Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

"Faktor yang Mempengaruhi Belajar"

Dosen Pengampu: Sa'adah, M. Pd

Disusun oleh :

Soraya (2022862088378)

Rahimah (2022862088361)

Paujiah (2022862088357)

Muhammad Abid Pratama (2022862088317)

Muhammad Hafsi Akbar (2022862088323)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

KUALA KAPUAS

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W yang
diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan membimbing umat ke jalan yang lurus.

Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Psikologi


Pendidikan. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya kami senantiasa mengharap adanya kritik dan saran guna perubahan yang
lebih baik kedepannya. Kendati demikian, kami berharap makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala
kekurangan dalam makalah ini.

Kuala Kapuas, 24 Februari 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu komponen yang penting dalam sistem pendidikan adalah adanya
peserta didik. Peserta didik adalah orang yang mempunyai kemampuan dasar baik
secara fisik dan psikis serta perlu dikembangkan melalui pendidikan baik itu
pendidikan di keluarga, sekolah, atau lingkungan.

Dalam mengembangkan potensi (kemampuan) dasar perlu adanya pendidik


sebagai seseorang yang membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang
dimiliki peserta didik agar peserta didik menjadi manusia dewasa. Idealnya
pendidikan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik dapat membantu peserta
didik menuju kedewasaanya, namun pada kenyataannya banyak faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah karena perbedaan individual pada peserta didik dalam
menyerap proses pembelajaran yang diberikan oleh pendidik.

Secara umum perbedaan individual ini disebabkan karena dua


sumber,diantaranya: gen (bawaan) dan lingkungan dimana pesera didik itu di
besarkan, sedangkan macam- macam yang menjadi perbedaan individu pada peserta
didik, yaitu: jenis kelamin atau gender, kemampuan peserta didik, kepribadian dan
gaya belajar. Agar materi tidak terlalu melebar kami akan membahas mengenai gaya
belajar peserta didik serta motivasi belajar peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, agar pembahasan dalam kertas ini tetap fokus
terhadap pengaruh gaya belajar peserta didik penulis mengemukakan beberapa
rumusa masalah sebagai berikut:
1. Apa saja Faktor yang mempengaruhi belajar?

2. Apa yang dimaksud motivasi belajar?

3. Apa yang dimaksud gaya belajar?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi belajar

2. Untuk mengetahui pengertian motivasi belajar

3. Untuk mengetahui klasifikasi gaya belajar


BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Ngalim Purwanto faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan


menjadi dua macam yaitu:

1. Faktor yang ada pada diri individu itu sendiri (intern) yang meliputi faktor

2. Faktor yang ada di luar individu

kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.


(ekstern) antara lain meliputi faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia.

Menurut Slameto faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar (intern). Faktor ini
terbagi menjadi:

a. Faktor jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh).

b. Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,


kematangan, kesiapan).

c. Faktor kelelahan.

2. Faktor yang ada di luar individu (ekstern). Faktor ekstern terbagi menjadi: a.
Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi keluarga, suasana
rumah). b. Faktor sekolah (metode mengajar, disiplin sekolah, kurikulum). c.
Faktor masyarakat (bentuk kehidupan masyarakat, teman bergaul).
Menurut Muhibbin Syah mengelompokan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar dalam tiga bagian:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani
dan rokhani siswa;

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar
siswa;

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar


siswa yang meliputi startegi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Menurut Dalyono faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar adalah


sebagai berikut:

1. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri)

a) Kesehatan

b) Intelegensi dan bakat

c) Minat dan motivasi d. Cara belajar

2. Faktor eskternal (faktor yang berasal dari luar diri)

a) Keluarga

b) Sekolah

c) Masyarakat

d) Lingkungan sekita
a. Motivasi

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan unsur jiwaraga.


Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa adanya dorongan yang kuat, baik itu dari
dalam dan luar individu itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang adalah motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang penting dalam
aktivitas belajar seseorang. Tidak ada orang yang 1melakukan aktivitas belajar tanpa
motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan untuk belajar.

Menurut Winkel motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis


dalam diri siswa yang menimbulkan bentuk kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu
tujuan.

Menurut Elida Prayitno, dikenal dua motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik 360 a. Motivasi Intrinsik

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor interinsik, berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan suatu cita-cita,361 Rusyan

¹Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 102

²Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 54.

³Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grapindo, 2006), 144.

⁴Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta Rineke Cipta, 2012), 55

⁵Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 116.

⁶ws Winkel, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan (Yogyakarta: Salemba Humanika, 2012),

⁷Elida Prayitno, Motivasi Dalam Belajar (Jakarta: P2LPK, 1989), 10.

⁸Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksana, 2007),
mendefinisikan motivasi instrinsik adalah dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang terletak didalam perbuatan belajar.

Disamping itu menurut Dimyati & Mudjiono, kita bisa membedakan motivasi
instrinsik yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasi
seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang
tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus dan memberi
energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menanamkan sebuah buku maka ia
mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain.

Dalam hal ini, motivasi instrinsik tersebut telah mengarahkan pada timbulnya
motivasi berprestasi. Teori hierarki Maslow yang mengatakan bahwa motivasi
intrinsic ada di dalam hierarki yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri

Dalam proses belajar, siswa yang mempunyai motivasi intrinsik dapat terlihat dari
belajarnya. Aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang
ada di dalam dirinya dan akan terkait denganbelajarnya. Seorang siswa merasa butuh
dan mempunyai keinginan untuk 2

belajar sehingga dapat mencapai tujuan belajar, bukan karena hanya ingin suatu
pujian atau ganjaran.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar. Dimyati & Mudjiono menjelaskan, motivasi ekstrinsik adalah

⁹Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, 29.


dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar seperti hadiah dan
menghindari hukuman.

Menurut Pintner Ryan, dkk, Motivasi belajar ekstrinsik adalah motivasi yang
keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar 366 Jadi tujuan seseorang
melakukan kegiatan belajar adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar
aktivitas belajar.

Selanjutnya, dorongan ekstrinsik yang digunakan guru agar dapat merangsang minat
siswa dalam belajar, seperti memberikan penghargaan dan celaan, persaingan atau
kompetisi, hadiah dan hukuman, serta memberikan informasi tentang kemajuan
belajar siswa 367 Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang disebabkan oleh
faktor dari luar situasi belajar seperti angka, kridit, ijazah, tingkatan, hadiah,
pertentangan dan persaingan.

2. Fungsi Motivasi

Menurut Sardiman fungsi motivasi belajar dijelaskan sebagai berikut:

a. Mendorong manusia berbuat, yaitu sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang ingin dicapai. Dengan
demikian motivasi memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
tujuannya.

c. Menyeleksi atau menentukan perbuatan-perbuatan yang yang harus dikerjakan


guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan.
Selain itu, ada fungsi lain dari motivasi belajar menurut Ngalim Purwanto yaitu
menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.

3. Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Mengingat pentingnya motivasi sebagai pendorong kegiatan belajar, maka banyak


upaya untuk menimbulkan dan membangkitkan motivasi belajar pada anak. Guru
mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memotivasi anak agar anak dapat
maksimal dalam kegiatan belajar. Perhatian siswa terhadap materi yang diberikan
oleh guru dapat diwujudkan melalui beberapa cara seperti metode yang digunakan
guru, media dan alat peraga, mengulang materi dengan cara yang berbeda dari
sebelumnya, dan membuat variasi belajar.

Menurut Oemar Hamalik, cara memotivasi siswa belajar adalah sebagai berikut:

a. Kebermaknaan

Siswa termotivasi belajar apabila hal yang dipelajari mengandung suatu makna
tertentu baginya. Maka untuk menjadikan pelajaran bermakna bagi siswa, caranya
adalah dengan mengaitkan pelajaran dengan pengalaman masa lampau siswa, tujuan-
tujuan masa datang, dan minat serta nilai-nilai yang berarti bagi mereka.

b. Modelling

Pelajaran lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarkannya
dalam bentuk tingkah laku model, bukan dengan hanya berceramah atau
menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku ini siswa dapat mengamati dan
menirukan apa yang diinginkan oleh 3guru.

¹⁰Cece Wijaya dan A Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994), 120.
c. Komunikasi Terbuka

Komunikasi terbuka dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada seluruh siswa


untuk mengemukakan tujuan yang diinginkan, bahan pelajaran yang hendak
dipelajari, dan kegiatan-kegiatan apa yang ingin dilakukan. Kesempatan itu berarti
menyalurkan minat siswa untuk belajar lebih baik. Jika hal itu dapat dilakukan, maka
berarti siswa akan menjadi lebih termotivasi belajar.

d. Hubungan Pengajaran dengan Masa Depan Siswa

Pelajaran dirasakan bermakna bagi diri siswa apabila pelajaran itu dapat dilaksanakan
atau digunakan pada kehidupannya sehari-hari di luar kelas pada masa mendatang.
Untuk itu, hendaknya guru menyajikan tentang macam-macam gagasan dan tentang
macam-macam

situasi yang mungkin ditemui oleh siswa pada waktu mendatang. Bila siswa telah
menyadari kemungkinan aplikasi pelajaran tersebut maka sudah tentu motivasi
belajar akan tergugah dan merangsang kegiatan belajar lebih efektif.

¹¹Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), G
¹²hufron & Risnawita, Teori-Teori Psikologi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Madia, 2011), 87.

¹³Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran, 91.

¹⁴Prayitno, Motivasi Dalam Belajar, 13.

¹⁵Op.Cit, 17.
e. Prasyarat

Guru hendaknya berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat- prasyarat yang telah
dimiliki oleh siswa sebelum memberikan materi pelajaran yang baru. Siswa yang
berada pada kelompok yang berprasyarat akan mudah memahami hubungan antara
pengetahuan yang sederhana yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang kompleks
yang akan dipelajari. Berbeda halnya dengan siswa yang belum berprasyarat. Bertitik
tolak dari keadaan siswa tersebut, guru akan lebih mudah menyesuaikan pelajarannya
sehingga membangkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi di kalangan siswa.

f. Novelty

Siswa lebih senang belajar bila perhatianya ditarik oleh penyajian- penyajian yang
baru (novelty) atau masih asing. Guru dapat menggunakan berbagai metode mengajar
yang bervariasi, berbagai alat bantu, tugas macam- macam kegiatan yang mungkin
asing bagi siswa.

g. Latihan dan Praktik yang Aktif dan Bermanfaat

Siswa lebih senang belajar apabila mengambil bagian yang aktif dalam
latihan/praktik untuk mencapai tujuan pengajaran. Untuk mengaktifkan siswa
mempraktikkan hal-hal yang sedang dipelajarinya, guru dapat menggunakan macam-
macam metode, seperti tanya-jawab dan 4 mengecek jawaban rekan-rekannya
kemudian dilanjutkan dengan diskusi, melakukan simulasi, dan melaksanakan metode
tutorial.

h. Latihan Terbagi

¹⁶A.M. Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Bandung: Rajawali Pers, 2007), 85,

¹⁷Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya, 2007), 72


Siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu
yang pendek. Latihan-latihan secara demikian akan lebih meningkatkan motivasi
siswa belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka
waktu yang panjang.

i. Kurangi Secara Sistematik

Paksaan Belajar Pada saat mulai belajar, siswa perlu diberikan paksaan atau
pemompa. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka
secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan akhirnya lambat laun siswa dapat
belajar sendiri.

b. Gaya Belajar

Pada dasarnya, Gaya belajar yang digunakan merupakan kunci untuk


mengembangkan kinerja dalam belajar. Perlu disadari bagaimana orang yang satu
dengan yang lain menyerap dan menggali informasi, dan dapat menjadikan belajar
dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri.

Pada beberapa sekolah dasar lanjutan di Amerika, para guru menyadari cara yang
optimal dalam mempelajari informasi baru. Mereka memahami bahwa beberapa
siswa perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode mengajar standar. Jika siswa-
siswa ini diajar dengan metode standar kemungkinan kecil mereka dapat memahami
apa yang diberikan. Mengetahui gaya belajar yang berbeda ini telah membantu para
guru di mana pun untuk dapat mendekati semua atau hampir semua siswa hanya
dengan menyampaikan informasi dengan gaya yang berbeda-beda.

Rita Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah menemukan banyak variabel
yang mempengaruhi gayabelajar siswa.
Faktor-faktor tesebut antara lain: 5

1. Faktor fisik

2. Faktor emosional

3. Faktor sosiologis

4. Faktor lingkungan.

Ketika belajar siswa perlu berkosentrasi dengan baik. Untuk bisa berkonsentrasi
dengan baik, perlu adanya lingkungan yang mendukung belajar siswa. Faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa antara lain:

1. Suara

Tiap siswa mempunyai reaksi yang bebeda-beda terhadap suara, ada yang menyukai
belajar dengan mendengarkan musik lembut, keras ataupun nonton televisi. Ada juga
yang menyukai belajar dalam suasana sepi dan ada juga yang menyukai belajar dalam
suasana ramai dalam belajar kelompok.

2. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan faktor yang kurang pengaruhnya kurang dirasakan


dibandingkan pengaruh suara. Hal ini dapat diatur dengan mudah dan pencahayaan
yang dibutuhkan siswa agar dapat berkosentrasi dalam belajar.

¹⁸Demar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 156-61.

¹⁹Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008), 199.

²⁰Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op.cit., hlm. 71
3. Temperatur

Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang suka tempat sejuk,
ada juga yang lebih menyukai tempat yang hangat.

4. Desain belajar

Desain belajar ada dua macam, yaitu desain belajar formal dan belajar desain belajar
tidak formal. Desain formal contohnya belajar di meja belajar lengkap dengan alat-
alatnya, sedang desain tidak formal belajar dengan santai, duduk di lantai, duduk di
sofa ataupun sambil tiduran.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan faktor yang mempengaruhi
pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari dalam orang yang belajar (faktor
internal) dan ada pula yang berasal dari luar orang yang belajar (faktor eksternal).

fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai tenaga penggerak untuk mendorong,
mengarahkan, dan menentukan. Dalam hal ini adalah siswa, yaitu untuk melakukan
suatu tugas atau perbuatan untuk mencapai tujuan belajar.

sebagian siswa dapat belajar paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian
yang lain dengan pencahayaan yang suram. Ada siswa yang belajar paling baik secara
berkelompok, sedangkan yang lain lagi memilih adanya figur yang otoriter seperti
orang tua atau guru, yang lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling
efektif bagi mereka. Sebagaian orang memerlukan musik sebagai iringan belajar,
sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam keadaan ruangan sepi. Ada
siswa yang memerlukan lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lagi
lebih suka menggelar segala sesuatunya supaya dapat dilihat.
DAFTAR PUSTAKA

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2003), 102

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,


2010), 54.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grapindo, 2006), 144.

Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta Rineke Cipta, 2012), 55

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 116.

ws Winkel, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan (Yogyakarta:


Salemba Humanika, 2012),

Elida Prayitno, Motivasi Dalam Belajar (Jakarta: P2LPK, 1989), 10.

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksana, 2007),

Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, 29.

Cece Wijaya dan A Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994), 120.

Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 90.
364

G hufron & Risnawita, Teori-Teori Psikologi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Madia, 2011),


87.

Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran, 91.

Prayitno, Motivasi Dalam Belajar, 13.


Op.Cit, 17.

A.M. Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Bandung: Rajawali Pers,
2007), 85,

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya, 2007), 72

Demar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 156-61.

Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta:


Gaung Persada Press, 2008), 199.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op.cit., hlm. 71

Anda mungkin juga menyukai