkan Law RUU Cilaka Saat Reses.
dalam setiap sendi kehidupan negara. Tirto.id. https://tirto.id/dpr-
ingkar-janji-tetap-bahas-
omnibus-law-ruu-cilaka-saat-
reses-fS3n.
REFERENCES
Christiawan, R. (2021). Omnibus Law:
Afrizal. (2016). Metode Penelitian
Teori dan Penerapannya.
Kualitatif: Sebuah Upaya
Jakarta: Sinar Grafika.
Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Creswell, J. W. (2014). Research
Berbagai Disiplin Ilmu. Design: Qualitative,
Depok: Rajagrafindo Persada. Quantitative, and Mixes
Methods Approaches. Los
Angeles: Sage Publications, Fadhilah. (2020, Oktober 6). Surat
Inc. Telegram Kapolri Ditentang
YLBHI, Bungkam Kritik
Dewi, A. (2020, Desember 3). Polri:
Rakyat soal RUU Cipta Kerja.
Belum ada laporan kekerasan
Kompas.com.
terhadap demonstran UU
https://www.kompas.tv/articl
Cipta Kerja. Antaranews.com.
e/113637/surat-telegram-
https://www.antaranews.com/
kapolri-ditentang-ylbhi-
berita/1875880/polri-belum-
bungkam-kritik-rakyat-soal-
ada-laporan-kekerasan-
ruu-cipta-kerja.
terhadap-demonstran-uu-
cipta-kerja. Hamid, A. (2020). Analysis of the
Importance of Omnibus Law
DPR RI. (2020). Program Legislasi
“Cipta Kerja” in Indonesia.
Nasional: RUU tentang Cipta
International Journal of
Lapangan Kerja. DPR.go.id.
Scientific Research and
https://www.dpr.go.id/uu/deta
Management, 8(8), 236-250.
il/id/442.
https://doi.org/10.18535/ijsrm
Economist Intelligence Unit. (2021). /v8i08.lla01.
Democracy Index 2020: In
Sickness and In Health? Hardani, dkk. (2020). Metode
London: Economist Intelligence
Unit. Penelitian Kualitatif &
Kuantitatif. Yogyakarta: CV
Economist Intelligence Unit. (2022).
Pustaka Ilmu Group.
Democracy Index 2021: The
China Challenge. London: Jatmiko, A. (2020, Agustus 21).
Economist Intelligence Unit. Peretasan Situs Tempo.co
Dianggap Upaya
Hatta, M. (2018). Demokrasi Kita:
Pembungkaman Media.
Pikiran-Pikiran tentang
Katadata.co.id.
Demokrasi dan Kedaulatan
https://katadata.co.id/agungja
Rakyat. Bandung: Sega Arsy.
tmiko/berita/5f3f6419d03a1/
peretasan-situs-tempoco- Kerja. Sindonews.com.
dianggap-upaya- https://nasional.sindonews.co
pembungkaman-media. m/read/186166/14/kapolri-
terbitkan-surat-telegram-
Kristal, D. (2021). Perbandingan
antisipasi-demonstrasi-dan-
(De)Konsolidasi Demokrasi:
mogok-kerja-1601881830.
Studi Penurunan Kualitas
Demokrasi di Indonesia dan Nugroho, R. (2019). Membangun
Filipina pada Periode 2016- Kebijakan Publik Unggul di
2020. Jurnal Penelitian Era Demokrasi. Jurnal
Politik, 18(2), 122-140. Academia Praja, 1(2), 21-35.
https://doi.org/10.14203/jpp.v https://doi.org/10.36859/jap.v
18i2.1007. 1i02.63.

Levitsky, S. & Ziblatt, D. (2021). How Pratama, R. & Mar’iyah, C. (2021).


Democracies Die. New York: Kecenderungan
Baror International, Inc. Otoritarianisme dalam Proses
Pengesahan Kebijakan Publik
Maharani, T. (2020, Oktober 19).
Selama Pandemi Covid-19 di
Sulitnya Mengakses
Indonesia. Syntax Literate:
Dokumen Penyusunan dan
Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(9),
Draf Final UU Cipta Kerja. 4677-4698.
Kompas.com. http://dx.doi.org/10.36418/synta
https://nasional.kompas.com/ x-literate.v6i9.4098.
read/2020/10/19/08511781/su
Purba Sari, H. (2020, April 28).
litnya-mengakses-dokumen-
Kekhawatiran atas Minimnya
penyusunan-dan-draf-final-
Partisipasi Publik dalam
uu-cipta-kerja.
Pembahasan RUU Cipta Kerja.
Kompas.com.
Maulana, M. (2020, Oktober 5).
https://nasional.kompas.com/rea
Kapolri Terbitkan Surat
d/2020/04/28/10414481/kekhaw
Telegram Antisipasi
atiran-atas-minimnya-
Demonstrasi dan Mogok
partisipasi-publik-dalam- Kekerasan Polisi saat Demo UU
pembahasan-ruu-cipta. Cipta Kerja. Merdeka.com.
https://www.merdeka.com/perist
Restu. (2020, Februari 23). Jokowi
iwa/usman-hamid-402-orang-
Perintahkan BIN Dekati Rakyat
jadi-korban-kekerasan-polisi-
yang Menolak Omnibus Law,
saat-demo-uu-cipta-kerja.html.
Gerindra Menentang: Jokowi
Seperti Orba! PojokSatu.id. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
https://pojoksatu.id/news/berita- Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
nasional/2020/02/23/jokowi- Bandung: Penerbit Alfabeta.
perintahkan-bin-dekati-rakyat-
Taher, A. (2020, November 13). Puan
yang-menolak-omnibus-law-
Ungkap Alasan Mematikan
gerindra-menentang-jokowi-
Mikrofon di Sidang UU Cipta
seperti-orba/.
Kerja. Tirto.id.
Rizal, J. (2020, Oktober 5). Jejak Omnibus https://tirto.id/puan-ungkap-
Law: Dari Pidato Pelantikan alasan-mematikan-mikrofon-di-
Jokowi hingga Polemik RUU sidang-uu-cipta-kerja-f6XW.
Cipta Kerja. Kompas.com.
Pal, L.A. (2019). Case Study Method and
https://www.kompas.com/tren/r
Policy Analysis. In Iris Geva-
ead/2020/10/05/090200165/jeja
May, Thinking Like a Policy
k-omnibus-law-dari-pidato-
Analyst: Policy Analysis as a
pelantikan-jokowi-hingga-
Clinical Profession (pp. 227–
polemik-ruu-cipta.
258). Palgrave Macmillan.
Safitri, K. (2020, Januari 7). Ini 6 Alasan
Buruh Tolak RUU Omnibus
Law. Kompas.com.
https://money.kompas.com/read/
2020/01/07/112743426/ini-6-
alasan-buruh-tolak-ruu-
omnibus-law?page=all.

Saputra, M. (2020, Desember 2). Usman


Hamid: 402 Orang Jadi Korban

Anda mungkin juga menyukai