Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN

UPAYA PENINGKATAN DAN PELAKSANAAN PROGAM GIZI


PUSKESMAS REMBANG 2

Di susun oleh :

1. Hj. Puji astuti


2. Heni lestiana
3. Nur aini
4. Susanti
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan,
kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan
gizi.
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan
individu dan masyarakat.
Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan
fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat
berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas
kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini.
Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit
tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah
konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu
dan masyarakat.
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan meningkatkan
risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular
(penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang
merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di
Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

Sebagian besar penyakit tidak menular terkait-gizi di atas berasosiasi dengan


kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Data Riskesdas
2007, 2010, 2013 memperlihatkan kecenderungan prevalensi obese (IMT > 27) semua
kelompok umur. Anak balita 12,2%, 14% dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007,
2010) naik dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas 2007, 2010)
naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki-laki obese 19,7% dan
perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010, 2013]. Kelebihan gizi ini timbul akibat
kelebihan asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam;
tetapi kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan serealia utuh,
serta kurang melakukan aktivitas fisik.
Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang.
Hasil penelitian Riskesdas 2010 menyatakan gambaran sebagai berikut. Pertama, masih
banyak penduduk yang tidak cukup mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Berdasarkan Riskesdas 2013, 93,5% penduduk usia di atas 10 tahun mengonsumsi
sayuran dan buah-buahan masih di bawah anjuran. Kedua, kualitas protein yang dikonsumsi
rata-rata perorang perhari masih rendah karena sebagian besar berasal dari protein nabati
seperti serealia dan kacang-kacangan. Ketiga, konsumsi makanan dan minuman berkadar
gula tinggi, garam tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat perkotaan maupun
perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat, asupan air pada remaja masih rendah. Kelima,
cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih
rendah (61,5%).
Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki
masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus (wasting) anak balita dari 13,6%
menjadi 13,3% dan menurun 12,1%. Sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita
pendek (stunting) sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight)
berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah sampai remaja
berdasarkan Riskesdas 2010 sebesar 28,5%.
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak janin
sampai anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap perkembangan fisik, tetapi juga
terhadap perkembangan kognitif yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kecerdasan
dan ketangkasan berpikir serta terhadap produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa ini
juga dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan diabetes.
Pencegahan timbulnya masalah gizi tersebut, memerlukan kegiatan sosialisasi
pedoman Gizi Seimbang yang bisa dijadikan sebagai panduan makan, beraktivitas fisik,
hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan
normal.
Dalam upaya mengoptimalkan penyampaian pesan Gizi Seimbang kepada masyarakat,
diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan berbasis masyarakat.
Pendidikan dan penyuluhan gizi dengan menggunakan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang
dimulai 1952, telah berhasil menanamkan pengertian tentang pentingnya gizi dan kemudian
merubah perilaku konsumsi masyarakat.
Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof.
Poorwo Soedarmo yang terinspirasi dari Basic Four Amerika Serikat yang mulai
diperkenalkan pada era 1940an adalah menu makanan yang terdiri dari makanan pokok,
lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta minum susu untuk menyempurnakan menu
tersebut. Namun slogan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan
permasalahan gizi dewasa ini sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang
sesuai dengan kondisi saat ini. Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan
konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu mengatasi beban
ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.

Di Indonesia prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan


mendasar antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah:
Konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi)
yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi makanan harus
memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas
fisik dan memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal.

Perubahan perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan sosialisasi,


pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada masyarakat serta kegiatan konseling, demo
percontohan dan praktik Gizi Seimbang. Keberhasilan kegiatan tersebut sangat ditentukan
oleh peran Pemerintah baik tingkat Pusat maupun Daerah dan peran serta Masyarakat
secara aktif. Keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor tenaga, sarana, sumber daya,
metode, media dan berkelanjutan.

Agar kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, konseling, demo


percontohan dan praktik Gizi Seimbang dapat dilaksanakan dengan optimal perlu adanya
kejelasan tugas dan tanggung jawab petugas dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Selain
itu perlu ditekankan pentingnya peran aktif pemangku kepentingan kesehatan yang lain
dalam melaksanakan kegiatan untuk merubah sikap dan praktik kesehatan dan gizi
masyarakat, termasuk peran instansi lain seperti Pendidikan dan Kebudayaan, Agama,
BKKBN, Pertanian, Dalam Negeri, Perindustrian, Perdagangan, Kelautan dan Perikanan,
Sektor Swasta dan Masyarakat.

B. TUJUAN
Tujuan umum :
Meningkatkan status gizi masyarakat wilayah puskesmas rembang 2
Tujuan khusus :
a. Masyarakat dapat mengetahui apa itu gizi seimbang
b. Masyarakat mengetahui gizi untuk berbagai kelompok mulai ibu hamil, ibu
menyusui,Bayi, BADUTA, BATITA,BALITA , remaja, dan kelompok usia
lanjut
c. Orang tua mampu berperan aktif untuk tumbuh kembang anak menimbang
tiap bulan sesuai KMS
d. Masyarakat mampu dan mau berperan aktif dalam memberikan ASI Eklusif.
e. Meningkatkan dukungan kebijakan peningkatan KADARZI dari para
pengambil keputusan di pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
f. Meningkatkan aksi nyata berbagai komponen masyarakat untuk menumbuh
kembangkan perilaku KADARZI.
g. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga yang sadar gizi
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Pelayanan yang digunakan untuk memenuhi gizi seimbang di lakukan didalam gedung dan
di luar gedung.

DALAM GEDUNG  IMD


 Konseling laktasi
 Konseling gizi

LUAR GEDUNG  Penyuluhan anemia remaja putri


di sekolah SMP dan SMA
 Pemberian tablet tambah darah di
sekolah
 Penyuluhan gizi untuk ibu hamil
dan pemberian Fe
 Penyuluhan tentang AE
 Pemantauan status gizi bayi dan
balita
 Penyuluhan dan pemberian vit A
 Penyuluhan tentang GAKY

Pelayanan yang digunakan untuk memenuhi Penggunaan KMS di lakukan didlam gedung
dan di luar gedung

DALAM GEDUNG  Penyuluhan tumbuh kembang anak

LUAR GEDUNG  Melakukan posyandu setiap bulan


D. BATASAN OPERASIONAL
Agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan remaja, ibu
hamil,bayi,balita
NO ISTILAH PENJELASAN
1 BGM Bawah garis merah adalah BB balita hasil penimbangan yang di
titikkan dalam KMS dan berda dibawah garis merah
2 Gizi buruk Keadaan gizi yang ditandai dengan 1 atau lebih tanda berikut,
sangat kurus, oedema, minimal pada kedua punggung kaki,
BB/PB ,LILA < 11,5 cm
3 Anemia Keadaan dimana hemoglobin anak sekolah dan wanita dewasa
< 12 g % yang di tandai dengan 5 L
4 KEP Kurang energy protein atau kurang kalori protein adalah keadaan
kurang gizi pada anak yang di sebabkan oleh kurangnya asupan
energy dan protein
5 ASI EKLUSIF Adalah pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan apapun
usia 0- 6 bulan.kecuali obat.
6 Garam Diperiksa dengan yodium,yang dibutuhkan tubuh Untuk
beryodium membuat hormon yang mengatur pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan

7 Kadarzi Keluarga sadar gizi yang pelksanaannya meliputi keluarga


menimbang balitanya, ASI Ekslusif, mangkonsumsi lauk hewani
sayur buah ,garam yodium,vit A,tablet Fe,
8 TIDAK NAIK grafik berat badan
(T); memotong garis pertumbuhan dibawahnya;
kenaikan berat badan <KBM (<800 g)
9 NAIK (N), grafik berat badan memotong
garis pertumbuhan diatasnya; kenaikan
berat badan >KBM (>900 g)
10 Pemberian Fe 1 Ibu hamil yang mendapat minimal 30 tab Fe ( supplement zat
besi selama periode kehamilannya disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
11 Pemberian Fe 30 Ibu hamil yang mendapat minimal 90 tab Fe ( supplement zat
besi ) selama periode kehamilnnya disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
12 Gizi Seimbang susunan hidangan makanan sehari yang terdiri atas berbagai
adalah ragam bahan makanan yang berkualitas dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai dengan aktifitas fisik, umur, jenis
kelamin dan keadaan fisiologi tubuh sehingga dapat memenuhi
kebutuhan gizi seseorang, guna pemeliharaan dan perbaikan
sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal.

13 Pelayanan Gizi rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan gizi


perorangan dan masyarakat melalui upaya pencegahan,
peningkatan, penyembuhan, dan pemulihan yang
dilakukan di masyarakat dan fasilitas pelayanan
kesehatan.

14 Angka suatu nilai acuan kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi
Kecukupan Gizi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, aktivitas fisik untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.

15 Tenaga Gizi setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.

16 Fasilitas suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk


Pelayanan menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
Kesehatan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.

17 Pemerintah, Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan


pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

E. LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 14 yang mengatur tentang gizi


masyarakat
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang Standar Antropomertri penilaian status gizi anak.
3. KEPMENKES RI NO. 920/MENKES/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak
balita
4. PMK no 23 tentang upaya perbaikan gizi
5. PMK no 41 tentang pedoman gizi seimbang
6. PMK no 155 tentang penggunaan KMS
7. PMK no 33 tentang pemberian ASI ekslusif

BAB II

STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBERDAYA MANUSIA
Idealnya petugas gizi yang lulusan dari D3 gizi atau S1 Gizi namun dalam
pelaksanaannya di puskesmas rembang 2 mempunyai karyawan yang sangat terbatas dan
mempunyai tugas masing-masing yang tidak sama banyak karyawan yang merangkap 2-4
program kebetulan yang memegang program gizi dirangkap tenaga lain. Dalam kegiatan
ini juga melibatkan sektor terkait yaitu Camat,PKK,UPT KB,Diknas,Agama,Pertanian dan
sektor lainnya dibidang kesehatan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Menyiapkan tenaga medis Puskesmas/ Tim Kesehatan, terdiri atas:
 Tim Inti :
Dari puskesmas induk 1 orang (pemegang progamsebagai penanggung jawab program )
 Tim Pendukung :
Dari tiap- tiap pustu 1 orang
 Tim promosi kesehatan :
Pemegang progam dibantu oleh masing –masing pustu di puskesmas rembang 2
.
2. Status Pegawai :
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Dalam hal ini segala ketentuan dan pola pengaturan tenaga PNS diatur tersendiri dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pegawai Non PNS terdiri dari :
Pegawai Wiyata Bakti : adalah tenaga yang diangkat oleh Kepala Puskesmas Rembang
2 untuk masa kerja selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang kembali apabila
tenaganya masih dibutuhkan oleh pihak Puskesmas Rembang 2. Apabila pegawai tidak
tetap mengundurkan diri selama masa kontrak, maka diwajibkan mengembalikan honor
yang telah diterima sesuai masa kontrak yang telah dijalani.
Pegawai Tidak Tetap : Dalam hal ini segala ketentuan tenaga PTT diatur tersendiri
dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
Namun kenyataan Dipuskesmas rembang 2 belum ada.

C. JADWAL KEGIATAN
Dalam gedung

No Kegiatan Keterangan
1 Pojok gizi Seminggu sekali (kamis)
2 Pojok laktasi Seminggu sekali (kamis)
Luar gedung

No Kegiatan Keterangan
1 Pemantauan status gizi BALITA Sebulan sekali di desa
2 Pemberian Vit A 6 bulan sekali (feb/ agustus)
3 Penyuluhan AE 1 bulan sekali posyandu/
kelas bumil
4 Distribusi tablet Fe ibu hamil 1 bulan sekali ibu hamil
5 Penyuluhan tentang anemi dan Distribusi tablet Fe 6 bulan sekali
remaja
6 Pendistribusi MP ASI Bila ada progam
7 Distribusi biscuit ibu hamil Bila ada progam
8 Pendataan KADARZI 1 tahun sekali
9 Penyuluhan dan pemeriksaan GAKY di sekolah Bila ada progam
10 Penyuluhan dan pemeriksaan GAKY untuk ibu 1 bulan sekali
hamil

Jadwal kegiatan dibuat 1 bulan sekali,3 bulan sekali,6 bulan sekali sesuai dengan
kegiatan yang ada ( rutin ) serta kerjasama dengan lintas terkait yang ada dalam
pelaksanaan kegiatan biar berjalan dengan baik.

BAB III

STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG

Menurut ketentuan denah ruang untuk gizi tidak ada namun tetap menyesuaikan
lingkungan dan tempat yang ada sesuai dengan keadaan

B. STANDAR FASILITAS ( sesuai permenkes 75 tahun 2014 tentang Puskesmas )


Pojok ASI

NO JENIS PERALATAN JUMLAH PERALATAN MINIMAL


PUSK NON PUSK RAWAT
RAWAT INAP INAP
I Set ASI
1 Breast pump 1 1
II BAHAN HABIS PAKAI
1 Cairan desinfektan tangan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
2 Cairan desinfektan ruangan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
III PERLENGKAPAN
1 Buku panduan untuk kader posyandu 2 2
2 Lembar Kadarsi 2 2
3 Timbangan BB 2 2
4 Kohort BUMIL, bayi dan BALITA 2 2
5 Microtois 2 2
6 Pita lila 2
7 Lembar balik tentang gizi 2 2
8 Antroprometri WHO 2 2
9 Food model Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
10 Persediaan Vit A bufas dan balita Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
11 Persediaan Fe remaja,ibu hamil dan ibu nifas Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
12 APE Gizi Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
13 Pemeriksaan garam beryodium 2 2
14 Petunjuk teknis pengelolaan MP ASI 2 2
15 Management Laktasi 2 2
16 Pedoman pelayanan anak gizi buruk 2 2
17 Administrasi posyandu sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
18 Klasifikasi tumbuh kembang balita sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
19 Pedoman pemantauan konsumsi gizi sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
20 Standar pertumbuhan balita sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
21 Buku KIA sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan

BAB IV

TATALAKSANA UPAYA
A. GIZI SEIMBANG
PRINSIP GIZI SEIMBANG
a. Empat Pilar Gizi Seimbang
Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 1955
merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1992.
Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan
sejak tahun 1952 namun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi.
Diyakini dengan mengimplementasikan Pedoman Gizi Seimbang secara benar, semua
masalah gizi dapat diatasi. Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar
dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur.

Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok


1. Gizi Seimbang untuk ibu hamil
Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan
keadaan tidak hamil. Hal ini disebabkan karena selain untuk ibu zat gizi
dibutuhkan bagi janin. Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan
yang dikonsumsi oleh ibu dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh
ibu. Selama hamil seorang ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang
dimakan untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang
sedang mengandung bayi serta untuk memproduksi ASI

Oleh karena itu Gizi Seimbang untuk ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi
untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin. Prinsip pertama
Gizi Seimbang yaitu mengonsumsi anekaragam pangan secara seimbang jumlah
dan proporsinya tetap diterapkan.

Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang
dibutuhkan, seperti sel lemak ibu sebagai sumber kalori; zat besi dari simpanan
di dalam tubuh ibu sebagai sumber zat besi janin/bayi, maka janin atau bayi
akan mengambil persediaan yang ada didalam tubuh ibu. Demikian juga
beberapa zat gizi tertentu tidak disimpan di dalam tubuh seperti vitamin C dan
vitamin B yang banyak terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan. Sehubungan
hal tersebut, ibu harus mempunyai status gizi yang baik sebelum hamil dan
mengonsumsi anekaragam pangan, baik proporsi maupun jumlahnya.

Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu yang saat hamil mempunyai


status gizi kurang, misalnya kurus dan menderita Anemia. Hal ini dapat
disebabkan karena asupan makanannya selama kehamilan tidak mencukupi untuk
kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya. Selain itu kondisi ini dapat diperburuk oleh
beban kerja ibu hamil yang biasanya sama atau lebih berat dibandingkan dengan saat
sebelum hamil. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan,
sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Gizi Seimbang untuk ibu menyusui
Gizi Seimbang untuk ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan bagi
dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan bayi dan anak. Dengan
demikian maka kebutuhan zat gizi ibu menyusui lebih banyak dari kebutuhan
zat gizi ibu yang tidak menyusui. Konsumsi pangannya tetap harus
beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan proporsinya. Selama
menyusui, ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
yaitu untuk mencukupi kebutuhan ibu sendiri dan kebutuhan untuk
memproduksi ASI. Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat
gizi yang dibutuhkan, misalnya sel lemak sebagai sumber energi dan zat besi
sebagai zat untuk pembentukkan sel darah merah, maka kebutuhan zat-zat
tersebut dalam produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi akan diambil
dari persediaan yang ada didalam tubuh ibu.

Berbeda dengan sel lemak dan zat besi kebutuhan bayi akan vitamin B
dan vitamin C yang dipenuhi melalui produksi ASI tidak dapat diambil dari
persediaan yang ada dalam tubuh ibu, melainkan harus dipenuhi dari konsumsi
pangan ibu setiap hari.

3. Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan


Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI
merupakan makanan yang terbaik untuk bayi karena dapat memenuhi semua zat gizi
yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan perkembangan sistem
pencernaannya, murah dan bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh
ASI Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja.

4. Gizi Seimbang untuk bayi dan anak usia 6-24 bulan


Pada bayi dan anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi
semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada usia
ini anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar
terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi
harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi.
Agar mencapai Gizi Seimbang maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI), sementara ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada
usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam
bentuk lumat, makanan lembik dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga
saat bayi mulai berusia 1 tahun.

Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan secara seimbang


pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera makan anak selanjutnya.
Sehingga pengenalan makanan yang beranekaragam pada periode ini menjadi
sangat penting. Secara bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24 bulan
semakin ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk pauk
sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok
sebagai sumber energi. Demikian pula jumlahnya ditambahkan secara bertahap
dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang.

5. Gizi Seimbang untuk anak usia 2-5 tahun


Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih berada
pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya semakin meningkat. Demikian
juga anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk
makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan
perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam
memenangkan pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi seimbang.
Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena
penyakit infeksi dan kecacingan, sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan
untuk mencegahnya.

6. Gizi Seimbang untuk anak usia 6-9 tahun


Anak pada kelompok usia ini merupakan anak yang sudah memasuki masa
sekolah dan banyak bermain diluar, sehingga pengaruh kawan, tawaran makanan
jajanan, aktivitas yang tinggi dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi
menjadi tinggi. Sebagian anak usia 6-9 tahun sudah mulai memasuki masa
pertumbuhan cepat pra-pubertas, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi mulai
meningkat secara bermakna. Oleh karena itu, pemberian makanan bergizi seimbang
untuk anak pada kelompok usia ini harus mempertimbangkan kondisi-kondisi
tersebut.

7. Gizi Seimbang untuk remaja usia 10-19 tahun (Pra-pubertas dan Pubertas)
Kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi
remaja muda sampai dewasa. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap
kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah pertumbuhan cepat memasuki usia
pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik citra
tubuh (body image) pada remaja puteri. Dengan demikian perhitungan terhadap
kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan kondisi-kondisi tersebut.
Khusus pada remaja puteri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap persiapan
mereka sebelum menikah.
8. Gizi Seimbang untuk dewasa
Perilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu oleh pola
kegiatan kelompok usia dewasa saat ini. Misalnya waktu kerja yang ketat, waktu
di rumah yang singkat, ibu bekerja diluar rumah, peningkatan risiko terpapar
polusi dan makanan tidak aman, ketersediaan berbagai makanan siap saji dan siap
olah, dan ketidak- tahuan tentang gizi, yang menyebabkan kelompok usia ini
cenderung beraktivitas ringan atau santai (sedentary life), yang salah satu akibatnya
adalah konsumsi pangan yang tidak seimbang dan tidak higienis. Oleh karena itu,
perhatian terhadap perilaku Gizi Seimbang perlu ditingkatkan untuk mencapai pola
hidup sehat, aktif dan produktif.

9. Gizi Seimbang untuk usia lanjut


Pada usia lanjut, khususnya usia di atas 60 tahun, terjadi berbagai perubahan
dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi berbagai organ dan jaringan tubuh.
Perubahan tersebut meliputi antara lain organ pengindra termasuk fungsi
penciuman sehingga dapat menurunkan nafsu makan; melemahnya sistem organ
pencernaan sehingga saluran pencernaan menjadi lebih sensitif terhadap makanan
tertentu dan mengalami sembelit; gangguan pada gigi sehingga mengganggu fungsi
mengunyah; melemahnya kerja otot jantung; pada wanita memasuki masa
menopause dengan berbagai akibatnya; dan lain-lain.
Hal tersebut menyebabkan kelompok usia lanjut lebih rentan terhadap
gangguan gizi dan berbagai penyakit, termasuk terlalu gemuk, terlalu kurus,
penyakit hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, osteoporosis, osteoartritis dll.
Oleh karena itu kebutuhan zat gizi dan pola konsumsi pangan pada kelompok usia
lanjut agak berbeda dibanding kelompok dewasa; Misalnya membatasi konsumsi
gula, garam dan minyak, serta tinggi purin. Sebaliknya lebih banyak mengonsumsi
sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup.
 PERBAIKAN GIZI

a. Suplementasi gizi
Suplementasi gizi ditujukan untuk memenuhi kecukupan gizi.diberikan untuk anak
usia 6 – 59 bulan, anak sekolah, ibu hamil, ibu nifas, remaja perempuan, dan
pekerja wanita.
Jenis suplementasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. kapsul vitamin A;
b. tablet tambah darah;
c. makanan tambahan ibu hamil;
d. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI);
e. makanan tambahan anak balita 2-5 tahun;
f. makanan tambahan anak usia sekolah; dan
g. bubuk multi vitamin dan mineral.

b. Tata Laksana Gizi

Tata laksana gizi kurang merupakan rangkaian tindakan yang bertujuan


untuk pemulihan status gizi dengan prioritas menurunkan angka kesakitan pada balita
gizi kurang.
Tata laksana gizi buruk merupakan rangkaian tindakan yang bertu juan
untuk perbaikan status gizi dengan prioritas menurunkan angka kematian pada balita
gizi buruk.
Tata laksana gizi lebih merupakan rangkaian tindakan yang bertujuan untuk
mencapai status gizi baik dan menurunkan risiko timbulnya penyakit gangguan
metabolik dan degeneratif.
Tata laksana gizi lebih sebagaimana dimaksud berupa pencegahan, peningkatan,
penyembuhan dan pemulihan.
Tata laksana gizi yang terkait dengan penyakit merupakan rangkaian
tindakan yang bertujuan untuk mencapai status gizi baik sesuai dengan kondisi
penyakit dan mempercepat proses penyembuhan.

c. Pelayanan Gizi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan ditujukan untuk
memperbaiki status gizi, membantu penyembuhan dan pemulihan pasien.meliputi
pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap.Pelayanan gizi rawat jalan dan rawat
inap sebagaimana dimaksud dilakukan melalui:
a. asuhan gizi;
b. penyuluhan dan/atau konseling gizi; dan
c. rujukan gizi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan Gizi Rawat Jalan dan Rawat Inap di
rumah sakit sebagaimana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

d. Pelayanan Gizi Diluar Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Pelayanan gizi diluar fasilitas pelayanan kesehatan diarahkan untuk mempertahankan
dan meningkatkan status gizi masyarakat.
Pelayanan gizi diluar fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud antara lain meliputi:
a. pelayanan gizi di panti asuhan;
b. pelayanan gizi di lembaga pemasyarakatan;
c. pelayanan gizi di sekolah;
d. pelayanan gizi di tempat kerja;
e. pelayanan gizi di pondok pesantren;
f. pelayanan gizi di asrama haji/jemaah haji;
g. pelayanan gizi di pusat pelatihan olah raga;
h. pelayanan gizi di panti wreda; dan
i. pelayanan gizi di hotel dan restoran.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan gizi di luar fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana diatur dengan Peraturan Menteri.

e. Pelayanan Gizi di Masyarakat


Pelayanan gizi di Masyarakat diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan
status gizi. Pelayanan gizi di Masyarakat sebagaimana dilakukan melalui pelayanan gizi di
keluarga, posyandu, dasawisma dan pos pemulihan gizi/pelayanan gizi berbasis masyarakat
(PGBM).

f. Pelayanan Gizi di Lokasi dengan Situasi Darurat


Pelayanan Gizi di Lokasi dengan Situasi Darurat diarahkan untuk mempertahankan
dan memulihkan serta meningkatkan status gizi masyarakat di daerah bencana.Pemenuhan
gizi dalam situasi darurat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi terjadinya penurunan
status gizi secara cepat dan tepat.Upaya penanganan gizi dalam situasi darurat dilakukan
terhadap masyarakat akibat korban bencana, masyarakat di pengungsian, dan masyarakat
di penampungan.
Upaya penanganan gizi dalam situasi darurat dilakukan sampai dengan
dikeluarkannya pernyataan selesainya situasi darurat oleh kepala daerah.Ketentuan lebih lanjut
mengenai penanganan gizi dalam situasi darurat diatur dengan Peraturan Menteri.

PENGGUNAAN KARTU KMS


Langkah-langkah pengisian KMS adalah sebagai berikut;
1. Memilih KMS sesuai jenis kelamin.
KMS Anak Laki-Laki untuk anak laki-laki dan KMS Anak Perempuan untuk anak
perempuan.
2. Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS. Tuliskan data identitas
anak pada halaman 2 bagian 5: Identitas anak. Contoh, catatan data identitas Aida Fitri
adalah sebagai berikut

3. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak,

a. Tulis bulan lahir anak pada kolom umur 0 bulan


b. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan.
Contoh:
Aida lahir pada bulan Februari 2008
c. Apabila anak tidak diketahui tanggal kelahirannya, tanyakan perkiraan umur anak
tersebut.
d. Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya.
e. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan.
Contoh:
Penimbangan dilaksanakan pada akhir bulan Agustus 2008. Bila Ibu/pengasuh
mengatakan anak baru saja berulang tahun yang pertama bulan lalu, berarti umur anak
saat ini 13 bulan. Tulis Agustus dibawah umur 13 bulan

4. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak

a. Letakkan (plot) titik berat badan hasil penimbangan.


•Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan
•Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (umur) dan garis datar (berat
badan).
Contoh:
Aida dalam penimbangan bulan Juni 2008 umurnya 4 bulan
dan berat badannya 6 kg.
b. Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu
Jika bulan sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan
bulan ini dalam bentuk garis lurus.
Contoh:
Aida lahir pada bulan Februari 2008 dengan berat badan lahir 3,0 kg. Data berat
badannya adalah sebagai berikut:
• Bulan Maret, berat badan Aida 3,3 kg.
• Bulan April, berat badan Aida 4,7 kg.
• Bulan Mei, Aida tidak datang ke Posyandu.
• Bulan Juni, berat badan Aida 6,0 kg.
• Bulan Juli, berat badan Aida 6,6 kg.
• Bulan Agustus, berat badan Aida 6,6 kg.
• Bula September, berat badan Aida 6,3 kg.

Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis


pertumbuhan tidak dapat dihubungkan.
5 . Mencatat setiap kejadian yang dialami anak
6. Menentukan status pertumbuhan anak
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan menilai garis
pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan
dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM). Kesimpulan dari penentuan status
pertumbuhan adalah seperti tertera sebagai
berikut:
Contoh disamping menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan grafik
pertumbuhan anak dalam KMS: Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak.
Contoh :
•Pada penimbangan di bulan Maret
anak tidak mau makan
•Saat ke Posyandu di bulan Agustus,
anak sedang mengalami diare
•Penimbangan selanjutnya di bulan
September anak sedang demam

a. TIDAK NAIK (T); grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya;
kenaikan berat badan <KBM (<800 g)
b. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya; kenaikan
berat badan >KBM (>900 g)
c. NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan berat
badan >KBM (>500 g)
d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan < KBM
(<400 g)
e. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; grafik berat badan <KBM
(<300 g)
8. Mengisi catatan pemberian imunisasi bayi Tanggal imunisasi diisi oleh petugas
kesehatan setiap kali setelah imunisasi diberikan
9. . Mengisi catatan pemberian kapsul vitamin A Tanggal diisi oleh kader sesuai dengan
tanggal dan bulan pemberian kapsul vitamin A oleh kader
10. Isi kolom Pemberian ASI Eksklusif Beri tanda (√) bila pada bulan tersebut bayi masih
diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi makanan lain selain
ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda (-).

(sesuai PMK NO 155 tentang pengunaan kartu KMS)

ASI EKLUSIF
Pelaksanaan dukungan dari masyarakat dilakukan sesuai dengan kemampuan sumber
daya yang tersedia. Pelaksanaan dukungan dari masyarakat dilakukan dengan
berpedoman
pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui untuk masyarakat, yaitu:
a. meminta hak untuk mendapatkan pelayanan inisiasi menyusu dini ketika persalinan;
b. meminta hak untuk tidak memberikan asupan apapun selain ASI kepada Bayi baru
lahir;
c. meminta hak untuk Bayi tidak ditempatkan terpisah dari ibunya;
d. melaporkan pelanggaran-pelanggaran kode etik pemasaran pengganti ASI;
e. mendukung ibu menyusui dengan membuat Tempat Kerja yang memiliki fasilitas
ruang menyusui;
f. menciptakan kesempatan agar ibu dapat memerah ASI dan/atau menyusui Bayinya di
Tempat Kerja;
g. mendukung ibu untuk memberikan ASI kapanpun dan dimanapun;
h. menghormati ibu menyusui di tempat umum;
i. memantau pemberian ASI di lingkungan sekitarnya; dan
j. memilih Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Tenaga
Kesehatan yang menjalankan 10 (sepuluh) langkah
menuju keberhasilan menyusui.
Kondisi medis Bayi yang tidak memungkinkan pemberian ASI
Ekslusif antara lain:
a. Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus, yaitu Bayi dengan
kriteria:
1. Bayi dengan galaktosemia klasik, diperlukan formula khusus bebas galaktosa;
2. Bayi dengan penyakit kemih beraroma sirup maple (maple syrup urine disease),
diperlukan formula khusus bebas leusin, isoleusin, dan valin; dan/atau
3. Bayi dengan fenilketonuria, dibutuhkan formula khusus bebas fenilalanin, dan
dimungkinkan beberapa kali menyusui, di bawah pengawasan.
b. Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI selama jangka waktu terbatas,
yaitu:
1. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 (seribu lima ratus) gram (berat lahir
sangat rendah);
2. Bayi lahir kurang dari 32 (tiga puluh dua) minggu dari usia kehamilan yang sangat
prematur; dan/atau
3. Bayi baru lahir yang berisiko hipoglikemia berdasarkan gangguan adaptasi
metabolisme atau peningkatan kebutuhan glukosa seperti pada Bayi prematur, kecil
untuk umur kehamilan atau yang mengalami stress iskemik/intrapartum hipoksia yang
signifikan, Bayi
yang sakit dan Bayi yang memiliki ibu pengidap diabetes, jika gula darahnya gagal
merespon pemberian ASI baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI Eksklusif


karena harus mendapat pengobatan sesuai dengan standar.
Kondisi ibu tersebut antara lain:
a. ibu yang dapat dibenarkan alasan tidak menyusui secara permanen karena
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus. Dalam kondisi tersebut, pengganti
pemberian ASI harus memenuhi kriteria, yaitu dapat diterima, layak, terjangkau,
berkelanjutan, dan aman (acceptable, feasible, affordable, sustainable, and safe).
Kondisi tersebut bisa berubah jika secara teknologi ASI Eksklusif dari ibu
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus dinyatakan aman bagi Bayi dan demi
untuk kepentingan terbaik Bayi. Kondisi tersebut juga dapat diberlakukan bagi
penyakit menular lainnya;
b. ibu yang dapat dibenarkan alasan menghentikan menyusui sementara waktu karena:
1. penyakit parah yang menghalangi seorang ibu merawat Bayi, misalnya sepsis
(infeksi demam tinggi hingga tidak sadarkan diri);
2. infeksi Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) di payudara; kontak langsung antara
luka pada payudara ibu dan mulut Bayi sebaiknya dihindari sampai semua lesi aktif telah
diterapi hingga tuntas;
3. pengobatan ibu:a) obat–obatan psikoterapi jenis penenang, obat anti–epilepsi dan
opioid dan kombinasinya dapat menyebabkan efek samping seperti mengantuk dan
depresi pernapasan dan lebih baik dihindari jika alternatif yang lebih aman tersedia;
b) radioaktif iodine–131 lebih baik dihindari mengingat bahwa alternatif yang lebih
aman tersedia, seorang ibu dapat melanjutkan menyusui sekitar 2 (dua)
bulan setelah menerima zat ini;

c) penggunaan yodium atau yodofor topikal misalnya povidone–iodine secara


berlebihan, terutama pada luka terbuka atau membran mukosa, dapat menyebabkan
penekanan hormon tiroid atau kelainan elektrolit pada Bayi yang mendapat ASI dan
harus dihindari; dan

d) sitotoksik kemoterapi yang mensyaratkan seorang ibu harus berhenti menyusui


selama terapi.
BAB V

PENYEDIAAN LOGISTIK

no Nama barang Procedure penyimpanan distribusi Dana


1 Biscuit ibu hamil Sesuai SOP Di tempat Dari DKK ke Dari APBN/
kering puskesmas APBD 1/
gudangdi induk ke APBD 2
alasi puskesmas
2 Taburia Sesuai SOP Di tempat pembantu ke
kering almari masing –
3 Vit A Sesuai SOP Di tempat masing desa
kering almari
4 MPASI Sesuai SOP Di tempat
kering almari
5 Tablet FE Sesuai SOP Di tempat
kering almari
6
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Dalam Gizi seimbang harus memperhatikan keselamtan sasran dalam hal ini ,
sasaran dalam progam gizi ibu hamil,remaja, bayi BALITA dengan prinsip kebersihan
merupakn prinsip utama yaitu cuci tangan mengurangi bakteri yang ada ditangan untuk
menghindari penyakit saluran cerna

Kemudian untuk mengajarkan kepada sasaran gizi , untuk lebih tahu untuk
memilih makanna yang ada dijaman sekarang itu tidak baik karena banyak mengandung
bahan pengawet dan pewarana.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam keselamatan kerja gizi seimbang , ahli gizi harus dapat menerapkan hidup sehat
sesuai dengan menjalankan pedoman yanag ada. Dan mampu memberikan tauladan kepada
masyarakat.

Dari perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan upaya dan pelaksanna progam gizi di
puskesmas rembang 2 perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas
sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan . Upaya pencegahan terhadap resiko harus dilakukan
untuk tiap –tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan upaya kegiatan dimonitor dan di

evaluasi dengan menggunakan indikator sbb :

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal


2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan pelaksanaan kegiatan
4. Tercapainya indikator upaya dan pelaksanaan progam gizi puskesmas rembang 2

No Indikator Target 2014 Pencapaian th 2014


1. Vit A 6-11 bln 100 % 100 %
Vit A 12-59 bln 100 % 100 %
2. Pemberian Fe 1 100 % 100 %
Pemberian Fe 3 100 % 100 %
3. Garam yodium 100 % 53 %

4. Kadarzi 40 % 40 %
5. Asi Ekslusif 65 % 60 %
6. Anemi remaja putri di sekolah 100 % 100%
7. Pemantauan status gizi 100 % 83 %

Rencana kegiatan :
1. Lokmin : Bulan Maret 2015
2. Pelaksanaan : Bulan April 2015
3. Evaluasi : Bulan Juni dan Desember 2015

Rencana prioritas perlu penggarapan :

1. Kadarsi
2. Garam yodium
3. Asi Ekslusif
4. Pemantauan status gizi balita
BAB IX

PENUTUP.

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan upaya upaya dan pelaksanaan progam gizi puskesmas rembang 2 Keberhasilan
kegiatan ini tergantung dengan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam
meningkatkan derajat kesehatan dimasyarakat

Anda mungkin juga menyukai