Anda di halaman 1dari 78

PERHITUNGAN VOLUME SLURRY

DAN ANALISA CEMENT SLURRY DI LABORATORIUM


PADA PENYEMENAN CASING 9 5/8”
SUMUR X LAPANGAN Y PT CAKRA PETROKINDO UTAMA

LAPORAN TUGAS AKHIR

oleh

KAMIL FAISHAL TANJUNG


15010149

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2019
PERHITUNGAN VOLUME SLURRY
DAN ANALISA CEMENT SLURRY DI LABORATORIUM
PADA PENYEMENAN CASING 9-5/8”
SUMUR X LAPANGAN Y PT CAKRA PETROKINDO UTAMA

LAPORAN TUGAS AKHIR

oleh

KAMIL FAISHAL TANJUNG


15010149

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2019

i
PERHITUNGAN VOLUME SLURRY
DAN ANALISA CEMENT SLURRY DI LABORATORIUM
PADA PENYEMENAN CASING 9 5/8”
SUMUR X LAPANGAN Y PT CAKRA PETROKINDO UTAMA

Nama : Kamil Faishal Tanjung


NIM : 15010149
Pembimbing 1 : D. Subyar Mujihandono.,S.T,M.IL
Pembimbing 2 : Guntur Setiawan,M.T
Pembimbing Lapangan : Firdzan Rahman.,S.T

ABSTRAK

Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran


(mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen (slurry) melalui casing
sehingga mengalir ke atas melewati annulus di belakang casing sehingga casing
terikat ke formasi. Tiap formasi akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
oleh karena bubur semen yang akan digunakan perlu dilakukan penyesuaian agar
dapat memenuhi standar karakteristik dari formasi tersebut. Untuk dapat
merancang bubur semen yang memenuhi kriteria tersebut maka harus dilakukan
pengujian laboratorium mengenai sifat bubur semen. Sifat cement slurry terdiri
dari densitas, thickening time dan viscositas, filtration loss, water cemen ratio
(WCR), waiting on cement (WOC), serta compressive strength. Pada penyemenan
casing 9-5/8” sumur X lapangan Y, total depth berada pada kedalaman 1100 ft
atau 445,28 meter. Setelah melakukan penelitian dan perhitungan didapat
kapasitas pada proses penyemenan casing 9-5/8” dengan excess 75 % kapasitas
volume slurry total yaitu 95,83 bbl, total sack sebanyak 364 sack, total mix water
required yaitu 45,12 bbl. Kemudian, dengan waktu Thickening Time yang
panjang dan zona yang terdapat gas maka digunakan aditif lead slurry yaitu CCA
= 147,7 lb, CCE=31 gal, CCD=15,5 gal, CFL=77,5 gal, CBA = 263,5 gal, CFP =
9,3 gal. Sedangkan untuk tail slurry yaitu CCA = 196,46 lb, CCD = 7,62 gal, CFL
= 104,5 gal, CBA = 271,7 gal, CFP =12,54 gal. Berdasarkan hasil analisa, nilai
thickening time yang didapat yaitu lead 70 Bc@04:14 hours, nilai rheology PV =
36 dan YP = 15 dan nilai compressive strength 1206 psi@24 hours dengan fluid
loss 49 cc/30 menit/1000psi. Sedangkan untuk tail slurry 70 Bc @03:30 hours
dengan nilai rheology PV = 57 dan YP = 17 dengan nilai compressive strength =
659 psi @12 hours dan 3598@24 hours dengan fluid loss 38 cc/30 menit/1000psi.
Ketika hasil uji laboratorium sudah memenuhi spesifikasi sumur X, maka
formulasi dari slurry siap dipakai dalam proses penyemenan.

Kata Kunci : Casing, Lead, Slurry, Tail, Total

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kamil Faishal Tanjung


NIM : 15010149
Program Studi : Teknik Perminyakan
Judul Kerja Praktik : Perhitungan Volume Cement Slurry dan Analisa Cement
Slurry di Laboratorium pada Penyemenan Casing 9-5/8”
Sumur X Lapangan Y PT Cakra Petrokindo Utama

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Laporan Tugas Akhir ini adalah benar-benar karya saya sendiri, dan bukan
hasil plagiat dari karya orang lain. Semua sumber yang dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
2. Apabila dikemudian hari terbukti diketahui bahwa isi Laporan Tugas Akhir
saya merupakan hasil plagiat, maka saya bersedia menanggung akibat hukum
dari keadaan tersebut.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran dan tanpa paksaan.

Indramayu, Oktober 2019


Yang menyatakan

Kamil Faishal Tanjung


NIM 15010149

iii
Scanned by CamScanner
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang mengatur segala alam serta

mencurahkan segala hidayah untuk semua makhluk-Nya.Alhamdulilah dengan

izin Allah Swt., penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir

dengan judul Perhitungan Volume Slurry dan Analisa Cement Slurry di

Laboratorium pada Penyemenan Casing 9-5/8” Sumur X Lapangan Y PT

Cakra Petrokindo Utama.

Perwujudan laporan ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak

sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini

perkenankanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada:

1. H.Nahdudin Islamy M.Si, selaku Ketua Yayasan Akamigas Balongan;

2. Ir.Hj.Hanifah Handayani, M.T, selaku Direktur Akamigas Balongan,

Indramayu;

3. Desi Kusrini,ST.MT, selaku Kepala Prodi Teknik Perminyakan Akamigas

Balongan Indramayu;

4. D. Subyar Mujihandono.,S.T,M.IL, selaku dosen pembimbing I dalam kerja

praktek ini;

5. Guntur Setiawan,M.T selaku dosen pembimbing II dalam kerja praktek ini;

6. Ir. H. Hidayat, selaku direktur PT Cakra Petrokindo Utama.

7. Chandra Harius Wijayanto.,S.T, selaku Field Operation Manager.

8. Firdzan Rahman, selaku pembimbing lapangan I di Cakra Petrokindo Utama

Cementing Division;

v
9. Bangun Surya Mahendra.,S.T , selaku pembimbing lapangan II di Cakra

Petrokindo Utama Cementing Division;

10. Seluruh Staf PT Cakra Petrokindo Utama Cementing Divison yang telah

banyak membantu selama proses kerja praktek berlangsung;

11. Kedua orang tua yang tak lelah memberikan dukungan dan motivasi, serta

tidak berhenti mendo’akan;

12. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan motivasi;

13. Keluarga besar Teknik Perminyak D 15 yang selalu memberikan dukungan;

14. Keluarga besar Paguyuban Bodorhud yang selalu setia mendukung dan

memberikan motivasi;

15. Teman-teman Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu yang telah

membantu dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dilihat dari segi menyajikan data maupun penulisannya. Kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penulisan

selanjutnya yang lebih baik.

Indramayu, Oktober 2019

Kamil Faishal Tanjung

vi
vii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Tema ......................................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................2

1.3.2 Tujuan Khusus ...........................................................................3

1.4 Manfaat..................................................................................................3

BAB II DASAR TEORI .........................................................................................4

2.1 Komposisi Semen ..................................................................................6

2.2 Sifat-Sifat Semen...................................................................................9

vii
2.3 Slurry Design.......................................................................................11

2.3.1 Zat Cair ...................................................................................11

2.3.2 Cement ....................................................................................12

2.3.3 Zat Aditif ................................................................................13

2.4 Perhitungan Volume Slurry.................................................................15

2.4.1 Perhitungan Panjang Casing ..................................................16

2.4.2 Perhitungan Volume Slurry .....................................................16

2.4.3 Perhitungan Sack of Cement ....................................................17

2.4.4 Perhitungan Mix Water Required ............................................17

2.4.5 Perhitungan Material Required (additive) ..............................18

2.4.6 Perhitungan Volume Displacement .........................................18

2.5 Alat Uji Semen di Laboratorium .........................................................19

2.5.1 Constant Speed Mixer ............................................................19

2.5.2 Fann VG Meter/Rheometer .....................................................19

2.5.3 Atmosphric Consistometer ......................................................20

2.5.4 Pressirizes Consistometer/Bestop Consistometer ...................20

2.5.5 High Pressure High Temperature Filter Press .......................21

2.5.6 SGSA (static gel strength analyzer).........................................21

2.5.7 Ultrasonic Cement Analyzer ...................................................21

2.5 Prosedur Pembuatan dan Pengujian Slurry Cement Laboratrium .......21

2.5.1 Pengujian Rheology .................................................................22

2.5.2 Pengujian Thickening Time .....................................................22

2.5.3 Pengujian Fluid Loss ...............................................................23

viii
2.5.4 Pengujian Static Gel Strength..................................................23

2.5.5 Pengujian Compressive Strength .............................................24

2.5.6 Pengujian Free Water ..............................................................25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................26

3.1 Metode Pelaksanaan ............................................................................26

3.1.1 Orientasi Lapangan..................................................................26

3.1.2 Metode Wawancara .................................................................26

3.1.3 Studi Literatur..........................................................................26

3.1.4 Praktek Langsung ....................................................................27

3.2 Flow Chart ...........................................................................................28

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN .....................................................................29

4.1 Sejarah Berdirinya ...............................................................................29

4.2 Visi, Misi, dan Strategi PT. Cakra Petrokindo Utama ........................30

4.2.1 Visi .............................................................................................30

4.2.2 Misi.............................................................................................30

4.2.3 Objective ....................................................................................30

4.3 Divisi Kerja PT. Cakra Petrokindo Utama ..........................................30

4.3.1 Top Drive Division ..................................................................30

4.3.2 Cementing Division .................................................................32

4.4 Susunan Kerja PT. Cakra Petrokindo Utama Cementing Division .....33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................34

5.1 Slurry Volume Calculation ..................................................................34

5.1.1 Menghitung Panjang Casing .................................................. 37

ix
5.1.2 Menghitung Volume Slurry ....................................................38

5.1.3 Perhitungan Sack of Cement....................................................40

5.1.4 Perhitungan Mix Water Required ........................................... 41

5.1.5 Perhitungan Material Required (additive) ..............................42

5.1.6 Perhitungan Displacement Volume .........................................45

5.2 Pengujian Cement Slurry Job Casing 9-5/8” ......................................46

5.2.1 Mixing Slurry Cement ............................................................ 48

5.2.2 Pengujian Rheology .................................................................49

5.2.3 Pengujian Fluid Loss ...............................................................53

5.2.4 Pengujian Thickening Time .....................................................55

5.2.5 Pengujian Compressive Strength .............................................58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................61

6.1 Kesimpulan..........................................................................................61

6.2 Saran ....................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 5.1 Data Penyemenan Casing 9-5/8” Sumur X Lapangan Y .......................34

Tabel 5.2 Data Densitas dan Yield Cement Slurry .................................................35

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Panjang Casing Lead................................................37

Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Panjang Casing Tail .................................................38

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Volume Slurry Lead .................................................39

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Volume Slurry Tail...................................................40

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Total Volume Slurry (Lead dan Tail).......................40

Tabel 5.8 Konsentrasi Material Penyemenan Lead Sumur Casing 9-5/8

Sumur X Lapangan Y ............................................................................42

Tabel 5.9 Total Material Penyemenan Lead Slurry Sumur Casing 9-5/8”

Sumur X Lapangan Y ............................................................................43

Tabel 5.10 Konsentrasi Material Penyemenan Tail Sumur Casing 9-5/8”

Sumur X Lapangan Y ..........................................................................44

Tabel 5.11 Total Material Penyemenan Tail Sumur Casing 9-5/8”

Sumur X Lapangan Y ..........................................................................45

Tabel 5.12 Total Displacement Fluid Volume Sumur Casing 9-5/8”

Sumur X Lapangan Y ..........................................................................45

Tabel 5.13 Client Specification ..............................................................................47

Tabel 5.14 Komposisi Design Lead Cement ..........................................................48

Tabel 5.15 Komposisi Design Tail Slurry..............................................................49

Tabel 5.16 Rheology Design Lead Slurry ..............................................................51

Tabel 5.17 Rheology Design Tail Slurry ................................................................52

xi
Tabel 5.18 Fluid Loss Design Lead Cement ..........................................................54

Tabel 5.19 Fluid Loss Design Tail Cement............................................................55

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1 Diagram Casing 9-5/8” Sumur X Lapangan Y ..................................36

Gambar 5.2 Constant Speed Mixer ........................................................................48

Gambar 5.3 Fann VG Meter/Rheometer ................................................................50

Gambar 5.4 Atmospheric Consistometer................................................................51

Gambar 5.5 HPHT Filter Press (high pressure high temperature) .......................54

Gambar 5.6 Pressurizes Consistometer/Bentsop Consistometer ...........................56

Gambar 5.7 Thickening Time Design Lead Cement...............................................57

Gambar 5.8 Thickening Time Design Tail Cement ................................................57

Gambar 5.9 Ultrasonic Cement Analyzer ..............................................................59

Gambar 5.10 Compressive Strength Design Lead Cement ....................................59

Gambar 5.11 Compressive Strength Design Tail Cement......................................60

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Preliminary Cementing Proposal For 9-5/8” Casing

Lampiran 2 Well Profile For 9-5/8” Casing

Lampiran 3 Calculation of Slurry Properties Lead For 9-5/8” Casing

Lampiran 4 Calculation of Slurry Properties Tail For 9-5/8” Casing

Lampiran 5 Laboratory Report Lead Slurry For 9-5/8” Casing

Lampiran 6 Laboratory Report Tail Slurry For 9-5/8” Casing

xiv
DAFTAR SINGKATAN

1. API : American Petroleum Institute

2. ASTM : American Standart Testing Material

3. Bc : Bordon Consistency

4. BOP : Blow Out Preventer

5. BPM : Barrel Per Minute

6. BUMN : Badan Usaha Milik Negara

7. BWOC : By Weight of Cement

8. BWOW : By Weight of Water

9. CTE : Cement Test Equipment

10. CPU : Cakra Petrokindo Utama

11. GOR : Gas Oil Ratio

12. HPHT : High Pressure High Temperature

13. TOC : Top Of Cement

14. TT : Thickening Time

15. Uc : Unit of Consistensy

16. PV : Plastic Viscosity

17. WCR : Water Cement Ratio

18. WGR : Water Gas Ratio

19. WOC : Waiting On Cement

20. WOR : Water Oil Ratio

21. YP : Yield Point

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses

pencampuran (mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen (slurry)

melalui casing sehingga mengalir ke atas melewati annulus di belakang

casing sehingga casing terikat ke formasi. Bubur semen atau cement slurry

merupakan campuran dari bubuk semen, air dan additive. Untuk

mendapatkan ikatan penyemenan yang baik, maka ditambahkan bahan-

bahan tertentu ke dalam bubur semen. Bahan-bahan yang ditambahkan ini

disebut dengan additive.

Formasi yang akan disemen berada pada kondisi tertentu, maka dari

itu perlu diadakan sebuah pengujian terhadap slurry cement, dimana

nantinya akan dapat diketahui sesuai atau tidakkah slurry cement tersebut

terhadap suatu formasi yang dimaksud. Pengujian slurry cement ini

bertujuan agar hasil dari slurry cement yang akan digunakan pada proses

penyemenan sumur pemboran dilapangan dapat berjalan sesuai dengan

rencana dan menghasilkan cement bond log yang bagus, karena hasil yang

didapat dilapangan tidak akan bagus tanpa adanya pengetesan yang

dilakukan dalam skala kecil dilaboratorium. Pengetesan di laboratorium

dilakukan dengan berusaha menyesuaikan keadaan seperti dilapangan

aslinya, karena semua aspek yang teruji akan mempengaruhi hasil dari

1
2

slurry cement itu sendiri. Seperti temperatur, tekanan, semen yang

digunakan, air yang berasal dari lapangan dan additive yang tersimpan

dilapangan.

Dengan dilakukannya pengetesan dan pengukuran di laboratorium

maka pengerjaan dilapangan akan semakin mudah karena pengujian

dilaboratorium adalah patokan digunakannya bahan-bahan yang

dicampurkan serta komposisi yang digunakannya.

1.2 Tema Tugas Akhir

Tema yang diambil dalam Tugas Akhir ini adalah “Perhitungan

Volume Cement Slurry dan Analisa Cement Slurry di Laboratorium

Pada Penyemenan Casing 9-5/8” Sumur X Lapangan Y PT Cakra

Petrokindo Utama”

1.3. Tujuan Tugas Akhir

1.3.1. Tujuan Umum

1. Diketahuinya informasi mengenai gambaran pelaksanaan

pekerjaan diperusahaan atau di institusi tempat Tugas Akhir

berlangsung serta menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat

dari bangku perkuliahan;

2. Dapat mengetahui gambaran mengenai sistem kerja divisi

cementing baik di lapangan ataupun di dalam laboratorium;


3

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui perhitungan kapasitas volume lead slurry dan tail

slurry yang diperlukan pada Casing 9-5/8”;

2. Mengetahui berapa sack cement yang diperlukan dalam proses

penyemenan Casing 9-5/8” Sumur X lapangan Y;

3. Mengetahui mix water required pada proses penyemenan

Casing 9-5/8” Sumur X lapangan Y;

4. Mengetahui volume aditif dan jenis aditif apa saja yang

digunakan pada penyemenan Casing 9-5/8” Sumur X lapangan

Y;

5. Mengetahui nilai rheology, jumlah fluid loss, thickening time

dan nilai compressive strength pada analisa laboratorium.

1.4. Manfaat

1. Dapat diketahuinya informasi mengenai gambaran pelaksanaan pekerjaan

diperusahaan atau di institusi tempat Tugas Akhir berlangsung;

2. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku

perkuliahan;

3. Mampu menganalisa dan mendesain suatu slurry cement yang akan

digunakan dalam cementing job serta menentukan jumlah volume

komponen-komponennya;

4. Mampu melakukan pengujian terhadap slurry cement dan membuktikan

bahwa slurry cement memenuhi kriteria yang diperlukan.


BAB II

DASAR TEORI

Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran

(mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen (slurry) melalui casing

sehingga mengalir ke atas melewati annulus di belakang casing sehingga casing

terikat ke formasi. Pada umumnya penyemenan bertujuan untuk melekatkan

casing pada dinding lubang bor, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis

sewaktu pemboran berlangsung (seperti torsi yang tinggi dan lain-lain),

melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosif dan untuk

memisahkan zona yang lain di belakang casing. Penyemenan merupakan faktor

yang paling penting dalam operasi pemboran sehingga dapat mereduksi

kemungkinan-kemungkinan permasalahan secara mekanis sewaktu melakukan

pemboran pada trayek selanjutnya. Pada dasarnya operasi penyemenan bertujuan

untuk :

1. Melekatkan pipa selubung pada dinding lubang sumur.

2. Melindungi pipa selubung dari kontak langsung formasi yang dapat

menyebabkan korosi.

3. Memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di belakang pipa

selubung.

Umumnya, dibagi menjadi dua, yaitu Primary Cementing (Penyemenan

utama) dan Secondary Cementing (Penyemenan Kedua atau Penyemenan

perbaikan).

4
5

Pada Primary Cementing, penyemenan casing pada dinding lubang sumur

dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen. Penyemenan Conductor Casing

bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi fluida pemboran dengan

formasi. Penyemenan Surface Casing bertujuan untuk melindungi air tanah agar

tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat dudukan surface casing sebagai

tempat dipasangnya alat BOP (Blow Out Preventer), untuk menahan beban casing

yang terdapat di bawahnya, dan untuk mencegah terjadinya aliran fluida

pemboran atau fluida formasi yang akan melalui surface casing. Penyemenan

Intermediate Casing bertujuan untuk menutup tekanan formasi abnormal atau

mengisolasi daerah lost circulation. Penyemenan Production Casing bertujuan

untuk mencegah terjadinya aliran antar formasi ataupun aliran fluida formasi yang

tidak diinginkan, yang akan memasuki sumur, untuk mengisolasi zona produktif

yang akan diproduksikan fluida formasi (perforated completion) dan juga untuk

mencegah terjadinya korosi pada casing yang disebabkan oleh material-material

korosif.

Sebelum proses penyemenan yang dilakukan di lapangan, cement slurry

harus melewati proses pengujian yang dilakukan di laboratorium. Pengujian

semen dilakukan untuk mengetahui design semen yang akan dipompakan kedalam

sumur pemboran. Tiap trayek dalam tiap sumur pemboran membutuhkan semen

yang berbeda, maka itu diperlukannya pengujian semen sebelum dipompakan

kedalam sumur pemboran. Design semen yang akan diuji di laboratorium

disesuaikan dengan data yang diperoleh dari lapangan. Dalam pengujian design

semen juga ditentukan metode penyemenan, tiap trayek dalam sumur memiliki
6

metode yang tidak sama. Program perencanaan penyemenan secara tepat,

merupakan hal pokok yang akan mendukung suksesnya operasi pemboran.

Perencanaan penyemenan meliputi :

 Perkiraan kondisi sumur (ukuran, temperatur, tekanan, dsb.)

 Penilaian terhadap sifat lumpur pemboran

 Pembuatan suspensi semen (slurry design)

 Teknik penempatan

 Pemilihan peralatan, seperti centralizers, scratchers, dan float equipment.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium dapat berubah sewaktu-waktu,

hal tersebut dikarenakan keadaan di lapangan yang juga berubah. Kondisi sumur

tidak pernah stabil, karena itu pengujian di laboratorium bersifat perkiraan,

meskipun data yang dihasilkan dari pengujian di laboratotium adalah acuan untuk

di lapangan, tetapi data sumur pengeboranlah yang akan menentukannya.

2.1 Komposisi Semen

Semen yang biasa digunakan dalam industri perminyakan adalah

Semen Portland, dikembangkan oleh Joseph Aspdin Tahun 1824. Disebut

Portland karena mula-mula bahannya didapat dari pulau Portland Inggris.

Semen Portland ini termasuk semen hidrolis dalam arti akan mengeras bila

bertemu atau bercampur dengan air.

Semen Portland mempunyai 4 komponen mineral utama, yaitu :

a. Tricalcium Silicate

Tricalcium silicate (3CaO.SiO2) dinotasikan sebagai C3S, yang

dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini merupakan yang
7

terbanyak dalam semen Portland, sekitar 40-45% untuk semen yang

lambat proses pengerasannya dan sekitar 60-65% untuk semen yang cepat

proses pengerasannya (high-early strength cement). Komponen C3S pada

semen memberikan strength yang terbesar pada awal pengerasan.

b. Dicalcium Silicate

Dicalcium silicate (2CaO.SiO2) dinotasikan sebagai C2S, yang juga

dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini sangat penting

dalam memberikan final strength semen. Karena C2S ini menghidrasinya

lambat maka tidak berpengaruh dalam setting time semen, akan tetapi

sangat menentukan dalam kekuatan semen lanjut. Kadar C 2S dalam semen

tidak lebih dari 20%.

c. Tricalcium Aluminate

Tricalcium aluminate (3CaO.Al2O3) dinotasikan sebagai C3A, yang

terbentuk dari reaksi antara CaO dengan Al 2O3.Walaupun kadarnya lebih

kecil dari komponen silikat (sekitar 15% untuk high-early strength cement

dan sekitar 3% untuk semen yang tahan terhadap sulfat), namun

berpengaruh pada rheologi suspensi semen dan membantu proses

pengerasan awal pada semen.

d. Tetracalcium Aluminoferrite

Tetracalcium Aluminoferrite (12CaO.Al2O3.Fe2O3) dinotasikan

sebagai C4AF, yang terbentuk dari reaksi CaO, Al2O3, dan Fe2O3.

Komponen ini hanya sedikit pengaruhnya pada strength semen. API

menjelaskan bahwa kadar C4AF ditambah dengan dua kali kadar C3A tidak
8

boleh lebih dari 24% untuk semen yang tahan terhadap kandungan sulfat

yang tinggi. Penambahan oksida besi yang berlebihan akan menaikan

kadar C4AF dan menurunkan kadar C3A, dan berfungsi menurunkan panas

hasil reaksi/hidrasi C3S dan C2S.

Semen Portland terbuat dari bahan-bahan mentah tertentu, pemilihan

bahan-bahan mentah tersebut sangat berpengaruh terhadap komposisi bubuk

semen yang diinginkan. Ada dua macam bahan mentah yang dibutuhkan

dalam menghasilkan semen Portland, yaitu :

a. Material Calcareous

Material ini berisi kalsium karbonat dan kalsium oksida yang terdiri

dari limestone dan batuan semen.

 Limestone adalah batuan terbentuk dari sebagian besar zat- zat organik

sisa (seperti kerang laut atau koral) yang terakumulasi. Limestone ini

merupakan komponen dasar dari kalsium karbonat.

 Batu semen adalah batuan yang komposisinya serupa dengan semen

batuan

 Kapur adalah Limestone kekuning-kuningan atau abu-abu dan halus

yang sebagian besar berasal dari kerang-kerang laut.

 Marl atau tanah kapur adalah tanah yang rapuh dan mengandung bahan-

bahan pokok kalsium karbonat.

 Alkali di sini berasal dari pembuangan zat-zat kimia pabrik yang

mengandung kalsium oksida atau kalsium karbonat.


9

b. Material Argillaceous

Material ini berisi clay atau mineral clay

 Clay adalah bahan yang bersifat plastis bila basah dan keras bila

dipanaskan. Terdiri dari sebagian besar aluminium silikat dan mineral

lainnya.

 Shale adalah batuan fosil yang terbentuk dari gabungan clay, lumpur

dan silt (endapan lumpur).

 Slate adalah batu tulis adalah batuan yang padat dan berbutir baik, yang

dihasilkan dari pemampatan clay, shale dan batuan lainnya.

 Ash adalah abu merupakan produk pembakaran batu bara.

2.2 Sifat-Sifat Semen

2.2.1 Densitas

Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan

antara jumlah berat bubuk semen, air pencampur dan additive dalam

satuan pound terhadap jumlah volume bubuk semen, air pencampur

dan additive dalam satuan gallon.

2.2.2 Thickening Time dan Viskositas

Thickening time adalah waktu yang diperlukan suspensi

semen untuk mencapai konsistensi sebesar 100 Bc (Unit Of

Consistency). Jadi merupakan waktu batasan suspensi yang

diperlukan untuk mencapai konsentrasi kekerasan yang disebut Bc,

Konsistensi sebesar 100 Bc merupakan batasan bagi suspensi semen

masih dapat di pompa lagi.


10

2.3.3 Filtration Loss

Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari

suspensi semen ke dalam formasi permeabel yang dilaluinya. Cairan

ini sering disebut dengan filtrat. Apabila filtrat yang hilang terlalu

banyak maka akan menyebabkan suspensi semen kekurangan air,

lalu slurry akan menjadi keras dalam waktu yang singkat, kejadian

ini disebut dengan flash set.

2.3.4 Water Cement Ratio (WCR)

Water Cement Ratio (WCR) adalah perbandingan air yang

dicampur terhadap bubuk semen sewaktu suspensi semen dibuat.

Jumlah air yang dicampur tidak boleh lebih atau kurang, karena akan

mempengaruhi baik-buruknya ikatan semen nantinya.

2.3.5 Waiting On Cement (WOC)

Waiting On Cement (WOC) atau waktu menunggu

pengerasan suspensi semen adalah waktu yang dihitung saat plug

diturunkan sampai kemudian plug dibor kembali untuk operasi

selanjutnya. WOC ditentukan oleh faktor seperti tekanan dan

temperatur sumur, WCR (Water Cement Ratio), Compressive

Strength dan chemical yang dicampurkan kedalam suspensi semen

(seperti accelerator dan retarder). WOC berdasarkan API adalah

jika Compressive Strength mencapai 1000 psi (7 Mpa).


11

2.3.6 Compressive Strength dan Shear Strength

Compressive Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen

dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun

dari casing, sedangkan Shear Strength didefinisikan sebagai

kekuatan semen dalam menahan berat casing.

2.3 Slurry Design

Bubur semen atau cement slurry merupakan campuran dari bubuk

semen, air dan additive. Untuk mendapatkan ikatan penyemenan yang baik,

maka ditambahkan bahan-bahan tertentu ke dalam bubur semen. Bahan-bahan

yang ditambahkan ini disebut dengan additive. Bubuk semen merupakan

padatan yang mempunyai sifat menyemen. Dan additive merupakan bagian

yang ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat semen yang diinginkan.

Sifat-sifat dari bubur semen yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi

formasi yang akan disemen, agar hasil penyemenan sesuai dengan yang

inginkan.

2.3.1 Zat Cair

Zat cair yang digunakan pada umumnya adalah air. Tujuan

dari zat cair disini adalah agar bubur semen yang terjadi dapat

dipompakan. Biasanya pengetesan yang dilakukan di laboratorium

menggunakan sample air yang ada dilapangan tempat akan

dilakukannya proses penyemenan, karena faktor penggunaan air


12

berpengaruh terhadap hasil bubur semen yang akan digunakan dan

hasil tes yang dilakukan.

2.3.2 Cement

Bubuk semen ditempatkan dalam karung atau sack. Berat dari

1 (satu) sack semen adalah 94 lbs pada umumnya. Sedangkan berat

jenis dari bubuk semen adalah berkisar antara 3.1 sampai 3.2 gr/cc.

Bubuk semen yang dipakai dalam penyemenan sumur

minyak atau gas berbeda dengan semen yang digunakan untuk

bangunan. Sumur minyak mempunyai karakteristik-karakteristik

tertentu, seperti memiliki kandungan sulfat sehingga bubur semen

harus mempunyai sifat-sifat tertentu seperti sulfat resistant, sehingga

komponen-komponennya harus disesuaikan pula.

American Petroleum Institute telah membuat standar dari

bubuk semen yang digunakan untuk menyemen sumur minyak dan

gas bumi. Semen yang digunakan untuk proses penyemenan pada

sumur minyak atau gas adalah semen kelas G, karena semen kelas G

memiliki klasifikasi sebagai berikut:

- Semen kelas G merupakan semen dasar, yang dapat dipakai sampai

kedalaman 8.000 ft.

- Kalau diinginkan untuk kondisi yang lain maka dapat ditambah

dengan additive yang sesuai.

- Tersedia untuk ketahanan terhadap sulfate untuk tingkat moderate

sampai tinggi.
13

2.3.3 Zat Additif

a. Accelerator

Accelerator adalah aditif yang digunakan untuk

mempercepat proses pengerasan suspensi semen atau thickening

time. Selain itu dapat juga mempercepat naiknya strength semen

dan mengimbangi aditif lain agar tidak tertunda poses pengerasan

suspensi semennya. Material-material yang tergolong accelerator

adalah Calcium Chloride, Sodium Chloride, dan Gypsum.

b. Anti Foam

Anti Foam merupakan Additive yang berfungsi untuk

mencegah terjadinya busa yang berlebihan sehingga menurunkan

properties cement slurry.

c. Retarder

Retarder yaitu aditif yang dapat berfungsi untuk

memperlambat proses pengerasan suspensi semen atau thickening

time, sehingga suspensi semen mempunyai zat waktu yang cukup

untuk mencapai kedalaman target yang diinginkan.

d. Extender

Extender berfungsi untuk meningkatkan viscositas bubur

cement dan sebagai strength enhancer. Strength enhancer

merupakan penambah kekuatan pada slurry. Extender dipakai

untuk mengurangi tekanan hidrostatik pada formasi yang lemah

dan mengurangi biaya.


14

e. Gas Block Add

Additive yang digunakan untuk memperkecil cement

slurry pemeability sehingga dapat mencegah terjadinya migrasi gas

saaat transisi dari liquid ke solid. Gas block add digunakan pada

penyemenan zona gas atau zona minyak yang di indikasikan

adanya gas..

f. Dispersant

Dispersant berfungsi untuk menurunkan viskositas slurry

atau mengurangi gesek antar partikel cement supaya berjalan

dengan baik dan kekerasan cement dapat terjamin, meningkatkan

kerja fluid loss additive dan retarder. Dispersant merupakan

additive yang dapat mengurangi viskositas suspensi semen yang

menyebabkan suspensi semen menjadi encer.

g. Fluid-Loss Control

Merupakan additive yang berfungsi untuk mencegah fluid

loss atau masuknya fasa cair semen kedalam formasi, sehingga

kandungan cairan pada suspensi semen akan tetap terjaga. Additive

ini juga meningkatkan daya ikat, melindungi clay dari

pengembangan (swelling), dan mencegah kerusakan formasi

dengan cara mengurangi kadar air yang masuk kedalam formasi.

Additive yang termasuk kedalam fluid-loss control agents

diantaranya polymer, CMHEC dan latex.


15

h. Light Weight Add

Light Weight Add atau Hollowlite additive yeng berfungsi

untuk menguatkan Compressive Strength pada bubur cement

dengan densitas yang rendah. Compressive Strenght merupakan

kemampuan slurry untuk menahan formasi.

i. Silica Flour

Merupakan additive yang berbentuk serbuk yang memiliki

fungsi untuk mencegah strenght restrogression atau penurunan

kualitas bonding (mengikat) cement. Silica Flour biasanya

digunakan pada temperatur sumur yang tinggi dan digunakan pada

sumur Geothermal.

2.4 Perhitungan Volume Slurry

Pada proses penyemenan casing dilakukan perhitungan atau

kalkulasi untuk menentukan total volume slurry yang dipakai. Perhitungan

volume total dari slurry yang dipakai didalam pekerjaan penyemenan sumur

terutama pada perusahaan PT Cakra Petrokindo Utama dibagi menjadi

beberapa bagian, Perhitungan Panjang Casing, Perhitungan Volume Slurry,

Perhitungan Sack of Cement, Perhitungan Komponen Cement Slurry,

Perhitungan Mix Water Required, Perhitungan Material Required (additive),

dan Perhitungan Volume Displacement Fluid.


16

2.4.1 Perhitungan Panjang Casing

Untuk menentukan panjang casing dilakukan dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

 Lead

1. Previous Casing - Exist Casing = length previous casing

2. Previous Casing - OH = top of tail - length previous casing

 Tail

3. Exist Casing – OH = length exist casing-TOT

4. Panjang Shoe Track = FS – FC

5. Panjang Pocket = total depth – FS

2.4.2 Perhitungan Volume Slurry

Untuk menentukan volume slurry dilakukan dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

 Lead

1. Volume previous casing – exist casing

Vprev cas – exist cas = [(ID1) ² – (OD2) ²] x 0,005454 x L

2. Volume previous casing-OH

Vprev cas-OH = [ – ] x 0,005454xLx (%exs+1)

3. Total Volume Lead Slurry

Total Vslurry = Vcasing-casing (L) + Vcasing-OH (L)


17

 Tail

4. Volume exist casing-OH

Vexist cas-OH = [ – ] x 0,005454xLx (%exs+1)

5. Volume Shoe Track

Vshoetrack = x 0,005454 x L

6. Volume Pocket

Vpocket = x 0,005454 x L x (%excess+1)

7. Total Volume Tail Slurry

Total Vslurry = Vcasing-OH + Vshoetrack + Vpocket

2.4.3 Perhitungan Sack of Cement

Untuk menentukan sack of cement dilakukan dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

Sacks Of Cement =

2.4.4 Perhitungan Mix Water Required

Untuk menentukan mix water required dilakukan dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

Mix Water Required =


18

2.4.5 Perhitungan Material Required (additive)

Untuk menentukan material required additive dilakukan

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

 Material Solid :

Total Material = %BWOCx beratsemen/sack x sack cement

 Material Liquid :

Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement

2.4.6 Perhitungan Volume Displacement Slurry

Untuk menentukan volume displacement slurry dilakukan

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Displacement Volume = x 0,005454 x L

Keterangan :

Previous casing = casing sebelumnya, ft

Exist casing = casing yang akan dipasang, ft

Length previous casing = panjang casing sebelumnya, ft

Length exist casing = panjang casing yang akan dipasang, ft

OH = Open Hole, ft

TOT = Top of Tail, ft

FC = Float Collar, ft

FS = Float Shoe, ft

Shoe track = jarak antara FS dengan FC

Pocket = jarak antara FS dengan total depth, ft

Total depth = total kedalaman sumur, ft


19

ID = Inside Diameter

OD = Outside Diameter

L = length, panjang casing

0,005454 = faktor konversi volume, cuft

Excess = penambah kelebihan, %

2.5 Alat Uji Semen di Laboratorium

2.5.1 Constant Speed Mixer

Constant Speed Mixer berfungsi untuk mencampurkan atau

mengaduk (mixing) bahan-bahan untuk pengujian. Pada constant

speed mixer terdapat tiga kecepatan, yaitu L1, Medium, dan L2. L1

digunakan pada saat bahan-bahan dimasukan ke cup mixer dengan

RPM standar API sebesar 4.000 RPM. Medium digunakan untuk

mengatur kecepatan supaya tepat di RPM 4000. L2 digunakan pada

saat bahan-bahan sudah dimasukan semua kedalam cup mixer dengan

RPM standar API sebesar 12.000 RPM dengan waktu selama 35 detik.

2.5.2 Fann VG Meter/Rheometer

Digunakan untuk mengukur rheology semen yang akan diuji.

Rheology adalah ilmu yang mempelajari mengenai aliran fluida serta

pembentukan fluida, hal ini akan menunjukkan hubungan antara laju

rata-rata (Shear Rate) dengan tekanan aliran (Shear Stress) yang

menyebabkan pergerakan tersebut.


20

Rheometer memiliki beberapa mode, yaitu R600, R300, R200,

R100, R6, dan R3. Namun pada rheology slurry tidak menggunakan

R600 sebagai data. Pada rheology di perusahan PT Cakra Petrokindo

Utama memiliki nilai standar Yield Point antara 15-25. Dimana

rumus untuk mencari PV dan YP, yaitu :

PV = R300 – R100 x 1,5

YP = R300 - PV

2.5.3 Atmospheric Consistomer

Atmospheric Consistometer (digunakan pada tekanan asmofer

dan temperatur 220 °F atau sesuai dengan BHCT). Atmospheric

Consistometer digunakan untuk mensirkulasikan Slurry dengan

temperatur BHCT (Bottom Hole Circulate Temperature). Yang

artinya untuk mengkondisikan temperatur slurry di bawah permukaan

dan prinsip utamanya yaitu dengan simulasi temperatur di bawah

permukaan.

2.5.4 Pressurizes Consistometer/Benstop Consistometer

Benctop Consistometer berfungsi menguji Slurry untuk

mendapatkan Thickening Time, dioperasikan pada temperatur BHCT

dan diberikan tekanan hingga 5000 psi.


21

2.5.5 High Pressure High Temperature (HPHT) Filter Press

High Pressure High Temperature (HPHT) digunakan untuk

conditioning sample semen pada kondisi tekanan dan temperatur

sumur, sampel slurry diberikan tekanan tertentu dengan tujuan untuk

mendapatkan fluid loss dari slurry tersebut.

2.5.6 SGSA (static gel strength analyzer)

SGSA (static gel strength analyzer) berfungsi untuk

menganalisa kekuatan cement ketika kondisi diam atau kehilangan

tekanan hidrostatis dari cair ke padat. SGSA berfungsi juga untuk

mengetahui nilai compressive strength.

2.5.7 Ultrasonic Cement Analizer (UCA)

Digunakan untuk mengukur compressive strength semen yang

diuji dan selama pengujian tekanan dan temperatur disesuaikan

dengan kondisi sumur.

2.6 Prosedur Pembuatan dan Pengujian Slurry Cement Laboratorium

Cement slurry yang digunakan dalam proses penyemenan sumur

pemboran harus dilakukan tes di laboratorium untuk mengetahui kandungan

yang pas untuk menyesuaikan dengan keadaan didalam sumur. Penggunaan

bahan additive serta formulanya tergantung kepada keadaan tekanan dan

temperatur lubang sumur, sehingga semen yang akan dipompakan dapat

berfungsi sesuai dengan semestinya yaitu aman dipompakan sebelum

mengeras, menahan tekanan formasi dan tidak melebihi ketahanan casing.


22

2.6.1 Pengujian Rheology

- Memasukan fresh water kedalam mixer cup lalu memutarnya

dengan kecepatan 4000 rpm, lalu memasukkan additive yang akan

digunakan untuk campuran semen, memasukkan semen sesuai

takaran kedalam mixer yang sedang dalam proses mixing fresh

water dengan additive sebelumnya secara perlahan, lalu menaikkan

kecepatan menjadi 12000 rpm dan mengaktifkan mixing time

selama 35 detik.

- Hasil Slurry yang telah di mixing dalam mixer dianalisa dengan

menggunakan Rheometer untuk dilakukan Rheology yang nantinya

untuk mengetahui nilai Plastic Viscosity dan Yield Point dengan

mode R300, R200, R100, R6, dan R3.

- Setelah didapat nilai dari semua mode (R) kemudian diolah dengan

persamaan sebagai berikut :

PV = R300 – R100 x 1,5 dan YP = R300 - PV

2.6.2 Pengujian Thickening Time

- Memasukan fresh water kedalam mixer cup lalu memutarnya

dengan kecepatan 4000 rpm, lalu memasukkan additive yang akan

digunakan untuk campuran semen, memasukkan semen sesuai

takaran kedalam mixer yang sedang dalam proses mixing fresh

water dengan additive sebelumnya secara perlahan, lalu menaikkan

kecepatan menjadi 12000 rpm dan mengaktifkan mixing time

selama 35 detik.
23

- Hasil Slurry yang telah di mixing dalam mixer dimasukan ke dalam

Slurry cup lalu di masukkan ke dalam Benctop Consistometer,

untuk mengetahui thickening time yang didapatkan, lama waktu

yang dibutuhkan untuk proses dari mixing sampai pengujian

thickening time tidak boleh lebih dari 5 menit,

2.6.3 Pengujian Fluid Loss

- Memasukan fresh water kedalam mixer cup lalu memutarnya

dengan kecepatan 4000 rpm, lalu memasukkan additive yang akan

digunakan untuk campuran semen, memasukan semen sesuai

takaran kedalam mixer yang sedang dalam proses mixing fresh

water dengan additive sebelumnya secara perlahan, lalu

menaikkan kecepatan menjadi 12000 rpm dan mengaktifkan

mixing time selama 35 detik.

- Memasukkan Slurry kedalam Slurry Cup, lalu memasang Slurry

Cup ke dalam HPHT Filter Press, kemudian memasang Pressure

Line pada Slurry Cup, kencangkan semua valve lalu pasang pin,

beri tekanan sebesar 1000 psi dengan menggunakan nitrogen, lalu

diamkan selama 30 menit dan amati Fluid Loss yang keluar dari

Slurry.

2.6.4 Pengujian Static Gel Strength

- Memasukan fresh water kedalam mixer cup lalu memutarnya

dengan kecepatan 4000 rpm, lalu memasukkan additive yang akan

digunakan untuk campuran semen, memasukan semen sesuai


24

takaran kedalam mixer yang sedang dalam proses mixing fresh

water dengan additive sebelumnya secara perlahan, lalu menaikkan

kecepatan menjadi 12000 rpm dan mengaktifkan mixing time

selama 35 detik.

- Memasukan Slurry kedalam Cup Static Gel Strength Analyzer

untuk dilakukan analisi static gel strength dengan memasukan data

BHCT dan BHST dan waktunya (ketika data waktu 13 menit maka

waktu yang akan dipakai 1 jam akan dikurangi 13 menit) serta

memompakan pressure hingga 1000 psi. Untuk mendapatkan hasil

ini harus menunggu waktu sampai waktu 24 jam.

2.6.5 Pengujian Compressive Strength

- Memasukan fresh water kedalam mixer cup lalu memutarnya

dengan kecepatan 4000 rpm, lalu memasukkan additive yang akan

digunakan untuk campuran semen, memasukan semen sesuai

takaran kedalam mixer yang sedang dalam proses mixing fresh

water dengan additive sebelumnya secara perlahan, lalu

menaikkan kecepatan menjadi 12000 rpm dan mengaktifkan

mixing time selama 35 detik.

- Menguji Compressive Strength dengan menggunakan ultrasonic

cement analyzer, dengan cara memasukan hasil mixing semen

kedalam sell yang ada pada alat lalu menambahkan air sekitar 1-2

cc untuk menambah pressure.


25

2.6.6 Pengujian Free Water

- Memasukan fresh water kedalam mixer cup lalu memutarnya

dengan kecepatan 4000 rpm, lalu memasukkan additive yang akan

digunakan untuk campuran semen, memasukan semen sesuai

takaran kedalam mixer yang sedang dalam proses mixing fresh

water dengan additive sebelumnya secara perlahan, lalu

menaikkan kecepatan menjadi 12000 rpm dan mengaktifkan

mixing time selama 35 detik

- Memasukkan Slurry ke dalam gelas ukur, lalu diamkan selama 30

menit, amati fasa cair yang keluar dari Slurry


BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Metode Pelaksanaan

3.1.1 Orientasi Lapangan

Dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis

mengenai hal-hal yang terjadi di lapangan, serta mengumpulkan

data-data dan mengurutkan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dimana

data yang diperoleh dari penerapan secara langsung tentang

perhitungan cementing dan analisa cement slurry di laboratorium.

Berdasarkan penelitian itulah penulis mendapatkan data-data yang

akan menjadi sumber data dalam pembuatan laporan tugas akhir.

3.1.2 Metode Wawancara

Metode ini dengan cara memberikan pertanyaan kepada

pembimbing serta para senior di lapangan yang memiliki

pengalaman kerja lama, sehingga permasalahan maupun pengujian

dapat diatasi dengan berbagai metode yang dilandasi pengalaman

terhadap perhitungan cementing pada sumur-sumur sebelumnya dan

analisa cement slurry di laboratorium.

3.1.3 Studi Literatur

Merupakan data yang diperoleh dari buku-buku sebagai

bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan

tema yang diambil. Menambah wawasan serta pengetahuan bagi

mahasiwa dengan mengumpulkan data-data berupa teori yang sesuai

26
27

dengan tema yang diambil dalam tugas akhir ini. Referensi yang

diambil, baik bersumber dari perusahaan, media elektronik,

konsultasi dengan dosen pembimbing akademik serta referensi yang

berasal dari perpustakaan di kampus, sehingga semakin banyak

parameter yang kita dapatkan dan kita sesuaikan dengan keadaan di

lapangan.

3.1.4 Praktek Langsung

Melakukan kegiatan praktek langsung pada saat

melaksanakan kerja praktek yaitu dengan mengamati peralatan-

peralatan sirkulasi yang ada workshop serta mengetahui tahapan-

tahapan proses cementing-nya. Kemudian melakukan analisis cement

slurry dengan menggunakan cement test equipment yang terdapat di

laboratorium serta mengetahui fungsi dan proses penggunaan

peralatan tersebut serta bagaimana tahapan untuk membuat dan

menganalisis slurry.
28

3.2 Flow Chart


Perhitungan Volume Slurry dan Analisa Cement Slurry di Laboratorium pada
Penyemenan Casing 9-5/8” Sumur X Lapangan Y PT Cakra Petrokindo Utama

Pengambilan Data

Well Report : Bahan-bahan :


- Kedalaman - Semen G Class
- Tekanan - Air
- Temperature - Extender Solid
- Fluida - Dispersant
- BHST (Bottom - Fluid loss agent
Hole Static - Anti Foam
Temperature) - Gas Block
- BHCT (Bottom
Hole Circulate
Temperature)

Perhitungan Slurry

Mixing Slurry :
- Semen G Class
- Air
- Extender Solid
- Dispersant
- Fluid loss agent
- Anti Foam
- Bonding Add

Test Result

Aplikasi Perhitungan : Analisa Hasil :


- Panjang Casing - Rheology
- Volume Slurry - Fluid Loss
- Sack of Cement - Thickening Time
- Water Required - Compressive
- Volume Additive Strength
- Dispalcement Fluid

Pembahasan

Kesimpulan
BAB IV

PROFIL PERUSAHAAN

29
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Disini akan dibahas mengenai pembuatan serta pengujian design semen

properties dan perhitungan volume cement slurry yang akan digunakan dalam

proses penyemenan casing 9-5/8” sumur X lapangan Y PT Cakra Petrokindo

Utama.

5.1 Slurry Volume Calculation

Perhitungan volume total dari slurry yang dipakai didalam

pekerjaan penyemenan sumur dibagi menjadi beberapa bagian, Perhitungan

Panjang Casing, Perhitungan Volume Slurry, Perhitungan Sack of Cement,

Perhitungan Komponen Cement Slurry, Perhitungan Mix Water Required,

Perhitungan Material Required (additive), dan Perhitungan Volume

Displacement Fluid.

Tabel 5.1
Data Penyemenan Casing 9-5/8” Sumur X Lapangan Y
(PT Cakra Petrokindo Utama, 2019)
Data Satuan

Total Depth 1100,00 Feet

OD 19,00 Inch

Previous Casing ID 12,615 Inch

13 3/8” Nominal Weight 54,5 Lb / Ft

Casing Length 550,00 Feet

34
35

OD 9,625 Inch

Exist Casing ID 8,755 Inch

9 5/8” Nominal Weight 43,5 Lb / Ft

Casing Length 1016,70 Feet

Open Hole, 12 1/4” 12,25 inch

Float Shoe 1095,00 Feet

Float Collar 1016,70 Feet

Top Of Cement 0 Feet

Top Of Tail 700 Feet

Excess 75 %

Tabel 5.2
Data Densitas dan Yield Cement Slurry
(PT Cakra Petrokindo Utama, 2019)
LEAD TAIL

SG Cement Slurry 1.62 1.90

Densitas Cement Slurry 13.50 Lb/ Gal 15.8 Lb/ Gal

Yield Cement Slurry 1.82 Cuft/Sack 1.23 Cuft/Sack


36

Gambar 5.1 Diagram Casing 9-5/8” Sumur X Lapangan Y


(PT Cakra Petrokindo Utama, 2019)

Perhitungan volume dilakukan untuk menghitung total keseluruhan

slurry sehingga dapat diketahui jumlah semen, air beserta additive-additive

lainnya yang dibutuhkan.


37

Perhitungan volume dilakukan untuk menghitung total keseluruhan

slurry sehinggu dapat diketahui jumlah semen, air beserta additive-additive

lainnya yang dibutuhkan.

5.1.1 Menghitung Panjang Casing

 Lead

1. Prev Casing - Exist Casing = length previous casing

= 550,0 ft

2. Prev Casing - OH = top of tail - length prev csg

= 700 ft – 550 ft

= 150 ft

Tabel 5.3
Hasil Perhitungan Panjang Casing Lead
Casing – Casing 550,0 ft
Casing – OH 150 ft
 Tail

3. Exist Casing – OH = length exist csg-top of tail

= 1095,00 ft – 700 ft

= 395,00 ft

4. Panjang Shoe Track = float shoe – float collar

= 1095,00 ft – 1016,70 ft

= 78,30 ft

5. Panjang Pocket = total depth – float shoe

= 1100 ft – 1095,00 ft

= 5 ft
38

Tabel 5.4
Hasil Perhitungan Panjang Casing Tail
Casing – OH 395,00 ft
Panjang Shoe Track 78,30 ft
Panjang Pocket 5 ft

5.1.2 Menghitung Volume Slurry

 Lead

1. Volume previous casing – exist casing

Vprev cas – exist cas = [(ID1) ² – (OD2) ²] x 0,005454 x L

= [(12,615 inch)² – (9,625 inch )²] x 0,005454 x 550,00 ft

= 199,47 Cuft x 0,17811

= 35,53 bbl

2. Volume previous casing-OH

Vprev cas-OH = [(𝑂𝐻)2 – (OD2)2 ] x 0,005454xLx (%exs+1)

=[(12,25 inch)²–( 9,625 inch )²] x 0,005454 x 150 ft x 1,75

= 82,21 Cuft x 0,17811

= 14,64 bbl

3. Total Volume Lead Slurry

Total Vslurry = Vcasing-casing (L) + Vcasing-OH (L)

= 199,47 Cuft + 82,21 Cuft


39

= 281,68 Cuft x 0,17811

= 50,17 bbl

Tabel 5.5
Hasil Perhitungan Volume Slurry Lead
Casing - Casing 550,0 cuft 41,88 bbl
Casing – Open Hole 28,24 cuft 5,03 bbl
Total Volume 263,42 cuft 46,91 bbl

 Tail

4. Volume exist casing-OH

Vexist cas-OH = [(OH) 2 – (OD2)2 ] x 0,005454xLx (%exs+1)

= [(12,25inch)² –(9,625inch )²]x 0,005454 x 395,00ft x 1,75

= 216,48 Cuft x 0,17811 cuft/bbl

= 38,58 bbl

5. Volume Shoe Track

Vshoetrack = (ID2)2 x 0,005454 x L

= (8,755)2 x 0,005454 x 78,30 ft

= 32,73 Cuft x 0,17811


= 5,83 bbl

6. Volume Pocket

Vpocket = (OH)2 x 0,005454 x L x (%excess+1)

= (12,25)2 x 0,005454 x 5 ft x 1,75

= 7,16 Cuft x 0,17811


= 1,75 bbl
40

7. Total Volume Tail Slurry

Total Vslurry = Vcasing-OH + Vshoetrack + Vpocket

` = 216,48 Cuft + 32,73 Cuft + 7,16 Cuft

= 256,37 Cuft x 0,17811


= 45,66 bbl
Tabel 5.6
Hasil Perhitungan Volume Slurry Tail
Casing – Open Hole 163,68 cuft 29,15 bbl
Shoe Track 16,62 cuft 2,96 bbl
Volume Pocket 8,59 cuft 1,53 bbl
Total Volume 188,89 cuft 33,64 bbl

 Total Volume Slurry

Total Vslurry = Total VSlurry Lead + Total VSlurry Tail

= 281,68 Cuft + 256,37 Cuft


= 538,05 Cuft x 0,17811
= 95,83 bbl
Tabel 5.7
Hasil Perhitungan Total Volume Slurry (Lead dan Tail)
Total VSlurry 538,05 cuft 95,83 bbl

5.1.3 Perhitungan Sacks Of Cement

1. Sacks Of Cement Lead Slurry


Total Volume Lead Slurry
Sacks Of Cement = 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑆𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦
281,68 𝐶𝑢𝑓𝑡
= 𝑐𝑢𝑓𝑡
1,82 𝑠𝑎𝑐𝑘

= 155 sack
41

2. Sack Of Cement Tail Slurry


Total Volume Tail Slurry
Sacks Of Cement = 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑆𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦

256,37 Cuft
= 𝑐𝑢𝑓𝑡
1,23 𝑠𝑎𝑐𝑘

= 209 sack
3. Total Sack Of Cement Slurry
= Sack of Cement Lead Slurry + Sack of Cement Tail Slurry
= 155 sack + 209 sack
= 364 sack

5.1.4 Perhitungan Mix Water Required

1. Mix Water Required Lead Slurry


Konsentrasi air x 𝑠𝑎𝑐𝑘𝑠 𝑜𝑓 𝑐𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
Mix Water Required =
42
7,43 gal/sack x 155 𝑠𝑎𝑐𝑘𝑠
=
42
= 27,42 bbl

2. Mix Water Required Tail Slurry


Konsentrasi air x 𝑠𝑎𝑐𝑘𝑠 𝑜𝑓 𝑐𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
Mix Water Required =
42
3,53 gal/sack x 209 𝑠𝑎𝑐𝑘𝑠
=
42
= 17,70 bbl
42

5.1.5 Perhitungan Material Required (additive)

 Material Required Lead Slurry

Tabel 5.8
Konsentrasi Material Penyemenan Lead Sumur Casing 9-5/8”
Sumur X Lapangan Y
(PT Cakra Petrokindo Utama, 2019)
Material Konsentrasi SG
Cement Class G 94 Lb/Sack 3.14
Accelerator (CCA-12) 1.00 %BWOC 1.96
Extender(CCE-16L) 0.20 Gal/Sack 1.35
Dispersent (CCD-15L) 0.10 Gal/Sack 1.16
Fluid Loss (CFL-25L) 0.50 Gal/Sack 1.01
Gas Block(CBA-18L) 1.70 Gal/Sack 1.35
Antifoam (CFP-27L) 0.06 Gal/Sack 0.9

1. Accelerator (CCA-12)
Total Material = %BWOCx beratsemen/sack x sack cement
= 1,0% x 94 lb/sack x 155 sack
= 145,7 lb
2. Extender (CCE-16L)
Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement
= 0,20 gal/sack x 155 sack
= 31 gal
3. Dispersant (CCD-15L)
Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement
= 0,10 gal/sack x 155 sack
= 15,5 gal
43

4. Fluid Loss (CFL-25L)


Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement
= 0,50 gal/sack x 155 sack
= 77,5 gal
5. Gas Block additive (CBA-18L)
Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement
= 1,70 gal/sack x 155 sack
= 263,5 gal
6. Antifoam (CFP-27L)
Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement
= 0,06 gal/sack x 155 sack
= 9,3 gal
Tabel 5.9
Total Material Penyemenan Lead Sumur Casing 9-5/8” Sumur X
Lapangan Y
Material Total Material
Accelerator (CCA-12) 145,7 lb
Extender(CCE-16L) 31 gal
Dispersent (CCD-15L) 15,5 gal
Fluid Loss (CFL-25L) 77,5 gal
Gas Block(CBA-18L) 263,5 gal
Antifoam (CFP-27L) 9,3 gal
44

 Material Required Tail Slurry

Tabel 5.10
Konsentrasi Material Penyemenan Tail Sumur Casing 9-5/8”
Sumur X Lapangan Y
(PT Cakra Petrokindo Utama, 2019)
Material Konsentrasi SG
Cement Class G 94 Lb/Sack 3.14
Accelerator (CCA-12) 1.00 %BWOC 1.96
Dispersant (CCD-15L) 0.18 Gal/Sack 1.16
Fluid Loss (CFL-25L) 0.50 Gal/Sack 1.01
Gas Block (CBA-18L) 1.30 Gal/Sack 1.35
Antifoam (CFP-27L) 0.06 Gal/Sack 0.90

1. Accelerator (CCA-12)
Total Material = %BWOCx beratsemen/sack x sack cement
= 1,00% x 94 lb/sack x 209 sack
= 196,46 lb
2. Dispersant (CCD-15L)
Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement
= 0,18 gal/sack x 209 sack
= 37,62 gal
3. Fluid Loss (CFL-25L)
Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement
= 0,50 gal/sack x 209 sack
= 104,5 gal
4. Gas Block (CBA-18L)
Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement
= 1,30 gal/sack x 209 sack
= 271,7 gal
45

5. Antifoam (CFP-27L)
Total Material = konsentrasi additive x sacks of cement
= 0,06 gal/sack x 209 sack
= 12,54 gal

Tabel 5.11
Total Material Penyemenan Tail Sumur Casing 9-5/8” Sumur X
Lapangan Y
Material Total Material
Accelerator (CCA-12) 196,46 lb
Dispersent (CCD-15L) 37,62 gal
Fluid Loss (CFL-25L) 104,5 gal
Gas Block(CBA-18L) 271,7 gal
Antifoam (CFP-27L) 12,54 gal

5.1.6 Perhitungan Displacement Volume

Displace Vol = (ID2) ² x 0,005454 x L


= (8,755 inch)²x0,005454 x 1016,70 ft
= 425,03 cuft
= 425,03 cuft x 0,17811 bbl/cuft
= 75,70 bbl
Tabel 5.12
Total Displacement Fluid Volume Sumur Casing 9-5/8” Sumur X
Lapangan Y
Total Displacement Volume 75,70 bbl
46

5.2 Pengujian Cement Slurry Job Csg 9-5/8 ”

Pengujian slurry cement ini bertujuan agar hasil dari slurry cement

yang akan digunakan pada proses penyemenan sumur pemboran dilapangan

dapat berjalan sesuai dengan rencana dan menghasilkan cement bond log

yang bagus, karena hasil yang didapat dilapangan tidak akan bagus tanpa

adanya pengetesan yang dilakukan dalam skala kecil dilaboratorium.

Pengetesan dilaboratorium dilakukan dengan berusaha menyesuaikan

keadaan seperti dilapangan aslinya, karena semua aspek yang teruji akan

mempengaruhi hasil dari slurry cement itu sendiri. Seperti temperatur,

tekanan, semen yang digunakan, air yang berasal dari lapangan dan additive

yang tersimpan dilapangan. Dengan dilakukannya pengetesan dilaboratorium

maka pengerjaan dilapangan akan semakin mudah karena pengujian

dilaboratorium adalah patokan digunakannya bahan-bahan yang

dicampurkan serta komposisi yang digunakannya.

Data yang dibutuhkan untuk melakukan pengetesan dilaboratorium

adalah data lapangan yang akan dilakukan penyemenan seperti kedalaman

sumur, temperature sumur dan casing yang akan disemen, serta permintaan

customer untuk density cement atau specification yang akan digunakan

dalam penyemenan. Pada sumur ini penyemenan dilakukan dengan satu

tahap atau biasa disebut single stage, maka semen yang akan diuji berjumlah

satu design dengan rincian, lead cement dan tail cement.

Penentuan komposisi yang akan digunakan dalam pembuatan slurry

cement biasanya dilakukan dengan melihat profil sumur yang akan disemen
47

lalu dikoordinasikan dengan data sumur-sumur sebelumnya atau trayek

sebelumnya, karena walaupun masing-masing daerah memiliki keadaan yang

berbeda tetapi data sebelumnya tersebut dapat dijadikan acuan penentuan

penggunaan berbagai jenis additive tambahan pada pembuatan sluryy

cement.

Permintaan customer juga menjadikan design slurry cement yang

akan dibuat menjadi berbeda-beda tiap kasusnya, seperti permintaan fluid

loss, density, thickening time, dan free water dari masing-masing design

yang diminta.

Tabel 5.13 Client Specification


(PT Cakra Petrokindo Utama, 2019)
Slurry
Spec.
Lead Slurry Tail Slurry
Depth
0-700 ft 700-1100 ft
(m)
Density (PPG) 13.5 15.8
BHST 140 F 140 F
Fluid Loss Max. 50 cc/30mnt/1000 psi 40 cc/30 mnt/1000 psi
Free water 0 0
Thickening Time
4-5 hours 3-4 hours
Min.
48

5.2.1 Mixing Slurry Cement

A. Alat yang digunakan

Gambar 5.2 Constant Speed Mixer


(Dokumen Pribadi, 2019)

B. Bahan yang digunakan

Pada proses mixing ini bahan yang digunakan pada

mixing pertama adalah bahan untuk membuat design lead cement

pada proses penyemenan casing 9-5/8” adalah :

Tabel 5.14 Komposisi Design Lead Cement


Material Weight (gram)
Accelerator (CCA-12) 5,01
Extender (CCE-16L) 0,19
Dispersent (CCD-15L) 5,16
Fluid Loss (CFL-25L) 22,44
Gas Block(CBA-18L) 101,99
Antifoam (CFP-27L) 2,40
Fresh Water 332,88
Cement 500,61
49

Bahan yang digunakan dalam proses mixing kedua adalah

bahan yang digunakan untuk membuat design tail cement slurry:

Tabel 5.15 Komposisi Design Tail Cement


Material Weight (gram)
Accelerator (CCA-12) 0,94
Dispersent (CCD-15L) 9,44
Fluid Loss (CFL-25L) 22,82
Gas Block(CBA-18L) 79,32
Antifoam (CFP-27L) 22,44
Fresh Water 343,27
Cement 509,10

5.2.2 Pengujian Rheology

Pengujian rheology pada semen yang akan digunakan dalam

proses penyemenan sumur pemboran bertujuan untuk mengetahui

kekentalan yang dimiliki oleh slurry cement yang telah di mixing

dengan adanya penambahan additive didalamnya. Kekentalan yang

diujikan bertujuan agar pemompaan yang dilakukan saat proses

penyemenan dilapangan akan dapat sesuai dengan kapasitas yang

dimiliki oleh pompa yang akan digunakan. Sehingga rheology yang

dibutuhkan adalah rheology yang tidak bernilai tinggi, yaitu masih

dibawah 200 pada pembacaan R300 di alat viscometer. Pengujian

rheology dilakukan sebanyak 2 kali terhadap slurry cement dengan

kondisi temperatur yang berbeda, yaitu yang pertama pada

temperatur normal dan kedua pada slurry dengan kondisi temperatur

sirkulasi atau BHCT.


50

A. Alat Yang digunakan

1. Fann VG Meter/Rheometer

Fann VG Meter atau Rheometer digunakan untuk

mengukur rheology semen yang akan diuji. Rheology adalah

penyelidikan mengenai aliran fluida serta pembentukan fluida,

hal ini akan menunjukkan hubungan antara laju rata-rata

(Shear Rate) dengan tekanan aliran (Shear Stress) yang

menyebabkan pergerakan tersebut. Data yang dapat diuji

adalah Yield Point dan Plastic Viscosity.

Gambar 5.3 Fann VG Meter/Rheometer


(Dokumen Pribadi, 2019)

2. Atmospheric Consistometer

Atmospheric consistometer adalah alat yang

digunakan untuk precondition slurry cement sebelum

dilakukannya pengetesan rheology pada temperatur sirkulasi

atau BHCT, dengan pengujian yang disesuaikan dengan

temperatur sebenarnya. Pada alat Atmospheric consistometer


51

ini terdapat alat pendeteksi konsistensi dari design slurry

cement yang dites seperti pada alat Pressurizes

Consistometer/Benstop Consistometer pembacaan yang

dihasilkan diperoleh dari alat yang berada di atas slurry cup.

Gambar 5.4 Atmospheric Consistometer


(Dokumen Pribadi, 2019)

A. Hasil Pengujian Rheology

Hasil dari pengujian rheology untuk design slurry cement

yang akan digunakan dalam proses penyemenan pada casing 9-5/8”

ini adalah :

a. Hasil pengujian rheology untuk design lead cement.

Tabel 5.16 Rheology Design Lead Cement


R300 R200 R100 R6 R3 PV YP
Room Temp. 51 40 27 6 4 36 15
Circl. Temp. 68 59 37 8 6 46,5 21,5
 Ambient temperature
PV = (R300 – R100) x 1,5
= (51 – 27) x 1,5
= 36
52

YP = R300 – PV
= 51 – 36
= 15
 Circulate temperature
PV = (R300 – R100) x 1,5
= (68 – 37) x 1,5
= 46,5
YP = R300 - pv
= 68 – 46,5
= 21,5
b. Hasil pengujian rheology untuk design tail cement

Tabel 5.17 Rheology Design Tail Cement


R300 R200 R100 R6 R3 PV YP
Room Temp. 74 70 36 6 4 57 17
Circl. Temp. 87 75 42 8 6 67,5 19,5
 Ambient temperature
PV = (R300 – R100) x 1,5
= (74 – 36) x 1,5
= 57
YP = R300 – PV
= 74 – 57
= 17
 Circulate temperature
PV = (R300 – R100) x 1,5
= (87 – 42) x 1,5
= 67,5
YP = R300 – PV
= 87 – 67,5
= 19,5
53

5.2.3 Pengujian Fluid Loss


Karena bubur semen terdiri dari fase solid (padatan) dan

liquid (cairan), cairan dari bubur semen dapat masuk ke dalam

formasi-formasi permeable yang dilewatinya. Cairan atau umumnya

air yang masuk ini disebut dengan filtrat. Filtrat ini tidak boleh

terlalu banyak. Sebab akan membuat bubur semen kekurangan air.

Apabila kekurangan air maka bubur semen akan cepat mengeras

sebelum waktu seharusnya, kondisi seperti ini disebut dengan Flash

Set.

Bila bubur semen mengalami flash set maka akibatnya

semen akan menjadi kental sehingga friksi di annulus naik, pressure

loss naik dan tekanan bubur semen di annulus naik. Bila hal ini

terjadi maka formasi akan pecah bila tidak kuat menahan tekanan

hidrostatis dari semen. Dan akan berpengaruh pula terhadap kinerja

pompa yang semakin berat.

Pengujian fluid loss ini dilakukan untuk mengetahui berapa

banyak fluida yang dapat keluar dari slurry cement atau dapat

terpisah dari slurry cement, masuk kedalam formasi yang ditembus.

Banyaknya fluid loss yang dibutuhkan dilihat dari formasi yang akan

disemen, biasanya customer yang telah mengetahui karakteristik

formasi yang akan disemen maka customer menyertakan permintaan

untuk fluid loss yang dibolehkan pada tiap design slurry cement yang

akan diuji dan digunakan. Pada formasi yang memiliki permeabilitas

besar maka hasil fluid loss yang diharapkan adalah kecil, karena
54

filtrat akan masuk kedalam formasi secara lebih mudah dan

mengganggu formasi didalam lubang sumur.

Pengujian fluid loss ini disesuaikan dengan kondisi

temperatur yang ada pada lubang sumur yang akan disemen.

Sedangkan tekanan yang digunakan adalah 1000 psi menurut standar

yang telah ditetapkan oleh API untuk pengujian fluid loss ini. Hasil

dari pengujian fluid loss ini diukur dengan satuan cc/30 mnt/1000

psi.

A. Alat yang Digunakan

Gambar 5.5 High Pressure High Temperature Filter Press


(Dokumen Pribadi, 2019)

B. Hasil Pengujian Fluid Loss

Hasil dari pengujian fluid loss untuk design slurry

cement yang akan digunakan dalam proses penyemenan pada

trayek casing 9-5/8” ini adalah :

a. Hasil pengujian fluid loss untuk design lead cement.

Tabel 5.18 Fluid Loss Design Lead Cement


Fluid 24, 30.0 Min 4 CC/30min/1000
CC @
Loss 5 0 s 9 psi
55

( Qt x 5,477)
Qt =( ) x2
√t
( Qt x 5,477)
Q30 =( ) x2
√30
( 24,5 x 5,477)
=( ) x2
√30
= 49 cc/30 mnt/1000psi
b. Hasil pengujian fluid loss untuk design tail cement.

Tabel 5.19 Fluid Loss Design Tail Cement


Fluid CC
19 30.00 Mins 38 CC/30min/1000psi
Loss @

( Qt x 5,477)
Qt =( ) x2
√t
( Qt x 5,477)
Q30 =( ) x2
√30
( 19x 5,477)
=( ) x2
√30
= 38 cc/30 mnt/1000psi

5.2.4 Pengujian Thickening Time

Thickening time secara istilah didefinisikan sebagai waktu

yang dibutuhkan suspensi semen untuk mencapai konsistensi sebesar

100 Bc. Konsistensi sebesar 100 Bc merupakan batasan bagi

suspensi semen masih dapat dipompa lagi. Batasan tersebut

ditetapkan oleh standard API. Secara pengertian teknis thickening

time berarti waktu yang tersedia untuk pemompaan slurry cement

mencapai target kedalaman sebelum slurry cement mengeras dan

tidak dapat dipompakan lagi. Dalam kenyataannya thickening time

tidak diukur hingga slurry mencapai 100 Bc, karena pada 70 Bc

slurry sudah mengeras dan tidak dapat dipompakan kembali..


56

Thickening time semen ini sangatlah penting, waktu pemompaan

harus lebih kecil dari thickening time, karena bila tidak, akan

menyebabkan suspensi semen mengeras lebih dahulu. Apabila slurry

belum mencapai target yang diinginkan dan sudah mengeras dahulu

didalam casing merupakan kejadian yang sangat fatal dalam operasi

pemboran. Perencanaan besarnya thickening time bergantung kepada

kedalaman sumur dan waktu untuk mencapai daerah target yang

akan disemen pada pengujian thickening time.

A. Alat Yang Digunakan

Gambar 5.6 Pressurizes Consistometer/Benstop Consistometer


(Dokumen Pribadi, 2019)

B. Hasil Pengujian Thickening Time

Hasil dari pengujian thickening time untuk design slurry

cement yang akan digunakan dalam proses penyemenan pada

trayek casing 9-5/8” ini adalah :

1. Hasil pengujian thickening time untuk design lead cement

bernilai 70 Bc @04:14 hours


57

Gambar 5.7 Thickening Time Design Lead Cement (PT Cakra


Petrokindo Utama, 2019)
2. Hasil pengujian thickening time untuk design tail cement

bernilai 70 Bc @03:30 hours

Gambar 5.8 Thickening Time Design Tail Cement (PT Cakra


Petrokindo Utama, 2019)
58

5.2.5 Pengujian Compressive Strength

Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen

dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun

dari casing. Dalam mengukur compressive strength digunakan alat

UCA (Ultrasonic Cement Analizer). Pengukuran compressive strength

semen dirancang untuk mendapatkan beberapa indikasi mengenai

kemampuan semen untuk mengisolasi lapisan batuan dan untuk

melindungi serta menyokong casing. UCA dapat mensimulasikan

kondisi lingkungan semen untuk temperatur dan tekanan tinggi sesuai

dengan temperatur dan tekanan formasi. Untuk mencapai hasil

penyemenan yang diinginkan, maka strength semen harus melindungi

dan menyokong casing, menahan tekanan hidrolik yang tinggi tanpa

terjadinya perekahan, menahan goncangan selama operasi pemboran

dan perforasi, menyekat lubang dari fluida formasi yang korosif,

menyekat antar lapisan yang permeabel. Pengujian compressive

strength ini memerlukan waktu 24 jam, karena biasanya waktu yang

diminta oleh customer adalah compressive strength setelah waktu 12

jam dan 24 jam. Pada waktu tersebut diharapkan kekerasan pada

semen sudah memenuhi target yang diinginkan customer. Dan

biasanya customer meminta nilai tertentu compressive strength setelah

beberapa jam waktu yang kurang dari 12 jam untuk mengetahui

komposisi yang dibuat sesuai dan pas sehingga bisa menghasilkan

kekuatan yang bagus dalam jangka waktu yang relatif singkat.


59

A. Alat yang Digunakan

Gambar 5.9 Ultrasonic cement analyzer


(Dokumen Pribadi, 2019)

B. Hasil Pengujian Compressive Strength

Hasil dari pengujian compressive strength untuk design

slurry cement yang akan digunakan dalam proses penyemenan

pada trayek casing 9-5/8” ini adalah :

a. Hasil pengujian compressive strength untuk design lead cement

bernilai 259 psi @12 hours dan 1206 psi @24 hours.

Gambar 5.10 Compressive Strength Design Lead Cement


(PT Cakra Petrokindo Utama, 2019)
60

b. Hasil pengujian compressive strength untuk design tail cement

bernilai 2696 psi @12 hours dan 3598 psi @24 hours.

Gambar 5.11 Compressive Strength Design Tail Cement

(PT Cakra Petrokindo Utama, 2019)


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisa serta percobaan mengenai desain slurry

pada penyemenan casing 9-5/8” dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Pada proses penyemenan casing 9-5/8” dengan excess 75 % kapasitas

volume slurry total yaitu 95,83 bbl;

2. Dengan excess 75 % total sack cement yang diperlukan pada proses

penyemenan casing 9-5/8” sebanyak 364 sack;

3. Dengan excess 75 % total mix water required pada proses penyemenan

casing 9-5/8” yang dibutuhkan yaitu 45,12 bbl;

4. Dengan waktu Thickening Time yang panjang dan zona yang terdapat

gas maka digunakan aditif lead slurry yaitu CCA = 147,7 lb, CCE=31

gal, CCD=15,5 gal, CFL=77,5 gal, CBA = 263,5 gal, CFP = 9,3 gal.

Sedangkan untuk tail slurry yaitu CCA = 196,46 lb, CCD = 7,62 gal,

CFL = 104,5 gal, CBA = 271,7 gal, CFP =12,54 gal;

5. Berdasarkan hasil analisa, nilai thickening time yang didapat yaitu lead

70 Bc@04:14 hours, nilai rheology PV = 36 dan YP = 15 dan nilai

compressive strength 1206 psi@24 hours dengan fluid loss 49 cc/30

menit/1000psi. Sedangkan untuk tail slurry 70 Bc @03:30 hours dengan

nilai rheology PV = 57 dan YP = 17 dengan nilai compressive strength =

659 psi @12 hours dan 3598@24 hours dengan fluid loss 38 cc/30

menit/1000psi.

61
62

6.2 Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat penulis sampaikan terhadap

proses berlangsungnya Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Lebih memperhitungkan waktu selama pengujian di Laboratorium agar

hasil yang didapat lebih akurat.

2. Memperhatikan spesifikasi data yang diminta oleh pihak Oil Company

sebagai Customer dengan teliti sebelum melakukan pengujian.

3. Lebih memperhatikan keselamatan selama berada di laboratorium,

karena terdapat banyak bahan yang dapat mengganggu kesehatan.

4. Lebih memperhatikan kalkulasi terutama pada kalkulasi zat aditif.

5. Menyediakan alat pelindung diri yang lengkap dan standar.


DAFTAR PUSTAKA

Adam, Neal J. 1985. Drilling Engineering. PennWell Publishing Company : Tulsa

Oklahoma

Rabia, Hussain. 2002. Well Engineering and Constructions. Entrac Consultion

Rubiandini, Rudi. 2000. Teknik Pemboran Lanjut. Institut Teknologi Bandung :

Bandung

Schlumberger, Dowell. 1984. Cementing Technology. Nova Communications

Ltd : London

Techinical Data Handbook. PT Cakra Petrokindo Utama : Jakarta


LAMPIRAN
Well Profile Sumur X Lapangan Y PT Cakra Petrokindo Utama

Anda mungkin juga menyukai