Dalam Naskah Babad Sira Arya Kuthawaringin yang telah disajikan pada postingan yang lalu dapat
disimak peristiwa-peristiwa sejarah beserta pelaku-pelakunya. Sedangkan Bagan Silsilah (Palelintih)
yang merupakan lampiran dari Naskah Babad termaksud yaitu Palelintih Sira Arya Kuthawaringin,
Palelintih Dinasti Kresna Kepakisan dan Palelintih Dinasti Warmadewa di Bali yang telah berturut-
turut disajikan pula pada postingan-postingan yang lalu diharapkan dapat memperjelas
kaitan/hubungan keturunan dari silsilah para pelaku sejarah termaksud.
Supaya Pratisentana Sira Arya Kuthawaringin pada khususnya dan para peminat sejarah/babad pada
umumnya, lebih mudah dapat menyimpulkan kronologi dari peristiwa-peristiwa sejarah termaksud dan
peranserta Sira Arya Kuthawaringin beserta keturunannya dari generasi ke generasi, dibawah ini
disajikan tabel yang terdiri dari 2 kolom. Dalam kolom pertama disajikan “Periode Pemerintahan/Yang
Memerintah”. Sedangkan dalam kolom yang kedua disajikan “Peristiwa-Peristiwa Penting dan
Peranserta Sira Arya Kuthawaringin Beserta Keturunannya.” Uraian kronologis peristiwa-peristiwa
termaksud diawali dari peristiwa sejarah yang dikenal dengan nama : ekspedisi Gajah Mada ke Bali.
Kemudian dilanjutkan ke zaman kerajaan Samprangan sampai dengan zaman kerajaan Gelgel,
seperti tersurat dan tersirat dalam Babad Sira Arya Kuthawaringin dan dokumen-dokumen lainnya
yang terkait. Oleh karena itu apa yang disajikan dalam tabel dibawah ini pada hakekatnya merupakan
ringkasan dan cuplikan dari dokumen-dokumen seperti dimaksud diatas.
Sri Astasura Ratna Bhumi Banten = Sri Tahun 1343 : Ekspedisi Gajah Mada bersama 7 Arya
Tapaulung = Gajah Waktera di Bedahulu, ke Bali dengan mengendarai perahu.
dengan Patih Ki Pasung Gerigis.
Gajah Mada mendarat di Toyanyar (Tianyar).
Arya Kenceng, Arya Belog, Arya Pengalasan, dan
Arya Kanuruhan mendarat di Kutha.
Arya Kuthawaringin bersama Arya Damar dan Arya
Sentong, mendarat di Ularan, dan Arya Kuthawaringin
menaklukkan (membunuh) Ki Buah di Batur.
Bali takluk di bawah Kerajaan Majapahit.
1343 - 1352 :
Bali dibagi atas 15 wilayah, masing- Setelah Bali ditaklukkan, Maha Patih Gajah Mada
masing dibawah pengawasan seorang sebelum pulang kembali ke Majapahit, mengatur
Arya atas nama Kerajaan Majapahit. penugasan 15 Arya sebagai penguasa wilayah di Bali
atas nama Kerajaan Majapahit. Penugasan tersebut
. adalah sbb :
Dalem Ketut Kresna Kepakisan di Pemerintahan Dalem Ketut Kresna Kepakisan dibantu
Samprangan oleh :
· Arya Kepakisan sebagai Patih Agung.
· Arya Kanuruhan sebagai Penyarikan (Sekretaris).
· Arya Kuthawaringin disamping sebagai Amanca
Agung di Gelgel juga merangkap sebagai Adhi Patih,
Menteri/Pejabat Tinggi Pembantu Terdepan Dalem dan
berkedudukan pula sebagai Tumenggung.
1380-1383 : merangkap sebagai Adhi Patih, Menteri/Pejabat Tinggi
Pembantu Terdepan Dalem dan berkedudukan pula
Dalem Samprangan (Dalem Ile) di sebagai Tumenggung.
Samprangan.
Arya Kuthawaringin menurunkan 4 orang putera, yaitu
Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel, Kyayi Gusti
Parembu, Kyayi Gusti Candi dan I Gusti Ayu Waringin
(diperistri oleh Dalem Ketut Kresna Kepakisan,
melahirkan anak laki tunggal : Ida I Dewa
Tegalbesung).
Dalem Ketut Ngulesir Ida I Dewa Ketut Ngulesir dinobatkan pada tahun
(Dalem Ketut Semara Saka 1305 (1383 M.) dengan gelar Dalem Ketut Smara
Kepakisan) di Gelgel. Kepakisan, berkedudukan di Gelgel yang kemudian
bernama Swechalinggarsapura.
Dalem Pemayun Bekung, di Gelgel. Kyayi Lurah Kubon Tubuh menjadi Patih Utama
menggantikan ayahandanya yang sudah lanjut usia.
1580 - 1665 :
Dalem Anom Dimade Sagening, di Gelgel Putra Kriyan Nginte yang bernama Kriyan Agung
Widya menggantikan kedudukan ayahnya sebagai
Pemuka Tanda Manteri, sedangkan adiknya Kriyan
Kaler Pranawa menjabat sebagai Demung.
a. Dalem Anom Pemayun, di Gelgel. Kyayi Lurah Madya Karang diangkat menjadi Maha
Patih dan Kyayi Lurah Abiyan Tubuh diangkat sebagai
Patih Utama.
a. Dalem Dimade di Gelgel. Setelah Dalem Anom Pemayun pindah ke Purasi, Sri
Agung Dimade (Ida I Dewa Dimade) bertahta dengan
gelar Dalem Dimade. Kriyan Agung Maruti diangkat
sebagai Patih.
Sri Agung Gede Jambe, di Semarajaya. Sri Agung Gede Jambe menjadi Raja abhiseka Ida
Idewa Agung Jambe pada tahun 1710 dengan
berkedudukan di Semarajaya, Klungkung.