Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN ISLAM DAN PENDIDIKAN MASTONAL INDONESIA

Oleh : Abdullah Karim

I. Pendahuluan

"Mencerdaskan kehidupan bangsa" merupakan salah satu tujuan berdirinya Republik


Indonesia. Hal ini, secara tekstual, dapat kita temukan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lebih tegas lagi, dalam BAB XIII, pasal 31
ayat satu dan dua disebutkan: (1) Tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. (2)
Pemerintah mengusahakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-
undang.

Pada ayat dua, pasal 31 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 ini,
tergambar adanya keinginan bangsa Indonesia untuk mewujudkan satu sistem Pendidikan
Nasional Indonesia, dan keinginan ini telah menjadi kenyataan, dengan ditetapkannya Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tanggal
27 Maret 19891.

Untuk melengkapi undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 ini,
dikeluarkan pula Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai berikut:

1. PP No. 27 Th. 1990 tentang Pendidikan Prasekolah

2. PP No. 28 Th. 1990 tentang Pendidikan Dasar

3. PP No. 29 Th. 1990 tentang Pendidikan Menengah

4. PP No. 30 Th. 1990 tentang Pendidikan Tinggi

5. PP No. 72 Th. 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa

6. PP No. 73 Th. 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah

7. PP No. 38 Th. 1992 tentang Tenaga Kependidikan

8. PP No. 39 Th. 1992 tentang Peranserta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional

1
Lihat Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, Sinar Grafika,
Jakarta, 1993, h. 1-22.
9. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor: 036/U/1993 tentang Gelar
dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi2.

Mengenai Pendidikan Islam, dalam kaitannya dengan Sistem Pendidikan Nasional ini,
merupakan subsistem yang tidak terpisahkan, seperti tersirat pada BAB IX, pasal 39 ayat dua:
"Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat; a. pendidikan
Pancasila, b. pendidikan agama, dan c. pendidikan kewarganegaraan 3".

Pendidikan agama di sini, bagi umat Islam adalah pendidikan Agama Islam 4.

Makalah ini akan membahas Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional Indonesia,
dengan subbahasan: Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, dan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam 1977, 1984, dan 1994.

II. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia

Seperti telah dikemukakan pada bagian pendahuluan, bahwa lahirnya Undang-Undang


Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tanggal 27 Maret 1989 merupakan
pengejawantahan keinginan bangsa Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 yang disertai dengan


beberapa peraturan perundang-undangan pelaksanaannya, maka beberapa peraturan
perundanga-undangan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi5.

Untuk memberikan gambaran singkat, penulis akan mengemukakan beberapa hal


penting dari Sistem Pendidikan Nasional tersebut, dengan penekanan pada aspek kurikulum.
Hal ini dilakukan, karena makalah ini mencoba melihat kurikulum dalam Sistem Pendidikan
Nasional sebagai acuan, dan kurikulum Pendidikan Islam 1994 sebagai pedoman pelaksanaan.
Untuk memperluas wawasan, juga akan digambarkan sekedarnya mengenai kurikulum
Pendidikan Islam tahun 1977 dan 1984.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional memuat 20


bab, 59 pasal, dan 135 ayat, termasuk ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. Undang-

2
Lihat ibid., h. 47 dst.
3
Ibid., h. 16.
4
Lihat penjelasan ibid., h. 41-42.
5
Abdul Rajak Husain, Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional, Aneka, Solo, 1995, h. 13.
Undang ini dilengkapi pula dengan penjelasan yang merupakan tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 33906.

Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, secara garis besarnya memuat:


ketentuan umum; dasar, fungsi dan tujuan; hak warganegara untuk memperoleh pendidikan;
satuan, jalur, dan jenis pendidikan; jenjang pendidikan; peserta didik; tenaga kependidikan;
sumber daya pendidikan; kurikulum; hari belajar dan libur sekolah; bahasa pengantar;
penilaian; peran serta masyarakat; badan pertimbangan pendidikan nasional; pengelolaan;
pengawasan; ketentuan lain-lain; ketentuan pidana; ketentuan peralihan; ketentuan penutup 7.
Undang-Undang ini ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989
Nomor 6.

Pembahasan mengenai kurikulum dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan


Nasional ini, terdapat dalam BAB IX, pasal 37 sampai dengan pasal 39, selengkapnya sebagai
berikut:

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan


memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan,
kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (pasal 37) 8.

Pasal 38 menyebutkan: (1) Pelaksanaan kegiatan pendidikan didasarkan atas kurikulum


yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, serta kebutuhan
lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan. (2) Kurikulum yang berlaku
secara nasional ditetapkan oleh Menteri, atau Menteri lain, atau Pimpinan Lembaga Pemerintah
Non-departemen berdasarkan pelimpahan wewenang dari Menteri 9.

Pasal 39 berisi: (1) Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional. (2) Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat; a. pendidikan Pancasila, b. pendidikan agama, dan c. pendidikan
kewarganegaraan. (3) Isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan
kajian dan pelajaran tentang; a. pendidikan Pancasila, b. pendidikan agama, c. pendidikan

6
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, op. cit. h. 46.
7
Ibid., h. 2-22.
8
Ibid., h. 16.
9
Ibid., h. 16.
kewarganegaraan, d. bahasa Indonesia, e. membaca dan menulis, f. matematika (termasuk
berhitung), g. pengantar sains dan teknologi, h. ilmu bumi, i. sejarah nasional dan sejarah
umum, j. kerajinan tangan dan kesenian, k. pendidikan Jasmani dan kesehatan, l. menggambar,
serta m. bahasa Inggris. (4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) diatur oleh Menteri10.

Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional ini dapat dipahami dari pasal 39,
ayat (2), point b. yang merupakan isi kurikulum yang diwajibkan untuk setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan. Sedangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993
menghendaki agar kurikulum dan isi pendidikan yang memuat pendidikan Pancasila,
pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan terus ditingkatkan dan dikembangkan di
semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan nasional11. Hal ini berarti bahwa kesempatan untuk
mengembangkan pendidikan Islam bagi umat Islam dalam semua jalur, jenis dan jenjang
pendidikan terbuka luas. Dan pengembangan kurikulum ini tentunya dengan memperhatikan
berbagai hal, seperti disebutkan pada pasal 37 Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Tahun 1989 terdahulu. Oleh karena itulah, Menteri Agama Republik Indonesia
mengeluarkan Keputusannya Nomor 372 Tahun 1993 Tentang Kurikulum Pendidikan Dasar
Berciri Khas Agama Islam, dan Nomor 373 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, serta Nomor
374 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah Keagamaan, tanggal 22 Desember 1993. Dan
kurikulum ini dilaksanakan secara bertahap, mulai tahun ajaran 1994/1995 12, karena itu dikenal
dengan sebutan kurikulum 1994. Pembahasan berikut akan menguraikan kurikulum 1994 ini,
namun sebelumnya dikemukakan pula kurikulum 1977 dan kurikulum 1984 sebagai bahan
perbandingan, sekaligus untuk mengetahui perkembangan yang ada.

III. Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1977

Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1977 ini memang mudah kedaluwarsa, karena
telah diperbaharui oleh Menteri Agama Republik Indonesia dengan dikeluarkannya KMA
Nomor 99 Tentang Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, Nomor 100 Tentang Kurikulum Madrasah
Tsanawiyah, dan Nomor 101 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, pada tanggal 31 Desember
1984.

10
Ibid., h. 16-17.
11
Lihat Ketetapan-Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1993, Bumi Aksara,
Jakarta, 1993, h. 99.
12
Disadur dari Keputusan-Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia, Nomor-nomor 372, 373, dan 374,
tanggal 22 Desember 1993.
Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1977 ini adalah Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 73 Tentang Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, Nomor 74 Tentang
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, dan Nomor 75 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah,
tanggal 29 Desember 1976. Disebut Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1977, karena
diberlakukan secara bertahap malai tahun ajaran 1977.

Tujuan utama kurikulum 1977 ini “agar mata pelajaran umum di Madrasah-madrasah
mencapai tingkat yang sama dengan tingkat mata pelajaran umum di Sekolah Umum yang
setingkat” 13 . Oleh karena itu, ijazah Madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan
Sekolah Umum yang setingkat, lulusan Madrasah dapat melanjutkan ke Sekolah Umum yang
setingkat lebih atas, dan Madrasah dapat berpindah ke Sekolah Umum yang setingkat14.

Kurikulum ini memuat pula berbagai tujuan pendidikan, antara lain:

Tujuan Institusional, ialah tujuan yang secara umum harus dicapai oleh keseluruhan
program Madrasah tersebut.

Tujuan Kurikuler, ialah tujuan yang pencapaiannya dibebankan pada program suatu
bidang pelajaran.

Tujuan Instruksional, ialah tujuan yang pencapaiannya dibebankan pada suatu program
pengajaran dari suatu bidang studi15.

Untuk mencapai maksud dari penyusunan kurikulum ini, agar tersusun rencana
kegiatan belajar yang efektif dan fungsional, mengharuskan guru-guru menggunakan teknik
penyusunan program pengajaran yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI)16.

Uraian-uraian ini menggambarkan bahwa kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1977 ini
berusaha meningkatkan matu siswa Madrasah dalam penguasaan mata pelajaran umum, sama
dengan mutu siswa Sekolah Umum yang setingkat.

IV. Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1984

13
Kata Pengantar Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam pada Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, 1976,
h. 9.
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.
Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1984 ini mencakup Kurikulum Madrasah
Ibtidaiyah yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Momor 99, Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah dengan KMA Nomor 100, dan Kurikulum Madrasah Aliyah dengan
KMA Nomor 101, tanggal 31 Desember 1984. Mengingat Keputusan ini berlaku pada
17
permulaan tahun ajaran 1985/1986 , maka penulis berkecenderungan menyebutnya
Kurikulum Pendidikan Jalan Tahun 1985, sebagaimana Kurikulum Pendidikan Islam Tahun
1977 dan 1994.

Menurut kurikulum ini, Madrasah Ibtidaiyah merupakan satuan pendidikan dasar,


Madrasah Tsanawiyah merupakan satuan pendidikan menengah pertama, dan Madrasah Aliyah
merupakan satuan pendidikan menengah atas yang kesemuanya menjadikan pendidikan agama
(Islam) sebagai identitas kelembagaannya. Dengan demikian, pendidikan Islam yang dimaksud
dalam uraian ini adalah Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah.

Kurikulum Pendidikan Islam harus mempunyai prinsip perkembangan dan perubahan


yang selaras dengan kemaslahatan masyarakat Islam, dengan tetap dilandasi oleh nilai-nilai
islamiah18. Atas dasar prinsip inilah, ditetapkan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah, dan Kurikulum Madrasah Aliyah dengan KMA Nomor 99, 100 dan
101 seperti disebutkan terdahulu.

Perubahan mendasar dalam kurikulum Pendidikan Islam 1984 ini terlihat pada
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah dan Kurikulum Madrasah Aliyah. Susunan kurikulum terdiri
atas: Program Inti dan Program Pilihan, dan satuan waktu program belajar berlangsung
sekurang-kurangnya 120 hari belajar efektif yang disebut semester. Di samping itu, kegiatan
belajar dikategorikan kepada: Kegiatan Intrakurikuler, Kegiatan Kokurikuler, dan Kegiat an
Ekstrakurikuler19.

Untuk memberikan gambaran singkat mengenal kurikulum 1984 ini, penulis


mengambil bagian tertentu dari Kurikulum Madrasah Aliyah sebagai sampel.

Program Inti terdiri atas 19 (sembilan belas) mata pelajaran yang dikelompokkan
kepada:

17
Lihat KMA Nomor 100 tentang Kurikulum Madrasah Tsanawiyah pasal 17.
18
Lihat Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum, Ramadhani, Solo,
1991, h. 34.
19
Disadur dari KMA Nomor 100 dan 101 Tahun 1984. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada kedua KMA
tersebut.
1. Pendidikan Agama, meliputi;

a. Qur'an - Hadits,

b. Aqidah - Akhlaq

c. Fiqh,

d. Sejarah dan Kebudayaan Islam, dan

e. Bahasa Arab

2. Pendidikan Dasar Umum, meliputi;

a. Pendidikan Moral Pancasila (PMP),

b. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB),

c. Bahasa dan Sastra Indonesia,

d. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia,

e. Ekonomi,

f. Geografi,

g. Biologi,

h. Fisika,

i. Kimia,

j. Matematika,

k. Bahasa Inggris,

l. Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan,

m. Pendidikan Seni, dan

n. Keterampilan20.

Program Pilihan terdiri atas:

1. Program Pilihan A, merupakan program pengembangan keilmuan juga, yang meliputi:

20
Kurikulum Madrasah Aliyah 1984, Departemen Agama RI., Jakarta, 1984, h. 5.
a. Program pilihan ilmu-ilmu Agama,

b. Program pilihan ilmu-ilmu Fisika,

c. Program pilihan ilmu-ilmu Biologi,

d. Program pilihan ilmu-ilmu Sosial, dan

e. Program pilihan pengetahuan Budaya.

2. Program pilihan B, merupakan program pengembangan kejuruan yang meliputi:

a. Bidang Pelayanan Agama,

b. Bidang Teknologi Industri,

c. Bidang Komputer,

d. Bidang Pertanian dan Kehutanan,

e. Bidang Jasa,

f. Bidang Kesejahteraan Keluarga,

g. Bidang Maritim, dan

h. Bidang Budaya.

Setiap bidang terdiri atas berbagai jenis program keterampilan kejuruan 21.

Program Inti merupakan perangkat mata pelajaran yang wajib diikuti oleh semua siswa
dan dipelajari mulai dari kelas 1 (satu), sedangkan Program Pilihan adalah perangkat mata
pelajaran yang dapat dipilih atas dasar perbedaan bakat, minat, dan tujuan belajar perorangan
serta kebutuhan lingkungan. Program ini mereka ikuti mulai semester III di kelas 2 (dua).

Penekanan kurikulum ini terletak pada "menyiapkan siswa untuk menjadi manusia
bertakwa, pembangun dan membekali mereka untuk dapat melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi, atau untuk terjun menjadi tenaga kerja”22.

V. Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1994

Berbeda dengan kedua kurikulum pendidikan Islam sebelumnya, karena kurikulum ini
lahir setelah adanya Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989.

21
Disadur dari ibid.
22
Disadur dari ibid.
Karena itu, kurikulum ini tentunya berupaya menjabarkan muatan Sistem Pendidikan Nasional
tersebut.

Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1994 meliputi: Kurikulum Pendidikan Dasar


Berciri Khas Agama Islam, Kurikulum Madrasah Aliyah, dan Kurikulum Madrasah Aliyah
Keagamaan. Ketiga kurikulum ini masing-masing ditetapkan dengan KMA Nomor 372, 373
dan 374, tanggal 22 Desember 1993.

Spesifikasi Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1994 ini terletak dalam dua hal,
pertama bahan Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah
dan Madrasah Tsanawiyah. Hal ini merupakan aplikasi dari Undang-Undang Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Tahan 1989, pasal 13 ayat (1) 23 yang menetapkan pendidikan dasar
sembilan tahun. Kedua, adanya Madrasah Aliyah (yang bersifat umum) dan ada pula Madrasah
Aliyah Keagamaan (MAK).

Di sisi lain, satuan waktu program belajarnya adalah catur wulan.

Untuk memperoleh gambaran singkat mengenai Kurikulum Pendidikan Islam Tahun


1994 ini, akan penulis kemukakan sampelnya dari bagian-bagian tertentu Kurikulum Madrasah
Aliyah dan Madrasah Aliyah Keagamaan.

Program Inti yang ada pada Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1984, pada Kurikulum
Pendidikan Islam Tahun 1994, baik untuk Madrasah Aliyah, maupun Madrasah Aliyah
Keagamaan, diubah menjadi Program Umum yang harus diikuti oleh seluruh siswa, di kelas
satu dan dua. Sedangkan Program Pilihan pada Pendidikan Islam Tahun 1984 diubah menjadi
Program Khusus yang diajarkan kepada siswa kelas tiga 24.

Program Umum Madrasah Aliyah mengajarkan bahan kajian dan pelajaran yang
disusun dalam mata pelajaran sebagai berikut:

1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

2. Pendidikan Agama Islam yang meliputi: Qur’an - Hadits, Fiqh, dan Aqidah - Akhlaq,

3. Bahasa dan Sastra Indonesia,

4. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum,

23
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, op. cit. h. 32.
24
Kurikulum Madrasah Aliyah 1994, Departemen Agama, Jakarta, 1994, h. 3-4.
5. Bahasa Arab,

6. Bahasa Inggris,

7. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,

8. Matematika,

9. Ilmu Pengetahuan Alam yang meliputi; Fisika, Biologi, dan Kimia,

10. Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi; Ekonomi, Sosiologi, Geografi, dan

11. Pendidikan Seni.

Program Khusus terdiri atas: Program Bahasa, Program Ilmu Pengetahuan Alam, dan
Ilmu Pengetahuan Sosial25.

Program Bahasa terdiri atas:

1. Mata pelajaran umum yang meliputi; a. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,


b. Pendidikan Agama Islam: (1) Qur’an - Hadits, (2) Fiqh, (3) Sejarah Kebudayaan Islam, c.
Bahasa dan Sastra Indonesia, d. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, e. Bahasa Arab, f.
Bahasa Inggris, g. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

2. Mata pelajaran khusus yang meliputi; a. Bahasa dan Sastra Indonesia, b. Bahasa
Inggris, c. Bahasa Asing lainnya, d. Sejarah Budaya26.

Program Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas:

1. Mata pelajaran umum seperti yang ada pada program bahasa.

2. Mata pelajaran khusus meliputi: a. Fisika, b. Biologi, c. Kimia, dan d. Matematika27.

Program Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas:

1. Mata pelajaran umum seperti pada program Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Mata pelajaran khusus meliputi: a. Ekonomi, b. Sosiologi, c. Tatanegara dan d.


Antropologi28.

25
Ibid., h. 4.
26
Ibid.
27
Ibid., h. 5.
28
Ibid.
Demikianlah gambaran isi kurikulum Madrasah Aliyah Tahun 1994.

Berkenaan dengan Madrasah Aliyah Keagamaan, programnya sama dengan program


Madrasah Aliyah, yaitu program umum dan program khusus. Perbedaannya terlihat pada
muatan dari program itu sendiri yang selengkapnya sebagai berikut:

1. Program Umum terdiri atas;

a. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

b. Bahasa dan Sastra Indonesia,

c. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum,

d. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,

e. Bahasa Inggris,

f. Matematika,

g. Qur'an - Hadits,

h. Ilmu Tafsir,

i. Ilmu Hadits,

j. Syari'ah, terdiri atas: (1) Fiqh, dan (2) Ushul Fiqh,

k. Aqidah - Akhlaq,

l. Bahasa Arab,

m. Sejarah Kebudayaan Islam, dan

n. Pendidikan Seni29

2. Program Khusus terdiri atas;

a. Program Ilmu-ilmu Agama yang memuat:

(1) Mata pelajaran umum; (a) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (b) Bahasa
dan sastra Indonesia, (c) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan (d) Bahasa Inggris.

29
Kurikulum Madrasah Aliyah Keagamaan Tahun 1994, Departemen Agama RI, Jakarta, 1994, h. 5-6.
(2) Mata pelajaran khusus; (a) Qur'an - Hadits, (b) Ilmu Tafsir, (c) Ilmu Hadits, (d)
Syari'ah, terdiri atas - Fiqh dan -Ushul Fiqh, (e) Aqidah - Akhlaq, (f) Bahasa Arab, (g)
Matematika, (h) Sejarah Kebudayaan Islam, dan (i) Sosiologi - Antropologi.

b. Program Keterampilan yang memuat:

(1) Mata pelajaran umum, seperti pada program ilmu-ilmu agama.

(2) Mata pelajaran khusus; (a) Qur'an - Hadits, (b) Ilmu Tafsir, (c) Syari'ah, terdiri atas
-Fiqh, dan -Ushul Fiqh, (d) Aqidah - Akhlaq, (e) Bahasa Arab, (f) Wirausaha, dan (g)
Keterampilan30.

Dalam susunan program Madrasah Aliyah Keagamaan ini, ilmu-ilmu agama diberi
alokasi waktu belajar 29 jam dari 45 jam belajar perminggu. Hal ini berarti mencapai 60 % dari
alokasi waktu yang disediakan untuk kelas satu, dua, dan tiga. Apabila alokasi waktu ini dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin, tenaga kependidikannya berkualitas dan didukung oleh
sarana pendidikan yang memadai, maka Madrasah akan dapat menghasilkan siswa yang
berkualitas.

VI. Dampak Lahirnya Sistem Pendidikan Nasional Terhadap Pendidikan Islan

Dengan lahirnya sistem pendidikan nasional pada tahun 1989, maka semua satuan, jalur
dan jenis pendidikan harus mengikuti ketentuan yang ada pada undang-undang tersebut, dalam
hal ini pendidikan agama hanya merupakan satu subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional,
apabila dikaitkan dengan Madrasah-madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, bahkan
hanya merupakan satu bidang studi apabila dikaitkan dengan sekolah-sekolah umum.

Di sisi lain, proses penyelenggaraan pendidikan Islam belum ada keterpaduan antara
jalur sekolah dengan jalur luar sekolah, baik rumah tangga, maupun lingkungan
masyarakatnya. Tampaknya sekolah masih berdiri sendiri dengan programnya, tanpa dukungan
positif dari yang lainnya. Begitu pula materi-materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Materi
pelajaran umum disiapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pelajaran
agamanya disiapkan oleh Departemen Agama. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri.
Sekiranya ditangani oleh satu tim, maka bisa saja dipadukan pelajaran IPA tentang gunung
meletus dari analisis peristiwa alam dengan pelajaran Agama Islam tentang gunung meletus
dari analisis ketentuan Allah.

30
Ibid., h. 7-8.
Profesionalisme pengawasan pun belum terlaksana dengan baik. Seringkali pengawas
atau penilik sekolah diangkat berdasarkan pertimbangan untuk memperpanjang usia pegawai
yang bersangkutan, bukan atas pertimbangan keahlian.

Tantangan-tantangan seperti ini harus diatasi, apabila umat Islam Indonesia yang
mayoritas ini ingin melihat Islam tertanam kuat di sanubari para penganutnya dan melahirkan
pengamalan ajaran Islam secara maksimal.

VII. Penutup

Untuk mengakhiri makalah ini, penulis menarik kesimpulan berikut:

1. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia yang diwujudkan dengan Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 merupakan pengejawantahan keinginan bangsa Indonesia yang
terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Kurikulum Pendidikan Islam mengalami pengembangan sesuai dengan tuntutan


pembangunan nasional dan lingkungan serta kemajuan ilmu pengetahuan. Kurikulum
Pendidikan Islam Tahun 1977 dan 1984 merupakan masukan terhadap lahirnya Sistem
Pendidikan Nasional, sedangkan Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1994 merupakan
perwujudan dari apa yang diinginkan oleh Sistem Pendidikan Nasional itu.

3. Tanggung jawab umat Islam Indonesia masih belum selesai, karena lahirnya Undang-
Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional belum memberi peluang terlaksananya
pendidikan Islam dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Husain, Abdul Rajak, Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional, Aneka, Solo, 1995.

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 100 Tentang Kurikulum Madrasah
Tsanawiyah, Tanggal 31 Desember 1983.

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 101 Tentang Kurikulum Madrasah
Aliyah, Tanggal 31 Desember 1983.

Ketetapan-Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1993, Rumi


Aksara, Jakarta, 1993.

Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, 1976.

Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam, Departemen Agama Republik
Indonesia, Jakarta, 1993.

Kurikulum Madrasah Aliyah, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, 1993.

Kurikulum Madrasah Aliyah Keagamaan, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta,


1993.

Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum,


Ramadhani, Solo, 1991.

Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, Sinar


Grafika, Jakarta, 1993.

Anda mungkin juga menyukai