khotbahjumat.com/634-beriman-kepada-yang-ghaib.html
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan
dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
(QS. Al-An’am: 59) [Redaksi khotbahjumat.com]
***
KHUTBAH PERTAMA
َوَﯾْﺤُﻜُﻢ ِﺑﺎﻟﱠَﺸﺮاِﺋِﻊ ﻟِِﺤْﻜَﻤٍﺔ، ُﯾَﻘﱡِﺪر ْاُﻷُﻣْﻮَر ِﺑِﺤْﻜَﻤٍﺔ، ﺻَﺮاٍط ُﻣْﺴَﺘِﻘْﯿٍﻢ ِ ﻀْﻲ ِﺑﺎْﻟَﺤِّﻖ َواْﻟَﻌْﺪِل َوَﯾْﻬِﺪْي َﻣْﻦ َﯾَﺸﺎُء ِإﻟَﻰ ِ اْﻟَﺤْﻤُﺪ ِِﷲ اﱢﻟَﺬْي َﯾْﻘ
َوﻟَِﯿُﻘْﻮَم اﻟﱡﻨَﺎس ِﺑﺎْﻟﻘِْﺴِﻂ، َوأَْﻧَﺰَل َﻣَﻌُﻬُﻢ ْاﻟِﻜﺘَﺎَب ﻟَِﯿْﺤُﻜَﻢ َﺑْﯿَﻦ اﻟﱢﻨَﺎس ﻓِْﯿَﻤﺎاْﺧﺘَﻠَُﻔْﻮاﻓِْﯿِﻪ، أَْرَﺳَﻞ اﻟ ُﱡﺮﺳَﻞ ُﻣَﺒﱢِﺸﺮْﯾَﻦ َوُﻣْﻨِﺬِرْﯾَﻦ، َوُﻫَﻮاْﻟَﺤِﻜْﯿُﻢ ْاﻟَﻌﻠِْﯿُﻢ
ﻟَُﻪ اْﻟُﻤْﻠُﻚ َوﻟَُﻪ اْﻟَﺤْﻤُﺪ َوُﻫَﻮ َﻋﻠَﻰ ُﻛِّﻞ، َوأَْﺷَﻬُﺪ أَْن َﻻ ِإﻟََﻪ ِإَّﻻ اُﷲ َوْﺣَﺪُه َﻻ َﺷِﺮْﯾَﻚ ﻟَُﻪ،ﺼْﯿٍﺮ ِ َوُﯾْﺆُﺗْﻮا ُﻛَّﻞ ِذْي َﺣٍّﻖ َﺣﱡﻘَﻪ ِﻣْﻦ َﻏْﯿِﺮُﻏُﻠﱠٍﻮوَﻻﺗَْﻘ
ّ ُ
ﺻﻠَﻰ اُﷲ َﻋﻠَْﯿِﻪ َوَﻋﻠَﻰ أَﻟِِﻪ َواﻟﱢﺘَﺎﺑِﻌْﯿَﻦ ﻟَُﻬْﻢ ِﺑِﺈْﺣَﺴﺎٍن ِإﻟَﻰ َﯾْﻮِم اﻟِّﺪْﯾِﻦ َوَﺳﻠََﻢ ﺗَْﺴﻠﯿًﻤﺎ َ َ
َ َﻤﺪا َﻋْﺒُﺪُه َوَرُﺳْﻮﻟُﻪ َوأْﺷَﻬُﺪ أَّن ُﻣَﺤ، َﺷْﻲٍء َﻗِﺪْﯾٌﺮ
Marilah pada hari yang mulia ini, kita senantiasa melakukan introspeksi diri dan
muhasabah terhadap amal-amal yang telah kita lakukan, baik yang kita lakukan untuk
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk terus kita tingkatkan,
atau sebaliknya yang menjauhkan kita dari Allah, untuk berusaha kita tinggalkan. Oleh
karenanya, marilah kita senantiasa meningkatkan mutu keimanan dan kualitas
ketakwaan kita, sebab takwa adalah sebaik-baik bekal yang dapat kita siapkan untuk
1/8
menjemput akhir hidup kita yang telah ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kabar gembira kepada kita dengan Firman-
Nya,
ﺻﺎﻟًِﺤﺎ ِّﻣﻦ َذَﻛٍﺮ أَْو ُأﻧﺜَﻰ َوُﻫَﻮ ُﻣْﺆِﻣٌﻦ َﻓﻠَُﻨْﺤِﯿَﯿﱡﻨَﻪ َﺣَﯿﺎًة َﻃﱠِﯿﺒًﺔ َوﻟَﻨَْﺠِﺰَﯾﱡﻨَﻬْﻢ أَْﺟَﺮُﻫْﻢ ِﺑَﺄْﺣَﺴِﻦ َﻣﺎَﻛﺎُﻧﻮا َﯾْﻌَﻤُﻠﻮَن َ
َ َ ْﻦ َﻋِﻤﻞ
Tentang beriman kepada yang ghaib, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di awal
surat Al-Baqarah,
ﱢ َﱢ ْﱢ
َواﻟَﺬﯾِﻦ3} ﺼﻼَة َوِﻣَّﻤﺎ َرَزْﻗَﻨﺎُﻫْﻢ ُﯾْﻨِﻔُﻘﻮَن ْ ْ َ
َ{ اﻟﺬﯾَﻦ ُﯾْﺆِﻣُﻨﻮَن ِﺑﺎﻟَﻐْﯿِﺐ َوُﯾِﻘﯿُﻤﻮَن اﻟ ﱠ2} { َذﻟِﻚ اﻟِﻜَﺘﺎُب َﻻ َرْﯾَﺐ ِﻓﯿِﻪ ُﻫَﺪى ﻟِﻠُﻤَﺘﻘﯿَﻦ1} اﻟــﻢ
{ ُأوﻟَـِﺌَﻚ َﻋﻠَﻰ ُﻫًﺪى ِﻣﻦ َرﱢِﺑﻬْﻢ َوُأوﻟَـِﺌَﻚ ُﻫُﻢ اْﻟُﻤْﻔﻠُِﺤﻮَن4} ُﯾْﺆِﻣُﻨﻮَن ِﺑَﻤﺎ ُأﻧِﺰَل ِإﻟَْﯿَﻚ َوَﻣﺎ ُأْﻧِﺰَل ِﻣْﻦ َﻗْﺒﻠَِﻚ َوِﺑْﺎﻵِﺧَﺮِة ُﻫْﻢ ُﯾِﻮﻗُﻨﻮَن
“Alif lam mim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi merek
ayng bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
salat, dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Alquran) yang telah diturunkan kepadamu dan
kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunuuk dari Rabb
mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 1-5)
Di dalam ayat yang mulia ini Allah menegaskan, bahwa salah satu dari sifat seorang
mukmin adalah bagaimana dia dapat mengimani hal yang ghaib, yaitu dengan cara
membenarkan segala yang telah dikabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Rasul-Nya mengenai hakikat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala atau hal-hal yang
telah terjadi maupun yang akan terjadi; keadaan akhirat, hari kebangkitan, surga,
nereka, shirat, dan hari perhitungan, dan lainnya dari hal-hal ghaib. Begitu juga
tentang keberadaan jin; sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Ar-
Rabi’ bin Anas dan juga Ibnu Mas’ud ketika menafsirkan ayat ini.
Dan termasuk bentuk keimanan terhadap hal yang ghaib, sebagaimana keyakinan dan
manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah, adalah meyakini bahwa yang mengetahui yang
ghaib hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ini termasuk sifat Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang paling khusus, yang tidak ada seoarang makhluk pun dapat menyamai-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ض َوَﻻَرْﻃٍﺐ ِ َوِﻋْﻨَﺪُه َﻣَﻔﺎِﺗُﺢ اْﻟَﻐْﯿِﺐ َﻻَﯾْﻌﻠَُﻤَﻬﺂ ِإَّﻻ ُﻫَﻮ َوَﯾْﻌﻠَُﻢ َﻣﺎِﻓﻲ اْﻟَﺒﱠِﺮواْﻟَﺒْﺤِﺮ َوَﻣﺎ َﺗْﺴُﻘُﻂ ِﻣﻦ َوَرَﻗٍﺔ َﯾْﻌﻠَُﻤَﻬﺎ َوَﻻَﺣﱟَﺒﺔ ِﻓﻲ ُﻇُﻠَﻤﺎِت ْاَﻷْر
ﺲ ِإَّﻻ ﻓِﻲ ِﻛﺘَﺎٍب ﱢًﻣﺒﯿٍﻦ
ٍ َوَﻻَﯾﺎِﺑ
2/8
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan
Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-
An’am: 59)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
“Katakanlah (hai Muhammad), ‘Tiada siapa pun, baik di langit maupun di bumi yang
mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan
mereka dibangkitkan’.” (QS. An-Naml: 65)
ِ ُ ﻞ ﻵأَُﻗﻮُل ﻟَُﻜْﻢ ِﻋﻨِﺪى َﺧَﺰآﺋُِﻦ اِﷲ َوﻵأَْﻋﻠَُﻢ اْﻟَﻐْﯿَﺐ َوﻵأَُﻗﻮُل ﻟَُﻜْﻢ ِإّﻧِﻲ َﻣﻠٌَﻚ ِإْن أَﱢﺗَﺒُﻊ ِإَّﻻ َﻣﺎُﯾﻮَﺣﻰ ِإﻟََّﻲ ُﻗْﻞ َﻫْﻞ َﯾْﺴﺘَِﻮي اَﻷْﻋَﻤﻰ َواْﻟَﺒ
ﺼﯿُﺮ
أََﻓَﻼ َﺗَﺘَﻔﱡَﻜﺮوَن
Ayat-ayat ini sangatlah jelas, bahwa tidak ada yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah;
tidak para nabi, tidak para malaikat, tidak para wali, dan tidak seorang pun yang bisa
mengetahui yang ghaib. Apabila ada hal-hal ghaib yang dikabarkan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam maka hal itu karena beliau telah diberitahukan Allah,
bukan berarti beliau mengetahui yang ghaib.
Maka barangsiapa berkeyakinan bahwa dirinya atau orang lain bisa menguasai hal
ghaib atau mengetahui hal-hal yang ghaib, berarti dia telah kufur, karena hal ini
termasuk hal yang tidak pernah diberitakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada
siapa pun; tidak kepada para malaikat yang dekat dengan-Nya dan tidak juga kepada
para rasul yan diutus-Nya.
Bila ada orang yang mengatakan bahwa hari kiamat akan terjadi tahun 2050 misalnya,
maka dengan sangat yakin kita katakan bahwa dia seorang pendusta. Dan begitu
seterusnya.
Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, yang merupakan hamba Allah yang paling
dicintai-Nya, tidak mengetahui hal-hal yang ghaib selain yang diwahyukan kepada
beliau, maka bagaimana dengan orang-orang selain beliau? Tentu mereka pasti lebih
tidak tahu. Bahkan dengan jelas dan terang beliau menafikan bahwa beliau mengetahui
hal-hal yang ghaib. Perhatikan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut,
3/8
ﱠ
ﺿًّﺮا ِإَّﻻ َﻣﺎَﺷﺂَء اُﷲ َوﻟَْﻮ ُﻛﻨُﺖ أَْﻋﻠَُﻢ اْﻟَﻐْﯿَﺐ ﻻْﺳَﺘْﻜَﺜْﺮُت ِﻣَﻦ اْﻟَﺨْﯿِﺮ َوَﻣﺎَﻣﱢَﺴﻨَﻲ اﻟ ُﱡﺴﻮء ِإْن أََﻧﺎ ِإَّﻻ َﻧِﺬﯾٌﺮ َوَﺑِﺸﯿٌﺮ
َ ُﻗﻞ َﻵأْﻣﻠُِﻚ ﻟَِﻨْﻔِﺴﻲ َﻧْﻔًﻌﺎ َوَﻻ
ﻟَِﻘْﻮٍم ُﯾْﺆِﻣُﻨﻮَن
Adapaun hal-hal ghaib yang dikabarkan oleh para nabi dan rasul, sebagaimana Nabi
kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada umatnya tentang
tanda-tanda hari kiamat, tentang adanya surga dan neraka, tentang adanya azab kubur
dan nikmat kubur, dan juga rasulullah pernah memegang leher Jin Ifrit ketika beliau
diganggu oleh jin tersebut di dalam salatnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam
Muslim, dan juga hal-hal yang ghaib lainnya, maka yang demikian itu tiada lain
hanyalah sebagai salah satu tanda kenabian dan keistimewaan bagi beliau, dan hal ini
hanyalah sebagai wahyu Ilahi, sebab beliau tidak bertutur kata melainkan berdasarkan
bimbingan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
ْ ُُ ﱡ َ َ{ ِإﱠَﻻﻣِﻦ اْرﺗ26} َﻋﺎﻟَِﻢ اْﻟَﻐْﯿِﺐ َﻓَﻼ ُﯾْﻈِﻬُﺮ َﻋﻠَﻰ َﻏْﯿِﺒِﻪ أََﺣًﺪا
َ ﻀﻰ ِﻣﻦ ﱡَرﺳﻮٍل َﻓِﺈَﻧﻪ َﯾْﺴﻠﻚ ِﻣﻦ َﺑْﯿِﻦ َﯾَﺪْﯾِﻪ َوِﻣْﻦ َﺧﻠﻔِِﻪ َر
ﺻًﺪا
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan
kepada seorang pun tentang hal yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang
diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di
muka dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin: 26-27)
Namun sangat disayangkan, masih banyak di antara kaum muslimin yang percaya
cerita-cerita khurafat, tahayul, mistik, dan cerita-cerita syirik jahiliyah. Misalnya
berkeyakinan bahwa ada di antara manusia yang dapat mengetahui hal yang ghaib, bisa
mengetahui nasib seseorang, mengetahui hal yang akan datang, bisa melakukan
penerawangan dan bahkan mengaku bisa melihat makhluk-makhluk ghaib. Fenomena
demikian terjadi di sekitar kita, apalagi dengan adanya sekian banyak bentuk tayangan
media, baik cetak maupun elektronik yang menggambarkan cerita-cerita demikian,
justru semua itu memperparah dan seolah-olah telah melegitimasi bahwa yang
demikian adalah benar, padahal justru sebaliknya, keyakinan-keyakinan yang demikian
adalah penyimpangan yang sangat berbahaya terhadap akidah dan keyakinan seorang
muslim.
Pada dasarnya yang mereka lakukan itu tiada lain hanyalah tipu daya jin dan
propaganda setan untuk menggiring kaum Muslimin, agar jauh dari tuntunan Alquran
dan sunah, kemudian terjerumus ke lembah kesyirikan dan tenggelam ke dalam
4/8
lumpur kekufuran. Karena hal ini meruapakn perbautan menyekutukan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya dalam perkara yang menjadi kekhususan
Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu mengetahui hal yang ghaib.
Sebabnya adalah, karena orang tersebut telah menganggap bahwa sang dukun atau
tukang ramal tersebut mengetahui hal-hal yang ghaib. Sedangkan meyakini bahwa ada
yang mengetahui hal-hal ghaib selain dari Allah adalah kufr, dan itulahs ebabnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengafirkan orang yang melakukannya.
Mudah-mudahan khutbah singkat ini dapat menyadarkan kita kembali akan poin
akidah yang haq ini yaitu, seorang mukmin wajib beriman terhadap hal-hal yang ghaib,
bahkan itulah salah satu ciri orang-orang yang beruntung. Kemudian ingat pula bahwa
tidak ada yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah. Ini sangat penting untuk
kita pegagn teguh, karena klaim mengetahui yang ghaib telah tersebar luas di tengah
kita atas nama zodiak atau atas nama mencari jodoh, dan lain seabgainya.
Untuk kesekian kali khatib mengingatkan, tidak ada yang mengetahui yang ghaib
kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أَُﻗْﻮُل َﻗْﻮﻟِْﻲ َﻫَﺬا َوأَْﺳَﺘْﻐِﻔُﺮ اﷲ َﻟِْﻲ َوﻟَُﻜْﻢ, َوَﻧَﻔَﻌِﻨْﻲ َوِإﱡَﯾﺎﻛْﻢ ِﺑَﻤﺎ ِﻓْﯿِﻪ ِﻣَﻦ ْاَﻷَﯾﺎِت َواﻟِّﺬْﻛِﺮ اْﻟَﺤِﻜْﯿِﻢ, َ َك اُﷲ ﻟِْﻲ َوﻟَُﻜْﻢ ِﻓْﻲ اْﻟُﻘْﺮاِن اْﻟَﻌِﻈْﯿِﻢ
َﻓﺎْﺳﺘَْﻐﻔُِﺮْوُه ِإﱡﻧَﻪ ُﻫَﻮ اْﻟَﻐُﻔْﻮُر اﻟﱢَﺮﺣْﯿُﻢ, َ ﻟَِﻜﺎَﻓِﺔ اْﻟُﻤْﺴﻠِِﻤْﯿَﻦ ِﻣْﻦ ُﻛِّﻞ َذْﻧٍﺐ
KHTUBAH KEDUA
ِّ َ ُ ِ
ﻀَﻞ ﻟَُﻪ َو َﻣْﻦ ُﯾْﻀﻠِْﻞ َﻓَﻼ َّن اْﻟَﺤْﻤَﺪ ِﷲ َﻧْﺤَﻤُﺪُه َو َﻧْﺴَﺘِﻌْﯿُﻨُﻪ َو َﻧْﺴَﺘْﻐِﻔُﺮُه َو َﻧُﻌْﻮُذ ِﺑﺎِﷲ ِﻣْﻦ ُﺷُﺮْوِر أَْﻧُﻔِﺴَﻨﺎ َوَﺳﱠِﯿﺌﺎِت أَْﻋَﻤِﺎﻟَﻨﺎ َﻣْﻦ َﯾْﻬﺪ اﷲ َﻓﻼ ُﻣ
ﱠ ّ ُ ّ َ
ﺻﻠَﻰ اُﷲ َﻋﻠَْﯿِﻪ َوَﺳﻠَﻢ ﺗَْﺴﻠِْﯿًﻤﺎ َﻛﺜِْﯿًﺮا َ َ َ َ َ
َ َﻤﺪا َﻋْﺒُﺪُه َو َرُﺳْﻮﻟُﻪي ﻟُﻪ أْﺷَﻬُﺪ أْن َﻻ ِإﻟَﻪ ِإَﻻ اُﷲ َوْﺣَﺪُه َﻻَﺷِﺮْﯾﻚ ﻟُﻪ َو أْﺷَﻬُﺪ أَّن ُﻣَﺤ
َ َ َ َﻫﺎِد
5/8
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ﱢ ّ ِ ِ َِ ِ َ
ﻀَﻞ اﻟﱠﻨَﺎس ِﺑَﻐْﯿِﺮ ِﻋْﻠٍﻢ ِإَّن اَﷲ َﻻَﯾْﻬِﺪي اْﻟﻘَْﻮَم اﻟَﻈﺎﻟِﻤﯿَﻦ ﻓََﻤْﻦ أَْﻇﻠَُﻢ ِﻣﱢَﻤﻦ اْﻓﺘََﺮى َﻋﻠﻰ اﷲ ﻛﺬًﺑﺎ ﻟُﯿ
“Maka siapakah yang lebih zhalim dariapda orang-orang yang membuat-buat dusta
atas nama Allah untuk menyesatkan manusia tanpa ilmu? Sesungguhnya Allaht idak
memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.” (QS. Al-An’am: 144)
Tidak diragukan bahwa orang yang mengklaim mengetahui hal-hal yang ghaib, adalah
termasuk di antara orang-orang yang membuat dusta atas nama Allah, dan itu jelas
menyesatkan manusia dan tidak berdasarkan ilmu. Orang seperti ini adalah orang
zalim yang tidak akan mendapatkan hidayah dari Allah. Ini merupakan ancaman yang
jelas dan keras bagi orang yang berdusta atas nama Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Salah satu bentuk keyakinan yang serupa dengan permasalahan ini adalah apa yang
telah diperingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya
dengan sabdanya,
“Bukan dari golongan kami, orang yang melakukan thiyarah (menentukan nasib sial
dan keberuntungan dengan burung dan lain-lainnya), atau orang yang dilakukan
thiyarah kepadanya, atau yang melakukan perdukunan, atau yang dilakukan
perdukunan kepadanya, atau yang melakukan sihir, atau yang dibantu dengan sihir
kepadanya. Dan barangsiapa yang mendatangi seorang dukun lalu membenarkan
apa yang diucapkannya maka dia telha kufur terhadap wahyu yang diturunkan
kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan
Ath-Thabrani. Disahihkan oleh Al-Albani di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no 2195).
“Barangsiapa yang datang kepada seorang tukang ramal, lalu bertanya kepadanya
tentang sesuatu, maka salatnya tidak diterima selama empat puluh malam (dan
harinya).” (Diriwayatkan oleh Muslim no. 2230).
Hadits-hadits yang mulia ini, menunjukkan larangan mendatangi dukun, peramal, atau
sebangsanya dalam bentuk apa pun, larangan bertanya kepada mereka tentang hal-hal
yang ghaib, larangan mempercayai dan membenarkan apa yang mereka katakan, serta
ancaman bagi mereka yang melanggar larangan ini. Ini semua mengandung
kemungkaran dan bahaya yang sangat besar dan berakibat negatif yang sangat besar
pula. Disebabkan mereka telah melakukan kedustaan dan kezaliman terhadap Allah
6/8
Subhanahu wa Ta’ala.
Kita memohon kepada Allah agar kaum muslimin terpelihara dari tipu daya mereka,
dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan pertolongan kepada
kaum muslimin agar senantiasa berhati-hati terhadap para dukun dan tukang ramal,
dan semoga Allah memberikan mereka hidayah, sehingga manusia menjadi aman dari
kejahatan mereka dan segala praktik keji yang mereka lakukan.
7/8
Penulis: Ustadz Abu Eifa
Sumber: Naskah Khutbah Jumat Alsofwah.or.id dengan beberapa penyuntingan oleh
redaksi www.khotbahjumat.com
Artikel www.khotbahjumat.com
Artikel terkait:
kata kunci: gaib, ghaib, ilmu ghaib, iman, aqidah, tauhid, khutbah jum’at,
materi khotbah jumat.
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
8/8