Anda di halaman 1dari 12

TRANSFUSI DARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Fiqih Kontemporer

Disusun Oleh :

Nur Jannah Angriani


Nim. 20100015

Dosen Pengampu :

Dr. Muammar Gadapi, MTD. M. H

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kita nikmat,
sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi kehidupan akhirat kelak. Sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih baik mudah dan
penuh manfaat.

Saya menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa. Rasa terima
kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah selaku pembimbing
yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam
proses penyelesaian karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
menyumbangkan pikirannya dalam bentuk kritik, saran dan masukan demi
kesempurnaan makalah ini nantinya.

Mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk
pribadi, teman-teman, serta pembaca lainnya yang ingin mengambil hikmah dari
judul ini “TRANSFUSI DARAH” sebagai tambahan dalam referensi yang telah
ada.

Panyabungan, Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ ......... ........ i

DAFTAR ISI....................................................................................... ......... ........ ii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... ......... ........ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................... ......... ........ 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... ......... ........ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Transfusi Darah ...................................................... ......... ........ 2


B. Indikasi-indikasi Untuk Transfusi Darah ................................. ......... ........ 2
C. Pelaksanaan Transfusi Darah ................................................... ......... ........ 4
D. Hukum Transfusi Darah .......................................................... .................. 6

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. ......... ........ 8


B. Saran ........................................................................................ ......... ........ 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... ......... ........ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Maha Suci Allah SWT yang telah menciptakan kodrat manusia sebagai
makhluk sosial. Kodrat itu mengharuskan seseorang manusia itu menolong
manusia lain, terutama terkait dengan nyawa. Hal itu dilakukan sesuai kemampuan
dan tidak merugikan pihak manapun. Tranfusi darah merupakan salah satu wujud
kepedulian kita kepada sesama manusia. Sejak 14 Juni 2004 berdasarkan
kesepakatan WHO melalui Federasi Internasional Palang Merah, Bulan Sabit
Merah, Perhimpunan Internasional Transfusi Darah dan Palang Merah Indonesia
sebagai komponen Gerakan Palang Merah Sedunia, dicanangkan sebagai Hari
Donor Darah Sedunia yang merupakan penghargaan bagi para pendonor darah.
Hari Donor Darah Sedunia dimaksudkan sebagai ungkapan penghargaan
terhadap para pendonor darah sukarela di seluruh dunia yang tanpa pamrih telah
membantu menyelamatkan jutaan nyawa manusia yang membutuhkan darah.
Seiring dengan gerakan tersebut, muncul pula berbagai masalah hukum tentang
transfusi darah ini. Seperti munculnya praktek jual beli darah baik dilakukan secara
resmi oleh pihak PMI maupun ilegal oleh oknum. Bahkan tidak jarang secara
personal terjadi transaksi jual-beli darah. Dampak kekurangan stok darah berimbas
ke hal lain, salah satunya merupakan praktik jual beli darah yang masih kerap
terjadi di daerah-daerah seperti Medan dan Jakarta. Alasannya, praktik penjualan
darah terjadi karena terjadi ketimpangan antara suplai dan kebutuhan darah.
Kekurangan pasokan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) biasanya terjadi
terutama saat ramadhan karena pada saat itu sangat sedikit orang yang
mendonorkan darahnya.
Masalah transfusi darah adalah masalah baru dalam hukum Islam, karena
tidak ditemukan hukumnya dalam fiqh pada masa-masa klasik pembentukan
hukum Islam. Al-Qur`an dan Hadits pun sebagai sumber hukum Islam, tidak
menyebutkan hukumnya, sehingga pantaslah hal ini disebut sebagai masalah
ijtihadi guna menjawab permasalahan mengenai hubungan pendonor dengan
resipien, hukum menjual belikan darah dan hukum transfusi darah dengan orang
beda agama, Keadaan ini perlu ditentukan status hukumnya atas dasar kajian
hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian transfusi darah ?
2. Bagaimana hukum transfusi darah dalam Islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian transfusi darah.
2. Untuk mengetahui hukum transfusi darah dalam Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transfusi Darah
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution” yang
artinya memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang karena kehabisan
darah. Menurut Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluuf merumuskan
definisinya sebagai berikut:1
‫نقل الدم للعالج هو االنتفاع بدم االنسان بنقله من الصحيحة الى للمريض النقاذ حياته‬
Artinya “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara
memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya." Lalu Dr.Ahmad Sofian
mengartikan tranfusi darah dengan istilah “pindah-tuang darah” sebagaimana
rumusan definisinya yang berbunyi: ”pengertian pindah-tuang darah adalah
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong”.
Berdasarkan terapi komponen darah, seorang pasien berdasarkan penyakitnya
diberikan hanya komponen darah yang diperlukan tubuhnya saja. Ada yang hanya
membutuhkan sel darah merah, yang lainnya hanya membutuhkan plateletnya saja.
Namun tidak jarang yang membutuhkan transfusi darah secara utuh (whole blood).2
B. Indikasi-Indikasi Untuk Transfusi Darah
Beberapa indikasi perlunya seseorang melakukan transfusi darah pada orang
lain ialah disebabkan karena: a) hilangnya darah, serta b) kurangnya komponen-
komponen penting pada darah.3
1. Kehilangan darah
Disebabkan hilangnya darah bisa berakibat pada kurangnya bobot darah
seseorang yang mengaliri seluruh tubuh. Dalam hal ini karena sebab
faktor, diantaranya:

1
Mahjudin, Masailul Fiqhiyah (Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini), (Jakarta:Kalam
Mulia, 2003), h. 89 dan dalam Husain Muhammad Makhluff, Fataawaa Syariiyah wa-Buhuutsul Islaamiyah,
Juz II, (Qairo: Al-Madaniy, 1971), h. 218.
2
. Johanes F Koraag, Berbagi Nyawa: Hidup Bahagia dengan Berdonor Darah (Yogyakarta: Pustaka Marwa,
2010), 83.
3
. Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Fikih Kesehatan: Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ,
dan Eksperimen pada Hewan (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007), 58.

2
a. Pendarahan yang disebabkan luka, atau juga sebab terjadi koreng,
melahirkan, atau peradangan usus.
b. Sebab luka seperti, luka karena terbakar, atau terjadi
pembengkakan karena kecelakaan.
c. Sebab melakukan operasi misal, pada jantung, dan jenis operasi
lainnya.
d. Tiada kecocokan darah diantara ibu dan anaknya. Pada kasus
seperti ini perlu dilakukan transfusi untuk menukarkan dalam upaya
penyelamatan nyawa anak.
e. Terjadi anemia kronis atau akut, atau terjadi ketidaknormalan pada
sistem darah beku yaitu, hemophilia.
2. Kekurangan komponen-komponen penting pada darah
Terkadang pasien tidak datang untuk melakukan transfusi darah untuk
semua komponen darah namun hanya butuh untuk sebagian komponen
saja, sesuai dengan tingkat kebutuhannya, hal ini bisa terjadi pada
kasus;
a. Anemia, yaitu pasien mengalami kurangnya sel darah merah.
Jadi hanya butuh melakukan transfusi darah merah saja.
b. Hemofilia, yaitu disebabkan karena kerusakan pada sistem
pembekuan darah, yang mengakibatkan pada anemia dan juga
kekurangan darah yang berisiko ketika terjadi luka apa pun
kecilnya, disebabkan karena proses membukanya darah yang
sangat lamban. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya
pendarahan maka pasien wajib transfusi untuk plasma darahnya
atau pasien tersebut boleh dilakukan injeksi dengan
menggunakan AHF (antibaemophilic faktor).
Perlu diketahui bahwa karena plasma sama sekali tidak memiliki
sel darah, maka seorang pasien yang menderita pendarahan
serius memerlukan setidaknya satu pint (0,568 liter) darah untuk
setiap pint plasma yang ditransfusikan.

3
C. Pelaksanaan Transfusi Darah4
1. Sebelum dilakukan Transfusi Darah
Jadi sebelum dilakukan pemindahan (transfusi) darah pada pasien perlu
dilakukan pengambilan sampel darah terlebih dahulu sebagai upaya
pengecekan pada jenis darahnya. Golongan atau jenis darah yaitu ABO
diantaranya, A, B, AB, dan juga O. Sedangkan menurut rhesus atau Rh
terbagi 2 yakni, Rh yang positif dan juga negatif. Kemudian akan
dilakukan crossmatch yaitu jika jenis darahnya sesuai maka dilanjut
untuk diperiksa lagi dalam hal ini mencari kecocokan antara jenis darah
si pendonor dengan jenis darah si resipien sebagai penerima donor.
Ketika dilakukannya crossmatch, juga akan diperhatikan adanya
antibodi yang dapat menyebabkan penyerangan pada sel darah si
pendonor dan juga dapat mengancam tubuh si resipien.
2. Langkah-langkah Proses Dilakukannya Transfusi Darah
Pada umumnya pemindahan darah bisa dilangsungkan selama kurang
lebih 4 jam, hal ini bergantung pada berapa banyak menransfusikannya.
Sebelum ditusukkannya jarum di daerah lengannya pada pembuluh
darahnya, maka dokter akan meminta pasien untuk berbaring di atas
tempat tidur atau juga bersandar di atas kursi. Lalu ketika jarum
dimasukkan ke pembuluh darah maka dokter akan menghubungkan
pada selang yang tipis atau kateter yang disambungkan dengan kantong
darahnya. Dengan kantong darah itu lalu dialirkannya darah dengan
memakai kateter mengarah ke pembuluh darahnya.
Dan kondisi pasien akan terus dilakukan pemantauan selama selang
waktu 15 menit, hal ini dilakukan untuk mengetahui dengan pasti
bahwa tidak akan terjadi alergi dari reaksi pasien. Namun jika terdapat
tanda-tanda akan terjadinya alergi dari reaksi yang terjadi maka harus
cepat diberhentikan. Namun jika selama 1 jam dijalankan dan tidak
ditemukan terjadinya alergi dari reaksi yang didapatkan maka perawat
maupun dokter dapat melakukan langkah selanjutnya, yaitu pemindahan
darah.

4
Tjin Willy, “Transfusi Darah, Ini Yang Harus Anda Ketahui”, Alodokter,
https://www.alodokter.com/transfusi-darah-ini-yang-harus-anda-ketahui, diakses pada 17 Mei 2023, 1.

4
3. Sesudah Dilakukan Pemindahan Darah
Ketika selang dilepaskan oleh perawat atau dokter dari pembuluh
darahnya. Maka dokter maupun perawat akan terus memantau pada
kondisi vital pasien, baik denyut pada jantung pasien, tekanan darahnya,
sampai pada suhu badan pasien tersebut.
4. Risiko Pemindahan (Transfusi) Darah5
Adapun efek negatif yang mungkin terjadi setelah dilakukannya
pemindahan darah maupun menjelang waktu sesudahnya meski hal ini
jarang terjadi, yaitu:
a. Demam. Hal ini bisa terjadi ketika transfusi darah. Dalam hal ini
adalah suatu reaksi yang terjadi pada tubuh resipien ketika sel
darah putih mulai menyebar ke dalam tubuh. Untuk masalah ini
dapat diobati dengan meminum obat untuk meredakan
demamnya atau batal melakukan transfusi darah.
b. Terjadinya alergi, Biasanya ditandai dengan perasaan
ketidaknyamanan, terasa sakit di bagian punggung maupun
dada, kesulitan nafas, memerah pada bagian kulit, mual,
menurunnya tekanan darah, detak jantung sangat cepat, serta
menggigil.
c. Zat besi yang berlebih. Hal ini bisa disebabkan karena
banyaknya jumlah darah yang ditransfusikan seperti yang
dialami penderita thalassemia. Dikarenakan keseringan
melakukan pemakaian donor darah hingga terjadi zat besi yang
berlebih. Sehingga berakibat pada rusaknya organ tubuh resipien
seperti hati, jantung, dan lainnya.
d. Berakibat cedera pada paru-paru si pendonor, pendonoran darah
juga dapat berakibat pada rusaknya paru-paru. Meskipun
peristiwa tersebut jarang ditemukan namun umumnya terjadi 6
jam sesudahnya. Pada beberapa kasus, penderita pada kasus ini
bisa sembuh tapi sekitar 5-25% pasien yang menderita penyakit
ini juga bisa kehilangan nyawanya.

5
Ibid., 1

5
e. Infeksi. Penyakit ini bisa ditularkan dari darah pendonor, contoh
halnya Human immunodeficiency Virus (HIV), Hepatitis B, C,
atau juga D. Akan tetapi pada masa sekarang sangat jarang
terjadi, dikarenakan prosedur donor dilakukan dengan sangat
baik yakni sebelum dilakukan transfusi darah sudah melalui
tahapan pemeriksaan terlebih dahulu untuk melihat tidak adanya
penyakit tersebut yang dapat menular dari darah.

D. Hukum Transfusi Darah


Berdasarkan fakta bahwa memang tidak terdapat sumber-sumber orisinal Islam
tentang larangan praktik transfusi darah. Namun keterangan-keterangan yang
ditemukan hanya menyebutkan bahwa darah adalah benda najis dan tidak boleh
dikonsumsinya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat
173:
َ ‫يي َْر بَا و َّو َال‬
‫عا و‬ ُ ‫ض‬
َ ‫ط َّر‬ ‫علَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََّم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َما ٓ ا ُ ِه َّل ِب ٖه ِلغَي ِْر ه‬
ْ ‫ّٰللاِ ۚ فَ َم ِن ا‬ َ ‫اِنَّ َما َح َّر َم‬
‫يفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬
َ َ‫ّٰللا‬ َ ‫ال اِثْ َم‬
‫ع َل ْي ِه ۗ ا َِّن ه‬ ٓ َ َ‫ف‬
Terjemahan: Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah,
daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain
Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Akan tetapi ketidakbolehan ini tidaklah berlaku ketika mendapati kebutuhan yang
mendesak, yaitu ketika transfusi darah menjadi satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan nyawa seseorang. Hal ini didasarkan pada kaidah fiqhiyah asasiyah
yakni kaidah yang ke-4 (empat) yaitu:
‫الض ََّر ُر يُزَ ا ُل‬
Artinya: “bahaya itu harus dihilangkan (dicegah)”
Dalam kaidah ini mengisyaratkan bahwa terdapat kelonggaran hukum yaitu misal
dibolehkannya mengonsumsi makanan yang haram pada saat terdesak/terpaksa.
Hal ini sejalan dengan kaidah

َ ‫ْال َحا‬
ِِ ‫جة‬ ‫ام َم َع الض َُّر ْو َرةِ َو َال َك َرا َحةَ َم َع‬
َ ‫َال َح َر‬
Artinya: “tiada yang dapat menghukum haram kalau ada kemudaratan dan juga
tiada yang dapat menghukum makruh kalau ada kebutuhan”.

6
Adapun dasar hukum dari persoalan adanya pengecualian hukum terhadap keadaan
terpaksa ini, ialah apa yang diceritakan di dalam kitab Allah SWT sesudah cerita
tentang berbagai makanan yang diharamkan, dimana Allah mengecualikan keadaan
terpaksa dan lapar. Pengecualian ini terdapat pada empat tempat yang sudah
disebutkan di awal yaitu di dalam al-Quran; dua tempat dari surat-surat Makkiyah,
yaitu al-Anan dan an-Nahl dan dua lainnya dari surat-surat Madaniyah, yaitu al-
Baqarah dan al-Maidah.6
Dalam hal ini ketika seseorang berada di posisi dharurat yakni sangat memerlukan
transfusi darah meski darah hukumnya haram maka menjadi halal untuk digunakan.
Hal ini juga selaras dengan kaidah,
‫ت‬ ُ ْ‫الض َُّر ْو َرة ُ تُبِ ْي ُح ْال َمح‬
ِ ‫ظ ْو َرا‬
Artinya: “kemudharatan-kemudharatan itu membolehkan larangan-larangan”.
Keadaan dharurat menjadikan kebolehan untuk mengerjakan suatu hal yang
bersifat larangan terkecuali pada kondisi seorang donor darah tersebut sudah
memenuhi persyaratan keamanan dari prosedur yang ditentukan.
Ketika si pendonor menyetujui untuk mendonorkannya maka hak atas darahnya
berpindah kepada resipien. Akan tetapi dalam ranah hukum Islam dilarang
seseorang mendonorkan darahnya apabila berakibat buruk pada keselamatan dan
kesehatannya. Dalam hal ini berdasarkan kaidah
‫الض ََّر ُر َال يُزَ ا ُل بِالض ََّر ِر‬
Artinya: “kemudaratan itu tiada kebolehan untuk diganti pada mudarat lainnya”.
Penjelasan dari kaidah diatas ialah suatu hal yang bersifat mudarat tidak dibolehkan
diganti dengan mudarat pula pada tingkat kondisi yang sama. Meski dalam hal ini
seseorang sangat membutuhkan darah akan tetapi apabila mendonorkan akan
berdampak buruk bagi pendonor tersebut maka haram hukumnya dilakukan
transfusi darah.7

6
Yusuf Al-Qardlawy, Keluasan Dan Keluwesan Hukum Islam (Semarang: Toha Putra Group, 1993), 49.
7
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Fikih Kesehatan, 64.

7
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution” yang
artinya memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang karena kehabisan
darah. Beberapa indikasi perlunya seseorang melakukan transfusi darah pada orang
lain ialah disebabkan karena: a) hilangnya darah, serta b) kurangnya komponen-
komponen penting pada darah. Pelaksanaan transfusi darah pun memiliki resiko
setelahnya. Sehingga diperlukan syarat dan ketentuan untuk melakukannya.
Hukum transfusi darah adalah boleh. Meskipun tidak terdapat sumber-sumber
orisinal Islam tentang larangan praktik transfusi darah. Namun keterangan-
keterangan yang ditemukan hanya menyebutkan bahwa darah adalah benda najis
dan tidak boleh dikonsumsinya. Akan tetapi ketidakbolehan ini tidaklah berlaku
ketika mendapati kebutuhan yang mendesak, yaitu ketika transfusi darah menjadi
satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Hal ini selaras dengan
kaidah fiqhiyah asasiyah yakni kaidah yang ke-4 (empat) yaitu: al-Ḍarar Yuzal
(‫( )ُللَّ ُ لز ُ ر ََّر لض‬bahaya itu harus dihilangkan (dicegah)).

B.Saran

Demikian hasil makalah saya, pemakalah sadar masih banyak kekurangan


dalam kalah untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah saya berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mahjudin, 2003 Masailul Fiqhiyah (Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa
Kini), Jakarta:Kalam Mulia,

F Koraag, Johanes, 2010 Berbagi Nyawa: Hidup Bahagia dengan Berdonor Darah
Yogyakarta: Pustaka Marwa

Ebrahim, Abul Fadl Mohsin, 2007 Fikih Kesehatan: Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah,
Transplantasi Organ, dan Eksperimen pada Hewan, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta

Willy, Tjin, “Transfusi Darah, Ini Yang Harus Anda Ketahui”, Alodokter,
https://www.alodokter.com/transfusi-darah-ini-yang-harus-anda-ketahui, diakses pada 17
Mei 2023, 1.

Al-Qardlawy, Yusuf, 1993 Keluasan Dan Keluwesan Hukum Islam , Semarang: Toha
Putra Group

Anda mungkin juga menyukai