Makalah
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “ TEKS KOTEKS KONTEKS DAN
TEKSTUR SERTA WACANA BERDASARKAN KOORDINAT DAN STRUKTUR
Penulis
DAFTAR ISI
i
3
Kata Pengantar..................................................................................................... i
ii
Daftar Isi………………………………………………………………………..
I. PENDAHULUAN…………………………………………......................... 1
A. Latar Belakang……………………………………………….................. 1
B. Rumusan Masalah…………….………………………………................ 2
C. Tujuan……….…...…………………………………………………….... 2
II. PEMBAHASAN……………………………………………………..…….. 3
A. Teks Koteks Konteks Dan Tekstur ….…................................................ 3
B. Konteks Wacana Berdasarkan Koordinat ………..….………...……… 7
C. Struktur Informasi……………………….…………………..………… 8
III. PENUTUP…………………………………………………………………
A. Simpulan………………………………………………………………. 10
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
penting dalam kehidupan manusia. Haryadi dan Zamzani (1997: 75) mengemukakan bahwa
kehidupan modern yang ditandai oleh pesatnya perkembangan bahasa tulis dan kegiatan
cetak-mencetak menuntut para pendukungnya agar mengembangkan tradisi menulis. Tradisi
menulis dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat
secara tertulis. Suroso (2009: 37) mengatakan bahwa moral, ilmu pengetahuan, dan
teknologi sampai ke tingkat perkembangannya merupakan salah satu akibat dari
keterampilan menulis yang dimiliki manusia sehingga dapat menciptakan buku-buku besar
yang bermanfaat bagi kehidupan dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
serta teknologi.
B. RUMUSAN MASALAH
2
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan permasalahan dan fokus pembahasan yang ada, maka tujuan penulisan
ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian serta pembagian teks , konteks, dan tekstur berdasarkan
kordinat serta struktur informasi
3
BAB II
PEMBAHASAN
Teks adalah esensi sebuah Bahasa. Artinya, teks direalisasikan melalui tulisan
dan ucapan, dalam bentuk wacana lebih konseptual. Dengan demikian muncullah
istilah teks lisan dan tulisan.
b. Nonteks
Wacana nonteks mengacu pada sebuah konsep yang dalam penyalurannya dan
tidak menggunakan teks baik lisan ataupun tulisan. Wacana nonteks tersebut
mengacu pada gestikulasi atau isyarat, bunyi, warna, gambar, simbol dan sebagainya.
Realitas makna dari wacana nonteks diwujudkan berdasarkan kesepakatan. Oleh
karena itu bunyi, suara, atau tanda yang sama dapat pula memiliki makna yang
berbeda.
c. Konteks Wacana
4
Koteks atau Co Text merupakan istilah yang berartu sebuah teks yang
mendampingi teks yang lainnya. Teks yang didampingi dapat berada di depan
ataupun di belakang teks yang mendampingi. Sebagai contoh pada kalimat “Selamat
Datang” dan “Selamat Jalan” yang terdapat di gapura masuk suatu kota, daerah, atau
perkampungan. Dalam kedua kalimat tersebut meiliki makna interpretasi yang saling
memerlukan. Kalimat “selamat datang” merupakan penyambutan ketika seseorang
memasuki suatu kampung. Dan kalimat “Selamat jalan” akan memberikan
interpretasi yang berhubungan langsung pada seseorang yang akan keluar dari suatu
kampung tersebut.
“Sore itu Anna Nampak Lemah, jalannya tertatih-tatih. Dia baru saja pulang dari
rumah sakit. Harapan untuk sembuh terpancar di wajahnya.” Nya, pada “jalannya”
mengacu pada “Anna” dan pada “wajahnya” mengacu pada “dia”. Hal tersebut
menunjukkan bahwa “Anna” merupakan koteks bagi “dia”.
Konsep teks dan koteks merupakan aspek proses yang sama, yakni ketika ada
teks dan ada teks lain yang menyertainya. Teks yang menyertai teks ya ng lain itulah
yang disebut koteks. Kemudian Konteks terjadi ketika teks lain itu menyertakan
tidak hanya dilisankan, melainkan seluruh kejadian tanpa kata atau nonverbal yang
menyertai teks itu. Itulah sebabnya para linguis membedakan antara koteks dan
konteks. Koteks adalah lingkungan kebahasaan sedangkan konteks adalah
lingkungan di luar kebahasaan seperti situasi dan tempat teks terbentuk.
d. Konteks
Wacana adalah bentuk Bahasa yang komunikatif, interpretative, dan kontekstual.
Pemakai Bahasa mengibaratkan bahwa pemakaian Bahasa dalam sebuah wacana selalu
terjadi secara dialogis, sehingga diperlukan kemampuan menginterpretasikan konteks
wacana itu secara lengkap dan utuh.
Pada dasarnya wacana merupakan wujud nyata komunikasi verbal. Wacana
mengandaikan adanya addressor atau orang pertama O1 yakni pembicara, penulis, atau
penutur dan addresse atau orang ke dua O2 yakni pasangan bicara atau pendengar atau
pembaca. Keterpahaman antara O1 dan O2 sangat ditentukan oleh latar belakang
budaya dsb dan kemampuan O1 menyampaikan maksud intensionalitas, dan
kemampuan penerimaan O2 terhadap tuturan yang kontekstual.
Salah satu unsur konteks yang cukup penting ialah waktu dan tempat. Contohnya:
“Waktu pukul enam sore, desa Tirtomoyo sudah tampak sunyi seperti kuburan.
5
Terpaksa aku menutup pintu rumah. Masuk dan tiduran. Aku terbangun jam tiga pagi.
Tidak dikira ternyata di jalan sudah banyak orang lalu lalang.” Contoh tersebut memberi
informasi tentang ‘keadaan suatu desa berdasarkan konteks tempat dan waktu’.
Pemahaman tentang keadaan dan keramaian desa umumnya berbeda dengan kondisi di
perkotaan. Informasi tersebut bahkan bisa bermakna sebaliknya. Jam 18.00 petang di
desa, terutama di daerah pelosok, barangkali sudah dianggap malam (indikasinya sudah
gelap, karena belum ada penerangan listrik, dan sebagainya.) sementara di kota, konteks
waktu seperti itu masih dianggap sore. Sebaliknya pukul 03.00 pagi buta, di desa sudah
dianggap pagi-kerja, sementara di kota, bahkan masih sangat malam. Penafsiran itu
semata-mata berdasarkan pada kondisi dan kebiasaan saja. Bila hal itu dikaitkan dengan
kesibukan kerja, misalnya di terminal, di pasar, di diskotik, atau di tempat-tempat lain,
tentu pemahaman tentang makna dan informasinya juga akan mengalami perubahan.
Unsur sosiolinguistik yang menentukan percakapan merupakan hasil penjabaeran
konteks nonlingustik. Unsur itu terdiri atas konteks dialektal yang meliputi partisipan
dan jenis wacana, konteks diaptik yaitu latar, hasil dan amanat, dan konteks relasi
sarana, saluran, norma, dan cara berkomunikasi.
a. Konteks terjadinya percakapan adalah sebagai berikut;
b. Konteks linguistic, berupa kalimat dalam percakapan
c. Konteks epistemic yakni latar belakang pengetahuan yang diketahui bersama
oleh O1 dan O2
d. Konteks fisik, meliputi tempat, objek dan tindakan dalam percakapan.
e. Konteks social, relasi sosio kultural yang melengkapi hubungan di antara
partisipan
e. Konteks Latar
Konteks latar meliputi latar tempat, suasana, dan waktu atau tempo terjadinya
tuturan. Latar suasana yang dimaksud adalah berhubungan dengan psikologi yang
menyertai sebuah tuturan. (WACANA:103)
f. Konteks Peserta
Konteks peserta yakni berkaitan dengan partisipan dalam berkomunikasi yang
terdiri dari penutur dan petutur. Dari kedua partisipan itu memiliki latar belakang social,
usia, Pendidikan, pengalaman, serta hubungan di antara mereka. (WACANA: 103)
g. Konteks Cara
6
Konteks cara mengacu pada, cara, nada, sikap atau emosi saat melakukan
percakapan. Misalnya percakapan dengan semangat, dengan sedih, dengan santai atau
akrab. Kemudian berkaitan juga dengan apakah informasi disampaikan dengan lisan,
tertulis, surat, radio, rekaman ataulainnya. Pembicaraan akan berbeda pula ketika
disampaikan dengan cara, serius, humoris, sinis, sarkastis dan lain sebagainya.
h. Konteks Sarana
Konteks sarana mengacu pada apakah seseorang berbahasa secara lisan atau
tertulis, menggunakan gaya yang resmi atau tidak resmi.
i. Konteks Norma
Norma akan mengacu pada aturan yang membatasi sebuah tuturan, misalnya apa
saja yang boleh dibicarakan dan apa saja yang tidak boleh dibicarakan dalam suatu
kesempatan. Norma juga berhubungan dengan bagaimana cara menyampaikan suatu
pembicaraan (dengan halus, kasar, baik, terbuka, tertutup, bersungguh-sungguh, atau
bergurau)
j. Konteks Jenis
Mengacu pada jenis atau bentuk wacana yang langsung merujuk pada kategori
tertentu. Misalnya (cerpen, pantun, puisi, iklan, teka-teki, novel, karya ilmiah, bahan
kuliah, pidato dan lainnya) (WACANA:107-108)
k. Konteks Yang Meluas
Konteks yang meluas dapat disebabkan oleh penggunaan kata. Konteks deiktis
akan memungkinkan penafsiran ungkapan temporal sekarang, kemarin, besok.
Ungkapan special, dia, mereka. Ungkapan persona, saya, aku, kita, kami yang acuannya
berubah-ubah.
l. Tekstur Wacana
Di dalam teks terdapat tekstur yakni hubungan semantis antara teks berdasarkan
pesannya. Tekstur hadir karena hubungan kohesif. Setiap unsur dalam wacana dapat
diidentifikasi berdasarkan hubungannya dengan unsur yang lain. Tekstur berhubungan
dengan pemahaman pembaca tentang pertalian makna dari teks (WACANA: 110)
m. Inferensi Makna Yang Hilang
Dalam menganalisis teks sering kali peneliti mengalami kerumitan disebabkan
inferensi yang tidak tersampaikan secara eksplisit. Namun terdapat pula inferensi yang
7
memang tidak perlu dituliskan karena konteks partisipan meliputi kesamaan referensi.
Contoh
a. Ibu saya membeli rumah.
b. Pintunya terbuat dari kayu.
Inferensi mata rantai yang hilang diperlukan untuk menghubungkan kalimat a
dengan kalimat b. Inferensi itu c. Rumahnya memiliki pintu. Kalimat c tidak perlu
diekspilisitkan karena partisipan tahu bahwa rumah memiliki pintu.
Pola kalimat ini terdiri atas dua bagian yang pertama disebut topic dan yang
kedua disebut komen, perlu ditekankan disini bahwa dalam kalimat topic-
komen terdapat hubungan pemilikan antara unsur-unsur keduanya.
5. Struktur tema-rema
Halliday membadakan istilah informasi lama dan informasi baru untuk
membedakan isi informasi.informasi lama digunakan oleh penutur sebagai
ungkapan yang telah disebutkan mengenai sesuatu. Sedangkan informasi baru
adalah sesuatu yang belum ditunjukan dan sesuatu yang dipertanyakan
6. Struktur fokus-latar
Memberikan penekana pada bagian yang lebih informative dari pada yang
kurang informative dapat menggunakan istilah fokus-latar dan dalam kategori
ini mengindikasikan dua perbedaan fungsi dalam kalimat yang dapat di
asosiasikan dengan nomina dan verba
7. Struktur fokus-kontras
Satuan-satuan informasi yang mengandung unsur positif dan negative. Ciri
fokus kontras adalah 1. Kontruksi disjungtif pada kalimat dan 2. Mengandung
tekanan dan intonasi tertentu
d. Struktur Informasi: Satuan-Satuan Informasi
Menurut Halliday penutur harus memotong wicaranya menjadi satuan-satuan
informasi. Ia harus menyampaikan pesannya dalam rangkaian kemasan. Namun ia
bebas menentukan bagaimana ia ingin mengemas informasi itu. Dan ia bebas
memilih kapan satuan informasi itu dimulai dan diakhiridan bagaimana susunan
didalamnya
e. Linierisasi
Salah satu kendala penutur atau penulis adalah bahwa ia hanya dapat mengucapkan
satu kata saja pada waktu tertentu. Apabila ia mengurutkan kata-kata tunggal itu
menjadi kalimat-kalimat dan kalimat-kalimat itu menjadi teks-teks ia menghadapi
apa yang disebut linierisasi.
f. Topik Kalimat Dan Topik Wacana
Topic kalimat adalah bagian pokok atau bagian yang dipentingkan dari
sebuah kalimat, yang biasanya berfungsi sebagai subjek. Adapun topic wacana
adalah pokok pembicaraan dalam wacana tersebut.
10
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah diuraikan penulis dapat menyimpulkan
bahwa Bahasa lisan atau tulisan secara umum dan Wacana adalah Bahasa yang
bersifat konseptual. Namun pemakaian kata teks dan wacana dapat tergantung
pula pada konteksnya. Memang teks terdiri atas kata dan kalimat, namun
sebenarnya teks membawa sejumlah makna yang menyatu dalam
pembentukannya. Dalam Halliday dan Hasan, 1976: 10. Kesatuan makna itulah
yang membuat teks harus dilihat dari dua sisi. Sisi hasil dan sisi proses. Teks
dianggap hasil karena merupakan output yang dapat direkam dan dipelajari,
memiliki susunan tertentu dan dapat dijabarkan ke dalam istilah yang bersistem.
Teks dianggap proses karena melalui pemilihan makna yang berlangsung terus-
menerus dari awal sampai akhir hingga menjadi satuan utuh yang selesai. Setiap
perangkat pada teks tersebut membuat lingkungan dan perangkat yang lebih
lanjut.