Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN UAS KWN

NAMA : Annisa Dwi Wulandari


NPM : 22011010114
KELAS : G-167
1. Jawaban
A. Hakikat demokrasi Indonesia adalah sistem pemerintahan yang berdasarkan pada prinsip-
prinsip demokrasi, seperti partisipasi politik, pemilihan umum, kebebasan berpendapat,
kebebasan pers, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Praksis demokrasi Indonesia
mencakup berbagai aspek, termasuk politik, sosial, ekonomi, dan budaya Demokrasi di
Indonesia dijalankan melalui mekanisme dan proses-proses seperti Hak Asasi Manusia,
Kebebasan Berpendapat dan Kebebasan Pers, dan Mekanisme Pengawasan: Indonesia
memiliki lembaga-lembaga seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu) yang bertugas mengawasi pelaksanaan pemilihan umum. Akan tetapi
demokrasi di Indonesia juga menghadapi tantangan dan permasalahan. Misalnya, ada isu-isu
terkait korupsi, ketimpangan ekonomi, dan pelanggaran hak asasi manusia yang masih perlu
ditangani.Pemerintah dan masyarakat Indonesia terus berupaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan sistem demokrasi, dengan menghadapi dan menyelesaikan tantangan yang ada,
serta melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan politik
B. Mekanisme pelaksanaan Pemilu 2024 di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.Agar efektif, lembaga KPU, Bawaslu, dan
Mahkamah Konstitusi harus melakukan tugasnya dengan seksama dan independen KPU
(Komisi Pemilihan Umum) KPU bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pemilihan
umum dengan jujur, adil, dan transparan. Mereka harus memastikan bahwa daftar pemilih
valid, proses pemungutan suara berlangsung dengan lancar, dan penghitungan suara
dilakukan secara akurat,Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) Bawaslu memiliki peran penting
dalamMahkamah Konstitusi memiliki kekuasaan untuk memberikan sanksi atau
membatalkan keputusan KPU atau lembaga terkait lainnya jika terbukti adanya pelanggaran
hukum yang berpengaruh pada hasil pemilihan. Mahkamah Konstitusi (MK) dapat
memerintahkan pengulangan pemungutan suara atau menggugurkan calon yang terlibat
dalam pelanggaran memastikan keadilan dan keberlanjutan pemilihan. Mereka harus
mengawasi pelaksanaan pemilihan umum, menangani pelanggaran pemilu, dan memberikan
sanksi yang tegas terhadap pelanggaran yang terjadi. Bawaslu harus beroperasi secara
independen dan netral.

2. Jawaban
A. Fungsi negara secara umum ada empat, yakni untuk melaksanakan ketertiban dan keamanan,
fungsi kemakmuran dan kesejahteraan, fungsi pertahanan dan keamanan serta fungsi
menegakkan keadilan. Berikut merupakan penjelasan fungsi-fungsi negara secara umum.

1. Melaksanakan Penertiban (Law And Order)


Fungsi negara yang pertama adalah fungsi pengaturan dan ketertiban. Fungsi ini sangat
penting, terutama dalam mencegah bentrokan-bentrokan maupun pertikaian dan penyebab
tawuran yang mungkin timbul dalam masyarakat yang menjadi salah satu faktor penghalang
proses tercapainya tujuan-tujuan negara.
2. Fungsi Kemakmuran dan Kesejahteraan
Fungsi ini semakin penting seiring berjalannya waktu, terutama bagi negara yang
menganut paham negara kesejahteraan (welfare staat). Maknanya negara berupaya agar
masyarakat dapat hidup dan sejahtera, terutama dibidang ekonomi dan sosial masyarakat.
Untuk itu, negara melakukan berbagai macam upaya seperti pembangunan di segala
bidang serta berusaha untuk selalu menciptakan kondisi perekonomian yang selalu stabil.

3. Fungsi Pertahanan dan Keamanan


Fungsi ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya serangan dari luar. Fungsi
negara yang satu ini sangat penting karena menyangkut keberlangsungan sebuah negara
tersebut.
Negara wajib nampu melindungi rakyatnya, wilayah dan pemerintahannya dari berbagai
ancaman, tantangan, serangan dan gangguan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Maka dari itu, penting bahwa negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan serta personil
keamanan yang terlatih dan tangguh.

4. Fungsi Keadilan
Fungsi negara ini dilaksanakan oleh badan penegak hukum, khususnya badan-badan
peradilan. Negara harus dapat menegakkan hukum secara tegas dan tanpa adanya unsur
kepentingan tertentu menurut hak dan kewajiban yang telah di kontribusikan kepada bangsa
dan negara.

B. 1. Regulation.
Melalui pendekatan ini pengambil kebijakan perlu menetapkan sejumlah aturan dalam
pemanfaatan lahan yang ada. Berdasarkan berbagai pertimbangan teknis, ekonomis, dan
sosial, pengambil kebijakan bisa melakukan pewilayahan (zoning) terhadap lahan yang ada
serta kemungkinan bagi proses alih fungsi. Selain itu, perlu mekanisme perizinan yang jelas
dan transparan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang ada dalam proses alih
fungsi lahan. Dalam tatanan praktisnya, pola ini telah diterapkan pemerintah melalui
penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah dan pembentukan Tim Sembilan di tingkat
kabupaten dalam proses alih fungsi lahan. Sayangnya, pelaksanaan di lapang belum
sepenuhnya konsisten menerapkan aturan yang ada.
2. Acquisition and Management.
Melalui pendekatan ini pihak terkait perlu menyempurnakan sistem dan aturan jual beli
lahan serta penyempurnaan pola penguasaan lahan (land tenure system) yang ada guna
mendukung upaya ke arah mempertahankan keberadaan lahan pertanian.
3. Incentive and Charges.
Pemberian subsidi kepada para petani yang dapat meningkatkan kualitas lahan yang
mereka miliki, serta penerapan pajak yang menarik bagi yang mempertahankan keberadaan lahan
pertanian, merupakan bentuk pendekatan lain yang disarankan dalam upaya pencegahan alih
fungsi lahan pertanian. Selain itu, pengembangan prasarana yang ada lebih diarahkan untuk
mendukung pengembangan kegiatan budidaya pertanian berikut usaha ikutannya.
Mengingat selama ini penerapan perundang-undangan dan peraturan pengendalian alih
fungsi lahan kurang berjalan efektif serta berpijak pada acuan pendekatan pengendalian
sebagaimana dikemukakan di atas, maka perlu diwujudkan suatu kebijakan alternatif.
Kebijakan alternatif tersebut diharapkan mampu memecahkan kebuntuan pengendalian alih
fungsi lahan sebelumnya. Adapun komponennya antara lain instrumen hukum dan ekonomi,
zonasi, dan inisiatif masyarakat.
Instrumen hukum meliputi penerapan perundang-undangan dan peraturan yang mengatur
mekanisme alih fungsi lahan. Sementara itu, instrumen ekonomi mencakup insentif, disinsentif,
dan kompensasi. Kebijakan pemberian insentif diberikan kepada pihak-pihak yang
mempertahankan lahan dari alih fungsi. Pola pemberian insentif ini antara lain dalam bentuk
keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB) serta kemudahan sarana produksi pertanian (Isa,
2006). Sebaliknya, disinsentif diberikan kepada pihak-pihak yang melakukan alih fungsi lahan
yang implementasinya berlawanan dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
Sementara itu, kompensasi ditujukan untuk pihak-pihak yang dirugikan akibat alih fungsi lahan
untuk kegiatan pembangunan, atau yang mencegah terjadinya alih fungsi demi kelestarian lahan
sebagai sumber produksi pertanian (pangan). Dengan kata lain, penerapan instrumen-instrumen
tersebut berkaitan dengan pemberian penghargaan dan sanksi pelanggaran (reward and
punishment).
Kebijakan zonasi berhubungan dengan ketatalaksanaan tata ruang wilayah melalui
pengelompokan (cluster) lahan menjadi tiga kategori zona pengendalian, yaitu lahan yang
dilindungi (tidak boleh dialihfungsikan), alih fungsi terbatas, dan boleh dialihfungsikan. Zonasi
diatur berdasarkan kriteria klasifikasi irigasi, intensitas tanam, dan produktivitas lahan sawah.
Kriteria irigasi dibedakan atas lahan sawah beririgasi dan nonirigasi.

3. Jawaban
A. Suatu negara membutuhkan Geopolitik guna menentukan pembinaan politik nasional, Hal ini
didasarkan kondisi dan situasi geografis dalam mencapai tujuan negara tersebut.Indonesia
sebagai negara kepulauan, mempunyai geopolitik tersendiri, yaitu Wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya. Bangsa Indonesia sendiri memandang Wawasan Nusantara sebagai visi dan
perwujudan kebhinekaan di Indonesia.
Hakikat dari Wawasan Nusantara yaitu menyatukan perbedaan dan batasan wilayah di
seluruh Indonesia, sehingga dapat terwujud bangsa Indonesia yang bersatu dan utuh dalam
mencapai tujuan nasional. Wawasan Nusantara Indonesia dibentuk serta dijiwai oleh
pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berdasar falsafah Pancasila.
Termasuk pandangan geopolitik yang berdasarkan pemikiran kewilayahan kehidupan
bangsa Indonesia. Hal tersebut lantaran dasar pemikiran wawasan nusantara terdiri atas
filsafat, kewilayahan, sosial budaya, dan sejarah.
Tujuan wawasan nusantara sebagai Geopolitik Indonesia secara umum tertuang dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam UUD 1945, dijelaskan bahwa tujuan
kemerdekaan Indonesia ialah 'Untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Berikut tujuan Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia yang dibagi menjadi 2
macam:
a. Geopolitik Indonesia keluar
Tujuan wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia ke luar yaitu menjamin
kepentingan nasional dalam era globalisasi yang makin mendunia maupun kehidupan dalam
negeri. Tak hanya itu, Bangsa Indonesia juga turut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kerjasama serta saling menghormati.
Ini artinya bangsa Indonesia harus terus menerus mengamankan serta menjaga
kepentingan nasionalnya dalam kehidupan internasional dan dalam semua aspek kehidupan.
Aspek tersebut meliputi politik, ekonomi, sosial budaya maupun keamanan dan pertahanan.
Hal ini demi tercapainya tujuan nasional sesuai tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945.
b. Geopolitik Indonesia kedalam
Tujuan Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia ke dalam yaitu menjamin
persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan nasional. Aspek ini meliputi aspek ilmiah
maupun aspek sosial.
Bangsa Indonesia harus meningkatkan kepekaan dan berusaha untuk mencegah serta
mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintregasi bangsa. Bangsa
Indonesia juga harus terus menerus mengupayakan terjaganya persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan.

B. Zona Ekonomi Eksklusif adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar pantai, yang
mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di
dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di
atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari
kebutuhan yang mendesak. Penetapan universal wilayah ZEE seluas 200 mil laut akan
memberikan setidaknya 36% dari seluruh total area laut. Walaupun ini porsi yang relatif
kecil, di dalam area 200 mil laut yang diberikan menampilkan sekitar 90% dari seluruh
simpanan ikan komersial, 87% dari simpanan minyak dunia, dan 10% simpanan mangan.
Orbit Geostasioner (bahasa Inggris: geostationary orbit) adalah orbit geosinkron yang
berada tepat di atas ekuator Bumi (garis lintang 0°), dengan eksentrisitas orbital sama dengan
nol. Dari permukaan Bumi, objek yang berada di orbit geostasioner akan tampak diam (tidak
bergerak) di angkasa karena perioda orbit objek tersebut mengelilingi Bumi sama dengan
perioda rotasi Bumi. Orbit ini sangat diminati oleh operator-operator satelit buatan (termasuk
satelit komunikasi dan televisi). Karena letaknya konstan pada lintang 0°, lokasi satelit hanya
dibedakan oleh letaknya di bujur Bumi.
Ide satelit geostasioner untuk kegunaan komunikasi dipublikasikan pada tahun 1928 oleh
Herman Potočnik. Orbit geostasioner dipopulerkan pertama kali oleh penulis fiksi ilmiah
Arthur C. Clarke pada tahun 1945 sebagai orbit yang berguna untuk satelit komunikasi. Oleh
karena itu, orbit ini kadang disebut sebagai orbit Clarke. Dikenal pula istilah Sabuk Clarke
yang menunjukkan bagian angkasa 35,786 km dari permukaan laut rata-rata di atas ekuator di
mana orbit yang mendekati geostasioner dapat dicapai.
Orbit geostasioner sangat berguna karena dapat menyebabkan sebuah satelit seolah olah
diam terhadap satu titik di permukaan Bumi yang berputar. Akibatnya, sebuah antena dapat
menunjuk ke satu arah tertentu dan tetap berhubungan dengan satelit. Satelit mengorbit
searah dengan rotasi Bumi pada ketinggian sekitar 35,786 km (22,240 statute miles) di atas
permukaan tanah.

4. Jawaban
A. Ketahanan Nasional adalah istilah yang digunakan dalam konteks keamanan dan pertahanan
suatu negara. Berikut adalah penjelasan yang benar:
1. Ketahanan Nasional menurut Morgenthau:
Hans Morgenthau adalah seorang teoris hubungan internasional yang berfokus pada
realisme politik. Bagi Morgenthau, Ketahanan Nasional mengacu pada upaya suatu negara
untuk menjaga keutuhan dan keberlanjutan wilayahnya, melindungi kepentingan nasional,
dan mempertahankan kekuatan militer yang cukup. Morgenthau menekankan pentingnya
keamanan dan kekuatan sebagai prinsip utama dalam hubungan internasional.
2. Ketahanan Nasional menurut China:
Ketahanan Nasional dalam konteks China, atau "Guójiā Ānquán" (国家安全), juga
mengacu pada upaya negara untuk melindungi kepentingan nasional dan menjaga keamanan
wilayahnya. Namun, di China, konsep ini juga mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan
budaya. China memandang Ketahanan Nasional sebagai fondasi untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional yang berkelanjutan.
3. Ketahanan Nasional menurut Lemhannas:
Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional) di Indonesia menggunakan konsep
Ketahanan Nasional dalam konteks pertahanan dan keamanan nasional. Ketahanan Nasional
menurut Lemhannas mencakup berbagai aspek, termasuk pertahanan militer, keamanan
politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan sumber daya manusia. Lemhannas
menekankan pentingnya integrasi dan sinergi antara berbagai dimensi ketahanan untuk
memastikan keutuhan dan kelangsungan negara.
Perbedaan dan kesamaan dalam konsep Ketahanan Nasional ini terletak pada konteks,
skala, dan penekanan yang diberikan pada aspek-aspek tertentu. Morgenthau fokus pada
kekuatan militer dan keamanan, China mengaitkannya dengan tujuan pembangunan nasional
yang luas, sementara Lemhannas melihatnya sebagai integrasi berbagai aspek untuk
memastikan keutuhan negara.

B. Dalam konteks geostrategi, terdapat dua pendekatan umum terhadap ketahanan nasional:
pendekatan tradisional dan pendekatan yang lebih luas.
1. Pendekatan Tradisional:
Pendekatan tradisional dalam ketahanan nasional lebih fokus pada aspek militer dan
keamanan. Dalam hal ini, kemantapan ketahanan nasional dapat dipengaruhi oleh beberapa
kondisi dan gangguan, antara lain:
Ancaman Militer: Konflik bersenjata, invasi, atau agresi dari negara lain dapat
mengancam keutuhan dan keamanan nasional.
Contoh: Serangan militer oleh negara tetangga yang mengincar wilayah suatu negara.
Terorisme: Serangan teroris dapat menimbulkan ancaman terhadap stabilitas dan
keamanan nasional.
Contoh: Serangan bom di pusat kota yang menargetkan infrastruktur penting atau masyarakat
sipil.
Konflik Etnis dan Suku: Ketegangan antara kelompok etnis atau suku yang berpotensi
memicu konflik bersenjata dan mengganggu stabilitas nasional.
Contoh: Konflik antara kelompok etnis di suatu wilayah yang mengakibatkan ketidakstabilan
politik dan kekerasan.
Proliferasi Senjata Nuklir: Penyebaran senjata nuklir dapat mengubah keseimbangan
kekuatan dan mengancam keamanan nasional.
Contoh: Negara yang memperoleh senjata nuklir secara ilegal dan berpotensi
menggunakannya untuk tujuan agresif.
Solusi untuk mengatasi ketahanan nasional yang tidak mantap meliputi:
- Memperkuat kemampuan militer dan keamanan negara.
- Meningkatkan kerjasama internasional untuk memerangi terorisme.
- Menerapkan kebijakan yang mendorong rekonsiliasi antara kelompok etnis atau suku yang
konflik.
- Meningkatkan kontrol dan perjanjian internasional terkait nonproliferasi senjata nuklir.

2. Pendekatan yang Lebih Luas:


Pendekatan yang lebih luas dalam ketahanan nasional melibatkan aspek ekonomi, sosial,
politik, lingkungan, dan sumber daya manusia. Kondisi dan gangguan yang mempengaruhi
kemantapan ketahanan nasional dalam pendekatan ini dapat meliputi:

Ketergantungan Ekonomi: Tergantungnya negara pada impor yang tinggi,


ketergantungan pada sektor ekonomi tunggal, atau masalah ketimpangan ekonomi dapat
mengancam ketahanan ekonomi nasional.
Contoh: Negara yang tergantung pada impor energi secara besar-besaran dan menghadapi
gejolak harga energi dunia.
Krisis Sosial: Ketidakstabilan politik, ketimpangan sosial, ketegangan antar kelompok
masyarakat, atau krisis kesejahteraan sosial dapat mengancam stabilitas dan kohesi sosial
nasional.
Contoh: Unjuk rasa massal yang meluas

Anda mungkin juga menyukai