Anda di halaman 1dari 17

MDGs

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah “ Strategi
Pemberdayaan Masyarakat”

Dosen Pengampu :

Ria Rizkia Alvi, M.Pd

disusun oleh :

KELOMPOK 1

Mia Meilina 2105112585


Inieke Dwi Rachmi 2105113552
Khairunnisa Latiffah Hanum 2105111980
Dinda Rizky Fantri Pasaribu 2105114099
Amandsa Wulandari Putri 2105113550
Ayu Selvia 2105111675
Ruth Sahanaya M. 2105136296
Lidya Dwi Darsih 2105134568
Najma Awaliyah 2105126215
Ainun Salsya A. 2105124791
Natasya Billah 2105110896
Nurhayanti Waruwu 2105110889
Mumahamd Irfan 2105111981
Muhamad Fikri R. 2105113553
Lusia NataliaP 2105111978

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunianya kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. RINGKASAN ini kami beri judul
“MDGs Strategi Pemberdayaan masyarakat “
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ria Rizkia Alvi, M.Pd , Tidak
lupa bagi pihak-pihak lain yang telah mendukung penulisan Ringksan ini kami juga mengucapkan terima
kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa Ringkasan ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar kedepannya bisa menulis
Ringkasan dengan lebih baik lagi. Semoga Ringkasan ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami
khususnya sebagai penulis.

Pekanbaru, 05 September 2023

Penulis Kelompok 1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Sejarah Millenium Development Goals (MDGs).....................................................................6
2.1 Definisi Millenium Develompment Goals ( MDGs).................................................................6
2.2 Tujuan Millenium Develompment Goals (MDGs).................................................................8
2.3 Perkembangan Millenium Develompment (MDGs...............................................................10
2.4 Kendala Indonesia dalam Pencapaian Milleniun Develompment Goals............................11
2.5 Upaya Indonesia dalam mencapai Millenium Devwlompmwnt Goals................................12
2.7. Kelebihan MDGS.....................................................................................................................13
2.8. Kelemahan MDGs...................................................................................................................14
2.9. Keberhasilan MDGs..................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................16
3.2. Saran.........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diNew York, Amerika Serikat (AS)
tanggal 6- 8 September 2000 yang dihadirioleh kepala negara dan kepala pemerintahan dari negara
anggota PBB, telahsepakat untuk menciptakan dunia yang lebih sejahtera, adil serta
damai.Kesepakatan inilah yang menjadi awal dari pembentukan tujuan pembangunanmillennium
(Millenium Development Goals/MDG).1 Pada laporan MDG tahun 2012, pencapaian MDG telah
dinilai
berhasil oleh para kepala negara dan pemerintahan negara anggota PBBdalam memberikan
dukungan dan perhatian dunia untuk mencapai targetpembangunan millennium sebagaimana
dengan tujuan- tujuan yang terdapat di dalamnya. MDG memiliki delapan tujuan pembangunan
millennium, yakni menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk
semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka
kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular
lainnya, memastikan kelestarian
lingkungan hidup, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.2 Indonesia sendiri
menyadari arti penting dari MDG. Indonesia telah menjadikan pencapaian MDG sebagai salah acuan
penting terhadap penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional.3 Oleh karenaitu,
komitmen Indonesia untuk mencapai target-target yang terdapat dalam MDG, sudah sesuai dengan
komitmen negara ini untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya serta memberikan kontribusi
kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Komitmen Indonesia tersebut secara nyata
terealisasi dengan keberhasilan Indonesia mencapai beberapa target dalam tujuan MDG yakni:
1. Tujuan ke-2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.Upaya pencapaian pendidikan dasar
untuk semua di Indonesia telahberjalan sesuai dengan target ke-2 MDGs. Terbukti dengan telah
diterapkannyapendidikan dasar 9 tahun di Indonesia. Pada tahun 2011, angka partisipasimurni
SD telah mencapai 95,55 persen sedangkan target MDG tahun 2015sebesar 100 persen.
Sementara proporsi murid kelas I yang berhasil mencapaikelas VI adalah sebesar 96,58 persen,
dan angka melek huruf penduduk yangberusia 15-24 tahun yaitu perempuan sudah mencapai
98,75 persen dan laki-laki mencapai 98,80 persen.4
2. Tujuan ke-3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan.Sama halnya
dengan tujuan ke-2 dari MDG, Indonesia pun sudahberjalan sesuai dengan target ke-3. Pada
tahun 2009, Rasio Angka PartisipasiMurni (APM)5perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket
A dan SMA/MTs/Paket B berturut-turut adalah sebesar 99,73 persen dan 101,99 persen.Dengan
demikian maka target 2015 sebesar 100 diperkirakan akan tercapai.Sementara Rasio APM
perempuan terhadap laki-laki di SM/MA/PAket C dan pendidikan tinggi adalah 96,16 persen dan
102,95 persen pada tahun 2009. Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada tahun
2011, rasio APM perempuan terhadap laki-laki di tingkat SD/MI/Paket A adalah98.80 persen, di
tingkat SMP adalah 103,45, di SMA/MTs/Paket B telahmencapai 101,40 persen dan di tingkat
pendidikan tinggi adalah 97,82 persen. Namun, meskipun mengalami penurunan, Indonesia
masih optimis untuk mencapai target sebesar 100 persen.Di bidang ketenagakerjaan, pada
tahun 2009 kontribusi perempuan dalampekerjaan upahan di sektor nonpertanian, yaitu
sebesar 33,45 persen. Jumlahini mengalami peningkatan pada tahun 2011, yaitu mencapai
36,67 persen. Disamping itu, proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPR juga
mengalamipeningkatan, dari 17,9 persen pada tahun 2009 menjadi 18,4 persen padatahun
2011.7Dengan adanya peningkatan ini, semakin membuktikan bahwaIndonesia telah berupaya
maksimal dalam menghilangkan ketimpanganantara laki-laki dan perempuan mulai dari tingkat
pendidikan dasar hinggatingkat lanjut serta pada bidang ketenagakerjaan.
3. Tujuan ke-4: Menurunkan Angka Kematian Anak.Indonesia pun optimis dapat mencapai target
ke-4 dalam tujuan yangterdapat dalam MDG untuk menurunkan angka kematian anak.
Angkakematian balita di Indonesia telah mengalami penurunan yang signifikan dari97 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 44 per 1.000 kelahiranhidup pada tahun 2007.
Dengan semakin menurunnya angka ini, Indonesiadiperkirakan akan dapat mencapai target
sebesar 32 per 1.000 kelahiranhidup pada tahun 2015.8 Pencapaian lainnya pada tujuan ini
terdapat dalampenurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 68 per 1.000 kelahiran hiduppada
tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sertapenurunan angka
kematian neonatal sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup padatahun 1991 menjadi 19 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2007.9Tidak hanya itu, peningkatan juga terdapat pada jumlah
persentaseanak usia 1 tahun yang diimunisasi campak. Pada tahun 1991, persentaseanak usia 1
tahun yang diimunisasi campak sebanyak 44,5 persen. Jumlah inisemakin meningkat tiap
tahunnya yakni sebesar 67 persen pada tahun 2007,74,5 persen pada tahun 2010 dan 87,3
persen pada tahun 2011.10 Dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa Indonesia telah
bersungguh-sungguhmenjalankan komitmennya dalam menurunkan angka kematian anak.

1.2. Rumusan Masalah


2. Sejarah Millenium Development Goals (MDGs)
3. Definisi Millenium Develompment Goals ( MDGs)
4. Tujuan Millenium Develompment Goals (MDGs)
5. Perkembangan Millenium Develompment (MDGs)
6. Kendala Indonesia dalam Pencapaian Milleniun Develompment Goals
7. Upaya Indonesia dalam mencapai Millenium Devwlompmwnt Goals
8. Kelebihan MDGS
9. Kelemahan MDGs
10. Keberhasilan MDGs

1.3. Tujuan Masalah


2. Bagamana Sejarah Millenium Development Goals (MDGs)?
3. Bagamana bentuk Definisi Millenium Develompment Goals ( MDGs)?
4.Apa Tujuan Millenium Develompment Goals (MDGs)?
5. BagaimanaPerkembangan Millenium Develompment (MDGs)?
6.Apa Kendala Indonesia dalam Pencapaian Milleniun Develompment Goals?
7. Bagaimana Upaya Indonesia dalam mencapai Millenium Devwlompmwnt Goals?
8.Apa Kelebihan MDGS?
9.Apa Kelemahan MDGs?
10. Bagaimana Keberhasilan MDGs
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Millenium Development Goals (MDGs)


MDGs (Millennium Development Goals) adalah serangkaian tujuan pembangunan yang
ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2000. MDGs bertujuan untuk
mengatasi berbagai masalah global dan meningkatkan kondisi kehidupan di seluruh dunia.
Berikut adalah sejarah singkat MDGs:

1. Penetapan Tujuan: Pada September 2000, PBB mengadakan Pertemuan Khusus


Milenium di Markas Besar PBB di New York. Dalam pertemuan tersebut, 189 negara
anggota PBB menyetujui Deklarasi Milenium yang menetapkan delapan tujuan
pembangunan yang kemudian dikenal sebagai MDGs.

2. Delapan Tujuan Pembangunan: MDGs terdiri dari delapan tujuan yang mencakup
berbagai aspek pembangunan, termasuk pengurangan kemiskinan, pendidikan dasar
universal, kesetaraan gender, penurunan angka kematian anak, penanggulangan
HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, kesehatan ibu, kesesuaian lingkungan hidup,
dan kemitraan global untuk pembangunan.

3. Tanggal Batas Waktu: Setiap tujuan MDGs memiliki tanggal batas waktu yang
ditetapkan pada tahun 2015. Negara-negara diharapkan mencapai tujuan-tujuan tersebut
dalam periode waktu 2000-2015.

4. Perkembangan dan Tantangan: Selama periode implementasi MDGs, beberapa kemajuan


signifikan telah dicapai dalam mengurangi kemiskinan, meningkatkan akses pendidikan,
mengurangi angka kematian anak, dan mengendalikan penyebaran penyakit. Namun,
masih ada banyak tantangan yang perlu diatasi, terutama di negara-negara yang paling
rentan dan terbelakang.

5. Penerus MDGs: Pada tahun 2015, MDGs berakhir dan digantikan oleh Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). SDGs merupakan
perpanjangan dan pengembangan dari MDGs, dengan 17 tujuan yang lebih luas dan
berfokus pada pembangunan yang berkelanjutan hingga tahun 2030.

MDGs telah berperan penting dalam menggerakkan aksi global untuk pembangunan dan
meningkatkan perhatian terhadap isu-isu kritis di dunia. Meskipun masih ada banyak
tantangan yang harus diatasi, MDGs memberikan landasan penting bagi upaya pembangunan
global yang berkelanjutan.
2.1 Definisi Millenium Develompment Goals ( MDGs)
Millennium Developments Goals (MDGs) merupakan sebuah Deklarasi Milenium yang
merupakan hasil dari kesepakatan para kepala negara serta perwakilan 189 negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). MDGs ini sudah mulai dijalankan dari bulan September
tahun 2000.

Dalam deklarasi tersebut ada 8 butir tujuan akan dicapai di tahun 2015. Adapun target
globalnya adalah tercapainya kesejahteraan dan pembangunan masyarakat di tahun 2015.

Terget ini adalah sebuah tantangan utama bagi dunia. Oleh sebab itu, Deklarasi Milenium
atau MDGs ini juga diadopsi oleh 189 negara, ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan
serta kepala negara di waktu KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Millenium yang berlangsung
di New York pada September 2000. Pemerintah Indonesia juga turut hadir serta ikut ambil
bagian dalam deklarasi ini.

Adapun 8 butir tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut;

1. Menanggulangi jumlah kemiskinan dan kelaparan;Menurunkan jumlah kemiskinan


Meningkatkan pendapatan populasi dunia sebanyak $10000 dalam sehari
2. Pencapaian pendidikan dasar bagi semua Setiap penduduk di dunia berhak mendapatkan
pendidikan dasar
3. Mendukung kesetaraan gender serta pemberdayaan kaum perempuan Target pada 2005
dan 2015 adalah mengurangi angka perbedaan serta diskriminasi jenis kelamin (gender)
di tingkat pendidikan dasar juga menengah untuk tahun 2005 sedangkan di tahun 2015
adalah untuk semua tingkatan
4. Menurunkan jumlah kematian anakTarget di 2015 ialah untuk mengurangi 2/3 angka
kematian pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun.
5. Meningkatkan kesehatan para ibuTarget di 2015 ialah mengurangi 2/3 rasio kematian ibu
ketika proses melahirkan
6. Menanggulangi HIV/AIDS dan, malaria termasuk penyakit menular lainnya Target di
2015 ialah menghentikan serta memulai tindakan pencegahan penyebaran virus
HIV/AIDS dan malaria termasuk jenis penyakit berat lainnya
7. Menjaga kelestarian lingkungan hidup, Mengintegrasikan semua prinsip pembangunan
yang bersifat terus menerus dalam setiap kebijakan dan program negara serta mengurangi
jumlah hilang atau menurunnya sumber daya lingkungan.Tahun 2015 diharapkan akan
mengurangi setengah dari seluruh jumlah penduduk yang tidak memiliki air minum
sehat.Tahun 2020 diharapkan akan mencapai pengembangan signifikan untuk kehidupan
paling tidak 100 juta orang yang masih tinggal di lingkungan kumuh.
8. Mengembangkan langkah kemitraan global dalam rangka pembangunan,
Mengembangkan perdagangan terbuka lebih jauh lagi serta sistem keuangan dengan
dasar aturan, bisa diterka juga tiada diskriminasi. Meningkatkan komitmen pemerintahan,
pembangungan serta pengurangan jumlah kemiskinan baik nasional maupun
internasional.Membantu berbagai kebutuhan khusus negara yang kurang berkembang
termasuk kebutuhan khusus berbagai negara terpencil serta berbagai kepulauan kecil.
Dengan cara komprehensif mengupayakan persetujuan terkait masalah utang negara
berkembang.
Menghadapi dengan cara komprehensif bersama negara berkembang untuk masalah hutang
dengan pertimbangan nasional serta internasional sehingga hutang dapat ditanggung dengan
waktu lama.
Mengembangkan berbagai jenis usaha produktif yang bisa dijalankan oleh pemuda.
Bekerjasama dengan pihak “pharmaceutical“, untuk menyediakan akses obat yang penting
dan terjangkau bagi negara berkembang. Bekerjasama dengan pihak swasta untuk
membangun upaya agar ada penyerapan keuntungan dari berbagai teknologi baru, utamanya
adalah teknologi informasi dan juga komunikasi.Dari sini bisa disimpulkan bahwa MDGs
adalah salah satu cara atau deklarasi yang berisi tentang komitmen dunia bukan hanya tentang
investasi mudah di masa sekarang tetapi juga untuk investasi jangka panjang bagi seluruh
kehidupan manusia. Oleh sebab itu, berbagai program serta kebijakan negara didasarkan
kepada keputusan MDGs ini.
2.2 Tujuan Millenium Develompment Goals (MDGs)
Tujuan Pembangunan Milenium (bahasa Inggris: Millennium Development Goals atau
disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala
negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai
dijalankan pada September 2000. Deklarasi ini menghasilkan delapan butir tujuan untuk
dicapai pada tahun 2015 yaitu penyejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat. Target
ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam
Deklarasi Milenium.

Deklarasi yang diadakan saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada
bulan September 2000 tersebut diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147
kepala pemerintahan dan kepala negara.[1] Pemerintah Indonesia turut menghadiri
Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium
itu.

Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk


mencapai delapan buah tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu
paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.[2]

Penandatanganan deklarasi merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk


mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin
semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan gender
pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3, dan
mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun
2015.

Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar
semua negara:Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan Sunting Pendapatan populasi dunia
sehari $10000. Menurunkan angka kemiskinan. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
Sunting Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar. Mendorong kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan Sunting Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan
dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005
dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.Menurunkan angka kematian anakSunting Target
untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5
tahun.
Meningkatkan kesehatan ibu SuntingTarget untuk 2015 adalah untuk Mengurangi dua per
tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan
penyakit menular lainnya Sunting Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai
pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya. Memastikan
kelestarian lingkungan hidup Sunting Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya
sumber daya lingkungan.
Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang
tidak memiliki akses air minum yang sehat.Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat
mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang
yang tinggal di daerah kumuh.Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunanSunting
Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan
aturan, dapat diterka, dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan
yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan
internasional.Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang,
dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini
termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan
hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan
menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi
kemiskinan.
Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara
berkembang.Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah
hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat
ditanggung dalam jangka panjang. Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan
untuk kaum muda.Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses
obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang Dalam kerja sama dengan pihak
swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama
teknologi informasi dan komunikasi.

Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian diharapkan membuat


laporan MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya di bawah koordinasi Bappenas
dibantu dengan Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan laporan MDG pertamanya
yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
untuk menunjukkan rasa kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. Tujuan
Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk menginventarisasi
situasi pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian tujuan MDGs, mengukur, dan
menganalisis kemajuan seiring dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi
kenyataan, sekaligus mengidenifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan
program-program pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan ini. Dengan
tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan pendapatan di bawah upah minimum regional
antara tahun 1990 dan 2015, Laporan ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur
untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang.

Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari tahap
perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
hingga pelaksanaannya. Walaupun mengalamai kendala, tetapi pemerintah memiliki
komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerja sama
dengan seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor.
Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerja sama dan
implementasinya pada masa depan. Hal ini termasuk kampanye untuk perjanjian tukar guling
hutang untuk negara berkembang sejalan dengan Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di
daerah Asia dan Pasifik.

Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Tujuan Pembangunan Milenium pada tahun


2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban
pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan,
kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan
perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per tanggal 31 Agustus 2008, beban pembayaran
utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari
Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang sama untuk
pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis (2016)
menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang Luar
Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.

Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID)


Don K Marut Pemerintah Indonesia perlu menggalang solidaritas negara-negara Selatan
untuk mendesak negara-negara Utara meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang,
tanpa syarat dan berkualitas minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development
assistance) yang tidak bermanfaat untuk Indonesia.[5] Menanggapi pendapat tentang
kemungkinan Indonesia gagal mencapai tujuan MDGs apabila beban mengatasi kemiskinan
dan mencapai tujuan pencapaian MDG pada tahun 2015 serta beban pembayaran utang
diambil dari APBN pada tahun 2009-2015, Sekretaris Utama Menneg PPN/Kepala Bappenas
Syahrial Loetan berpendapat apabila bisa dibuktikan MDGs tidak tercapai di 2015, sebagian
utang bisa dikonversi untuk bantu itu. Pada tahun 2010 hingga 2012 pemerintah dapat
mengajukan renegosiasi utang. Beberapa negara maju telah berjanji dalam konsesus
pembiayaan (monetary consensus) untuk memberikan bantuan. Hasil kesepakatan yang
didapat adalah untuk negara maju menyisihkan sekitar 0,7 persen dari GDP mereka untuk
membantu negara miskin atau negara yang pencapaiannya masih di bawah. Namun
konsensus ini belum dipenuhi banyak negara, hanya sekitar 5-6 negara yang memenuhi
sebagian besar ada di Skandinavia atau Belanda yang sudah sampai 0,7 persen.
2.3 Perkembangan Millenium Develompment (MDGs)
Millennium Development Goals (MDGs) merupakan sebuah paket berisi tujuan yang
mempunyai batas waktu dan target terukur untuk menanggulangi kemiskinan, kelaparan,
pendidikan, diskriminasi perempuan, kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit, dan
perbaikan kualitas lingkungan.

Pada pertemuan Raker II ini dibahas Rencana Tindak Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs
dalam sidang kelompok yang dipimpin oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Prof. Armida
Alisjahbana, MA, yang mencakup 7 (tujuh) tujuan, yaitu (1) memberantas kemiskinan dan
kelaparan; (2) mencapai pendidikan dasar untuk semua; (3) mendorong kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan kematian anak; (5) meningkatkan kesehatan
ibu; (6) mengendalikan HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; dan (7)
menjamin kelestarian lingkungan hidup.
Secara umum, perkembangan yang telah dicapai sampai saat ini menunjukkan kemajuan yang
menggembirakan. Beberapa indikator MDGs secara nasional telah tercapai dan sebagian
besar target MDGs secara nasional diperkirakan akan tercapai (on track). Pemerintah
mendapatkan apresiasi dari PBB atas capaian sampai saat ini dan komitmennya untuk
mencapai sasaran MDGs pada akhir tahun 2015.

Untuk itu, Prof. Armida mengatakan, pencapaian sasaran MDGs di tingkat nasional perlu
didukung capaian di tingkat daerah, dan seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari
Pemerintah, dunia usaha, masyarakat luas termasuk masyarakat madani, serta para tokoh
agama. Meskipun beberapa sasaran MDGs telah tercapai dan on track, upaya-upaya khusus
perlu tetap dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja capaian MDGs.
Selain itu, diperlukan upaya-upaya yang lebih keras lagi untuk mencapai sasaran MDGs
seperti untuk penurunan angka kematian ibu melahirkan, pencegahan HIV/AIDS dan
peningkatan tutupan lahan. Sementara itu, kesenjangan antardaerah dalam pencapaian sasaran
MDGs perlu terus diperkecil, antara lain dengan memberikan perhatian yang lebih besar bagi
daerah-daerah yang kinerja pencapaian MDGs-nya masih di bawah rata-rata nasional.
Seluruh upaya untuk mencapai sasaran MDGs tersebut perlu didukung dengan penguatan
sinergi antarkementerian/lembaga dan antara pusat dan daerah.
2.4 Kendala Indonesia dalam Pencapaian Milleniun Develompment Goals
Para kepala negara dan pemerintahan telah sepakat bahwa tujuan-tujuandi dalam MDG
telahberhasil membuat banyak negara keluar dari kemiskinan.Meski demikian, tidak dapat
dipungkiri bahwa masih banyak pula negara-negaraterutama negara berkembang yang
masih mengalami kesulitan dalam mencapaitujuan-tujuan yang terdapat dalam MDG.
Sebanyak 1,5 miliar penduduk dunia masih berada dibawah standar garis kemiskinan yang
ditetapkan oleh PBB yakni 1 dollar AS per hari. Sementara di beberapa negara di Asia
sebanyak 824 juta penduduk mengalami kelangkaan pangan serta 500 juta penduduk
terancam kelaparan dan kurang gizi dan 170 juta diantaranya adalah anak balita. Angka
kematian balita pun telah mencapai 26.000 anak setiap harinya, sedangkan kematian ibu
melahirkan telah mencapai 500.000 orang per tahun. Sementara 100 juta anak lainnya tidak
menikmati pendidikan dasar.19 Kondisi seperti inilah yang perlu diatasi oleh semua negara.
Sebab, meskipun MDG merupakan hasil kesepakatan dari semua kepala negara maupun
pemerintahan di seluruh dunia, namun pada waktu pengimplementasiannyaMDG lebih
diarahkan kepada pencapaian di masing-masing negara. Hal ini pada dasarnya sesuai dengan
Resolusi PBB nomor 55/2 yang mencantumkan bahwa MDG menempatkan pembangunan
manusia sebagai fokus, terutama pada masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan serta
terhadap anak-anak,
selaku generasi mendatang. Sama halnya dengan negara berkembang lainnya, Indonesia
pun masih memiliki beberapa target lainnya yang masih memerlukan usaha keras dalam
pencapaiannya. Sekalipun belum mampu mencapai tujuan MDG secara keseluruhan, ini
tidak berarti Indonesia tidak sungguh-sungguh dalam memenuhi komitmennya untuk
mengentaskan kemiskinan dan mencapai seluruh tujuantujuan yang terdapat di dalam
MDG. Ketidakmampuan ini lebih dilatarbelakangi oleh kendala-kendala yang dihadapi
Indonesia dalam memenuhi komitmennya sekalipun pemerintah telah berupaya untuk
mencapainya.
Pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) merupakan salah satu tantangan yang
dihadapi oleh Indonesia. Beberapa kendala yang pernah dihadapi Indonesia dalam
pencapaian MDGs antara lain:

1. Ketimpangan Regional: Pencapaian MDGs tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa
wilayah, terutama yang terpencil dan berpenghasilan rendah, menghadapi kesulitan dalam
mencapai target-target MDGs.
2. Keterbatasan Akses Sumber Daya: Keterbatasan akses terhadap sumber daya seperti pendidikan
berkualitas, layanan kesehatan, dan air bersih menjadi kendala dalam mencapai target-target
MDGs.
3. Keterlibatan Masyarakat: Terlibatnya masyarakat dalam pembangunan dan pencapaian MDGs
adalah faktor penting. Namun, keterbatasan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan program-program MDGs menjadi kendala.
4. Faktor Lingkungan: Perubahan iklim dan masalah lingkungan seperti deforestasi dan polusi air juga
dapat menghambat pencapaian MDGs, terutama dalam hal ketahanan pangan dan kesejahteraan.
5. Infrastruktur dan Transportasi: Keterbatasan infrastruktur dan aksesibilitas wilayah terpencil bisa
mempengaruhi pencapaian MDGs, terutama dalam hal distribusi bantuan dan layanan dasar.
6. . Ketahanan Bencana: Indonesia sering kali menghadapi bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, dan banjir. Ini dapat mengganggu upaya pencapaian MDGs dan pemulihan pasca-
bencana.

Perlu dicatat bahwa saat ini, MDGs telah digantikan oleh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals, SDGs), yang memiliki fokus yang lebih luas dan melibatkan lebih
banyak pemangku kepentingan dalam upaya mencapainya. Indonesia juga berkomitmen untuk
mencapai SDGs, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaian MDGs masih relevan dalam
konteks SDGs.

2.5 Upaya Indonesia dalam mencapai Millenium Devwlompmwnt Goals


Dalam “Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2014” (Bappenas,
2015: xi-xii), pencapaian MDGs hingga 2014 dikategorikan ke dalam (i) tujuan-tujuan yang
telah tercapai, (ii) tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai sepenuhnya pada 2015, dan (iii)
tujuan-tujuan yang pencapaiannya menunjukkan kemajuan, tetapi masih diperlukan kerja
keras agar tercapai sepenuhnya. Dari ketiga kelompok besar tersebut, kelompok ketiga paling
penting karena berisikan hal-hal yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan SDGs di
Indonesia. Ada 14 indikator yang masuk dalam kelompok ketiga ini yang tersebar di hampir
semua target. Pemerintah Pusat telah menyadari adanya kendala yang dihadapi banyak
provinsi dalam upaya pencapaian target MDGs sehingga beberapa peraturan diterbitkan
untuk mempercepat proses tersebut. Satu di antaranya adalah Instruksi Presiden (Inpres) No.
3/2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan yang di dalamnya
Contoh Kasus
Pelajaran dari Daerah dalam Pencapaian MDGs: Studi Kasus Provinsi NTB Dasar
pelaksanaan MDGs di NTB tertuang dan terintegrasi dalam RPJMD 2013–2018. Dari 57
indikator yang harus direalisasikan, capaian Pemerintah Daerah (Pemda) NTB pada
November 2015 adalah: 27 indikator tercapai, 23 indikator sedang dalam proses pencapaian,
dan 7 indikator masih sulit dicapai. capaian indikator terbanyak. Gubernur NTB
mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 39/2014 yang mengatur pengarusutamaan
gender di NTB untuk mendorong satuan kerja perangkat daerah (SKPD) melakukan
perencanaan dengan kerangka analisis gender. Gubernur NTB juga mengeluarkan Surat
Edaran (SE) No. 150/1138/Kum tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang
merekomendasikan usia perkawinan untuk laki-laki dan perempuan minimal 21 tahun. Pemda
NTB meyakini bahwa sumber kemiskinan adalah perkawinan pada usia dini sehingga dengan
terbitnya SE tersebut diharapkan pertambahan keluarga miskin baru dapat ditekan.
Pencapaian MDGs
Meskipun target 1a (mengurangi angka kemiskinan kurang dari US$ 1 (PPP) per hari) belum
tercapai, persentase penduduk miskin di NTB mengalami penurunan dari 27,17% pada 2008
menjadi 21,55% pada 2010 dan Pelajaran dari Daerah dalam Pencapaian MDGs: Studi Kasus
Provinsi NTB Dasar pelaksanaan MDGs di NTB tertuang dan terintegrasi dalam RPJMD
2013–2018. Dari 57 indikator yang harus direalisasikan, capaian Pemerintah Daerah (Pemda)
NTB pada November 2015 adalah: 27 indikator tercapai, 23 indikator sedang dalam proses
pencapaian, dan 7 indikator masih sulit dicapai. capaian indikator terbanyak. Gubernur NTB
mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 39/2014 yang mengatur pengarusutamaan
gender di NTB untuk mendorong satuan kerja perangkat daerah (SKPD) melakukan
perencanaan dengan kerangka analisis gender. Gubernur NTB juga mengeluarkan Surat
Edaran (SE) No. 150/1138/Kum tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang
merekomendasikan usia perkawinan untuk laki-laki dan perempuan minimal 21 tahun. Pemda
NTB meyakini bahwa sumber kemiskinan adalah perkawinan pada usia dini sehingga dengan
terbitnya SE tersebut diharapkan pertambahan keluarga miskin baru dapat ditekan.
Pencapaian MDGs
Meskipun target 1a (mengurangi angka kemiskinan kurang dari US$ 1 (PPP) per hari) belum
tercapai, persentase penduduk miskin di NTB mengalami penurunan dari 27,17% pada 2008
menjadi 21,55% pada 2010 dan 17,24% pada 2014. Upaya pengurangan kemiskinan di NTB
dilakukan dengan berbagai inovasi program. Inovasi tersebut dibagi ke dalam empat klaster,
yaitu klaster 1: program bantuan tunai dan nontunai; klaster 2: program dan industri berbasis
sumber daya alam lokal; dan klaster 4: program pariwisata (“Visit Lombok”), percepatan
Selain itu, cerita sukses upaya pengurangan kemiskinan di NTB datang dari Kabupaten
Lombok Barat. Pemda Lombok Barat membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang berhasil menyusun dokumen Strategi Pengentasan
Kemiskinan Daerah (SPKD). Dokumen ini kemudian diintegrasikan ke dalam Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) sehingga dapat diintegrasikan ke dalam
rencana strategis (renstra) dan rencana kerja (renja) SKPD. Dengan demikian, penganggaran
untuk program kemiskinan terintegrasi dengan berbagai program pembangunan lainnya.
Dalam lima tahun pelaksanaannya, angka kemiskinan di Kabupaten Lombok Barat menurun
dari 24,02% pada 2009 menjadi 17,20% pada 2014. Bappeda Lombok Barat juga bekerja
sama dengan BPS dalam mempelajari data makro yang dapat dijadikan tolok ukur.Faktor
Penghambat Pencapaian MDGsSalah satu hambatan pencapaian MDGs di NTB berkaitan
dengan rencana aksi atau program yang belum kemampuan anggaran yang cukup.
Kenyataannya, anggaran pemda untuk pencapaian MDGs terbatas, sedangkan daerah dan
dana lain dari pusat untuk melaksanakan program pencapaian MDGs. maupun pemantauan
dan evaluasi. Masalah dalam pembaruan data penerima bantuan yang masih terjadi di
lapangan menyebabkan terjadinya kesalahan penargetan. Selain itu, belum ada program
pemantauan dan
pemantauan dan evaluasinya masing-masing.
2.7. Kelebihan MDGS
1. Fokus pada Tujuan yang Jelas: MDGs memberikan fokus yang jelas pada delapan tujuan
pembangunan utama, yang memudahkan pemahaman dan pelaksanaan program-program
pembangunan.

2. Kerjasama Internasional: MDGs mendorong kerjasama internasional yang kuat untuk


mencapai tujuan-tujuan tersebut. Banyak negara dan organisasi bekerja sama dalam
upaya mencapai MDGs.

3. Pengukuran dan Pelaporan: MDGs memiliki indikator dan target yang terukur, sehingga
memungkinkan negara-negara untuk melacak kemajuan mereka dan melaporkan hasilnya
secara terbuka.
2.8. Kelemahan MDGs
1. Tidak Merata: MDGs tidak selalu mempertimbangkan perbedaan regional dan situasi
unik dalam setiap negara. Ini bisa membuat beberapa negara atau kelompok masyarakat
terabaikan.
2. Tidak Komprehensif: MDGs tidak mencakup semua aspek pembangunan berkelanjutan,
seperti lingkungan, ketahanan pangan, dan ketimpangan ekonomi, yang menjadi sorotan
dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang menggantikannya.

3. Batasan Waktu: MDGs memiliki batasan waktu hingga 2015, yang mungkin membuat
beberapa negara merasa terburu-buru dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut tanpa
memperhatikan keberlanjutan jangka panjang.
4. Kurangnya Partisipasi Masyarakat: Dalam beberapa kasus, masyarakat lokal mungkin
tidak terlibat dengan baik dalam perencanaan dan implementasi program-program
MDGs.

Sementara MDGs telah memberikan kerangka kerja penting untuk pembangunan


internasional, SDGs yang menggantikannya diharapkan lebih komprehensif dan inklusif
dalam mengatasi tantangan global yang beragam.
2.9. Keberhasilan MDGs
Keberhasilan Millenium Development GoalsBanyak negara berkembang telah mendapatkan
perubahan-perubahan positif sejak Millenium Development Goals (MDG) diberlakukan,
sebagaimana yang terlihat dalam laporan MDG tahun 2012. Di dalam laporan yang ditulis
oleh Departemen Masalah-masalah Ekonomi dan Sosial Sekretariat PBB (The Department of
Economic and Sosial Affairs of the United Nations Secretariat) ini disebutkan bahwa tujuan
pertama dari MDG telah berhasil dicapai, di mana jumlah penduduk miskin di setiap negara
berkembang serta negara miskin telah mengalami penurunan. Pada tahun 1990, jumlah
penduduk yang hidup dengan pendapatan perkapita kurang dari 1.25 dollar Amerika Serikat
(AS)sebanyak 47 persen, namun pada tahun 2008 turun menjadi 24 persen. Jumlah penduduk
miskin juga berkurang dari sekitar 2 miliar menjadi 1.4 miliar.15Adapun pencapaian lainnya
berdasarkan Laporan MDG tahun 2012 terdapat pada tujuan ke-7, di mana peningkatan pada
jumlah penduduk yang mendapatkan air bersih dari 76 persen pada tahun 1990 menjadi 89
persen pada tahun 2010. Bahkan, sebanyak lebih dari 2 miliar penduduk kini telah
mendapatkan akses air minum, baik dari pipa maupun dari sumur. Selain itu, jumlah anak-
anak yang mendapatkan pendidikan dasar pun telah meningkat yakni dari 58 persen pada
tahun 1990 menjadi 76 persen pada tahun 2010. Kematian balita pun mengalami penurunan
dari 12 juta pada tahun 1990 menjadi 7.6 juta pada tahun 2010 walaupun terdapat
peningkatan jumlah penduduk.16Adapun salah satu contoh negara berkembang yang berhasil
dalam pencapaian MDG, adalah Botswana. Negara yang terletak di Afrika ini tercatat
berhasil mencapai tujuan ke-6 MDG yaitu dalam hal mengendalikan perpindahan HIV dari
ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya melalui program pembangunan nasional. Pada
September 2009, lebih dari 90 persen wanita hamil yang terinfeksi HIV telah menerima
program pemerintah untuk pencegahan HIV terhadap bayi yang dikandungnya. Melalui
program ini perpindahan virus HIV dari ibu kepada bayinya dapat berkurang dari 20-40
persen pada tahun 2001 menjadi sebanyak 4 persen pada tahun 2008/2009. Oleh karena itu,
pemerintah Botswana berencana untuk memastikan berjalannya akses terhadap program
highly active antiretroviral therapy (HAART) kepada seluruh wanita hamil yang terinfeksi
HIV sehingga nantinya dapat mencapai
target dibawah 1 persen.17Pencapaian MDG pun banyak terjadi di negara-negara daratan
Afrika Sub Sahara. Negara-negara pada daratan ini memiliki angka tertinggi dalam
kemiskinan. Akan tetapi, kemiskinan di daerah ini sudah mulai dapat diatasi. Seiring dengan
mulai berkembangnya pembangunan di wilayah Afrika ini, jumlah penduduk miskin pun
sudah semakin berkurang. Jumlah penduduk yang hidup dibawah 1 dollar AS sudah menurun
dari 47 persen pada tahun 1990 menjadi 24 persen pada tahun 2008 sehingga terdapat
pengurangan sebanyak kurang lebih 2 milliar penduduk miskin. Tidak hanya kemiskinan,
wilayah Afrika bagian Sub Sahara juga mengalami peningkatan pada jumlah anak-anak yang
telah mencapai pendidikan dasar dari 58 persen pada tahun 1999 menjadi 76 persen pada
tahun 2010. Negara-negara di wilayah ini pun telah dapat mengurangi jumlah anak yang
putus sekolah. Keberhasilan lainnya bagi negara-negara di wilayah ini terdapat dalam
menurunkan angka kematian anak. Awalnya, wilayah Afrika bagian Sub Sahara merupakan
wilayah yang memiliki tingkat angka kematian anak tertinggi. Namun, wilayah ini sudah
berhasil mengurangi angka kematian anak dari 1,2 persen pada periode tahun 1990-2000
menjadi 2,4 persen pada tahun 2000-2010.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adanya perubahan yang signifikan di negara-negara yang berhasil dalam mencapai Tujuan
Pembangunan Millenium/Millenium Development Goals(MDG) semakin membuktikan bahwa
setiap negara memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya
sebagaimana yang menjadi cita-cita MDG. Demikian pula dengan Indonesia. Negara ini memiliki
kesempatan yang sama dengan negara lainnya untuk dapat mencapai kedelapan tujuan MDG.
Dalam implementasinya, Indonesia menemukan kendala-kendala dalam mencapai tujuan
tersebut. Kendala Indonesia dalam mencapai tujuan-tujuan MDG lebih banyak dikarenakan
kurangnya kerjasama dengan pemerintah daerah serta kurangnya keterlibatan pihak swasta
maupun masyarakat di dalam negeri. Oleh karena itu, Indonesia telah melakukan upaya untuk
mencapai tujuan-tujuan yang belum berhasil dalam MDGs.

3.2. Saran
Semoga dengN adanya makalah ini maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan bagi
pembaca .
DAFTAR PUSTAKA

Ruslan, D. (2016). Evaluasi Millenium Development Goals (Mgds) Dalam Menanggulangi


Kemiskinan Dan Kelaparan Menuju Sustainable Development Goals (Sgds) Di Kota
Medan. Quantitative Economics Journal, 5(3).
UN Resolution number 55/2 “United Nations Millenium declaration” hlm. 4. Dikutip dari
http://www.un.org/millennium/declaration/ares552.pdf tanggal 26 maret 2013. 2
Ibid., hlm. 1.
MDG Report 2012 hal 4”, dikutip dari http://www.un.org/millenniumgoals/pdf /MDG
%20Report%202012.pdf tanggal 26 Maret 2013. 16 Ibid.
Pembangunan Global; Kemiskinan Ektrem Melanda 1,5 Miliar Penduduk Dunia”, Kompas,
2 Februari 2013, hal. 8

Anda mungkin juga menyukai