Nama:
Farisdante Irawan
Didik Prasetiyo
Mhd. Ridwan Sahuri
Dosen Pengampu:
DAFTAR ISI............................................................................................2
A. Latar Belakang....................................................................................3
B. Pembahasan.........................................................................................4
1. Perkembangan Awal Islam di Nusantara...........................................5
2. Islam dalam Perlawanan Terhadap Kolonialisme..............................6
3. Pemberlakuan hukum islam pada masa kolonial...............................9
6. Modernisasi dan Pendidikan Islam..................................................10
C. Kesimpulan........................................................................................13
D. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................13
A. Latar Belakang
Islam memainkan peran yang signifikan selama periode kolonialisme di Nusantara
(sekarang Indonesia). Selama masa kolonialisme, khususnya di bawah
pemerintahan Belanda, agama dan masyarakat Islam mengalami banyak perubahan
dan tantangan.
1. Penyebaran Islam: Islam telah ada di Nusantara sejak awal abad ke-13
melalui perdagangan dan kontak dengan pedagang Arab, India, dan
Tiongkok. Selama masa kolonialisme, Islam terus menyebar ke berbagai
daerah di Nusantara. Para ulama dan pedagang Muslim memainkan peran
penting dalam menyebarkan agama ini.
Lantas, bagaimana caranya bisa masuk Indonesia, ya? Awal mula agama Islam
berada di Indonesia sebenarnya melalui proses yang panjang. Salah satu prosesnya
melalui para pedagang. Namun, ada beberapa teori lain yang menyebut dibawa
oleh siapa agama ini.
Nah! Omong-omong soal awal masuknya agama Islam sendiri ada beberapa teori
yang berbeda. Di antaranya adalah teori Gujarat , teori Mekah dan teori Persia.
Masing-masing dari teori ini mengalami kisah yang berbeda dalam perkembangan
Islam.
Dalam teori Gujarat yang berasal dari India, kabarnya Islam dibawa oleh para
pedagang muslim. Sekitar abad ke-13 M, Islam masuk ke wilayah Indonesia dan
lama-kelamaan menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Selain teori Gujarat, ada
teori Mekah. Teori yang satu ini mengungkap kalau awal masuknya Islam ke
Indonesia dibawa oleh para pedagang muslim asal Arab.
Waktu kejadiannya sekitar anak ke-7 M. Tentunya lebih awal dari teori Gujarat,
ya! Nah! Ada pula teori Persia yang mengungkap pendapat lain. Untuk teori Persia
ini sendiri kabarnya tidak jauh berbeda dengan kedua teori di atas. Lagi-lagi peran
para pedagang sangat penting. Namun, untuk Persia para pedagangnya sebenarnya
bertujuan ke Gujarat.
Lebih tepatnya di wilayah Sulawesi bagian Utara. Kabarnya orang sana sudah
mengenal adanya agama Islam karena mereka sudah begitu sering berkomunikasi
dengan orang Perlak. Bahkan saking seringnya bisa jadi mereka saling mengenal
satu sama lain.
Beda halnya dengan wilayah Sumatera, kalau wilayah Sulawesi kabarnya Islam
masuk melalui kerajaan. Tentu saja para penyebarnya tidak jauh-jauh dari
Hadramaut. Ada pun pengaruh lainnya mengajak warga beragama Islam juga
karena pengaruh ulama yang sangat penting.
Dari kepulauan Nusantara, yang dihuni oleh satu bangsa, satu darah dan satu
keturunan, satu budaya dan satu bahasa, jatuh ke dalam kekuasaan empat kerajaan
asing, yaitu Portugis (Timor), Sepanyol (Filipina), Inggeris (Malaka,
Brunai/Sarawak) , dan Belanda (Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Nusatenggara, Maluku, dan Irian Barat (Papua). Mereka tukar-menukar daerah
seperti menukar barang dagangan seperti Nieuw Amsterdam (New York) oleh
Belanda ditukar dengan Suriname dan Pulau Run milik Inggeris di kepulauan
Banda. Pada tahun 1824 diadakan perjanjian antara Inggeris dan Belanda. Inggeris
menyerahkan haknya atas Bengkulu (yang mereka namakan Bencoolen) dan
Belitung (yang mereka namakan Billiton) kepada Belanda. Sultan Riau
menyerahkan Singapura kepada Inggeris, yang semula dikuasai oleh Belanda, dan
pada gilirannya oleh Belanda ditukar dengan Bengkulu.
Antara lain kita mengenal peristiwa Batavia dikepungan digempur oleh Sultan
Agung (1613-1645), Perang Makassar (1633-1669), Perang Trunojoyo dan
Karaeng Dalesong (1675-1680), Perang Palembang (1818-1821), Perang Paderi
(1821-1832), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Banjar (1854-1864), Perang
Aceh (1875-1903), serta banyak lagi perlawanan dan pemberontakkan kecil yang
tidak disebutkan sejarah. Dalam bermacam peperangan ini telah tertawan dan
gugur sebagai pahlawan bangsa serta syuhada karena jihad fi sabilillah, tokoh-
tokoh seperti Sultan Hasa nuddin, Trunojoyo, Karaeng Galesong, Untung Suropati,
Pangeran Antasari, Pangeran Hidayatullah, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Nan
Renceh, Panglima Polem, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar,
Cut Nyak Dien, dan ribuan pengikut-pengikutnya yang tidak bisa disebut satu per
satu.
Pemerintah kolonial Belanda yang memang menjajah Indonesia untuk tujuan
menguras habis kekayaan Indonesia, demi kepentingan kemakmuran bangsanya,
teramat sadar bahwa pola penindasan dan penghisapan terhadap pribumi Indonesia
mendapatkan perlawanan sengit dari kalangan Islam, karena itu pemerintah
kolonial Belanda menempatkan Islam sebagai musuh nomor satu. Tidak ada
kekuatan yang paling ditakuti pemerintah kolonial Belanda di Indonesia ini kecuali
kebangkitan Islam yang didukung oleh rakyat. Ahli-ahli orientalis Belanda sudah
lama tahu bahwa kebangkitan Islam berarti bangkitnya kesadaran rakyat untuk
membebaskan diri dari penindasan, ini berarti perlawanan terhadap penjajahan.
Pemerintah kolonial Belanda dari pengalamannya sadar bahwa tidak bisa
memisahkan antara militansi perlawanan rakyat pribumi dengan Islam. Islam dan
rakyat Indonesia seperti ruh dengan badan. Islam dan rakyat Indonesia merupakan
suatu hal yang tidak bisa dipisahkan.
Setelah berbagai perlawanan rakyat (Umat Islam) dipadamkan, maka pada giliran
berikutnya pemerintah kolonial Belanda berusaha memojokkan peranan Islam di
bidang politik untuk mencegah perlawanan rakyat.
Saat Belanda tiba, mereka kira Nusantara masih hutan belantara tanpa aturan
hukum. Namun, mereka menemukan bahwa hukum Islam telah berlaku dan ditaati
oleh umat Islam serta menjadi hukum negara di kerajaan-kerajaan Islam.
Perkembangan hukum Islam pada masa kolonial Belanda dapat dibagi menjadi dua
periode: penerimaan hukum Islam sepenuhnya (receptio in complexu) bagi orang
Islam, dan penerimaan hukum Islam oleh hukum adat.
Kaitan ulama dan penguasa tidak dapat dipisahkan, karena keduanya adalahnya 2
aspek penting dalam keberlangsungan tatanan masyarakat yang baik. Seorang
ulama boleh terjun dalam dunia politik dan menjadi sebagai penguasa,namun bila
menjadi penguasa harus berlaku adil dan tidak memamerkan kekuasaan serta
tidak korupsi.
B. Kesimpulan:
Perjumpaan awal antara Islam dan kolonialisme di Nusantara adalah babak
penting dalam sejarah wilayah ini. Islam memainkan peran yang signifikan
dalam perlawanan terhadap kolonialisme, sementara kolonialisme juga
membentuk cara Islam dijalankan dan dipraktikkan. Buku "Islam dalam
Arus Sejarah Indonesia" dan referensi lainnya memberikan pemahaman
mendalam tentang dinamika ini dan bagaimana mereka membentuk sejarah
Nusantara.
C. DAFTAR PUSTAKA
- Fandy,2017 Sejarah perkembangan islam Indonesia.
- Burhanuddin jajat,2017 Islam dalam arus sejarah Indonesia; Kencana,Jakarta.
- Poesponegoro et.al,. sejarah Nasional III,121.30Ibid.
- Kusuma AP,2017 Relasi ulama dan penguasa masa kolonialisme.