Disusun Oleh :
Sarah Zalena
P17211204125
JURUSAN KEPERAWATAN
2022/2023
I. DEFINISI
a. Pengertian
1. Fraktur
Fraktur merupakan terputusnya kontinunitas jaringan tulang yang
umunya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al., 2000). Sedangkan
menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Documentations
menyebutkan bahwa fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and
Sorensen’s Medical Surgical Nursing.
2. Patah Tulang Lumbal
Fraktur lumbal adalah fraktur yang tejadi akibat gerakan mendadak
atau jenis gerakan yang tidak mungkin terjadi di regio tertentu dapat
menyebabkan fraktur, dislokasi, dan frakturdislokasi columna vertebralis.
Fleksi kuat mendadak, seperti yang terjadi pada kecelakaan bermotor atau
akibat pukulan keras ke belakang kepala, sering menimbulkan fraktur remuk
atau fraktur kompresi pada satu corpus vertebrae atau lebih. Jika terjadi
hantaman keras pada vertebrae lalu diikuti dengan kompresi, maka salah satu
tulang vertebra dapat bergeser ke anterior pada vertebra disebelah interiornya.
Cedera yang tidak dapat diperbaiki pada medula spinalis selalu disertai
dengan cedera fleksi berat pada columna vertebralis (dr. H.Hartanto,2013).
b. Anatomi dan Fisiologi
1. Struktur Tulang Belakang
Struktur tulang belakang terdiri dari 3 lengkungan alami yang berbentuk
seperti huruf S, jika dilihat dari samping. Ketiga lengkungan ini meliputi
tulang belakang leher (servikal), tulang punggung tengah (torakal), dan tulang
punggung bawah (lumbal). Lengkungan pada tulang belakang penting untuk
memberikan keseimbangan tubuh dan membantu kita berdiri tegak. Jika
digabungkan, ketiga lengkungan tersebut memiliki 33 ruas tulang yang
bertumpuk. Tulang-tulang ini kemudian dibagi menjadi beberapa bagian.
Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Tulang belakang leher
Tujuh tulang belakang pertama dari atas disebut dengan servikal. Tulang-
tulang ini berada di belakang leher, tepat di bawah tengkorak. Tak hanya
untuk menopang kepala dan leher, bagian atas tulang belakang yang
berbentuk C ini juga mendukung kemampuan Anda untuk memutar,
memiringkan, dan menganggukkan kepala.
2. Tulang punggung tengah
Di bawah servikal terdapat 12 tulang torakal yang dimulai dari dada bagian
atas hingga punggung tengah. Tulang rusuk Anda menempel pada tulang-
tulang ini. Struktur tulang punggung tengah normalnya sedikit menekuk
untuk membentuk seperti huruf C terbalik.
3. Tulang punggung bawah
Selanjutnya, di bawah tulang punggung tengah (torakal), ada 5 tulang yang
menyusun struktur tulang belakang bagian bawah. Tulang-tulang ini menekuk
ke dalam sehingga terlihat seperti membentuk huruf C.
Tulang belakang bawah (lumbal) menopang bagian atas tulang belakang dan
terhubung ke panggul. Tulang-tulang ini menjadi tumpuan sebagian besar
berat badan serta tekanan saat Anda mengangkat atau membawa barang. Oleh
karena itu, bagian tulang belakang bawah sering mengalami cedera maupun
kondisi medis.
4. Sakrum
Sakrum terdiri dari 5 tulang belakang yang menyatu menyerupai segitiga.
Tulang ini terhubung ke pinggul dan membentuk cincin yang disebut
dengan panggul.
5. Tulang ekor
Di bawah sacrum, ada tulang ekor yang merupakan pangkal tulang belakang.
Tulang ekor terdiri dari 4 tulang belakang yang menyatu membentuk 1 tulang
kecil. Bagian tulang belakang ini berperan dalam menahan beban dan menjadi
pusat gravitasi yang baik.
Jadi, saat Anda mengambil ransel yang berat, tulang belakang lumbal,
sakrum, dan tulang ekor membantu memberi Anda kekuatan untuk
mengangkatnya. Saat Anda menari, melompat, dan berjalan, bagian-bagian
tulang ini juga menjaga Anda agar tetap seimbang.
Di antara bagian tulang belakang, ada beberapa jaringan yang terhubung satu
sama lain, yaitu:
Sendi facet, untuk menghubungkan setiap bagian tulang belakang serta
memberikan fleksibilitas dan stabilitas pada tubuh.
Diskus intervertebralis, yaitu cakram kecil yang terbuat dari tulang
rawan untuk mencegah struktur tulang belakang saling bergesekan dan
menjadi bantalan bagi tulang punggung.
Bukaan tempat keluarnya cabang jaringan saraf, untuk menyampaikan
pesan antara otak dan otot.
Jaringan lunak yang terdiri dari ligamen (untuk menahan setiap bagian
tulang belakang), otot (untuk mendukung punggung dan membantu
tubuh bergerak), dan tendon (untuk menghubungkan otot dengan
gerakan tulang).
c. Klasifikasi Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis,
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur
Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi.
Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit
2. Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur
Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
1) Hair Line Frakur
2) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya
3) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patah
Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan
Fraktur Multiple: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh
Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergesaran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
1) Dislokasi ad logitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping)
2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
3) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh)
6. Fraktur kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang
7. Fraktur patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1. Tingkat 0
Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya
2. Tingkat 1
Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan
3. Tingkat 2
Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan
4. Tingkat 3
Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement
(Apley & Solomon, 1995; Black, 1995; Henderson, 1997; Mansjoer et al.,
2000; Oswari, 1993; Pearce, 2016; Reksoprodjo, 1995)
II. PATHWAY
III. PATOFISIOLOGI
Cedera pada medula spinalis kebanyakan terjadi akibat cedera di daerah
Vertebra-Medulla Spinalis, pada cedera kompresi sering disebabkan karena jatuh atau
melompat dari ketinggian, saat jatuh dengan posisi kaki atau bokong (duduk). Maka
terjadilah penekanan pada medula spinalis yang menyebabkan fraktur vertebra.
Akibat penekanan ini, fragmen pada tulang juga dapat masuk ke dalam medula
spinalis. Lumbal dan toraks vertebra umumnya akan mengalami cedera serta dapat
menyebabkan edema dan perdarahan. Edema pada medula spinalis dapat
mengakibatkan kehilangan fungsi sensasi (Fransisca B.Batticaca,2018).
IV. ETIOLOGI
Menurut (Oswari, 1993) penyebab terjadinya fraktur antara lain:
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langusng menyebabka patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring
Apley, A. G., & Solomon, L. (1995). Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Edisi
Ketujuh, Widya Medika, Jakarta.
Henderson, M. A. (1997). Ilmu bedah untuk perawat. Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.
Jainurakhma, J., Hariyanto, S., Mataputun, D. R., Silalahi, L. E., Koerniawan, D., Rahayu, C.
E., Siagian, E., Umara, A. F., Madu, Y. G., & Rahmiwati, R. (2021). Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat. Yayasan Kita Menulis.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W. I., & Setiowulan, W. (2000). Kapita
selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius, 86–92.
Pearce, E. C. (2016). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama.
Tim Pokja SDKI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi 1).
Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1).