Anda di halaman 1dari 23

In Situ Gelling Hydrogel with Anti-Bacterial Activity and Bone Healing

Property for Treatment of Osteomyelitis

DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI

Disusun oleh: Grup I

Adonnai Phylosophia C. N 2206060712

Tenaya Shafa Kirana 2206031555

Shofiyah 2206060662

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK BIOMEDIK
DEPOK
OKTOBER 2023
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan 2

a. Latar Belakang …………………………………………………………………. 2

b. Tujuan …………………………………………………………………………… 2

II. Teori 3

a. Definisi dan Gejala Penyakit ...………………………………………………... 3

b. Etiologi …………………………………………………………………………... 3

c. Patofisiologi …………………………………………………………………….. 4

d. Teknologi Biomedik …………………………………………………………….. 5

III. Metodologi 8

a. Material…………………………………………………………………………... 8

b. Pembuatan Hidrogel…………………………………………………………… 8

c. Uji Pelepasan Vancomycin dan BMP-2………………………………………. 9

d. Tes Sitosiksitas………………………………………………………………….. 9

e. In vitro anti-bacterial activity test……………………………………………… 10

f. In vivo anti-bacterial activity and bone regeneration evaluation…………… 10

g. Analisis Statistik………………………………………………………………… 11

IV. Hasil dan Pembahasan 12

a. Hasil …………………………………………………………………………….. 12

b. Pembahasan …………………………………………………………………… 18

V. Penutup 21

VI. Daftar Pustaka 21

1
BAB I
Pendahuluan

a. Latar Belakang
Muskuloskeletal mencakup tulang dan otot merupakan bagian dari tubuh
manusia yang berperan dalam sistem gerak. Pentingnya peran dari tulang dan
otot, membuat sistem muskuloskeletal tidak lepas dari berbagai gangguan dan
resiko terserang penyakit yang menyebabkan gangguan fungsi dari tulang dan
otot. Peran teknologi biomedik sangatlah penting dalam penanganan penyakit,
termasuk dalam penanganan penyakit pada sistem muskuloskeletal. Berbagai
fokusan ilmu teknik biomedik mencakup instrumentasi sampai biomaterial, terus
dikembangkan untuk menghasilkan inovasi terbaru, penanganan yang dapat
bekerja lebih efektif dan efisien serta mengurangi biaya yang perlu dikeluarkan.
Walaupun secara umum, tulang manusia sangat tahan terhadap infeksi
Berbagai pengaruh dan faktor tertentu dapat menyebabkan hal itu terjadi.
Mikroorganisme luar seperti bakteri dapat menyerang tubuh manusia dan
kemudian mempengaruhi tulang. Salah satu penyakit tulang adalah osteomielitis.
Berdasarkan penelitian terbaru, peningkatan kasus osteomielitis meningkat
beriringan dengan peningkatan kasus penyakit muskuloskeletal lainnya. Salah
satu metode yang familiar dalam menangani osteomielitis adalah pemberian
antibiotik. Pemberian antibiotik menggunakan bahan matriks tertentu dan
diberikan pada daerah yang terinfeksi. Dalam penanganannya,masih terdapat
berbagai keterbatasan yang menimbulkan efek samping dari metode yang
digunakan. Tindakan operasi yang membutuhkan biaya lebih dan juga dapat
menimbulkan resiko lainnya, seakan menjadi prosedur wajib untuk kemudian
dilakukan dalam penanganan penyakit ini. Oleh karena itu, diharapkan adanya
perkembangan dalam penelitian, terlebih khusus dalam okusan biomaterial untuk
menghasilkan material matriks dengan efek samping yang lebih kecil, sehingga
tidak menyebabkan kerusakan atau peradangan lainnya yang berakhir pada
operasi lanjutan.

b. Tujuan
1. Memenuhi nilai mata kuliah Dasar Anatomi dan Fisiologi.
2. Memahami definisi, ciri-ciri, etiologi, dan patofisiologi penyakit
Osteomielitis.
3. Memahami teknologi biomaterial yang dapat digunakan untuk
penanganan Osteomielitis.

2
BAB II
TEORI

a. Definisi dan Gejala Penyakit


Osteomielitis, berdasarkan namanya, tersusun dari kata "osteo" yang
berarti tulang, "miel"/myelo yang berarti sumsum tulang, dan akhiran -it is yang
berarti peradangan. Dengan demikian, osteomielitis dapat diartikan sebagai
peradangan yang terjadi pada tulang, atau pada sumsum tulang. Peradangan
tersebut berasal dari suatu infeksi yang terjadi akibat mikroorganisme atau
bakteri. Pada penyakit osteomielitis, bakteri menginfeksi tulang, dalam berbagai
cara. Bakteri cenderung menyerang individu yang rentan, seperti individu dengan
sistem imun yang lemah, juga termasuk individu dengan sistem sirkulasi darah
yang kurang baik, seperti mereka yang mengidap penyakit diabetes. Terdapat
osteomielitis akut dan osteomielitis kronis. Osteomielitis akut merupakan fase
yang dimulai saat terjadi peradangan akibat infeksi bakteri pada tulang yang
memicu respon sistem imun dan berlangsung dalam beberapa minggu,
sedangkan osteomielitis kronis menandakan penderita mengalami penyakit ini
dalam jangka waktu yang lebih lama dan menyebabkan terjadinya nekrosis pada
tulang. Gejala pada osteomielitis akut adalah rasa sakit pada bagian tertentu
dimana terjadi peradangan, demam yang menunjukkan respon imun terhadap
infeksi bakteri, serta tergantung pada lokasi terjadinya infeksi, dapat
mempengaruhi kinerja atau fungsi pada bagian tulang tersebut. Sedangkan
untuk osteomielitis kronis, penderita mengalami demam berkepanjangan, hingga
penurunan berat badan akibat peradangan kronis.

b. Etiologi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, penyebab terjadinya osteomielitis adalah
mikroorganisme atau bakteri. Berbagai mikroorganisme yang dapat
menyebabkan osteomielitis antara lain :
1. Staphylococcus Aureus : Merupakan bakteri yang paling umum, menjadi
penyebab dari osteomielitis. Bakteri ini biasanya hidup dan dapat
menginfeksi kulit. Serangan bakteri ini pada tulang dapat terjadi dengan
cara penularan dari peradangan yang terjadi di kulit. Selain itu, serangan
bakteri pada tulang dapat juga melalui aliran darah.
2. Salmonella : Bakteri ini biasanya menyerang individu dengan penyakit sel
sabit (penyakit kelainan darah) dan dapat berakhir pada infeksi.
3. Pasteurella Multocida : Bakteri ini biasanya menyebar dari kulit ke tulang,
berasal dari gigitan atau goresan kucing atau anjing.
Terdapat berbagai mikroorganisme/bakteri lainnya yang juga dapat
menyebabkan peradangan pada tulang atau osteomielitis.

3
c. Patofisiologi
Cara bakteri menyerang tulang, kebanyakan terjadi melalui aliran darah
yang disebut penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi akibat penggunaan
jarum suntik yang terkontaminasi, atau kepada individu yang melaksanakan
prosedur cuci darah/ hemodialisis yang mungkin terkontaminasi oleh bakteri,
bahkan dalam prosedur pencabutan gigi yang telah terinfeksi. Setelah masuk
dalam aliran darah, bakteri dapat menyebar ke daerah tertentu pada tubuh
manusia. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh usia individu. Pada orang dewasa
misalnya, bakteri cenderung menyebar pada bagian tulang belakang dan
menyebabkan osteomielitis pada tulang belakang. Biasanya menyerang diskus
intervertebralis diantara dua bagian tulang belakang. Pada anak-anak, umumnya
bakteri menyerang bagian metafisis dari tulang (misalnya pada tulang femur).
Cara lainnya penyebaran bakteri yang menyebabkan osteomielitis, adalah akibat
trauma. Misalnya pada daerah patah tulang yang terbuka akibat kecelakaan
yang terkontaminasi dengan bakteri. Kemudian, kontaminasi bakteri yang
muncul saat operasi, bahkan penyebaran infeksi dari daerah tertentu, misalnya
infeksi dari kulit yang menyebar ke tulang yang disebut penyebaran menular.
Cara lainnya juga dapat berupa kombinasi dari cara-cara diatas.
Setelah mengenai bagian dari tulang, bakteri akan berkembang biak.
Perkembangan bakteri akan memicu respon sel imun terlebih khusus sel dendrit
dan makrofag untuk melawan infeksi yang terjadi. Ini merupakan fase akut pada
penyakit osteomielitis yang dapat terjadi berminggu-minggu. Sistem imun yang
melawan infeksi, mengeluarkan zat kimia dan enzim yang mengakibatkan
kerusakan lokal pada tulang. Osteomielitis akut masuk pada tahap pemulihan
saat sistem imun berhasil melawan semua bakteri yang menyerang tulang.
Osteoblas dan osteoklas akan berperan dalam memperbaiki kerusakan tulang
yang terjadi. Jika kerusakan yang terjadi tidak terlalu luas, maka perbaikan dapat
berlangsung dalam beberapa minggu. Akan tetapi dalam beberapa kasus
osteomielitis kronis yang berlangsung dalam berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun, nekrosis terjadi pada bagian tulang yang terinfeksi dan bagian
tersebut terpisah dari bagian tulang yang sehat. Bagian ini disebut sequestrum.
Osteoblas yang ada pada tulang,kemudian membentuk tulang baru yang
membungkus sequestrum, yang disebut daun pembalut (involucrum). Kadang
peradangan dapat melibatkan bagian periosteum, yaitu jaringan konektif yang
mengelilingi permukaan luar tulang. Terlebih khusus pada anak-anak, periosteum
tidak menempel dengan kuat pada tulang sehingga dapat terlepas dan
menyebabkan abses di antara tulang dan periosteum. Infeksi pada penyakit ini

4
juga dapat menyebar pada sendi, otot, kulit, bahkan pada pembuluh darah yang
dapat mengakibatkan peradangan pembuluh darah (Tromboflebitis).

Gambar 1. Bagan patofiisiologi Osteomielitis

d. Teknologi Biomedik
Peran Teknologi biomedik terkait penyakit ini mulai dari diagnosis penyakit
sampai pada penyembuhan, antara lain :
Diagnosis penyakit :
● Complete Blood Count (CBC) : Mencakup peningkatan sel darah putih,
peningkatan laju sedimentasi eritrosit, dan peningkatan c-reactive protein
(CRP)
● X-ray : Menunjukan gejala fisik pada tulang, seperti penebalan tulang
kortikal atau perubahan periosteum. Selain itu dapat mendeteksi
osteopenia, atau berkurangnya massa tulang, sebagai akibat dari
kerusakan pada matriks tulang.

5
● Bone Scan/ MRI : Dapat digunakan untuk mengkonfirmasi adanya
osteomielitis pada bagian tulang tertentu dan mengidentifikasi
kemungkinan abses. Biopsi tulang juga dapat dilakukan untuk membantu
mengidentifikasi patogen yang menjadi penyebab dan mengkonfirmasi
diagnosis.
Penanganan :
● Pemberian antibiotik : Pemberian antibiotik dilakukan dalam jangka waktu
tertentu pada bagian yang terinfeksi.
● Operasi : Jika terjadi abses, misalnya pada tulang belakang yang
berdampak pada sistem saraf, maka memungkinkan untuk dilakukan
operasi. Operasi juga dapat dilakukan untuk mengangkat jaringan tulang
yang mati (osteonekrosis). Misalnya pada osteomielitis kronis, dimana
sequestrum harus diangkat.

Secara khusus pada makalah ini, kami membahas teknologi biomedik


dalam fokusan biomaterial, mengenai alternatif penanganan osteomielitis.
Secara umum, standar penanganan dari osteomielitis meliputi dua cara, yaitu
pemberian antibiotik untuk menangani infeksi yang yang terjadi dan/atau operasi
pengangkatan jaringan nekrotik kemudian dilanjutkan dengan upaya rekonstruksi
tulang dengan implantasi bagian tulang dengan melakukan operasi tambahan.
Salah satu upaya yang paling umum dilakukan adalah pemberian antibiotik.
Salah satu metode yang paling sering digunakan dalam praktik klinis adalah
pemberian antibiotik secara lokal (hanya pada bagian peradangan) yang
mengandung polimetil metakrilat atau PMMA. Selain itu digunakan pula jenis
antibiotik lain seperti vancomycin, gentamicin, tobramycin, cefuroxime,
erythromycin, dan colistin bersama dengan PMMA pada semen tulang yang
digunakan.
Akan tetapi, dalam aplikasinya matriks PMMA menghasilkan residual
monomers yang berdampak pada matinya jaringan tulang (nekrosis),
mengurangi efektivitas kerja antibiotik, bahkan menstimulasi antibiotic resistance,
serta dapat menyebabkan diperlukannya operasi tambahan untuk mengangkat
matriks yang tidak dapat terurai tersebut yang berpotensi mengakibatkan infeksi
lainnya. Untuk menangani keterbatasan dari PMMA ini, dilakukan penelitian
terhadap matriks antibiotik lainnya seperti hydroxyapatite, tricalcium phosphate,
calcium sulfate, polycaprolactone (PCL), poly(lactic-co-glycolic acid) (PLGA),
fibrin glue, collagen, dan asam hialuronat ikatan silang.
Penelitian dalam sumber jurnal yang kami gunakan, ingin meningkatkan
efektifitas dari metode penanganan sistem matriks ini, yang dapat memiliki dua
fungsi sekaligus dalam menangani infeksi dan regenerasi tulang dalam
menangani osteomielitis. Penelitian biomaterial ini, menggunakan metode in situ

6
gelling alginate (ALG)/ hyaluronic acid (HA) hydrogel sebagai bioabsorable
matrix yang mendukung kerja antibiotik dan dapat melepaskan molekul bioaktif
untuk proses rekonstruksi tulang. Selain itu HA yang digunakan memiliki
kandungan antibiotik yaitu vancomycin dan bone morphogenetic protein-2
(BMP-2). Antibiotik vancomycin merupakan salah satu antibiotik yang
sebelumnya memang digunakan untuk menangani osteomielitis dengan
penggunaan PMMA. Selain itu antibiotik ini juga dipilih karena memiliki muatan
yang sesuai, yaitu positif sehingga dapat dicampur dengan ALG yang bermuatan
negatif. Hydrogel yang mengandung antibiotik dan BMP-2 ini diharapkan dapat
menjadi solusi alternatif sebagai material yang dapat digunakan dalam
penanganan atau terapi osteomielitis dengan memenuhi kedua fungsi yaitu
menangani infeksi dan mendukung rekonstruksi tulang.

7
BAB III
METODOLOGI
A. Material
Percobaan ini menggunakan beberapa material seperti: Sodium Alginate
(ALG) dengan vikositas menengah yang lalu dicuci dengan metanol (65%) untuk
membersihkannya. Lalu digunakan pula Hyaluronic Acid (HA), Kalium Sulfat
sebagai bahan tambahan hidrogel dalam pembentukan gel, Na2-HPO4,
Vancomycin hydrochloride (VAN) sebagai agen antimikroba untuk
mengendalikan infeksi, Bone morphogenetic protein-2 (BMP-2) untuk molekul
bioaktif untuk merangsang pembentukan tulang baru, Polimetilmetakrilat (PMMA)
untuk bahan dasae dalam sistem penghantaran antibiotik berbasis semen tulang,
Poli(laktida-ko-glikolida) (PLGA) digunakan sebagai matriks dalam sistem
penghantaran antibiotik berbasis polimer, Fibrin glue digunakan sebagai matriks
dalam sistem penghantaran antibiotik, Kolagen digunakan sebagai matriks dalam
sistem penghantaran antibiotik, Asam hialuronat terikat silang digunakan sebagai
matriks dalam sistem penghantaran antibiotik, Hidroksiapatit digunakan sebagai
bahan tambahan dalam hidrogel untuk meningkatkan kemampuan regenerasi
tulang, dan beberapa senyawa kimia sebagai bahan pembuatan hidrogel dan
larutan

Gambar 2. Diagram skematik yang menunjukkan kemungkinan mekanisme pembuatan


vankomisin (interaksi ionik) dan BMP-2 (penjebakan) dalam hidrogel ALG/HA pembentuk gel
in-situ, dan pelepasannya secara terus-menerus di dalam tubuh seiring berjalannya waktu

B. Pembuatan Hidrogel

8
Pembuatan hidrogel ALG/HA dilakukan dengan metode sebagai berikut:
1. Bubuk alginat dan asam hialuronat dicampur dalam rasio yang ditentukan
(misalnya, 7:3 berdasarkan berat)
2. Larutkan campuran ALG/HA dalam larutan garam fosfat (PBS) dengan
konsentrasi yang diinginkan (misal, 2% berdasarkan berat)
3. Tambahkan kalsium sulfat (CaSO4) dalam larutan ALG/HA untuk
membantu dalam pembentukan gel
4. Vancomycin & BMP-2 dicampurkan dalam larutan PBS dingin (4°C)
5. Untuk membentuk hidrogel ALG/HA vancomycin dan BMP-2 campurkan
larutan CaSO4/Vancomycin/BMP-2 dengan larutan ALG/HA
6. Mengaduk rata campuran tersebut hingga homogen
7. Larutan campuran ini kemudian diinjeksikan ke dalam vial kaca dan
dibiarkan hidrogel mengental selama sekitar 4 menit sebelum digunakan
agar gelasi stabil

C. Uji Pelepasan Vancomycin dan BMP-2


Prosedur selanjutnya ialah menyelidiki pola pelepasan Vancomycin dan
BMP-2 dari hidrogel VAN/BMP-ALG/HA. Penyelidikan ini menggunakan hidrogel
dengan konsentrasi Vancomycin sebesar 30 mg/mL, 50 mg/mL, dan 70 mg/mL,
serta BMP-2 sebesar 1 µg/mL.
1. Hidrogel VAN/BMP-ALG/HA sebanyak 1 ml ditempatkan dalam vial kaca
berukuran 5mL. Lalu hidrogel diinkubasi dalam PBS 1mL yang
mengandung 1% BSA pada suhu 37°C selama 6 minggu
2. Pada interval waktu yang telah ditentukan sebelumnya (1 dan 3 hari, serta
1, 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu), Seluruh medium dalam sial diambil dan
diganti dengan PBS baru dengan volume yang sama
3. Mengukur jumlah Vancomycin dan BMP-2 Yang dilepaskan dari hidrogel
VAN/BMP-ALG/HA dengan spektrometer UV/VIS dan kit ELISA

D. Tes Sitoksisitas
Selanjutnya, peneliti mengevaluasi sitoksisitas dari vancomycin yang
dilepaskan hidrogel tersebut menggunakan metode sesuai standar ISO 10993-5.
1. Tiga kelompok hidrogel dengan konsentrasi vancomycin 30 mg/mL, 50
mg/mL, dan 70 mg/mL diinkubasi dalam DMEM selama 24 jam pada suhu
37°C dengan pengadukan ringan (50 rpm)
2. Dalam pengujian ini digunakan sel pre-osteoblas murine calvaria
(MC3T3-E1) yang ditempatkan dalam medium DMEM yang mengandung
0.1% gentamisin sulfat pada lempeng budidaya sel, 1% penisilin G, dan
10% serum fetal bovine (FBS)

9
3. Keesokannya, medium budidaya sel ini diganti dengan medium yang
mengandung vacomycin . Lalu viabilitas sel diukur dengan uji MTS. MTS
akan diubah menjadi produk berwarna oleh sel hidup yang metaboliknya
aktif. Setelah beberapa jam inkubasi, produk berwarna diukur dengan
spektrofotometer dan penyerapannya akan digunakan untuk menentukan
tingkat viabilitas sel dengan membandingkannya dengan medium kultur
sel yang normal. Semakin tinggi penyerapannya, maka semakin tinggi
tingkat viabilitas sel.

E. In vitro anti-bacterial activity test


Aktivitas antibakteri vancomycin diuji dengan paper disk diffusion inhibition
test. Eksperimen ini digunakan untuk menilai sejauh mana vancomycin yang
dilepaskan hidrogel dan vancomycin bebas mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus).
1. Persiapan sampel, Hidrogel dengan konsentrasi vancomycin berbeda
diinkubasi dalam 1mL PBS pada suhu 37°C selama 6 minggu
2. Pengambilan sampel, Pada interval waktu yang telah ditetapkan, seluruh
medium diganti dengan yang baru
3. Persiapan mikroorganisme model, Bakteri umum pada penyakit
osteomelitis yaitu Staphylococcus aureus (S. aureus) dibiarkan tumbuh
pada cawan petri
4. Paper disk diffusion inhibition test, cakram kertas steril dengan diameter 8
mm dan tebal 0.7 mm dibasahi dengan medium yang telah diambil di atas
cawan petri
5. Penentuan Zona Hambatan (ZOI), Aktivitas antibakteri vacomycin
dievaluasi dengan menentukan ZOI pada masing-masing sampel.

F. In vivo anti-bacterial activity and bone regeneration evaluation


Percobaan in vivo digunakan dengan 30 tikus Sprague-Dawley yang
mengalami osteomielitis pada tulang pahanya. Lalu tikus-tikus ini dibagi menjadi
beberapa kelompok: normal, osteomielitis, ALG/HA, VAN-ALG/HA, dan
AN/BMP-ALG/HA. Induksi osteomielitos dilakukan dengan menyuntikkan 100 µL
larutan bakteri (S. aureus) ke dalam sumsum tulang paha menggunakan jarum
18G. Larutan bakteri ini mengandung sekitar 10^4 CFU (koloni pembentuk unit)
per mL. Setelah dua minggu pemberian induksi, rongga sumsum tulang paha
yang terinfeksi diekspos dan diinjeksikan dengan 100 µL hidrogel (ALG/HA,
VAN-ALG/HA, atau VAN/BMP-ALG/HA) menggunakan jarum 18G. Luka jaringan
lunak dijahit dengan benang nylon 5-0. Setelahnya dilakukan pengukuran dan
pengujian.

10
Pengukuran dan pengujian dilakukan pada waktu yang ditentukan yaitu 3
atau 6 minggu pascaoperasi yaitu dengan di-euthanize dengan dosis berlebihan
gas CO2 dan setiap tikus dilakukan pemeriksaan radiografi yaitu untuk menilai
tingkat keparahan osteomielitis; sifat-sifat biomekanik untuk membandingkan
tulang yang normal, tulang terinfeksi, dan tulang yang diobati; pemeriksaan
mikrobiologis dengan mengukur koloni bakteri pada media agar nutrisi.

G. Analisis Statistik
Analisis data statistik dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak
IBM SPSS. Data yang diperoleh dari setiap kelompok ditunjukkan sebagaim
mean atau rata-rata ± standar deviasi untuk mengetahui gambaran mengenai
sebaran dan variasi data dari kelompok-kelompok tersebut. Data dievaluasi
dengan uji analisis ANOVA atau uji analisis varian satu arah dengan uji
perbandingan ganda Tukey. Hasil uji perbandingan tersebut p<0.05 yang berarti
dianggap signifikan secara statistik.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1) Perilaku pelepasan vancomycin dan BMP-2

Gambar 3.A perilaku pelepasan vancomycin dari hidrogel dengan


konsentrasi yang berbeda

Pola pelepasan vancomycin dari hidrogel dengan konsentrasi vancomycin


yang berbeda menunjukkan bahwa vancomycin dilepaskan secara
konsisten selama 6 minggu.Meskipun vancomycin merupakan komponen
yang larut dalam air serta memiliki berat molekul yang rendah.

12
Gambar 3.B menunjukkan pelepasan perilaku vancomycin dan BMP-2 pada
Pluronic F127 dengan alginate

Terlihat perbedaan yang signifikan pelepasan perilaku vancomycin dan


BMP-2 pada Pluronic F127 dengan alginate. Pada larutan Pluronic
F127,hampir seluruh vancomycin dilepaskan dengan cepat dalam waktu
10 jam. Sebaliknya, pada larutan alginate pelepasan vancomycin
mengalami penundaan yang signifikan, dengan hanya sekitar 27% yang
dilepaskan setelah 36 jam.

Gambar 3.C Pelepasan BMP-2 dari hydrogel VAN/BMP-ALG/HA

Pelepasan BMP-2 dari hydrogel VAN/BMP-ALG/HA menunjukkan pola


yang berbeda. Pada awalnya, terjadi pelepasan cepat BMP-2 dalam
waktu satu hari, kemudian diikuti oleh pelepasan yang berkelanjutan
selama 6 minggu.

2) Sitoksitas hydrogel

13
Gambar 4. menunjukkan viabilitas sel sebagai fungsi konsentrasi vancomycin

Berikut merupakan hasil dari pengujian sitoksisitas untk mengevaluasi


biokompatibilitas dari hydrogel yang digunkan, hasil menunjukkan bahwa
semua kelompok hydrogel, termasuk hydrogel VAN/BMP-ALG/HA
memiliki viabilitas sel yang tinggi, yang menandakan tingkat sitotoksisitas
yang rendah.

3) Aktivitas in vitro dari hydrogel

14
Gambar 5 menunjukkan aktivitas bakteri (ZOI of S.aureus) dengan variasi
konsentrasi vancomycin, PBS, ALG/HA, dan VAN/BMP-ALG/HA selama 42 hari. (A)
Gambar ZOI (B) hasil perhitungan, dengan n=3.

Hasil dari uji aktivitas antibakteri in vitro dari hydrogel menyimpulkan


bahwa kelompok hydrogel VAN/BMP-ALG/HA dan kelompok
VAN-ALG/HA memperlihatkan aktivitas antibakteri yang efektif. Di kedua
kelompok tersebut, zona hambat pertumbuhan bakteri (ZOI)
menghasilkan jumlah lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol,
termasuk kelompok ALG/HA tanpa vancomycin dan BMP-2.

4) Aktivitas antibakteri dan regenerasi tulang in vivo dari hydrogel

15
Gambar 6.A menunjukkan hasil dari pemeriksaan menggunakan
micro-CT pada femur normal, femur dengan osteomielitis, dan femur yang
diobati dengan hydrogel ALG/HA, VAN-ALG/HA, dan VAN/BMP-ALG/HA pada 3
(A) dan 6(B) minggu setelah operasi

Pada gambar A, terlihat bahwa femur dengan osteomielitis mengalami


kerusakan tulang yang signifikan, sedangkan pada gambar B, terlihat
bahwa femur yang diobati dengan hydrogel VAN/BMP-ALG/HA
menunjukkan regenerasi tulang yang lebih baik dibandingkan dengan
kelompok kontrol.

Gambar 6.B menunjukkan kekuatan biomekanik dari femur normal,


femur dengan osteomielitis, dan femur yang diobati dengan hydrogel ALG/HA,
VAN-ALG/HA, dan VAN/BMP-ALG/HA pada 3 dan 6 minggu setelah operasi

Dalam gambar tersebut dihasilkan peningkatan kekuatan biomekanik


yang lebih signifikan pada kelompok dengan VAN/BMP-ALG/HA
dibandingkan kelompok kontrol, yang berarti VAN/BMP-ALG/HA memiliki
efektifitas yang lebih baik dalam melakukan penyembuhan pada tulang.

16
Gambar 6.C menunjukkan CFU (colony-forming unit) dari s aureus pada
femur normal, femur dengan osteomielitis, dan femur yang diobati dengan
hydrogel ALG/HA, VAN-ALG/HA, dan VAN/BMP-ALG/HA pada 3 dan 6 minggu
setelah operasi.

Hasil pada kelompok VAN/BMP-ALG/HA menunjukkan penurunan jumlah


CFU yang lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Sehingga menunjukkan bahwa hydrogel dengan VAN/BMP-ALG/HA lebih
efektif dalam mengurangi pertumbuhan S,aureus pada osteomielitis.

17
Gambar 6.D menunjukkan jumlah sel darah merah (A) dan kadar hemogoblin
pada femur normal, femur dengan osteomielitis, dan femur yang diobati dengan
hydrogel ALG/HA, VAN-ALG/HA, dan VAN/BMP-ALG/HA pada 3 dan 6 minggu
setelah operasi.

Apabila dibandingkan, kelompok yang menggunakan pengobatan


VAN/BMP-ALG/HA memperlihatkan penurunan leukosit serta
peningkatan kadar hemoglobin yang lebih signifikan dibandingkan
kelompok lainnya, hal tersebut dapat menunjukkan pengaruh yang positif
dalam menurunkan peradangan dan pemulihan darah pada osteomielitis.

B. Pembahasan
1) Karakterisasi hydrigel ALG/HA yang mengandung vancomycin dan
BMP-2
Dari hasil uji karakterisasi yang dilakukan terhadap hydrogel ALG/HA
yang mengandung vancomycin dan BMP-2. Hydrogel tersebut dibuat
dengan mencampurkan larutan ALG/Na2HPO4 dan larutan
CaSO4/vancomycin/BMP-2. waktu gelasi hydrogel ALG/HA dapat
dikendalikan sekitar 4 menit,yang memungkinkan terjadinya pengolahan
serta penyuntikkan ke dalam lesi osteomielitis. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hydrogel ALG/HA yang mengandung vancomycin dan
BMP-2 merupakan suatu matriks penghantar yang baik dalam
pengobatan osteomielitis.

2) Perilaku pelepasan vancomycin dan BMP-2


Dapat dilihat pada hasil pelepasan hidrogel dengan konsentrasi
vancomycin berbeda, tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Meskipun

18
demikian, jumlah vancomycin yang dilepaskan setara dengan jumlah yang
dimasukkan, hal ini dapat disebabkan oleh interaksi antara ALG yang
bermuatan negatif dan vancomycin yang bermuatan positif, serta disosiasi
obat yang berlangsung lebih lama dalam lingkungan fisiologis. Pelepasan
vancomycin yang terjadi secara terus-menerus, biasanya dapat digunakan
sebagai antibiotik dalam pengobatan lesi yang terinfeksi MSRA, sehingga
dapat dikatergorikan sebagai suatu penghantar lokal yang penting dalam
pengobatan osteomielitis.

Untuk memastikan interaksi muatan-muatan antara ALG dengan


vancomycin, vancomycin berada pada larutan ALG yang bermuatan
negatif dan larutan Pluronic F127 yang bermuatan netral. Dari hasil uji
telah dibuktikan bahwa vancomycin yang bermuatan positif dapat
membentuk interaksi muatan dengan rantai alginate yang bermuatan
negatif, yang menghambat pelepasan langsung vancomycin. Sementara
itu, pelepasan BMP-2 dari hydrogel VAN/BMP-ALG/HA menunjukkan pola
yang berbeda. Pola pelepasan tersebut dapat dijelaskan sebagai desorpsi
cepat BMP-2 yang terletak di permukaan hydrogel, yang kemudian diikuti
oleh pelepasan yang tertahan melalui jaringan pori dalam hydrogel.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelepasan BMP-2 tidak terpengaruh
oleh keberadaan vancomycin dalam hydrogel.

3) Sitotoksitas hydrogel
Biokompatibilitasnya yang baik dan tingkat sitotoksisitasnya yang rendah,
membuat Alginate sering dipakai dalam rekayasa jaringan serta sistem
penghantaran obat. Hal yang sama berlaku pada HA, yang merupakan
komponen alami matriks ekstraseluler, yang telah terbukti mendukung
adhesi dan proliferasi sel. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa
hydrogel dapat melakukan pertumbuhan sel serta regenerasi jaringan
tanpa merusak ataupun memengaruhi sel yang berada di dekatnya.

4) Aktivitas in vitro dari hydrogel


Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi pada kelompok VAN/BMP-ALG/HA
dan VAN-ALG/HA dapat didefinisikan oleh proses melepaskan
vancomycin yang sustain dari hydrogel. Vancomycin yang dilepaskan
secara bertahap dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara efektif
selama periode waktu yang cukup lama.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hydrogel VAN/BMP-ALG/HA memiliki
potensi sebagai alat terapeutik untuk menangani infeksi bakteri, seperti
osteomielitis. Hydrogel ini dapat memberikan penghantaran vancomycin

19
yang sustain dan efektif ke area yang terinfeksi, sehingga membantu
menghambat pertumbuhan bakteri dan proses penyembuhan dapat
dipercepat.

5) Aktivitas antibakteri dan regenerasi tulang in vivo dari hydrogel


Hasil pada penelitian in vivo mengenai aktivitas antibakteri dan regenerasi
tulang dari hydrogel VAN/BMP-ALG/HA menunjukkan hasil yang positif,
dalam penelitian dengan model tikus osteomuelitis femur ini, ditunjukkan
bahwa hydrogel dapat secara efektif mencegah perkembangan bakteri
Staphylococcus aureus pada lesi osteomielitis. Hal tersebut dapat dilihat
oleh terjadinya penurunan bakteri pada lesi osteomielitis pada kelompok
yang menggunakan pengobatan hydrogel VAN/BMP-ALG/HA.

Hydrogel ini juga terbukti memiliki kemampuan untuk meningkatkan


regenerasi tulang pada lesi osteomielitis. Sebagai hasil dari evaluasi
radiografis dan biomekanik, kelompok yang menggunakan pengobatan
hydrogel VAN/BMP-ALG/HA mengalami pemulihan yang lebih baik
daripada kelompok kontrol. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa
hydrogel memiliki efektivitas dalam mendorong terjadinya regenesasi
tulang pada osteomielitis.

Oleh karena itu, hydrogel VAN/BMP-ALG/HA dapat berfungsi sebagai


terapi yang efektif untuk pengobatan osteomielitis dikarenakan
efektifitasnya dalam mengatasi pertumbuhan bakteri serta mempercepat
regenerasi ataupun penyembuhan pada tulang.

20
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan hidrogel ALG/HA in situ yang


mengandung vancomycin dan BMP-2 untuk pengobatan osteomielitis. Hidrogel
ALG/HA dibuat dengan mencapurkan bubuk alginat dengan asam hialuronat
yang lalu dilarutkan garam fosfat dan kalsium sulfat lalu dilakukan uji sitoksisitas,
uji secara in vitro, dan uji secara in vivo, lalu data dianalisis secara statistik. Hasil
penelitian menunjukkan hidrogel ALG/HA yang mengandung vancomycin dan
BMP-2 mampu mendorong regenerasi tulang pada model osteomielitis.
Penelitian ini memiliki potensi sebagai pendekatan terapeutik dalam pengobatan
osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jung SW, Oh SH, Lee IS, Byun JH, Lee JH. In Situ Gelling Hydrogel with
Anti-Bacterial Activity and Bone Healing Property for Treatment of
Osteomyelitis. Tissue Eng Regen Med. 2019;16(5).
2. Xin W, Gao Y, Yue B. Recent Advances in Multifunctional Hydrogels for the
Treatment of Osteomyelitis. Vol. 10, Frontiers in Bioengineering and
Biotechnology. 2022.
3. Peng KT, Chen CF, Chu IM, Li YM, Hsu WH, Hsu RWW, et al. Treatment of
osteomyelitis with teicoplanin-encapsulated biodegradable
thermosensitive hydrogel nanoparticles. Biomaterials. 2010;31(19).
4. Abrantes-Figueiredo J, Chowdhury JF, Manu CA, Banach D. Osteomyelitis.
Limb Salvage Diabet Foot An Interdiscip Approach [Internet]. 2023 May 31
[cited 2023 Oct 11];427–38. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
books /NBK532250//

21
TABEL KONTRIBUSI

No Nama (NPM) Kontribusi

1 Adonnai Phylosophia C. N Pendahuluan dan Teori


(2206060712)

2 Tenaya Shafa Kirana (2206031555) Hasil dan Pembahasan

3 Shofiyah (2206060662) Metode dan Penutup

22

Anda mungkin juga menyukai