Anda di halaman 1dari 3

CHRISTO WAHYUDI KARATU

372023014

TTS PHILOSOPHY

AKAR ETNOSENTRISME INDONESIA

Episode podcast ini dibawakan oleh Josua Maliogha dengan judul pembahasan Akar
Etnosentrisme Indonesia calam channel Parrhesiastes. Pembahasan podcast ini secara khusus
membahas tentang demokrasi dan juga kegiatan politik di Indonesia, yang sering kali
menentukan pemilihan pemimpin dan perwakilan rakyat dengan berdasarkan pada asas
kesukuan. Tindakan dan keputusan ini ada dalam pengaruh salah satu pandangan yaitu
etnosentrisme. Walaupun, hal ini juga tidak lain dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang
dikembangkan oleh Belanda di Indonesia.

Etnosentrime adalah sebuah bentuk pikiran atau pandangan yang mengandung


pemahaman superior atas sukunya sendiri. Pandangan ini dikembangkan dan dipengaruhi
oleh para ahli Eropa, yang mengklaim bahwa peradaban Eropa merupakan puncak atas
seluruh peradaban dunia yang harus diikuti perkembangannya. Eropa dijadikan acuan untuk
segala perkembangan yang ada termasuk pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan. Seorang antropolog yaitu, Edward B. Tylor mengklasifikasin suku Eropa
sebagai suku bangsa yang ada dalam taraf beradab, suku bangsa lain adalah savage atau liyan
dan yang lebih tinggi sedikit disebut kelompok bar-bar. Indonesia ada dalam kelompok bar-
bar.

Pemahaman seperti ini, banyak dibawa Belanda dalam sistem pendidikan yang
mereka terapkan di Hindia Belanda. Orang-orang yang menikmati pendidikan Barat itu
diajari bahwa masyarakat Eropa Barat itu jauh lebih superior, cerdas dan rasional dibanding
masyarakat yang ada diluar eropa barat yang disebut sebagai pribumi. Sayangnya
pemahaman semacam ini tidak kita selesaikan Ketika kita menjadi bangsa di tahun 45,
Indonesia terlalu antusias menjadi bangsa dan negara baru, akibatnya karena kita tidak
menyelesaikan proyek ini, dalam pemilihan ada banyak orang yang suka memilih suku
bangsanya sendiri tanpa melihat kapasitas dari orang yang dipilihnya tersebut.

Sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan untuk mematahkan atau mengalahkan
pemikiran seperti ini. Tentunya sudah banyak cara yang dilakukan beberapa universitas yang
ada untuk mengintervensi isu-isu ini, yaitu dengan berbagai cara; keragaman coba
diperkenalkan, perbedaan coba untuk dirayakan dan perbedaan itu sengaja dijadikan sebagai
suatu program besar, supaya misalnya mahasiswa yang datang dari segala penjuru Indonesia
bisa berbaur satu dengan yang lainnya, hanya saja mengapa orang-orang masih memilih
orang yang satu suku bangsa dengan mereka? Hal ini tentunya memiliki jawaban beragam
tergantung dengan perspektif pribadi. Bagi saya, pemahaman atau pemikiran ini sudah
mandarah daging dan menyatu dengan Indonesia, bisa saja hal ini juga berangkat dari trauma
akibat penjajahan, sehingga masyarakat berpikir daripada dipimpin oleh orang lain yang
berbeda, lebih baik dipimpin oleh orang sendiri.

Pemaparan Joshua Maliogha dalam podcast yang dibawakan, merupakan pemaparan


yang menarik di tengah isu politik dan demokrasi di Indonesia. Pemikiran yang dituangkan
dalam podcast seolah merupakan pancingan, upaya menyadarkan dan aksi yang dilakukan
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat atau khalayak publik tentang pentingnya
pematahan pemikiran, pemahaman dan pandangan etnosentrisme yang merupakan pengaruh
yang dibawa oleh bangsa Eropa ke Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Joshua Maliogha
dalam paparannya, Indonesia terlalu terburu-buru dan seolah menelan mentah-mentah apa
yang disebarkan oleh bangsa Eropa salah satuny ilmu pengetahuan. Walaupun, hal ini juga
tidak terlepas dari trauma akibat penjajahan yang diterima oleh bangsa Indonesia sebelum
proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Bagi saya, salah satu alasan berkembangnya
etnosentrisme di kalangan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh ambisi tidak ingin
dijajah oleh suku bangsa lain dan juga anggapan bahwa orang luar merupakan musuh dan
bertujuan “menjajah”.

Pemahaman ini yang kemudian digunakan oleh kandidat-kandidat tertentu, untuk


mengarahkan suara masyarakat agar memilih mereka dalam pilkada. Kandidat melakukan
pendekatan kepada masyarakat dengan memasukkan pemahaman-pemahaman etnosentris.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mouffe berkaitan dengan musuh, lawan
dan sangian. Bagi Mouffe, musuh adalah mereka yang pada dasarnya lawan proyek politik
dan berusaha mengahancurkan proyek yang lainnya. Peranan musuh penting bagi Mouffe
karena dengan begitu, demokrasi dapat berfungsi sehingga penciptakan rasa persatuan di
antara masyarakat. Lawan bagi Mouffe yaitu mereka yang menganut nilai-nilai demokrasi
yang sama namun mempunyai pendapat berbeda berkaitan dengan upaya mencapi tujuan.
Kemudian, saingan dipahami sebagai pesaing yang berbagi ruang politik dengan individu
lainnya, yang sama-sama bertujuan untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh politik.
Jika dihubungkan dengan etnosentrisme dan fenomena politik dan demokrasi di
Indonesia saat ini, pandnagan para kandidat tidak jauh berbeda dengan apa yang
dikemukakan oleh Mouffe. Pemahaman yang berkaitan dengan pendekatan-pendeatan yang
dilakukan oleh para kandidat, yang kemudian mempenaruhi cara pandangn dan penilaian
masyarakat, dan semakin menganggap bahwa suku mereka lebih baik daripada suku lain.
Pemimpin yang sesuku dengan mereka lebih baik, daripada yang berbeda dengan mereka.
Atau misalnya, di Poso terdapat slogan Putra Daerah dalam pemilihan bupati, yang secara
tidak langsung menggiring masyarakat dan melawan kandidat lainnya dengan previllage
sebagai kandidat yang berasal dari daerah yang hendak dipimpin. Hal ini kerapkali ditemui
dalam pilakada yang mana kandidat-kandidat calon berasal dari suku yang berbeda-beda.
Secara tidak langsung, slogan ini menunjukkan bahwa paham etnosentris dikembangkan dan
digunakan oleh orang-orang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya mendapat
jabatan sebagai penguasa dan pemimpin daerah dalam hal ini Bupati. Konsep musuh, lawan
dan saingan yang dikemukakan oleh Mouffe merupakan konsep yang selalu menyebar dan
ditemui dalam setiap praktik-praktik politik dan demokrasi, secara khusus dalam kegiatan
pemilihan pemimpin dan perwakilan daerah.

Anda mungkin juga menyukai