Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
(FRAKTUR)

OLEH
Ns. ANGGA ARFINA, M.Kep
PENDAHULUAN

• Muscle : otot
Sistem • Skeleton : tulang
muskuloskeletal • Joint : sendi
• Struktur tulang menyusun ± 25% berat
badan dan otot menyusun ± 50%
• Matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor,
magnesium dan flour
Sistem skeletal/ rangka
SKELETAL

• Terdiri dari 206 tulang


• Terbagi atas:
❖ Tulang panjang, ex: femur
❖ Tulang pendek, ex: tulang tarsal
❖ Tulang pipih, ex: sternum
❖ Tulang tidak beraturan , ex: vertebra
Fungsi Tulang
• Sebagai penyangga: berdirinya tubuh,
tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot,
jaringan lunak & organ
• Penyimpanan mineral (kalsium & fosfat) dan
lipid (yellow marrow)
• Produksi sel darah (red marrow)
• Sebagai pelindung: membentuk rongga
melindungi organ yg halus &lemak
• Penggerak: mengubah arah & kekuatan otot
rangka saat bergerak, adanya persendian
Sel-sel Pembentuk Tulang
1. Osteoblas
➢ Sel-sel tulang yang menghasilkan matriks
organ tulang
➢ Tersusun atas 98 % kolagen dan 2 %
substansi dasar
2. Osteosit
➢ Osteoblas yang sudah matur dan
terperangkap didalam dinding tulang
➢ Terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
Next…

Osteoklas
➢ Sel tulang yang berfungsi menyerap dan
mengeluarkan asam dan enzim untuk
melarutkan kristal kalsium dan fosfat dan
matriks organik
➢ Berperan dalam penghancuran, resorpsi
dan remodeling tulang
ASKEP FRAKTUR
DEFENISI
• Menurut Smeltzer, Bare, Hinkle dan Cheever
(2010) fraktur merupakan terputusnya
kontinuitas struktur tulang baik secara lengkap
maupun tidak lengkap berdasarkan jenis dan
luasnya.
• Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang
normal dari suatu tulang (Black & Hawks, 2014)
• Fraktur dapat terjadi ketika tulang
mengalami kelebihan beban mekanis
pada suatu tulang.
• Fraktur biasanya melibatkan jaringan
lunak (mengakibatkan edema dan
perdarahan), kerusakan saraf dan tendon
(White, Duncan & Baumle, 2013).
NEXT...

• Terputusnya kontinuitas tulang terjadi


ketika adanya stres atau trauma yang
berlebihan dan tidak diabsorbsi
• Trauma ini dapat menyebabkan rusaknya
jaringan sub kutan, otot, pembuluh darah,
saraf dan ligamen
Etiologi
• Fraktur terjadi karena kelebihan beban
mekanis pada suatu tulang.
• Fraktur biasanya terjadi karena adanya
pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan memutar yang tiba-tiba, dan
kontraksi otot yang ekstrim
Penyebab lain
• Trauma langsung
Adanya tekanan langsung pada tulang
• Trauma tidak langsung
Trauma tidak langsung yang mengenai
tulang seperti jatuh tertumpu pada satu
tulang
• Fraktur Patologis
Ostemilitis, osteoporosis, osteosarkoma
Klasifikasi Fraktur
Fraktur Komplet dan Fraktur
Tidak Komplet
➢ Fraktur komplet merupakan fraktur pada
seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
➢ Kontinuitas tulang tidak benar-benar
terganggu tetapi terbelah di satu sisi dan di
sisi lain lentur.
➢ Fraktur ini paling sering terjadi pada anak-
anak.
• Fraktur tidak komplet adalah patah tulang
yang hanya terjadi pada sebagian dari
garis tengah tulang
Fraktur Tertutup dan Fraktur Terbuka

• Fraktur tertutup adalah fraktur pada tulang


tetapi tidak menyebabkan robeknya kulit.
• Permukaan kulit masih utuh di atas lokasi
cedera.
➢Fraktur terbuka merupakan fraktur
dengan luka pada kulit atau membrane
mukosa sampai ke patahan tulang.
➢Pada fraktur terbuka tulang akan
menonjol dan rentan untuk terjadinya
infeksi
➢Fraktur terbuka terbagi atas tiga grade:
❖ Grade I, luka bersih dengan panjang
luka kurang dari 1 cm.
❖ Grade II, luka lebih luas tanpa adanya
kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
❖ Grade III, merupakan yang paling berat
dengan luka yang sangat
terkontaminasi dan mengalami
kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
Fraktur Berdasarkan
Kekuatan Memutar
• Greenstick, fraktur yang terjadi dimana
salah satu sisi tulang patah sedangkan
pada sisi lainnya membengkok.
• Transversal, fraktur yang terjadi pada
sepanjang garis tengah tulang.
• Oblig, fraktur yang membentuk sudut
dengan garis tengah tulang
• Spiral, fraktur yang memuntir di
seputar batang tulang.
• Kominutif, fraktur dengan tulang yang
pecah menjadi beberapa fragmen.
• Kompresi, terjadi ketika tulang
mengalamai kompresi, biasanya terjadi
pada tulang belakang, misalnya pada
orang yang kelebihan berat badan, tulang
belakang yang melemah akibat
osteoporosis.
• Patologik, fraktur yang terjadi karena
suatu proses penyakit pada tulang seperti
kista tulang, penyakit paget, metastasis
tulang akibat tumor.
• Avulsi, tertariknya fragmen tulang
oleh ligament atau tendon pada
perlekatannya.
• Impaksi, fraktur yang terjadi karena
fragmen tulang terdorong ke fragmen
tulang lainnya
Jenis-jenis fraktur
Fraktur avulsi
Fraktur kominutif
Patofisiologi
• Tekanan mengenai tulang dan kekuatan
tersebut tidak dapat diabsorbsi oleh
tulang, tendon, otot maka terjadi fraktur
• Pada saat tulang fraktur perlosteum dan
pembuluh darah di kortex, sumsum tulan
dan jaringan lunak sekitar menjadi rusak
• Perdarahan terjadi dari ujung tulang yang
rusak dan otot
• Hematoma terbentuk dari dalam medullary
canal antara ujung tulang fraktur dan
dibawah perlosteum
• Jaringan tulang segera mendekatkan pada
daerah tulang yg mati
• Jaringan nekrotik menstimulasi respon
inflamasi ditandai dengan vasodilatasi,
lekositosis, infiltrat dari sel darah putih
Manifestasi Klinis
• Ketika tulang fraktur, struktur yang
berdekatan juga terpengaruh sehingga
menyebabkan edema pada jaringan lunak,
perdarahan pada otot dan sendi, dislokasi
sendi, tendon pecah, saraf terputus dan
rusaknya pembuluh darah.
• Nyeri
➢Nyeri terjadi secara terus menerus dan
bertambah berat sampai fragmen tulang
yang fraktur diimobilisasi.
➢Nyeri dapat berkurang dengan adanya
spasme otot yang merupakan bidai
alamiah untuk meminimalkan gerakan
antar fragmen tulang.
• Hilangnya fungsi
➢Setelah terjadinya fraktur, bagian-bagian
tulang tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak
normal.
➢Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang
tempat melekatnya otot.
• Deformitas
➢ Terjadi pergeseran fragmen tulang,
biasanya fraktur pada lengan dan
tungkai.
➢ Spasme otot dapat menyebabkan
pemendekan tungkai, deformitas
rotasional atau angulasi.
• Pemendekan tulang
➢Terjadi pada fraktur tulang panjang
akbat kontraksi otot yang melekat di
atas dan di bawah tempat fraktur.
➢Biasanya terjadi 2,5 cm - 5 cm.
• Krepitus
➢Teraba adanya derik tulang akibat
gerakan antara fragmen tulang yang
satu dengan yang lainnya.
➢Uji krepitus dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan lunak yang lebih
berat.
• Pembengkakan
➢Terjadi secara lokal pada tempat atau
kulit yang mengalami fraktur.
➢Terjadi akibat trauma dan perdarahan,
biasanya baru muncul setelah beberapa
jam atau beberapa hari setelah cedera.
• Ekimosis
➢ Terjadi akibat perdarahan subkutan
pada lokasi fraktur

• Manifestasi klinis lainnya:


➢ Spasme otot
➢ Ketegangan
➢ Perubahan neurovaskular
➢ Syok
Fase Penyembuhan Tulang
• Tahapan dalam penyembuhan tulang
❖ Inflamasi atau hematoma
❖ Proliferasi sel
❖ Pembentukan kalus
❖ Penulangan kalus (Osifikasi)
❖ Remodeling
Inflamasi atau Hematoma
• Adanya fraktur, tubuh akan berespon yg
sama dengan bila adanya cedera dalam
tubuh
• Terjadi perdarahan dalam jaringan yg
cedera dan pembentukan hematoma pada
tempat fraktur
Next…

• Ujung fragmen tulang mengalami


devitalisasi karena terputusnya pasokan
darah
• Daerah yg cedera akan diinvasi oleh
makrofag yg akan membersihkan daerah
tsb
• Terjadi inflamasi, pembengkakan dan
nyeri
• Inflamasi terjadi beberapa hari dan hilang
dengan berkurangnya pembengkakan dan
nyeri.
• Dapat berlangsung sekitar 1-3 hari
Proliferasi Sel
• Terbentuk benang-benang fibrin,
membentuk jaringan untuk revaskularisasi
dan invasi fibroblast dan osteoblast
• Fibroblast, osteoblast dan kondroblas
akan menghasilkan kolagen dan
protoeglikan sbg matriks kolagen pada
tulang yg fraktur.
• Pada fase ini akan terbentuk
fibrokartilago dan tulang rawan
(osteoid).
• Kondroblas akan mensekresi fosfat yang
merangsang deposisi kalsium sehingga
akan terbentuk lapisan tebal (kalus
primer) di sekitar fraktur.
• Kalus tulang rawan dirangsang oleh gerakan
mikro minimal pada tempat fraktur
• Gerakan yg berlebihan akan merusak
struktur kalus
• Tulang yg sedang aktif tumbuh akan
menunjukkan potensial elektronegatif
• Dapat berlangsung sekitar 3 hari – 2 minggu
Pembentukan Kalus
• Lapisan kalus akan terus menebal dan
meluas sehingga dapat bertemu dengan
lapisan kalus dari fragmen tulang yang lain
dan menyatu.
• Pertumbuhan jaringan berlanjut dan
lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai
sisi lain sampai celah tempat fraktur sudah
terhubungkan
• Fragmen tulang yg fraktur
digabungkan dgn jaringan fibrus,
tulang rawan dan tulang serat imatur
• Tergantung pada jumlah kerusakan
dan pergeseran tulang
• Memerlukan waktu 3-4 minggu
Penulangan Kalus (Osifikasi)
• Pembentukan kalus mulai mengalami
penulangan
• Penyatuan antar fragmen akan terus
berlanjut dengan terbentuknya trabekula
oleh osteoblas.
• Penyatuan tulang ini akan menjalani
transformasi metaplastik untuk menjadi
lebih kuat dan lebih terorganisir
• Dibutuhkan kalsium dan mineral terus
menerus yang ditimbun sampai tulang
benar-benar tlh bersatu dengan keras
• Dapat berlangsung sekitar 3 minggu -6
bulan
• Pada fraktur tulang panjang pada
orang dewasa memerlukan waktu 3-4
bulan
Remodeling
• Merupakan tahap akhir perbaikan pada
fraktur
• Kalus tulang akan mengalami remodeling
untuk membentuk tulang yang utuh seperti
osteoblas tulang yang baru dan osteoklas
akan menyingkirkan bagian yang rusak dan
tulang sementara
• Terjadi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan
struktural sebelumnya
• Memerlukan waktu berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun
• Rata-rata terjadi sekitar 6 minggu – 1 tahun
• Tergantung pada modifikasi tulang yg
dibutuhkan, fungsi tulang, stres fungsional
pada tulang
Faktor-faktor yang mepengaruhi
penyembuhan tulang
• Umur penderita
• Lokalisasi dan konfigurasi tulang
• Pergeseran awal fraktur
• Vaskularisasi pada kedua daerah fragmen
• Reduksi serta imobilisasi
• Waktu imobilisasi
• Faktor adanya infeksi
• Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak
Komplikasi fraktur
• Komplikasi segera
▪ Kerusakan arteri
▪ Sindrom kompartemen
▪ Emboli lemak
▪ Infeksi
▪ Syok
• Komplikasi lanjut
▪ Mal union: penyatuan tulang tidak terjadi
pada waktunya fraktur menyatu dalam
posisi yang abnormal yang menunjukan
adanya deformitas
▪ Delay union: proses penyembuhan tulang
tidak sesuai waktu penyembuhan
• Non union: proses penyambungan
tulang tidak terjadi.
• Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti:
umur, pergerakan/imobilisasi,
pertolongan pertama, makanan/nutrisi,
perawatannya serta hilangnya suplai
darah pada suatu fragmen tulang
Evaluasi Diagnostik
• Metode umum yang digunakan untuk
mengkaji fraktur adalah dengan radiografi
(Rontgen)
• Pengambilan dilakukan pada dua posisi
yaitu anteroposterior dan lateral
• Temuan berupa: radiolusens (garis fraktur)
• Pemeriksaan diagnostika lainnya dapat
dilakukan dengan CT (Computed
Tomography)
• CT dapat digunakan untuk melihat adanya
hematoma pada struktus lain disekitar
fraktur
Penatalaksanaan Fraktur
• Penatalaksanaan pada fraktur
membutuhkan perhatian dengan tujuan
adalah:
➢ Meluruskan tulang yang fraktur
➢ Menjaga keselarasan tulang
➢ Mengembalikan fungsi bagian yang
cedera
➢ Mencegah komplikasi
Penatalaksanaan Fraktur
• Rekognisi
➢ Tahap pengkajian: riwayat pasien,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik dan psikososial untuk
penegakkan diagnosa
• Reduksi/ reposisi
➢Memperbaiki kesegarisan tulang
➢Reduksi tertutup: reposisi tulang tanpa
tndakan bedah
➢Reduksi terbuka: tindakan reposisi
tulang dengan tindakan bedah
• Retensi/ fiksasi
➢Fiksasi internal : plate screw, prosthesis
➢Fiksasi eksternal: gips, eksternal fixator
Prosthesis
Pemasangan Gips
Pemasangan traksi ekstensi Buck
Traksi suspense seimbang menggunakan
sling. Traksi skeletal dipasang pada tungkai
pasien yang cedera, yang disangga dalam
sling
TRAKSI

SKIN TRACTION
1/7 x BB
1/5 x BB
• Rehabilitasi
➢Mengembalikan pada fungsi tulang ke
semula dengan cara:
▪ ROM pasif/ aktif
▪ Penguatan otot
▪ Proses penyembuhan fraktur
Proses Keperawatan
• Data Subjektif
➢Klien dengan fraktur dapat
mengungkapkan adanya gangguan
fungsi neurovaskular setelah patah
tulang sangat penting dan berfokus
pada nyeri terutama bila ada gerakan,
kejang otot, kelumpuhan, parestesia,
pucat, dan pulselessness
• Data Objektif
➢ Kaji adanya edema, pemendekan tulang dan
deformitas pada tungkai yang terkena,
adanya hematoma dan pucat.
➢ Periksa nadi pada ekstremitas yang terkena
dan bandingkan dengan yang lainnya.
➢ Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
pasien dan keadaan umum pasien seperti
kondisi fisik dan mental pasien.
➢ Periksa kulit untuk melihat ada tidaknya
penonjolan tulang, warna dan suhu kulit.
➢ Periksa luka, warna dan jumlah drainase. Tandai ukuran
luka, dan drainasi catat tanggal dan waktu, peningkatan
ukuran drainase.
➢ Lakukan penilaian ekstremitas termasuk jari kaki, tangan
terhadap perubahan warna kulit, denyut nadi dan suhu.
➢ Defisit sensorik termasuk rasa sakit yang meningkat
dengan
peregangan pasif, dalam dan berdenyut.
➢ Paresthesia (terbakar atau kesemutan) dan mati rasa
merupakan tanda-tanda awal keterlibatan saraf.
➢ Gerakan dievaluasi dengan meminta pasien untuk
melenturkan dan meregangkan pergelangan
tangan atau plantar flexi dan dorso flexi kaki.
➢ Adanya iskemia pada saraf dan edema, pasien
mengalami sensasi hypoesthesia (sensasi berkurang
diikuti oleh mati rasa lengkap).
➢ Kelemahan motorik dapat terjadi sebagai tanda
akhir dari saraf yang iskemia.
➢ Tidak ada gerakan (kelumpuhan) menunjukkan
kerusakan saraf.
➢ Sirkulasi perifer dievaluasi dengan menilai warna,
temperatur, waktu pengisian ulang kapiler (CRT),
edema, sianosis menunjukkan kongesti vena.
➢ Muka pucat atau jari kehitaman dan dingin
menunjukkan waktu pengisisan ulang kapiler
berkurang perfusi arteri berkepanjangan.
➢ Edema dapat menggambarkan fungsi denyut
arteri, dan Doppler ultrasonografi dapat digunakan
untuk memverifikasi pulsus.
➢ Pulselessness adalah tanda yang mungkin menunjukkan
kurangnya perfusi jaringan distal, namun ada
kemungkinan untuk terjadinya sindrom kompartemen
dengan pulsus lemah ke ekstremitas
➢ Palpasi otot, jika mungkin, mengungkapkan terjadi
edema. Ahli bedah ortopedi dapat mengukur jaringan
tekanan dengan memasukkan perangkat jaringan
tekanan-monitoring, seperti kateter Wick, ke dalam
kompartemen otot. Tekanan normal adalah 8 mm Hg
atau kurang. Saraf dan otot jaringan memburuk sebagai
tekanan kompartemen meningkat. Tekanan
berkepanjangan lebih dari 30 mm Hg dapat
mengakibatkan mikrosirkulasi
Masalah keperawatan
• Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik)
• Gangguan mobilitas fisik b/d , kerusakan
kontinuitas jaringan tulang, kerusakan
neuromuskuler
• Resiko cidera fisik berhubungan dengan perubahan
mobilitas
• Penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan
penurunan sirkulasi darah
• Defisit perawatan diri (mandi, makan, dan
toileting) berhubungan dengan gangguan
motorik dan sensori
• Kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan laserasi dan abrasi, faktor mekanik,
kelembaban, tekanan pengekangan,
imobilisasi fisik
• Resiko Infeksi behubungan dengan
kerusakan jaringan, kulit dan trauma
jaringan

Anda mungkin juga menyukai