Anda di halaman 1dari 4

Health belief model ini sering digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga

respon perilaku untuk pengobatan pasien dengan penyakit akut dan kronis.Namun akhir-akhir ini teori
Health belief model digunakan sebagai prediksi berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat ditentukan oleh kepercaaan individu atau
presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia untuk menghindari terjadinya suatu penyakit

Sejarah:

awalnya dikembangkan pada tahun 1950an Oleh sekelompok psikolog sosial di Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Amerika Serikat, dalam usaha untuk menjelaskan kegagalan secara luas partisipasi
masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit.

Kemudian, model diperluas untuk melihat respon masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan
bagaimana perilaku mereka terhadap penyakit yang didiagnosa, terutama berhubungan dengan
pemenuhan penanganan medis.Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade, model ini telah menjadi salah
satu model yang paling berpengaruh dan secara luas menggunakan pendekatan psikososial untuk
menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan.

Rosenstock dan lebih jauh oleh Baker selama 1970-1980an

mengembangkan teori health belief model untuk memprediksi perilaku kesehatan

preventif dan juga respon untuk perawatan pada pasien yang sakit akut dan kronis.

Namun akhir akhir ini teori health belief modeldi kembangkan untuk memprediksi

berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Health belief model

adalah model kognitif yang menjelaskan dan memperediksi perilaku sehat dengan

fokus pada sikap dan perilaku pada individu (Widyautama, 2016).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), munculnya model ini didasarkan

pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan orang

atau masyarakatuntuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit

yang diselenggarakan oleh provider (Ummuzahroh, 2015).


2.3 Komponen Health Belief Model

Health Belief Model memiliki empat konstruksi utama yaitu persepsi

kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang dirasakan

(perceived seriousness), manfaat yang didapatkan (perceived benefits), dan

hambatan yang dihadapi (perceived barriers) (Jones & Bartlett, 2010 as cited in

Ummuzahroh, 2015).

Dalam perkembangannya, perilaku/tindakan seseorang untuk mencegah atau

mengobati penyakit juga dipengaruhi oleh self-efficacy dan petunjuk/pendorong

untu bertindak (cues to action) (Jones & Bartlett, 2010 as cited in Ummuzahroh,

2015).

Sementara itu perubahan perilaku yang lakukan oleh dividu dipengaruhi

oleh modifying factors antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, motivasi,

kepribadian, sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan (Jones & Bartlett, 2010 as

cited in Ummuzahroh, 2015).

1. Persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility)

Perceived Susceptibility adalah kepercayaan seseorang dengan

menganggap menderita penyakit adalah hasil melakukan perilaku terentu. Hal

ini mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko yang

timbul dari kondisi kesehatannya. Perceived susceptibility juga diartikan

miliki hubungan positif dengan perilaku sehat. Jika persepsi kerentanan

terhadap penyakit tinggi maka perilaku sehat yang dilakukan seseorang juga

tinggi. Ketika seseorang peracya bahwa mereka beresiko terhadap sebuah

penyakit, mereka akan lebih sering melakukan sesuatu untuk mencegah


Contoh penelitian

AMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MEROKOK PADA

PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SIDOKARTO KECAMATAN

GODEAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

Septian Emma Dwi Jatmika, Muchsin Maulana

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Email: iandjee@rocketmail.com

Abstract

Background: Smoking is a risk factor for hypertension. Prevention can be done by

controlling these risk factors to reduce the risk of further complications in

patients. Methods: The study was descriptive observational. Inclusion criteria

respondent are 30 samples. Research Instrument using questionnaires which

measured knowledge, attitudes, and behaviors of smoking variable with

hypertension. Results: The results showed 66.67% of respondents behaved poorly

in smoking and 10% of respondents had less knowledge. While 63.3% of

respondents had a negative attitude. Conclusion: The study overview of

knowledge can be categorized quite good. However, the smoking behavior of

respondents categorized as less, supported by the negative attitude of the

respondent... Keywords: knowledge, attitudes, smoking, hypertension Abstrak

Latar Belakang: Merokok adalah salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi.

Pencegahan dapat dilakukan dengan mengendalikan faktor risiko tersebut untuk

mengurangi risiko komplikasi lebih lanjut pada penderita. Metode: Jenis

penelitian adalah observasional deskriptif. Jumlah responden yang memenuhi


kriteria inklusi sebesar 30 sampel. Instrument penelitian menggunakan kuesioner

yang mengukur tentang variabel pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok

dengan kejadian hipertensi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebesar 66,67%

responden berperilaku kurang baik dalam merokok dan 10% responden memiliki

pengetahuan kurang baik. Sedangkan sebesar 63,3% responden memiliki sikap

negatif. Kesimpulan: Gambaran pengetahuan responden penelitian dapat

dikategorikan cukup baik. Namun perilaku merokok responden tergolong kurang

baik, didukung dengan sikap responden yang negatif. Kata kunci: pengetahuan,

sikap, perilaku merokok, hipertensi

Anda mungkin juga menyukai