Christo Wahyudi Karatu
Christo Wahyudi Karatu
372023014
TTS PHILOSOPHY
Episode podcast ini dibawakan oleh Josua Maliogha dengan judul pembahasan Akar
Etnosentrisme Indonesia calam channel Parrhesiastes. Pembahasan podcast ini secara khusus
membahas tentang demokrasi dan juga kegiatan politik di Indonesia, yang sering kali
menentukan pemilihan pemimpin dan perwakilan rakyat dengan berdasarkan pada asas
kesukuan. Tindakan dan keputusan ini ada dalam pengaruh salah satu pandangan yaitu
etnosentrisme. Walaupun, hal ini juga tidak lain dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang
dikembangkan oleh Belanda di Indonesia.
Pemahaman seperti ini, banyak dibawa Belanda dalam sistem pendidikan yang
mereka terapkan di Hindia Belanda. Orang-orang yang menikmati pendidikan Barat itu
diajari bahwa masyarakat Eropa Barat itu jauh lebih superior, cerdas dan rasional dibanding
masyarakat yang ada diluar eropa barat yang disebut sebagai pribumi. Sayangnya
pemahaman semacam ini tidak kita selesaikan Ketika kita menjadi bangsa di tahun 45,
Indonesia terlalu antusias menjadi bangsa dan negara baru, akibatnya karena kita tidak
menyelesaikan proyek ini, dalam pemilihan ada banyak orang yang suka memilih suku
bangsanya sendiri tanpa melihat kapasitas dari orang yang dipilihnya tersebut.
Sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan untuk mematahkan atau mengalahkan
pemikiran seperti ini. Tentunya sudah banyak cara yang dilakukan beberapa universitas yang
ada untuk mengintervensi isu-isu ini, yaitu dengan berbagai cara; keragaman coba
diperkenalkan, perbedaan coba untuk dirayakan dan perbedaan itu sengaja dijadikan sebagai
suatu program besar, supaya misalnya mahasiswa yang datang dari segala penjuru Indonesia
bisa berbaur satu dengan yang lainnya, hanya saja mengapa orang-orang masih memilih
orang yang satu suku bangsa dengan mereka? Hal ini tentunya memiliki jawaban beragam
tergantung dengan perspektif pribadi. Bagi saya, pemahaman atau pemikiran ini sudah
mandarah daging dan menyatu dengan Indonesia, bisa saja hal ini juga berangkat dari trauma
akibat penjajahan, sehingga masyarakat berpikir daripada dipimpin oleh orang lain yang
berbeda, lebih baik dipimpin oleh orang sendiri.