Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KOMUNIKASI

KOMUNIKASI PADA TINGKAT USIA ( ANAK, BAYI, DAN REMAJA )

DISUSUN OLEH :

1. SUCI PRASTIKA NUGRAHENI ( P1337420523036 )


2. DEA SEPTIANA ( P1337420523037 )
3. FADILA ZAHRA NOVIYANI ( P1337420523038 )
4. HESTI DWI UTAMI ( P1337420523039 )
5. AYU UTAMI ( P1337420523041 )
6. GALUH PRAMESTI ( P1337420523042 )
7. NABILA AULYA ADISTY ( P1337420523043 )
8. NIKEN MARIYAM PUSPITA L ( P1337420523044 )

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik, yakni dengan judul “Komunikasi
ada Tingkat Usia ( Anak, Bayi, dan Remaja )”.

Dengan membuat makalah ini, kami berharap kita semua mampu mengenal dan memahami materi
ini lebih dalam.Melalui penugasan ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami tentang
Komunikasi Pada Tingkat Usia ( Anak, Bayi, dan Remaja ). Selain itu, manfaat yang dapat
dirasakan adalah meningkatnya kompetensi pembelajaran para mahasiswa. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga masih belum dikatakan sempurna. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami dalam membuatnya.

Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
dan kualitas makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari

Wassalamualaikum Wr. Wb

Magelang, 05 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................ iiError! Bookmark not defined.
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 3
KOMUNIKASI PADA ANAK DAN BAYI ............................................................................................ 3
1. Prinsip dalam komunikasi pada anak ............................................................................................ 3
2. Cara dan Strategi berkomunikasi pada anak ................................................................................. 3
3. Hambatan dan pemecahan masalah dalam komunikasi pada anak ............................................... 6
KOMUNIKASI PADA REMAJA ............................................................................................................ 9
1.Prinsip Komunikasi Pada Remaja ...................................................................................................... 9
2.Cara Dan Strategi Komunikasi Pada Remaja..................................................................................... 9
3.Hambatan dan Pemecahan Masalah Dalam Komunikasi Pada Remaja ........................................... 10
BAB III....................................................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................................................. 12
KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 12
SARAN ................................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian dari aktivitas kehidupan manusia yang memiliki peranan
sangat vital. Dalam kehidupan sosial, masing-masing manusia tidak bisa dilepas dari jerat
kebutuhan komuniasi. Begitu pula dengan perawat, yang tidak lain merupakan salah satu
profesi pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bisa dikatan bahwa perawat memiliki waktu
yang paling lama dalam berinteraksi dengan pasien ketimbang petugas kesehatan lainnya
(Pribadi Zen MH, 2013).

Komunikasi dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak. Komunikasi verbal seperti
ekspresi vokal dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak atau menangis. Komunikasi non-
verbal sering disebut sebagai bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak-gerik, lenggak-lenggok,
ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi terhadap sesuatu, sedangkan komunikasi abstrak
seperti permainan, ekspresi artistik (seni), simbol, photografi dan cara memilih pakaian.
Hanya karena komunikasi abstrak memungkinkan menggunakan penguasaan dan
pengontrolan kesadaran melibihi komunikasi verbal (bersifat subyektif), maka komunikasi
abstrak kurang dapat dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang sebenarnya, khususya
dalam berkomunikasi dengan anak-anak (Mundakir, 2006).

Masa remaja adalah masa yang sulit. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada dua situasi
yang bertentangan, yaitu berpikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa. Kelompok
ini sering mengalami ketegangan karena sulitnya menentukan sikap antara berperilaku anak
dengan berperilaku sebagai orang dewasa. Masa ini adalah masa yang penuh konflik dan
dilema. Konflik yang terjadi dapat berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam dirinya,
sedangkan dilema yang terjadi dapat berhubungan dengan perbedaan nilai, persepsi, atau
keyakinan antara dirinya dengan orang dewasa. Remaja sering tidak mendapat tempat untuk
mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan Hal ini akan dapat mempengaruhi
komunikasi remaja terutama komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip komunikasi yang dilakukan pada anak, bayi, dan remaja?
2. Apa saja cara dan strategi komunikasi anak, bayi, dan remaja?
3. Apa saja hambatan komunikasi pada anak, bayi, dan remaja kemudian cara pemecahan
masalah dalam komunikasi tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami prinsip komunikasi pada anak, bayi, dan remaja

1
2. Untuk mengetahui dan memahami cara serta strategi komunikasi pada anak, bayi, dan
remaja
3. Untuk mengetahui dan memahami hambatan dan pemecahan masalah komunikasi pada
anak, bayi, dan remaja

2
BAB II

PEMBAHASAN

KOMUNIKASI PADA ANAK DAN BAYI


1. Prinsip dalam komunikasi pada anak
Dari sejak bayi lahir komunikasi non-verbal telah berlangsung secara bertahap,
mulai dari gerakan hingga ucapan-ucapan yang tidak jelas. Sebetulnya awal dari tahap
proses komunikasi telah terdapat saling pengertian antara anak dengan ibunya yaitu pada
saat ketika anak mulai belajar berbicara. Seorang ibu harus lebih telaten dan sabar karena
saat itulah proses pembelajaran melalui komunikasi dimulai.
Beberapa ahli komunikasi berpendapat bahwa komunikasi pribadi bermuara pada
situasi komunikasi yang berubah-ubah.Menurut Miller dan Steinberg (1975) kedudukan
dan peran komunikator dan komunikan bisa berganti-ganti. Dalam situasi anak usia dini
yang sedang tumbuh dan berkembang, pada awalnya anak selalu ingin tahu dengan banyak
bertanya. Tetapi sebaliknya dapat pula dalam tahap pembelajaran orang tua berusaha untuk
menangkap pesan dan berusaha mengerti ucapan anak yang belum jelas. Perilaku non-
verbal seperti ini mampu menghasikan suasana kedekatan (proximity) social distance
antara komunikator dan komunikan, antara anak dan orang tua, antara anak dan pengasuh
serta antara anggota keluarga.
Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses yang mekanik dan kompleks, serta
canggih dari awal hingga akhir sehingga mudah terkena gangguan pada subsistem-
subsistem pendukung (Cassagrande, 1987). Pada anak usai dini hubungan perilaku dan
sikap sangat erat hubungannya terutama karena adanya stimulasi 233 Siti Anggraini,
KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI yang disengaja atau karena pengaruh
lingungaaan. Misalnya perilaku anak yang tidak menyukai makanan yang diberikan maka
anak bersikap seakan tidak mau makan. Akan tetapi setelah dipersuasi dengan bujukan
kata-kata apakah berupa iming-iming atau janji-janji maka anak akan berubah sikap.

2. Cara dan Strategi berkomunikasi pada anak


▪ Cara berkomunikasi pada anak
a) Pada Bayi
1. Verbal
a. Dengan cara menimang-nimang saat tidur dan menyanyikannya lagu.
b. Dengan cara merespon tangisannya.
c. Mengajak bicara setiap akan melakukan suatu hal
2. Non Verbal
a. Dengan cara sentuhan.
b. Dengan nada suara.
c. Dengan ekspresi.

3
b) Pada Anak
1. Verbal
a. Menulis
Menuis adalah satu alternative pendekatan komunikasi bagi anak, remaja
muda dan praremaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa/
menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga untuk membaca beberapa bagian.
Dengan menulis anak-anak lebih riil dan nyata.

b. Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi berharga melalui
pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa
anak-anak mengungkapkan tentang dirinya.

c. Gerakan Gambar Keluarga


Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan
respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota
keluarga yang lainnya. Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah
gambar keluarga.

d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang
berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang
kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk
melambangkan orang-orang

2. Non Verbal
a. Teknik orang ketiga
Teknik semacam ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, semisal
“ia” atau “mereka”. Teknik tersebut sangat membantu guna mengurangi perasaan
terancam pada diri anak dibandingkan dengan bertanya secara langsung pada diri
mereka. Cara semacam ini sangt efektif guna memberikan kesempatan kepada
anak guna memilih setuju tanpa ada keinginan untuk bertahan.

b. NLP (Neuro Linguistik Programming)


Pendekatan ini dilakukan untuk mengerti proses suatu komunikasi, yaitu
dengan memperhatikan cara, gaya, atau kelakuan individu. Seorang perawat bisa
menggunakan sensoris yang sama guna meningkatkan hubungan sekaligus
mengomunikasikan informasi yang lebih efektif, seperti jenis orang

1) Tipe Visual (penglihatan)


Orang yang biasa memanfaatkan alat bantu visual, seperti diagram dan
ilustrasi.

4
2) Tipe Mendengar (Pendengaran)
Orang yang biasa menggunakan kata-kata atau suara.

3) Tipe kinestetis
Orang yang memiliki kecenderungan belajar dari manipulasi objek.

c. Facilitative Responding
Mendengarkan secara seksama sama sekaligus membayangkan kembali perasaan
pasien dan isi pernyataan anak.

d. Story Telling (Bercerita)


Fungsi cerita tidak hanya membantu membuka pikiran anak, tetapi berguna untuk
mengubah menghilangkan rasa takut dan persepsi anak.

e. Bibliotherapy
Adapun petunjuk umum bagi seorang perawat dalam menggunakan bibliotherapy
adalah:

1) Jajaki perkembangan emosi serta pengetahuan anak


2) Hayati isi buku serta sesuaikan dengan tingkat usia anak.
3) Menikmati buku tersebut bersama anak.
4) Menyisir secara lebih mendalam mengenai isi yang terkandung dalam buku
tersebut kemudian ceritakan kembali.
f. Fantasi
Bentuk khusus dari bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasi,
penting bagi seorang perawat untuk memberikan penjelasan terhadap anak
mengenai arti dari cerita dongeng tersebut.

g. Mimpi
Salah satu cara pada ilmu psikoterapi guna mengatasi penafsiran mimpi
dengan menanyakan kepada anak atau orang tua mengenai mimpi yang
dialaminya.

h. Three Wishes
Tiga permintaan merupakan salah satu teknik yang sangat efektif serta
merupakan salah satu strategi guna mengundang anak-anak kedalam suatu
komunikasi.

▪ Stategi berkomunikasi pada anak


a. Penggunaan Istilah
Komunikator baik pendidik, orang dewasa ataupun guru harus memilih
penggunaan istilah dengan tepat agar para komunikanyaitu pihak penerima
pesan dalam hal ini anak usia dini atau anak didik lebih cepat memahami apa

5
yang disampaikan. Sebagai contoh, ungkapan kata “mungkin, barangkali, bisa
saja” dstnya, bisa berakibat salah tafsir. Bisa saja komunikator bermaksud
mengatakan: bolehtetapi ia mengatakan bisa saja dalam kalimat “Bisa
sajakalian membawa bekal makanan dari rumah”. Hal ini akan sedikit
membingungkan para komunikan atau anak didik. Para komunikan mungkin
merasa ragu untuk membawa makanan. Berbeda dengan “Kalian
bolehmembawa bekal makanan dari rumah”. 54 Vol. XI, No. 1, Juni 2018
Husnul B ahri| Strategi Komunikasi Terhadap Anak Usia Dini 54.
b. Berkesinambungan
Komunikator tentunya sudah memiliki perencanaan sebelum melakukan
komunikasi terhadap komunikan. Bila dilakukan didalam proses pebelajaran
maka jika tidak memiliki perencanaan yang baik, dimungkinkan apa yang
menjadi sasaran pembelajaran tidak tercapai. Guru yang tidak melakukan
perencanaan dengan baik akan melenceng terhadap topik yang dibicarakan.
Sehingga dibutuhkan suatu presentasi yang berkesinambungan dan runtut agar
mudah dipahami. Secara umum, biasanya dengan pengantar (pengenalan)
terhadap suatu tema lalu masuk ke isi dan akhirnya review atau penutup.
Dengan kata lain, penjelasan guru harus terfokus dan tidak menyampaikan hal-
hal yang tidak penting apalagi hal yang tidak penting ini disampaikan secara
berkepanjangan. Dengan demikian komunikasi diyakini akan menjadi efektif.
c. Aba-abauntuk berpindah tema
Guru harus memberikan aba-aba melalui berbagai cara yang tepat agar para
siswa mengerti akan adanya topik baru yang harus dicermati. Hal ini
akanmenjadikan efektifnya suatu komunikasi. Siswa akan mempersiapkan diri
menyimak hal-hal baru / topik baru. “Anak-anak tadi kalian sudah mempelajari
kata benda dengan contoh-contohnya, sekarang kita akan membahas kata yang
bermakna berbeda, namanya kata sifat, anak anak sudah siap…? Dengan
ungkapan seperti ini, anak didik akanmenyadari bahwa mereka akan
menghadapi pembahasan baru, sehingga mereka harus terfokus pada yang baru
tersebut agar bisa memahami hal yang baru itu. Anak didik diharapkan akan
berpikir apakah yang baru ada kaitannya dengan yang lama atau tidak tentunya
setelah mendengar dan melakukan diskusi atau pembahasan

3. Hambatan dan pemecahan masalah dalam komunikasi pada anak


Hambatan-hambatan komunikasi anak terhadap orang tua maupun teman
sejawatnya adalah sering orang tua tidak bisa membaca bahasa tubuh anak-anak dan tidak
bisa memahami perasaan anak serta 12 gaya komunikasi populer yang dilakukan orang tua.
Pemahaman perasaan anak ini kadang memang susah diartikan, misalnya anak pulang dari
sekolah sambil lesu dan tegang. Sampai rumah langsung bilang “ulanganku jelek dan
temen-temen meledeki aku”. kadang orang tua hanya memandang saja dan bilang “gitu

6
saja lemes, makanya belajar”. atau anak kelihatan lemes dan tidak bergairah, kadang orang
tua hanya bilang “ tuh kan sudah dibilangi, jangan lari-lari, sakitkan sekarang” . anak
sebenarnya tidak butuh diingatkan atau dimarahi seperti itu, tetapi butuh pelukan dan kasih
sayang, butuh ditenangkan. Orang tua seharusnya memahami bahasa tubuh anak sehingga
bisa memahami perasaan anak agar komunikasi antara anak dan orang tua bisa berjalan
wajar dan ank tidak terkendala dalam berkomunikasi. Hambatan yang paling besar
komunikasi anak adalah gaya-gaya populer orang tua dalam berkomunikasi. Yaitu :

1. Memerintah
Tujuan orang tua memerintah adalah orang tua ingin mengendalikan
masalah dengan cepat dan praktis. Pesan yang ditangkap anak adalah mereka
harus patuh, tidak boleh membantah dan anak tidak punya pilihan lain. Dengan
komunikasi model seperti ini anak jadi terbiasa tidak mau berkomunikasi
karena dalam dirinya ada anggapan bahwa berkomunikasipun akan percuma
karena tidak akan dindengar oleh orang tuanya.
2. Menyalahkan
Tujuan orang tua menyalahkan adalah orang tua ingin menunjukan
kesalahan anak sehingga tidak diulang kembali, tetapi pesan yang ditangkap
anak adalah anak merasa tidak pernah benar dan baik.Dengan komunikasi
seperti ini anak menjadi tidak mau berkomunikasi karena berkomunikasi yang
benar maupun baik tetap saja merasa tidak dianggap oleh orang tuanya.
3. Meremehkan
Tujuan orang tua meremehkan adalah menunjukan ketidakmampuan anak
dan merasa orang tua merasa lebih mampu, tetapi pesan yang diterima oleh anak
adalah anak merasa tidak berharga dan tidak mampu.Dengan model komunikasi
seperti ini anak tidak memiliki kepercayaan diri untuk berkomunikasi, karena
baru mau berkomunikasi sudah dianggap tidak mampu.
4. Membandingkan
Tujuan orang tua membandingkan ini adalah orang tua ingin memberi
motivasi dengan memberi contoh orang lain, tetapi pesan yang diterima anak
adalah anak merasa tidak disayang, pilih kasih dan merasa dirinya selalu jelek.
Dengan model komunikasi seperti ini anak merasa tidak berharga dan rasa
percaya dirinya menjadi 6Zahroh. 2002. Komunikasi dalam Pengasuhan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 53 Vol. XI, No. 1, Juni 2018 Husnul
B ahri| Strategi Komunikasi Terhadap Anak Usia Dini 53 rendah.
5. Mencap
Tujuan orang tua mencap adalah ingin memberi tahu kekurangan anak,
tetapi pesan yang diterima oleh anak adalah merasa anak yang seperti itu dan
merasa tidak berdaya.
6. Mengancam

7
Tujuan orang tua mengancam adalah agar anak patuh dan menurut dengan
proses yang cepat, tetapi pesan yang diterima oleh anak adalah anak merasa
cemas dan mengalami ketakutan. Dengan model komunikasi seperti ini anak
merasa takut untuk berkomunikasi dengan orang tuanya.
7. Menasehati
Tujuan orang tua menasehati adalah agar anak tahu mana yang baik dan
mana yang buruk, tetapi pesan yang diterima oleh anak adalah orang tuanya
terlalu bawel, sok tahu dan membosankan. Model komunikasi seperti ini
membuat anak merasa bodoh dan tidak tahu apa-apa dibandingkan dengan
orang tuanya.
8. Membohongi
Tujuan orang tua membohongi adalah agar urusan menjadi gampang dan
mudah serta anak tidak bertanya-tanya lagi, tetapi pesan yang diterima oleh
anak adalah semua orang dewasa tidak dapat dipercaya dan suka bohong.
Komunikasi model seperti ini juga menciptakan anak suka berbohong, karena
melihat orang tuanya.
9. Menghibur
Tujuan orang tua menghibur adalah agar anak tidak sedih atau kecewa,
sehingga anak jadi senang dan tidak larut dalam kesedihan, tetapi pesan yang
diterima oleh anak adalah anak tidak suka dihibur, karena kemarahan anak pada
teman sejawat atau pada orang tua itu bersifat spontan dan cepat hilang. Jadi
hiburan terhadap anak sebenarnya sangat tidak diperlukan.
10. Mengkritik
Tujuan orang tua menghibur adalah agar anaknya memperbaiki kesalahan
dan meningkatkan kemampuan anak tersebut, namun pesan yang diterima anak
adalah diri anak akan selalu merasa kurang dan salah. Pada dasarnya anak tidak
suka dikritik karena akan kehilangan motivasi dan percaya diri.
11. Menyindir
Tujuan orang tua menghibur adalahmemotivasi, mengingatkan agar tidak
selalu melakukan kesalahan dengan cara menyatakan yng sebaliknya, namun
pesan yang diterima anak adalah hal itu sangat menyakitkan hati dan perasaan
anak.
12. Menganalisa
Tujuan orang tua menganalisa adalah orang tua mencari penyebab sisi
positif dan negatif anak atau kesalahan anak dan berupaya mencegah agar tidak
melakukan kesalahn yang sama lagi, namun pesan yang diterima anak adalah
menganggap orang tua sok pintar dan sok tahu perasaan anak.
Dari pemahaman gaya-gaya komunikasi dalam pengasuhan yang populer
ini, maka orang tua merasakan betapa pentingnya memahami bahasa tubuh
anak, jadi orang tua bisa menebak suasana hati anak. Kalaupun salah

8
menebaknya, anak akan memberikan petunjuk sampai kita bisa tahu apa yang
sebenarnya dirasakan anak dan anak sendiri akhirnya mengenali perasaan apa
yang dia rasakan.

KOMUNIKASI PADA REMAJA


1.Prinsip Komunikasi Pada Remaja
Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat. Pada usia remaja, pola perkembangan kognisinya sudah mulai 65
berpikir secara konseptual mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa,
sedangkan secara emosional sudah mulai menunjukkan perasaan malu. Anak usia remaja
sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi.
Sehubungan dengan perkembangan komunikasi ini, yang dapat kita lakukan adalah
mengizinkan remaja berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya. Hindari beberapa
pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi karena
akan menimbulkan ketidakpercayaan remaja.
Dalam berkomunikasi dengan remaja perawat atau orang dewasa lain harus mampu
bersikap sebagai “SAHABAT” buat remaja. Tidak meremehkan atau memperlakukan dia
sebagai anak kecil dan tidak membiarkan dia berperilaku sebagai orang dewasa. Pola asuh
remaja perlu cara khusus. Walau usia masih tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan
seperti anak kecil. Remaja sudah mulai menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang
berkumpul bersama teman sebaya ketimbang dengan orang tua.

2.Cara Dan Strategi Komunikasi Pada Remaja


1. Cara Komunikasi Pada Remaja
a. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya.
b. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan sikapnya.
c. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespons yang
berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional.
d. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan membantu untuk
menyelesaikan dengan mendiskusikannya.
e. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja, tempat
berbagi cerita suka dan duka.
f. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkerama dengan
mereka serta sering melakukan makan bersama.

2. Strategi Komunikasi Pada Remaja


Melakukan komunikasi dengan remaja merupakan hal penting yang dilakukan
untuk membangun kedekatan dan menjaga hubungan yang baik dengan remaja. Upaya
yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan ketika berkomunikasi dengan remaja untuk

9
menggali masalah yang sedang dihadapi remaja tersebut dapat dilakukan dengan beberapa
strategi diantaranya:
a. Adanya pihak ketiga
Dalam proses komunikasi dapat melibatkan orangtua ataupun orang terdekat remaja.
Pelibatan ini diharapkan dapat membangun rasa kepercayaan remaja.
b. Memfasilitasi
Remaja, adalah bagian cara berkomunikasi yang digunakan berfokus pada ekspresi
maupun respon yang diungkapkan oleh remaja. Setiap ungkapan yang ditunjukan
remaja dapat direspon dengan mendengarkan penuh perhatian dan menghindari
memberikan respon balik yang negatif kepada remaja tersebut.
c. Meminta Menyebut Keinginan
Strategi ini dilakukan dengan cara meminta remaja menyebutkan apa yang dirinya
inginkan ataupun harapan dari hal-hal yang telah diungkapkan dalam upaya
penyelesaian masalah yang dihadapi.
d. Pilihan Pro dan Kontra
Dilakukan dalam tujuan agar remaja dapat mengambil keputusan terhadap masalah
yang dihadapi. Teknik yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan alternatif
pilihan berupa hal yang positif dan hal yang negatif.
e. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit
pada anak seperti penguapan perasaan nyeri, cemas, sedih, dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
f. Menulis
Strategi ini dilakukan pada remaja yang sulit untuk mengungkapkan permasalahan
melalui verbal. Petugas kesehatan dapat meminta remaja menuliskan

3.Hambatan dan Pemecahan Masalah Dalam Komunikasi Pada Remaja


Komunikasi sebagai bagian terpenting bagi manusia untuk saling berinteraksi dengan
sesama. Komunikasi yang di lakukan terkadang memiliki keterbatasan dan seringkali kurang
efektif. Beberapa hambatan dalam komunikasi yang dapat terjadi khususnya pada remaja
seperti adanya hambatan fisik, hambatan psikologis dan semantik.
a. Hambatan Fisik
1) Gangguan noise/bising yang terjadi saat proses komunikasi berlangsung dapat
dipengaruhi oleh jarak komunikator dengan komunikan.
2) Kemampuan bertanya yang buruk dapat mengakibatkan sulitnya menggali
permasalahan dari remaja dan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain,
3) Kemampuan Menjawab yang buruk membuat proses komunikasi yang dilakukan
tidak efektif karena jawaban yang diterima tidak sesuai yang diharapkan oleh remaja.

10
4) Kurang menguasai materi dan kondisi mengakibatkan komunikasi yang berlangsung
kurang terarah karena tidak paham dengan situasi permasalahan yang dihadapi,
sehingga komunikasi cenderung monoton.
5) Kurang persiapan, perencanaan yang baik diperlukan sebelum memulai komunikasi
dengan remaja agar komunikasi lancar dan optimal dilakukan.
b. Hambatan Psikologis
1) Mendengar, Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar dan tanggapi.
Sama seperti remaja, cenderung lebih mendengar sesuatu yang dapat menarik
perhatiannya atau sesuatu yang memang mereka ingin dengar.
2) Mengabaikan informasi, ketika sesuatu yang dibicarakan tidak sesuai dengan ide,
gagasan dan pandangan kita maka informasi yang diberikan tentu akan terabaikan.
3) Menilai sumber informasi, Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi.
Terlebih jika ada seorang remaja yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita
cenderung mengabaikannya karena menganggap mereka belum dewasa dan informasi
dari mereka belum pasti benar.
4) Pengaruh emosi, saat berada dalam keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk
menerima informasi. Apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan
diterima dan ditanggapinya.
5) Kecurigaan, Kembangkan sikap berbaik sangka pada semua orang termasuk dengan
remaja, perlunya berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh
remaja.
6) Tidak jujur, Karakter dasar komunikator seringkali ditampilkan selama pembelajaran
komunikasi pada remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita harus
kejujuran dalam selalu menerapkan berkomunikasi.
7) Tertutup, ketika kita menyadari memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses
pembelajaran, sebaiknya tidak memaksakan diri menjadi komunikator. Sebab dalam
proses itu diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, serta keterlibatan
c. Semantik
1) Timbulnya persepsi yang berbeda antara komunikan dengan komunikator
2) Kata yang diucapkan memiliki arti lain bagi orang yang berbeda
3) Terjemahan yang salah ketika komunikasi berlangsung 4) Semantik yaitu pesan
bermakna ganda

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan
melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak
dan remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara
berkomunikasi dengan anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang
mempengaruhi komuikasi.

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai
data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah
keperawatan atau tindakan keperawatan. Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat
perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan - hambatan yang
mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah
bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang 19 umur dapat
dibedakan atas bayi (0-1), toddler (1-3), anak-anak pra sekolah (3-5), anak usia sekolah (5-
12).

Masa remaja adalah masa yang sulit. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada dua situasi
yang bertentangan, yaitu berpikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa. Dalam
berkomunikasi dengan remaja perawat atau orang dewasa lain harus mampu bersikap sebagai
“SAHABAT” buat remaja. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada
mereka untuk mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya.
Terdapat beberapa cara untuk berkomunikasi pada remaja diantaranya, mengajak remaja
berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan sikapnya, jangan memotong pembicaraan,
memberikan support atas segala masalah yang dihadapinya, perawat atau orang dewasa lain
harus dapat menjadi sahabat buat remaja, tempat berbagi cerita suka dan duka, duduk bersama
remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkerama dengan mereka serta sering
melakukan makan bersama. Terdapat juga strategi dalam komunikasi pada orang dewasa yaitu
: adanya pihak ketiga, memfasilitasi, meminta untuk menyebutkan keinginannya, pilihan pro
dan kontra, penggunaan skala serta menulis.
Hambatan dalam komunikasi pada remaja dibagi menjadi 2 yaitu hambatan fisik dan
hambatan psikologis.

12
SARAN
Sebaiknya dalam melakukan komunikasi kita harus bersikap ramah, sopan, dan mampu
menempatkan diri terhadap orang yang berkomunikasi dengan melihat tingkatan usia,latar
belakang dan budayanya

13
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, A., & Siyoto, S. (2021). Aplikasi komunikasi terapeutik nursing & health. Penerbit Andi.

Leniwita, H., & Aritonang, Y. A. (2019). Modul Komunikasi Keperawatan.

Pertiwi, M. R., Wardhani, A., Kep, S., Kep, N. M., Raziansyah, S. K., Lucia Firsty, P. K., ... &
Arnianti, S. K. (2022). Komunikasi Terapeutik dalam Kesehatan. Rizmedia Pustaka Indonesia.

Anggraini, S. (2015). Komunikasi Pada Anak Usia Dini. WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu
Komunikasi, 14(3), 230-240.

Bahri, H. (2018). Strategi komunikasi terhadap anak usia dini. Nuansa: Jurnal Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 11(1).

14

Anda mungkin juga menyukai