Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 bahwa
dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari praktik korupsi, serta
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah. Sebagai
pegawai ASN, PNS mempunyai fungsi dan tugasnya yakni terkait fungsinya
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik berintegritas, dan pemersatu
bangsa dan negara. Pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan,
berorientasi pada kepentingan publik dan senantiasa menempatkan kepentingan
publik, bangsa dan negara diatas kepentingan lainnya, mengedepankan
kepentingan nasional dibandingkan kepentingan sektoral dan golongan. Untuk itu
pegawai ASN harus memiliki karakter kepublikan yang kuat dan
mengaktualisasikannya dalam setiap langkah pelaksanaan kebijakan publik.
Tujuan nasional seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Tujuan ini dapat terwujud dengan terbentuknya ASN yang
unggul dan selaras dengan dinamika yang berkembang sesuai dengan tuntutan
masyarakat akan kinerja pemerintah. Pemerintah sebagai pelayan masyarakat

1
dituntut menjalankan tugasnya dengan transparan dan akuntabel dalam bingkai
reformasi kinerja.
ASN perlu dikelola dan dikembangkan secara strategis dalam manajemen
pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu untuk memperbaiki kinerja
pemerintahan khususnya ASN dengan melakukan reformasi terhadap pendidikan
dan pelatihan dasar bagi calon ASN. Diklatsar pola baru sekarang ini telah
memadukan antara tahap internalisasi, aktualisasi dan habituasi.
Tahap internalisasi merupakan tahap penanaman nilai-nilai dasar ASN yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi
(ANEKA) serta Whole of Government, manajemen ASN dan pelayanan publik.
Sedangkan tahap aktualisasi dan habituasi merupakan tahap perwujudan dari nilai-
nilai dasar tersebut di tempat tugas. Sebelum tahap aktualisasi, peserta ditugaskan
untuk merancang aktualisasi yang akan dilaksanakan di tempat kerja yang dalam
hal ini penyusun akan melaksanakannya di UPTD Puskesmas Cabangbungin
sebagai bentuk penerapan nilai-nilai dasar ASN.

1.2.Rumusan Masalah
Terdapat permasalahan yang ditemukan di UPTD Puskesmas Cabangbungin
yaitu terdapat adanya keterlambatan pelaporan keuangan puskesmas
cabangbungin ke SKPD. Sehingga isu yang diangkat yaitu Kurang optimalnya
alur penyusunan laporan keuangan di Puskesmas Cabangbungin. Dengan
demikian, fokus proposal rancangan aktualisasi ini meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam melakukan penyusunan laporan keuangan dengan cara
melakukan konsolidasi dari bukti transaksi dan pencatatan disertai dengan
pengoptimalan penggunaan aplikasi SIMDA keuangan. Pelaksanaan kegiatan ini
akan berdasarkan dengan mengintegrasikan nilai-nilai dasar ANEKA sebagai
bentuk aktualisasi program Pelatihan Dasar CPNS dan untuk tercapainya tujuan
khusu dari penyusunan proposal ini yang berkenan dengan fokus aktualisasi.

2
1.3.Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan
Adapun tujuan Rancangan Aktualisasi dan Habituasi yang akan dilaksanakan
oleh CPNS sebagai peserta latsar mampu menerapkan nilai-nilai dasar ASN di
UPTD Puskesmas Cabangbungin sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari rancangan aktualisasi ini adalah untuk
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan penyusunan laporan
keuangan di UPTD Puskesmas Cabangbungin.
2. Tujuan Khusus
a. CPNS mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN (nilai-nilai
ANEKA) di tempat kerja sehingga dapat terlaksananya fungsi ASN sebagai
pelayanan publik yang profesional.
b. CPNS mampu mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
meliputi (Manajemen ASN, Whole Of Goverment dan Pelayanan Publik) di
UPTD Puskesmas Cabangbungin.
c. CPNS mampu menerapkan sikap perilaku Bela Negara dan
mengaktualisasikannya di lingkungan kerja

1.3.2. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari rancangan aktualisasi ini yaitu :
1. Bagi Diri Sendiri
Menginternalisasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar sebagai ASN
dalam melaksanakan tugas dan fungsi ASN dengan mengedepankan nilai-
nilai dasar ASN sehingga tercipta efektivitas pelayanan publik
2. Bagi Unit Kerja
a. Mendapatkan kontribusi dari peserta latsar untuk mencapai visi, misi, dan
tujuan Puskesmas.
b. Meningkatkan mutu pelayanan masyarakat pada unit kerja

3
1.4.Ruang Lingkup Kegiatan
Rancangan kegiatan aktualisasi ini dilakukan di UPTD Puskesmas
Cabangbungin yang menerapkan nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu, dan anti korupsi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

4
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI

2.1.Profil Organisasi
2.1.1. Gambaran Umum Organisasi
Puskesmas Cabangbungin berdiri Tahun 1980 berdomisili di Desa
Lenggahjaya Kecamatan Cabangbungin Kabupaten Bekasi, berada di bawah
lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Kecamatan Cabangbungin Terdiri
dari 8 Desa Yaitu Lenggahjaya, Setiajaya, Setialaksana, Jayalaksana, Sindangsari,
Sindangjaya, Sindangsari, Jayabhakti dan Lenggahsari, Wilayah Kecamatan
Cabangbungin Terdapat 1 Puskesmas Induk Yaitu Puskesmas Cabangbungin dan
Dua Puskesmas Pembantu terdomisili di Desa Desa Jayabakti dan di desa
Jayalaksana.
Luas wilayah Kecamatan Cabangbungin 4.779,00Km2, terdiri dari 8
(delapan) desa, yaitu Desa Jayabakti, Desa Jayalaksana, Desa Lenggahjaya, Desa
Lenggahsari, Desa Setiajaya, Desa Setialaksana, Desa Sindangjaya dan Desa
Sindangsari dengan batas wilayah kerja sebagai berikut :
• Utara : Wilayah Batujaya Kab. Karawang
• Selatan : Kecamatan Sukawangi
• Timur : Wilayah Kerja Kecamatan Pebayuran
• Barat : Wilayah kerja Kecamatan Muara Gembong

Gambar 1 Peta Wilayah Puskesmas Cabang Bungin

5
Berdasarkan data BPS Kabupaten Bekasi, jumlah penduduk di Kecamatan
Cabangbungin berjumlah 51.912 jiwa, dan berdasarkan topografinya termasuk
dalam zona Bekasi Utara yang merupakan daerah dataran, yang merupakan daerah
pertanian.

2.1.2. Visi dan Misi Organisasi


A. Visi UPTD Puskesmas Cabangbungin
“Menjadi Puskesmas profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan
menuju masyarakat sehat yang mandiri.
B. Misi UPTD Puskesmas Cabangbungin
Misi UPTD Puskesmas Cabangbungin:
1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional.
2. Meningkatkan upaya pencegahan, penanggulangan penyakit dan
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Cabangbungin.
3. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan
terjangkau.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam berprilaku hidup bersih
dan sehat.

2.1.3. Nilai-nilai Organisasi


Tata Nilai Puskesmas Cabangbungin yaitu:
S : Senyum, salam,sapa, santun dalam layanan
U : Universal dalam layanan
P : Pelayanan Prima
E : Energi perubahan
R : Responsif terhadap keluhan pasien
dengan motto ”Melayani dengan ikhlas dan tulus membantu masyarakat
sehingga dapat memberikan kepuasan hati bagi petugas dan juga
kebahagian pasien dan masyarakat serta dapat memenuhi kebutuhan terkait
kesehatan pasien dan masyarakat”.

6
2.1.4. Struktur Organisasi

7
2.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Tugas pokok dan fungsi UPTD Puskesmas Cabangbungin adalah :
1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat
pertama di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cabang Bungin. Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cabang Bungin. Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.

2.2.Materi Pelatihan dalam Aktualisasi


2.2.1. Agenda Sikap dan Perilaku Bela Negara
1. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh
jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional
(national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman,
adil, makmur, dan sejahtera.
4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara:
1. Pancasila
2. Undang-udang Dasar 1945
3. Bhineka Tunggal Ika
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia

8
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia
merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang
menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana
diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia merupakan manifestasi kebudayaanyang berakar pada sejarah
perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan
dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

2. Analisis Isu Kontemporer


Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian
dari perjalanan peradaban manusia. Perubahan yang diharapkan terjadi
bukannya sesuatu yang “berbeda” saja, namun lebih dari pada itu,
perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan kearah yang lebih
baik untuk memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi
umat manusia).
perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua
bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan
tersebut akan menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau
berubah. Perubahan global ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu
bangsa, dengan membangun pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan
oleh batas Negara.
Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan masuknya kepentingan
global (negara-negara lain) ke dalam negeri dalam aspek hukum, politik,
ekonomi, pembangunan, dan lain sebagainya. Perubahan cara pandang
individu tentang tatanan berbangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan),
telah mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan secara
turun temurun.

9
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal
yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara
(pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) sebagai
konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-fenomena tersebut
menjadikan pentingnya setiap PNS
mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan isu-isu kritikal yang
terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut diantaranya;
bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber crime,
money laundry, korupsi, proxy war.
Salah satu contoh yang dapat kita ambil adalah kasus korupsi. Kamus
Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan
sebagai: “perbuatan yang buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia “korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau
penyalahgunaan uang Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau
orang lain.
Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara
lain:
1. Faktor Individu, antara lain sifat tamak, moral yang lemah
menghadapi godaan, gaya hidup konsumtif.
2. Faktor lingkungan, antara lain aspek sikap masyarakat terhadap
korupsi, aspek ekonomi, aspek organisasi, aspek Politis, instabilitas
politik, kepentingan politis.
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan
bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang
sosial budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat.
Dengan memahami penjelasan di atas, maka yang perlu menjadi fokus
perhatian adalah mulai membenahi diri dengan segala kemampuan,
kemudian mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan
memperhatikan modal insani (manusia). Konsep ini pada intinya

10
menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal yang
tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas,
keterampilan, dan produktivitas kerja. Modal manusia adalah komponen
yang sangat penting di dalam organisasi.
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), antara lain:
1. Modal intelektual
2. Modal emosional
3. Modal sosial
4. Modal ketabahan (adversity)
5. Modal etika/moral
6. Modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani
Hal tersebut di atas menyadarkan kita bahwa akan Sosok PNS yang
bertanggung jawab dan berorientasi pada kualitas yang merupakan
gambaran implementasi sikap mental positif PNS yang kompeten dengan
kuat memegang teguh kode etik dalam menjalankan tugas jabatannya
berdasarkan tuntutan unit kerja/organisasinya merupakan wujud nyata
PNS menunjukan sikap perilaku bela Negara. Untuk mendapatkan sosok
PNS ideal seperti itu dapat diwujudkan dengan memahami posisi dan
perannya serta kesiapannya memberikan hasil yang terbaik mamanfaatkan
segala potensi yang dimiliki untuk bersama-sama melakukan perubahan
yang memberikan manfaat secara luas dalam melaksanakan tugas-tugas
pembangunan dan pemerintahan.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata
kesiapsiagaan yang berasal dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga
atau makna lainnya adalah siap siaga dalam segala kondisi. Dari makna ini
dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan sama dengan
makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta
yang artinya siap siaga. Kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap
siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial
dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Sedangkan menurut kamus

11
besar bahasa Indonesia konsep bela negara berasal dari kata bela yang
artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat, menolong serta
melepaskan dari bahaya.
Kesimpulan bahwa bela negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad
dan perilaku warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai
kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Dari uraian diatas dapat ditarik keseimpulan bahwa Kesiapsiagaan
Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja
yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad
secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang
dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga,
merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
1. Cinta Tanah Air
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. Memiliki kemampuan awal bela Negara
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan
makmur.

2.2.2. Agenda Nilai-nilai Dasar PNS


1. Pengertian dan Nilai Dasar Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Dalam
pengertian sempit, akuntabilitas dapat dipahami sebagai bentuk

12
pertanggungjawaban yang mengacu pada kepada siapa organisasi (atau
pekerja individu) bertanggung jawab. Dalam arti luas, akuntabilitas dapat
dipahami sebagai kewajiban pemegang amanah untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada
pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut. Nilai dasar akuntabilitas meliputi:
a. Kepemimpinan, Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi, Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas, Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung jawab, Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan, Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan, Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan, Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan, Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan
hasil yang diharapkan.
i. Konsistensi, Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

13
Jenis-jenis Akuntabilitas:
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas yang
lebih tinggi.
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.
Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :
a. Akuntabilitas Personal,
b. Akuntabilitas Individu,
c. Akuntabilitas Kelompok,
d. Akuntabilitas Organisasi,
e. Akuntabilitas Stakeholder

2. Pengertian dan Nilai Dasar Nasionalisme


Nasionalisme adalah pondasi bagi ASN untuk mengaktualisasikan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya dengan orientasi mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai dasar nasionalisme
meliputi :
a. Implementasi nilai-nilai Pancasila
b. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik
1) Berintegritas tinggi;
2) Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,
transparan, akuntabel, dan memuaskan publik;
3) Mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas;
4) Mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan
publik.
c. ASN sebagai pelayan publik
1) Profesional
2) Yang melayani publik

14
3) Berdasarkan SPP
4) Memenuhi hak-hak pelanggan (Pasal 18 UU No. 25 Tahun 2009)
5) Berintegritas tinggi
d. ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa
1) Pemersatu bangsa (dilandasi nilai-nilai semangat Sumpah Pemuda
dan Bhinneka Tunggal Ika);
2) Menjaga kondisi damai.
3. Pengertian dan Nilai Dasar Etika Publik
merupakan refleksi atas standar atau norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah tindakan keputusan, perilaku untuk mengarahkan kebijakan
publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik meliputi:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
7) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
10) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
11) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
13) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan;
15) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karier.

15
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik

4. Pengertian dan Nilai Dasar Komitmen Mutu


merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan berorientasi pada
kualitas dari hasil pelayanan. Adapun nilai-nilai komitmen mutu
diantaranya mengedepankan komitmen terhadap kepuasan klien dan
menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat, tanpa
kesalahan, dan tidak ada pemborosan. Nilai-nilai dasar komitmen mutu
meliputi:
1) Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai
target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi
sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi
diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa

16
banyak bahan baku, uang dan manusia yang dibutuhkan untuk
menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
3) Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam (internal)
untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi
dalam layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mindset baru sebagai aparatur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
4) Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang menjadi
dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu
alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan
menjaga kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen untuk
senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk
kualitas pelayanan sehingga pelanggan menjadi puas dalam
pelayanan

Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi. Pada level puncak
(corporate level) bertanggung jawab atas mutu layanan institusi secara
keseluruhan untuk membangun citra kelembagaan dan keunggulan
bersaing. Pada level strategic business unit level tanggung jawab mutu
berkaitan dengan penetapan diversifikasi mutu pada setiap unit kerja
sesuai dengan target masing-masing. Pada level fungsional bertanggung
jawab atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di unit-unit
pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab mutu
berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang dilaksanakan di masing-
masing unit kerja.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan, yaitu:

17
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang
telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan
sifat dapat dipercaya;
e. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

5. Pengertian dan Nilai Dasar Anti Korupsi


Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema Andrea: 1951)
atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata “corrumpere”, suatu
bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal
istilah “coruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptive/korruptie” (Belanda). Korupsi secara harafiah adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena dampaknya
dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat
berdampak secara jangka panjang. Korupsi menurut UU No. 20 Tahun
2001 didefinisikan sebagai tindakan melawan hukum dengan maksud
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. menurut UU No.

18
31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi
yang terdiri dari:
1) Kerugian keuangan negara,
2) Suap-menyuap,
3) Pemerasan,
4) Perbuatan curang,
5) Penggelapan dalam jabatan,
6) Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
7) Gratifikasi
Nilai-Nilai Anti Korupsi
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
1) Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan
tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting dalam
kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan dipercaya
dalam kehidupan sosialnya.
2) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam
kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
3) Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan
tugas dan tanggung jawabnya
4) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
5) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan yang
salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab
tersebut berupa perwujudan dan kesadaran akan kewajiban menerima
dan menyelesaikan semua masalah yang telah dilakukan.

19
6) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana kemauan
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan,
tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
7) Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup
sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan parameter penting
dalam menjalin hubungan antara sesama karena prinsip ini akan
mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egosi
dan juga menghindari dari keinginan yang berlebihan.
8) Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk
berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain sebagainya.
9) Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.

2.2.3. Agenda Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu
jabatan pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah
untuk jangka waktu tertentu.

20
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari
tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014).

2. Whole of Government (WoG)


Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi
yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu WoG
dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan dengan
melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang
relevan (Suwarno & Sejati, 2016).
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan publik
bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu (Shergold &
lain-lain, 2004).
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil Indonesia
adalah:
a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih baik,
selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika
kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG.
b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan
kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar
sektor dalam pembangunan.

21
c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk
latar belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrtasi
bangsa.

3. Pelayanan Publik
Lembaga Administrasi Negara (1998), mengartikan pelayanan
publik sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan
oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
Peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara Pelayanan Publik.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik:
1) Organisasi penyelenggara pelayanan publik
2) Penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau
organisasi yang berkepentingan
3) Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan)
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa
publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh
sektor swasta karena adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-
excludable, serta cara mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif.
Perkembangan paradigma pelayanan: Old Public Administration (OPA),
New Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public
Service (NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non

22
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel,
dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
1) Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat
konstitusi
2) Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara
3) Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai
hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan datang
4) Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
warga negara tetapi juga untuk proteksi

2.2.4. Role Model


Role Model yaitu orang yang lebih sukses dari kita dan nantinya kita
jadikan sebagai panutan kita. Dengan kata lain, istilah ini merujuk pada
seseorang atau sekelompok orang sebagai teladan hidup, panutan, atau
pemberi informasi bagi mereka. Dalam hal ini penulis memiliki role model
yaitu bapak H. Teguh Iman Santoso, SKM.MM. Beliau adalah Kepala UPTD
Puskesmas Cabangbungin. Beliau merupakan sosok yang memiliki semangat
yang tinggi untuk mendedikasikan diri dalam memajukan dunia kesehatan
terutama dalam memajukan UPTD Puskesmas Cabangbungin. Beliau
merupakan sumber inspirasi dan semangat bagi penulis untuk menjadi sorang
PNS yang professional dan bertanggungjawab.

2.2.5. Tugas, Pokok dan Fungsi Peserta Diklat


1. Tugas Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan UU ASN Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 11, tugas
Aparatur Sipil Negara adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Negara;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

23
Kewajiban ASN adalah sebagai berikut:
a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan
pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggungjawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
2. Tugas Pokok Penata Laporan Keuangan
Tugas pokok Penata Laporan Keuangan yaitu melaksanakan tugas
penyusunan konsep urusan keuangan, dengan uraian tugas sebagai berikut:
1) Mempelajari pedoman serta petunjuk pelaksanaan tugas
2) Menyusun konsep rencana anggaran UPTD
3) Menyusun konsep laporan realisasi anggaran UPTD.
4) Mengumpulkan bahan realisasi anggaran UPTD
5) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya sesuai perintah atasan
6) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.

24
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1. Isu dan Gagasan Pemecah Isu


3.1.1. Penentuan Isu Aktual dan Alasannya dengan Metode Analisis
Selama kurang lebih 3 bulan peserta bergabung dengan UPTD Puskesmas
Cabangbungin terlihat bahwa kegiatan penyusunan laporan keuangan
belum optimal. Faktor yang mempengaruhi salah satunya Adanya pegawai
pengelola laporan keuangan yang berlatar belakang pendidikan yang
bukan dari keuangan/akuntansi. Yang mengakibatkan adanya
keterlambatan pelaporan keuangan Puskesmas Cabangbungin ke SKPD.
Dari permasalahan di atas peserta menemukan isu-isu sebagai berikut:
1) Kurangnya Dokumen-dokumen pembantu dalam penyusunan
laporan keuangan
2) Kurang optimalnya alur dalam kegiatan pelaporan dan administrasi
keuangan
3) Terbatasnya software untuk membantu membuat penyusunan
laporan keuangan secara otomatis.
Identifikasi Isu:

Kondisi yang
No. Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini
Diharapkan
1. Kurangnya Manajemen Penyusunan laporan Diharapkan saat
Dokumen- ASN keuangan di puskesmas akan melakukan
dokumen terkendala dengan penyusunan laporan
pembantu dokumen yang kurang keuangan dokumen
dalam relevan dengan proses dilengkapi dengan
penyusunan penyusunan laporan bukti-bukti transaksi
laporan keuangan. Salahsatunya sebagai acuan untuk
keuangan. tidak adanya jurnal atas memposting ke
transaksi yang terjadi. jurnal.
2. Kurang Manajemen Adanya keterlambatan Dalam penyusunan
optimalnya alur ASN pelaporan keuangan laporan keuangan
dalam kegiatan puskesmas diharapkan lebih
pelaporan dan cabangbungin ke SKPD efektif dan efisien
administrasi dikarenakan kurang melalui
keuangan optimalnya alur implementasi

25
penyusunan laporan aplikasi SIMDA
keuangan. keuangan.
3. Terbatasnya WoG Tidak optimalnya Penggunaan aplikasi
software untuk penggunaan aplikasi SIMDA bisa
membantu SIMDA untuk dipahami dan
membuat penyusunan laporan diaplikasikan
penyusunan keuangan karena kedalam penyusunan
laporan pegawai kurang paham laporan keuangan.
keuangan dalam
secara otomatis. mengaplikasikannya
dan sampai saat ini
belum bisa diakses
karena sedang dalam
proses maintenance.

Berdasarkan identifikasi isu di atas, maka selanjutnya perlu dilakukan


analisis untuk bagaimana memahami isu tersebut secara utuh dan
kemudian dengan menggunakan kemampuan berpikir konseptual dicarikan
alternatif jalan keluar pemecahan isu. Untuk itu di dalam proses penetapan
isu yang berkualitas atau dengan kata lain isu yang bersifat aktual, peserta
menggunakan kemampuan berpikir kiritis yang ditandai dengan
penggunaan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Peserta
menggunakan teknik tapisan dengan alat bantu metode USG.
Cara menentukan isu prioritas
Urgency (U) / Seriousness (S) / Growth (G) /
Mendesak (M) Gawat (G) Perkembangan (P)
Paling Mendesak 5 Fatal 5 Sangat Cepat 5
Sangat Mendesak 4 Sangat Gawat 4 Cepat 4
Mendesak 3 Gawat 3 Agak Cepat 3
Biasa 2 Biasa 2 Biasa 2
Tidak Mendesak 1 Tidak Gawat 1 Lambat/Tetap 1

26
Secara lengkap analisis teknik tapisan dengan metode USG dapat dilihat
pada tabel berikut:

Prinsip Kriteria B
ASN
Identifikasi Isu U S G ∑ Peringkat

Manajemen Kurangnya Dokumen-dokumen 5 5 4 14 II


ASN pembantu dalam penyusunan
laporan keuangan.
Manajeme Kurang optimalnya alur dalam 5 5 5 15 I
n ASN kegiatan pelaporan dan
administrasi keuangan
WoG Terbatasnya software untuk 5 4 3 12 III
membantu membuat penyusunan
laporan keuangan secara otomatis.

Dari hasil tabel di atas maka isu terpilih yaitu Kurang optimalnya alur
dalam kegiatan pelaporan dan administrasi keuangan.
Penyebab dari isu di atas yaitu:
1) Keterbatasan jumlah dan kompetensi pegawai di bidang
administrasi pelaporan keuangan
2) Adanya pegawai pengelola laporan keuangan yang berlatar
belakang pendidikan yang bukan dari keuangan/akuntansi
3) Kurangnnya pemahaman dari pegawai terhadap alur penyusunan
laporan keuangan dan penginputan ke dalam aplikasi Simda
keuangan.
Penilaian Kriteria Total
Penyebab U S G
Keterbatasan jumlah dan kompetensi pegawai di 3 4 3 10
bidang administrasi pelaporan keuangan
Adanya pegawai pengelola laporan keuangan yang 4 5 4 13
berlatar belakang pendidikan yang bukan dari
keuangan/akuntansi
Kurangnnya pemahaman dari pegawai terhadap 5 5 5 15
alur penyusunan laporan keuangan dan
penginputan ke dalam aplikasi Simda keuangan.

27
3.1.2. Gagasan Kreatif Memecahkan Isu
Dengan demikian, dari isu kurang optimalnya alur dalam kegiatan
pelaporan dan administrasi keuangan. Maka gagasan kreatif dalam
pemecahan masalah diatas yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam melakukan penyusunan laporan keuangan dengan cara
melakukan konsolidasi dari bukti transaksi dan pencatatan disertai dengan
pengoptimalan penggunaan aplikasi SIMDA keuangan. Pelaksanaan
kegiatan ini akan berdasarkan dengan mengintegrasikan nilai-nilai dasar
ANEKA sebagai bentuk aktualisasi latsar CPNS dan untuk tercapainya
tujuan khusus dari penyusunan proposal ini yang berkenan dengan fokus
aktualisasi.
3.2. Tahapan Rencana Kegiatan Aktualisasi

28
N Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan substansi Kontribusi Penguatan
o Kegiatan mata pelatihan Terhadap Nilai
Visi- Misi Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7

1 Melaksanakan 1.Melakukan kegiatan Dapat Akuntabilitas : Mendorong Senyum,


rencana bimbingan dengan terlaksananya Transparansi, Kejelasan, terwujudnya misi salam, sapa
aktualisasi mentor bimbingan dan jujur, ketelitian no. 1 Puskesmas dalam layanan
Cabangbungin
konsultasi
Komitmen mutu : efektif yaitu
dengan hasil: “Meningkatkan
dan efisien, berorientasi
Sumber Daya
- foto kegiatan pada mutu,
Manusia (SDM)
- hasil rancangan Etika Publik : yang profesional”
aktualiasasi Bertanggungjawab,
kesopanan, jujur,
kecermatan

2 Melakukan 1. Mengumpulkan 1. Tersedianya • Akuntabilitas Pelayanan


Pendalaman laporan keuangan data berupa: (tanggungjawab, prima
materi laporan tahun sebelumnya • Laporan konsistensi, integritas),
keuangan keuangan • Etika publik
tahun lalu. (kecermatan, jujur,
sesuai dengan
• RBA, professional)
prosedur dan DPA, • Komitmen mutu
ketentuan RKA (efektivitas dan efisien,

29
yang berlaku. berorientasi pada mutu)
• Anti korupsi
(Kejujuran)

2. Menganalisis 2. Catatan hasil • Komitmen mutu


laporan keuangan analisis (efektivitas,
tahun berjalan yang laporan berorientasi pada hasil)
meliputi laporan
keuangan • Anti korupsi
realisasi anggaran (Jujur,Amanah)
tahun berjalan
pendapatan, belanja • Akuntabilitas
rutin, dan belanja (transparansi,
pembangunan tanggungjawab)

3 Melakukan 1. Mendalami 1. Catatan dari • Akuntabilitas Mendorong Pelayanan


pendalaman pemahaman Buku mempelajari (kejelasan, terwujudnya misi prima
teori Pedoman Buku Juknis tanggungjawab) no. 1 Puskesmas
penggunaan Penggunaan aplikasi • Etika publik Cabangbungin
(professional, integritas yaitu
Aplikasi Aplikasi SIMDA SIMDA “Meningkatkan
SIMDA Keuangan dengan tinggi)
Sumber Daya
keuangan bimbingan Manusia (SDM)
bendahara yang profesional”

2. Mempraktekan 2. Hasil praktek • Komitmen mutu


aplikasi SIMDA menggunakan (berorentasi pada mutu,
Software Efektivitas)
• Akuntabilitas

30
Aplikasi (tanggungjawab,
integritas)
4 Melakukan 1. Menerima 1. Berkas SPJ • Nasionalisme (amanah, Mendorong Pelayanan
penginputan dokumen SPJ dari kerjasama, humanis) terwujudnya misi prima
dan bidang lain. • Etika publik no. 1 Puskesmas
(bertanggungjawab, Cabangbungin
pengarsipan
menjaga rahasia, yaitu
SPJ “Meningkatkan
integritas) Sumber Daya
Manusia (SDM)
yang profesional”
2. Memeriksa 2. Berkas • Akuntabilitas
kelengkapan berkas kelengkapan (tanggungjawab,
SPJ yang diterima SPJ transparasi, integritas)
• Komitmen mutu
(efektivitas,
berorientasi pada mutu)
• Anti korupsi
(tanggungjawab,
kejujuran, kepedulian)
3. Melakukan 3. Data yang • Komitmen mutu
penginputan terinput dan (Berorientasi pada
transaksi di aplikasi lampiran surat mutu, efektivitas dan
SIMDA Keuangan perintah efisien)
• Akuntabilitas
pinbuk
(tanggungjawab,
integritas)

31
4. Menyerahkan 4. Dokumen • Nasionalisme (kerja
output dari aplikasi Surat perintah sama, amanah)
SIMDA dan pinbuk pinbuk untuk • Etika publik
ke Bendahara Bank (kesopanan,
pengeluaran tanggungjawab)
beserta berkas SPJ
tersebut untuk
dicairkan dana

5. Menerima berkas Dokumen SPJ • Nasionalisme


dari SPJ bendahara (Kerjasama, amanah)
yang telah • Etika Publik
dicairkan dan (kesopanan,
tanggungjawab)
mengarsip berkas
• Akuntabilitas
sesuai nomer
(tanggungjawab,
rekeningnya
integritas)
dengan rapi

5 Membantu 1. Menerima berkas 1. Dokumen SPJ • Etika Publik Mendorong Pelayanan


PPK SPJ dari bidang (Kesopanan, terwujudnya misi prima, senyum
memverifikasi lain kecermatan, no. 1 Puskesmas salam, sapa
Cabangbungin
SPJ professional)
yaitu
“Meningkatkan
Sumber Daya
Manusia (SDM)

32
yang profesional”
2. Memeriksa 2. Dokumen SPJ • Anti korupsi
kelengkapan berkas sudah lengkap (tanggungjawab,
SPJ kejujuran)
• Komitmen mutu
(efektif, efisien,
berorientasi pada mutu)
• Akuntabilitas
(Tanggungjawab,
konsistensi, integritas)
3. Memverifikasi 3. Daftar SPJ • Komitmen mutu
berkas SPJ dengan yang telah (efektif, efisien,
bukti-bukti diverifikasi berorientasi pada mutu)
pendukung dan divalidasi • Anti korupsi
kwitansinya PPK (tanggungjawab,
kejujuran)
• Akuntabilitas
(tanggungjawab,
konsistensi, integritas)
4. Mengarsip berkas 4. Berkas SPJ • Akuntabilitas
SPJ yang telah di (tanggungjawab,
verifikasi beserta konsisten)
bukti penunjangnya • Komitmen mutu
(berorientasi pada

33
mutu, efektif, efisien)
6 Membuat 1. Meminta bukti- 1. Bukti-bukti • Etika publik Mendorong Pelayanan
dokumen SPP/ bukti transaksi transaksi (professional, terwujudnya misi prima
SPM yang mau kesopanan, taat aturan) no. 1 Puskesmas
Cabangbungin
dibuatkan dokumen • Akuntabilitas yaitu
SPP/SPM (tanggungjawab, “Meningkatkan
integritas) Sumber Daya
• Nasionalisme (amanah, Manusia (SDM)
kerjasama) yang profesional”
2. Membuat dokumen 2. Dokumen • Akuntabilitas
perintah membayar/ surat perintah (tanggungjawab,
dokumen pembayaran/ integritas)
pembayaran membayar • Komitmen mutu
(efektif, efisien,
berorientasi pada mutu)
• Anti korupsi
(tanggungjawab,
kejujuran, keberanian)
3. Menginput data 3. Data input • Akuntabilitas
transaksi dari pada Aplikasi (tanggungjawab,
nota/kwitansi ke SIMDA integritas)
aplikasi SIMDA keuangan • Anti korupsi
keuangan (tanggungjawab,
kejujuran)

34
• Komitmen mutu
(efektif, efisien,
berorientasi pada mutu)
7 Membuat 1. Mengumpulkan 1. Berkas SPJ • Etika publik Mendorong Pelayanan
laporan dokumen SPJ dan dan dokumen (professional, terwujudnya misi prima
realisasi dokumen pendukung kesopanan, taat aturan) no. 1 Puskesmas
Cabangbungin
anggaran pendukung lainnya • Akuntabilitas yaitu
triwulan per triwulan (tanggungjawab, “Meningkatkan
integritas) Sumber Daya
• Nasionalisme (amanah, Manusia (SDM)
kerjasama) yang profesional”
2. Mengolah data dan 2. Pengecekan di • Akuntabilitas
kroscek di Aplikasi Aplikasi (tanggungjawab,
SIMDA dari berkas SIMDA integritas, konsisten)
fisik SPJ dan Keuangan dan • Nasionalisme (percaya
dokumen Berkas SPJ/ diri, amanah,
pendukung dengan Dokumen kerjasama)
data di Aplikasi pendukung • Komitmen mutu
SIMDA per (efektif, efisien,
rekening kegiatan berorientasi pada mutu)
• Anti korupsi
(kejujuran,
tanggungjawab)

35
3. Mencetak dokumen 3. Printout • Akuntabilitas
laporan realisasi Dokumen (tanggungjawab,
anggaran dan Laporan integritas)
diserahkan kepada • Etika publik (taat
atasan untuk aturan,
disetujui bertanggungjawab,
kesopanan)
• Anti korupsi
(tanggungjawab,
kejujuran, keberanian)
• Akuntabilitas
(tanggungjawab,
integritas, konsisten)
• Komitmen mutu
(efektif, efisien,
berorientasi pada mutu)

36
3.3. Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi

37
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Isu yang diangkat oleh peserta yaitu Kurang optimalnya alur dalam
kegiatan pelaporan dan administrasi keuangan. Hal ini mengakibatkan
Adanya keterlambatan pelaporan keuangan puskesmas cabangbungin ke
SKPD dikarenakan kurang optimalnya alur penyusunan laporan keuangan.
Dan penyebab dari isu tersebut yaitu keterbatasan jumlah dan kompetensi
pegawai di bidang administrasi pelaporan keuangan, Adanya pegawai
pengelola laporan keuangan yang berlatar belakang pendidikan yang bukan
dari keuangan/akuntansi, dan Kurangnnya pemahaman dari pegawai
terhadap alur penyusunan laporan keuangan dan penginputan ke dalam
aplikasi Simda keuangan. Maka gagasan kreatif dalam pemecahan masalah
di atas yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
melakukan penyusunan laporan keuangan dengan cara melakukan
konsolidasi dari bukti transaksi dan pencatatan disertai dengan
pengoptimalan penggunaan aplikasi SIMDA keuangan.
Pelaksanaan kegiatan ini berdasarkan dengan mengintegrasikan nilai-
nilai dasar ANEKA sebagai bentuk aktualisasi latsar CPNS yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu, Anti korupsi.
Pelaksaksanaan aktualisasi dengan memperhatikan peran dan kedudukan
ASN dalam Manajemen ASN, Pelayanan publik, Whole of Government
(WoG). Dengan pelayanan yang prima, professional dan berkualitas
diharapkan mutu kinerja pelayanan puskesmas dapat menjadi lebih baik lagi

38
4.2. Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan aktualisasi nilai dasar ANEKA, dapat

disampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Penerapan nilai-nilai dasar ANEKA tidak hanya pada masa


aktualisasi tapi diharapkan dapat berkelanjutan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan di puskesmas Cabangbungin..
2. Penerapan nilai-nilai dasar ANEKA dapat disosialisasikan lebih
lanjut dan diterapkan oleh seluruh pegawai di lingkungan Puskesmas
Cabangbungin.

39
DAFTAR PUSTAKA
Modul :
Kusumasari, Bevaola,dkk. 2017. Akuntabilitas, Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Latief, Yudi, dkk. 2017. Nasionalisme,Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Kumorotomo,Wahyudi, dkk. 2017. Etika Publik, Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Yuniarsih,Tjutju, dkk. 2017. Komitmen Mutu,Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Tim Penulis Komisi Pemberantasan Korupsi. 2017. Anti Korupsi, Modul
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara
Fatimah, Elly, dkk. 2017. Manajemen ASN, Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Purwanto, Erwan Agus, dkk. 2017. Pelayanan Publik, Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara
Suwarno, Yogi, dkk. 2017. Whole Of Governtment, Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara

Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia. 2014. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara.
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen ASN.
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 25
Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil Golongan III

40

Anda mungkin juga menyukai