I. Pendahuluan
Pada ayat dua, pasal 31 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 ini,
tergambar adanya keinginan bangsa Indonesia untuk mewujudkan satu sistem Pendidikan
Nasional Indonesia, dan keinginan ini telah menjadi kenyataan, dengan ditetapkannya Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tanggal
27 Maret 19891.
Untuk melengkapi undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 ini,
dikeluarkan pula Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai berikut:
1
Lihat Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, Sinar Grafika,
Jakarta, 1993, h. 1-22.
9. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor: 036/U/1993 tentang Gelar
dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi2.
Mengenai Pendidikan Islam, dalam kaitannya dengan Sistem Pendidikan Nasional ini,
merupakan subsistem yang tidak terpisahkan, seperti tersirat pada BAB IX, pasal 39 ayat dua:
"Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat; a. pendidikan
Pancasila, b. pendidikan agama, dan c. pendidikan kewarganegaraan 3".
Pendidikan agama di sini, bagi umat Islam adalah pendidikan Agama Islam 4.
Makalah ini akan membahas Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional Indonesia,
dengan subbahasan: Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, dan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam 1977, 1984, dan 1994.
2
Lihat ibid., h. 47 dst.
3
Ibid., h. 16.
4
Lihat penjelasan ibid., h. 41-42.
5
Abdul Rajak Husain, Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional, Aneka, Solo, 1995, h. 13.
Undang ini dilengkapi pula dengan penjelasan yang merupakan tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 33906.
Pasal 39 berisi: (1) Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional. (2) Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat; a. pendidikan Pancasila, b. pendidikan agama, dan c. pendidikan
kewarganegaraan. (3) Isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan
kajian dan pelajaran tentang; a. pendidikan Pancasila, b. pendidikan agama, c. pendidikan
6
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, op. cit. h. 46.
7
Ibid., h. 2-22.
8
Ibid., h. 16.
9
Ibid., h. 16.
kewarganegaraan, d. bahasa Indonesia, e. membaca dan menulis, f. matematika (termasuk
berhitung), g. pengantar sains dan teknologi, h. ilmu bumi, i. sejarah nasional dan sejarah
umum, j. kerajinan tangan dan kesenian, k. pendidikan Jasmani dan kesehatan, l. menggambar,
serta m. bahasa Inggris. (4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) diatur oleh Menteri10.
Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional ini dapat dipahami dari pasal 39,
ayat (2), point b. yang merupakan isi kurikulum yang diwajibkan untuk setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan. Sedangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993
menghendaki agar kurikulum dan isi pendidikan yang memuat pendidikan Pancasila,
pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan terus ditingkatkan dan dikembangkan di
semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan nasional11. Hal ini berarti bahwa kesempatan untuk
mengembangkan pendidikan Islam bagi umat Islam dalam semua jalur, jenis dan jenjang
pendidikan terbuka luas. Dan pengembangan kurikulum ini tentunya dengan memperhatikan
berbagai hal, seperti disebutkan pada pasal 37 Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Tahun 1989 terdahulu. Oleh karena itulah, Menteri Agama Republik Indonesia
mengeluarkan Keputusannya Nomor 372 Tahun 1993 Tentang Kurikulum Pendidikan Dasar
Berciri Khas Agama Islam, dan Nomor 373 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, serta Nomor
374 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah Keagamaan, tanggal 22 Desember 1993. Dan
kurikulum ini dilaksanakan secara bertahap, mulai tahun ajaran 1994/1995 12, karena itu dikenal
dengan sebutan kurikulum 1994. Pembahasan berikut akan menguraikan kurikulum 1994 ini,
namun sebelumnya dikemukakan pula kurikulum 1977 dan kurikulum 1984 sebagai bahan
perbandingan, sekaligus untuk mengetahui perkembangan yang ada.
Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1977 ini memang mudah kedaluwarsa, karena
telah diperbaharui oleh Menteri Agama Republik Indonesia dengan dikeluarkannya KMA
Nomor 99 Tentang Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, Nomor 100 Tentang Kurikulum Madrasah
Tsanawiyah, dan Nomor 101 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, pada tanggal 31 Desember
1984.
10
Ibid., h. 16-17.
11
Lihat Ketetapan-Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1993, Bumi Aksara,
Jakarta, 1993, h. 99.
12
Disadur dari Keputusan-Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia, Nomor-nomor 372, 373, dan 374,
tanggal 22 Desember 1993.
Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1977 ini adalah Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 73 Tentang Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, Nomor 74 Tentang
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, dan Nomor 75 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah,
tanggal 29 Desember 1976. Disebut Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1977, karena
diberlakukan secara bertahap malai tahun ajaran 1977.
Tujuan utama kurikulum 1977 ini “agar mata pelajaran umum di Madrasah-madrasah
mencapai tingkat yang sama dengan tingkat mata pelajaran umum di Sekolah Umum yang
setingkat” 13 . Oleh karena itu, ijazah Madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan
Sekolah Umum yang setingkat, lulusan Madrasah dapat melanjutkan ke Sekolah Umum yang
setingkat lebih atas, dan Madrasah dapat berpindah ke Sekolah Umum yang setingkat14.
Tujuan Institusional, ialah tujuan yang secara umum harus dicapai oleh keseluruhan
program Madrasah tersebut.
Tujuan Kurikuler, ialah tujuan yang pencapaiannya dibebankan pada program suatu
bidang pelajaran.
Tujuan Instruksional, ialah tujuan yang pencapaiannya dibebankan pada suatu program
pengajaran dari suatu bidang studi15.
Untuk mencapai maksud dari penyusunan kurikulum ini, agar tersusun rencana
kegiatan belajar yang efektif dan fungsional, mengharuskan guru-guru menggunakan teknik
penyusunan program pengajaran yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI)16.
Uraian-uraian ini menggambarkan bahwa kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1977 ini
berusaha meningkatkan matu siswa Madrasah dalam penguasaan mata pelajaran umum, sama
dengan mutu siswa Sekolah Umum yang setingkat.
13
Kata Pengantar Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam pada Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, 1976,
h. 9.
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.
Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1984 ini mencakup Kurikulum Madrasah
Ibtidaiyah yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Momor 99, Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah dengan KMA Nomor 100, dan Kurikulum Madrasah Aliyah dengan
KMA Nomor 101, tanggal 31 Desember 1984. Mengingat Keputusan ini berlaku pada
17
permulaan tahun ajaran 1985/1986 , maka penulis berkecenderungan menyebutnya
Kurikulum Pendidikan Jalan Tahun 1985, sebagaimana Kurikulum Pendidikan Islam Tahun
1977 dan 1994.
Perubahan mendasar dalam kurikulum Pendidikan Islam 1984 ini terlihat pada
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah dan Kurikulum Madrasah Aliyah. Susunan kurikulum terdiri
atas: Program Inti dan Program Pilihan, dan satuan waktu program belajar berlangsung
sekurang-kurangnya 120 hari belajar efektif yang disebut semester. Di samping itu, kegiatan
belajar dikategorikan kepada: Kegiatan Intrakurikuler, Kegiatan Kokurikuler, dan Kegiat an
Ekstrakurikuler19.
Program Inti terdiri atas 19 (sembilan belas) mata pelajaran yang dikelompokkan
kepada:
17
Lihat KMA Nomor 100 tentang Kurikulum Madrasah Tsanawiyah pasal 17.
18
Lihat Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum, Ramadhani, Solo,
1991, h. 34.
19
Disadur dari KMA Nomor 100 dan 101 Tahun 1984. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada kedua KMA
tersebut.
1. Pendidikan Agama, meliputi;
a. Qur'an - Hadits,
b. Aqidah - Akhlaq
c. Fiqh,
e. Bahasa Arab
e. Ekonomi,
f. Geografi,
g. Biologi,
h. Fisika,
i. Kimia,
j. Matematika,
k. Bahasa Inggris,
n. Keterampilan20.
20
Kurikulum Madrasah Aliyah 1984, Departemen Agama RI., Jakarta, 1984, h. 5.
a. Program pilihan ilmu-ilmu Agama,
c. Bidang Komputer,
e. Bidang Jasa,
h. Bidang Budaya.
Setiap bidang terdiri atas berbagai jenis program keterampilan kejuruan 21.
Program Inti merupakan perangkat mata pelajaran yang wajib diikuti oleh semua siswa
dan dipelajari mulai dari kelas 1 (satu), sedangkan Program Pilihan adalah perangkat mata
pelajaran yang dapat dipilih atas dasar perbedaan bakat, minat, dan tujuan belajar perorangan
serta kebutuhan lingkungan. Program ini mereka ikuti mulai semester III di kelas 2 (dua).
Penekanan kurikulum ini terletak pada "menyiapkan siswa untuk menjadi manusia
bertakwa, pembangun dan membekali mereka untuk dapat melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi, atau untuk terjun menjadi tenaga kerja”22.
Berbeda dengan kedua kurikulum pendidikan Islam sebelumnya, karena kurikulum ini
lahir setelah adanya Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989.
21
Disadur dari ibid.
22
Disadur dari ibid.
Karena itu, kurikulum ini tentunya berupaya menjabarkan muatan Sistem Pendidikan Nasional
tersebut.
Spesifikasi Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1994 ini terletak dalam dua hal,
pertama bahan Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah
dan Madrasah Tsanawiyah. Hal ini merupakan aplikasi dari Undang-Undang Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Tahan 1989, pasal 13 ayat (1) 23 yang menetapkan pendidikan dasar
sembilan tahun. Kedua, adanya Madrasah Aliyah (yang bersifat umum) dan ada pula Madrasah
Aliyah Keagamaan (MAK).
Program Inti yang ada pada Kurikulum Pendidikan Islam Tahun 1984, pada Kurikulum
Pendidikan Islam Tahun 1994, baik untuk Madrasah Aliyah, maupun Madrasah Aliyah
Keagamaan, diubah menjadi Program Umum yang harus diikuti oleh seluruh siswa, di kelas
satu dan dua. Sedangkan Program Pilihan pada Pendidikan Islam Tahun 1984 diubah menjadi
Program Khusus yang diajarkan kepada siswa kelas tiga 24.
Program Umum Madrasah Aliyah mengajarkan bahan kajian dan pelajaran yang
disusun dalam mata pelajaran sebagai berikut:
2. Pendidikan Agama Islam yang meliputi: Qur’an - Hadits, Fiqh, dan Aqidah - Akhlaq,
23
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, op. cit. h. 32.
24
Kurikulum Madrasah Aliyah 1994, Departemen Agama, Jakarta, 1994, h. 3-4.
5. Bahasa Arab,
6. Bahasa Inggris,
8. Matematika,
10. Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi; Ekonomi, Sosiologi, Geografi, dan
Program Khusus terdiri atas: Program Bahasa, Program Ilmu Pengetahuan Alam, dan
Ilmu Pengetahuan Sosial25.
2. Mata pelajaran khusus yang meliputi; a. Bahasa dan Sastra Indonesia, b. Bahasa
Inggris, c. Bahasa Asing lainnya, d. Sejarah Budaya26.
1. Mata pelajaran umum seperti pada program Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Alam.
25
Ibid., h. 4.
26
Ibid.
27
Ibid., h. 5.
28
Ibid.
Demikianlah gambaran isi kurikulum Madrasah Aliyah Tahun 1994.
e. Bahasa Inggris,
f. Matematika,
g. Qur'an - Hadits,
h. Ilmu Tafsir,
i. Ilmu Hadits,
k. Aqidah - Akhlaq,
l. Bahasa Arab,
n. Pendidikan Seni29
(1) Mata pelajaran umum; (a) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (b) Bahasa
dan sastra Indonesia, (c) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan (d) Bahasa Inggris.
29
Kurikulum Madrasah Aliyah Keagamaan Tahun 1994, Departemen Agama RI, Jakarta, 1994, h. 5-6.
(2) Mata pelajaran khusus; (a) Qur'an - Hadits, (b) Ilmu Tafsir, (c) Ilmu Hadits, (d)
Syari'ah, terdiri atas - Fiqh dan -Ushul Fiqh, (e) Aqidah - Akhlaq, (f) Bahasa Arab, (g)
Matematika, (h) Sejarah Kebudayaan Islam, dan (i) Sosiologi - Antropologi.
(2) Mata pelajaran khusus; (a) Qur'an - Hadits, (b) Ilmu Tafsir, (c) Syari'ah, terdiri atas
-Fiqh, dan -Ushul Fiqh, (d) Aqidah - Akhlaq, (e) Bahasa Arab, (f) Wirausaha, dan (g)
Keterampilan30.
Dalam susunan program Madrasah Aliyah Keagamaan ini, ilmu-ilmu agama diberi
alokasi waktu belajar 29 jam dari 45 jam belajar perminggu. Hal ini berarti mencapai 60 % dari
alokasi waktu yang disediakan untuk kelas satu, dua, dan tiga. Apabila alokasi waktu ini dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin, tenaga kependidikannya berkualitas dan didukung oleh
sarana pendidikan yang memadai, maka Madrasah akan dapat menghasilkan siswa yang
berkualitas.
Dengan lahirnya sistem pendidikan nasional pada tahun 1989, maka semua satuan, jalur
dan jenis pendidikan harus mengikuti ketentuan yang ada pada undang-undang tersebut, dalam
hal ini pendidikan agama hanya merupakan satu subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional,
apabila dikaitkan dengan Madrasah-madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, bahkan
hanya merupakan satu bidang studi apabila dikaitkan dengan sekolah-sekolah umum.
Di sisi lain, proses penyelenggaraan pendidikan Islam belum ada keterpaduan antara
jalur sekolah dengan jalur luar sekolah, baik rumah tangga, maupun lingkungan
masyarakatnya. Tampaknya sekolah masih berdiri sendiri dengan programnya, tanpa dukungan
positif dari yang lainnya. Begitu pula materi-materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Materi
pelajaran umum disiapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pelajaran
agamanya disiapkan oleh Departemen Agama. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri.
Sekiranya ditangani oleh satu tim, maka bisa saja dipadukan pelajaran IPA tentang gunung
meletus dari analisis peristiwa alam dengan pelajaran Agama Islam tentang gunung meletus
dari analisis ketentuan Allah.
30
Ibid., h. 7-8.
Profesionalisme pengawasan pun belum terlaksana dengan baik. Seringkali pengawas
atau penilik sekolah diangkat berdasarkan pertimbangan untuk memperpanjang usia pegawai
yang bersangkutan, bukan atas pertimbangan keahlian.
Tantangan-tantangan seperti ini harus diatasi, apabila umat Islam Indonesia yang
mayoritas ini ingin melihat Islam tertanam kuat di sanubari para penganutnya dan melahirkan
pengamalan ajaran Islam secara maksimal.
VII. Penutup
3. Tanggung jawab umat Islam Indonesia masih belum selesai, karena lahirnya Undang-
Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional belum memberi peluang terlaksananya
pendidikan Islam dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Husain, Abdul Rajak, Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional, Aneka, Solo, 1995.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 100 Tentang Kurikulum Madrasah
Tsanawiyah, Tanggal 31 Desember 1983.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 101 Tentang Kurikulum Madrasah
Aliyah, Tanggal 31 Desember 1983.
Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam, Departemen Agama Republik
Indonesia, Jakarta, 1993.