Anda di halaman 1dari 7

9 Pertanyaan yang Wajib Diajukan Ketika Konseling

Pranikah
oleh Priska Siagian | Nov 30, 2021 | 10:30diRelationship Tips
Warna:

Jika berbicara tentang pernikahan, semua pasangan tujuannya sama


yaitu sekali seumur hidup. Namun perjalanan pernikahan tidak melulu
tentang sepakat untuk menghabiskan waktu bersama seumur hidup,
tapi juga tentang bagaimana bertoleransi atas kekurangan dan
kelebihan pasangan. Karena itu sebaiknya calon pengantin menjalani
konseling pranikah. Mengapa?

Pernikahan sangat rentan mengalami friksi, sama seperti interaksi


antar manusia pada umumnya. Bedanya pada pernikahan, Anda dan
pasangan diharapkan bisa tetap bertahan meski friksi atau
pertentangan tidak mungkin untuk dihindari. Adapun manfaat
konseling pranikah, seperti dilansir dari Mayo Clinic, adalah
membantu Anda dan pasangan untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi, menjaga ekspektasi tetap realistis, serta
mengembangkan kemampuan menemukan solusi dari setiap konflik
yang terjadi. Harapannya, dengan mengikuti konseling pranikah, Anda
dan pasangan saling menciptakan interaksi yang sehat dan positif.

Jika Anda dan pasangan sepakat untuk mengikuti konseling pranikah,


sebaiknya tanyakan 9 pertanyaan ini pada sesi konsultasi. Dengan
mendiskusikan topik-topik ini dengan didampingi oleh konselor yang
ahli, maka proses penyatuan visi bisa lebih lancar sehingga risiko
perceraian dapat ditekan secara optimal.

1. Apakah makna pernikahan untuk kamu?


Pertanyaan ini penting untuk diajukan kepada pasangan saat
konseling pranikah agar Anda dapat melihat bagaimana pasangan
mengartikan komitmen dalam pernikahan. Sering kali orang
memutuskan menikah karena sekadar memenuhi tuntutan
masyarakat tanpa mengetahui apa visinya dalam pernikahan. Tak
hanya itu, pertanyaan pembukaan ini akan mengarah pada diskusi
tentang bagaimana karakter Anda dan pasangan bisa saling
melengkapi dalam mewujudkan visi pernikahan.
2. Apakah pernikahan ini ingin memiliki anak atau tidak?
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, salah satu tujuan
menikah adalah untuk berketurunan. Tujuan ini sangat dipengaruhi
oleh nilai agama serta budaya pada masyarakat tradisional seperti
Indonesia. Namun masyarakat yang makin berkembang juga
menghadirkan pilihan-pilihan baru dalam pernikahan, termasuk
keputusan punya anak atau tidak. Hal ini penting untuk disepakati
sebelum menikah agar Anda dan pasangan bisa menyesuaikan
dengan ekspektasi masing-masing. Pada prinsipnya apapun
pilihannya, punya anak atau tidak punya anak, Anda dan pasangan
wajib mempersiapkan fisik, psikis dan finansial demi menciptakan
rumah tangga yang sehat.
3. Bagaimanakah keuangan rumah tangga akan diatur?
Uang adalah topik yang sangat sensitif dalam rumah tangga. Dan
membicarakannya sejak dini adalah "pelampung" yang akan
menyelamatkan rumah tangga Anda dari konflik besar. Yang
menyenangkan dari mengikuti konseling pranikah adalah pertanyaan
pembuka datangnya dari konselor. Jadi perasaan sungkan untuk
memulai percakapan tentang uang bisa diminimalisir. Apalagi
konselor pranikah adalah orang yang terlatih, maka semua aspek
keuangan seperti siapa yang akan mengatur keuangan, apakah
sumber penghasilan digabung atau terpisah, berapa besaran cicilan
dalam setahun, bagaimanakah membantu keluarga besar secara
finansial.
4. Di manakah kita akan tinggal setelah menikah?
Pada masyarakat dengan nilai kekeluargaan yang kental seperti
masyarakat Indonesia, isu tempat tinggal setelah menikah juga
sering menjadi sumber konflik. Bicarakan dengan pasangan apakah
setelah menikah akan tinggal di rumah sendiri atau bersama orang
tua. Apa saja kelebihan dan kekurangannya, lalu bagaimana hal ini
berkaitan dengan visi pernikahan Anda dan pasangan. Topik tentang
tempat tinggal pun penting dibicarakan jika Anda dan pasangan
sama-sama bekerja. Apakah tempat tinggal dipilih yang dekat dengan
lokasi kantor Anda atau pasangan? Atau jika salah satu diminta
untuk pindah keluar kota, apakah semuanya ikut pindah atau tidak?
5. Bagaimanakah mengatur hubungan dengan keluarga besar?
Tanpa disadari para pengantin baru sering kali seperti disuruh
memilih dekat ke keluarga suami atau keluarga istri. Padahal
menikah artinya membentuk keluarga baru. Artinya Anda dan
pasangan perlu refleksi bersama batas kompromi seperti apa yang
bisa diterapkan menyangkut turut campur keluarga besar dalam
urusan keluarga baru Anda. Ingatlah Anda dan pasangan tengah
mempersiapkan entitas keluarga baru, karena itu perlu kesiapan
untuk menjadi mandiri.
6. Bagaimana kamu menggambarkan kebutuhan seks?
Sama seperti topik keuangan, membicarakan kebutuhan seks dengan
calon suami atau istri bisa jadi tidak nyaman. Tapi Anda dan
pasangan perlu tahu bagaimana satu sama lain menempatkan
aktivitas seks dalam interaksi berumah tangga. Tujuannya adalah
untuk menyatukan ekspektasi serta membangun kepercayaan. Topik
ini bisa dibilang sebagai elemen dasar dalam membentuk hubungan
suami-istri yang sehat.
7. Bagaimanakah peran agama dalam rumah tangga?
Sebagian besar dasar pernikahan dilakukan di Indonesia adalah
untuk menggenapi ajaran agama. Itu mengapa menikah disebut
sebagai ibadah. Meski begitu, tidak banyak calon pengantin yang
membicarakan tentang bagaimana peran agama dalam kehidupan
masing-masing. Lalu, bagaimana nilai-nilai spiritual ini
diimplementasikan dalam hubungan suami-istri serta diturunkan
kepada anak-anak? Menjawab semua pertanyaan ini akan
memberikan gambaran bagaimana rumah tangga akan bertumbuh.
8. Apakah yang dilakukan jika terjadi perselingkuhan?
Tentu Anda dan pasangan tidak menginginkan terjadinya
perselingkuhan. Tapi jika hal buruk ini terjadi, bagaimanakah Anda
dan pasangan menyikapinya? Apakah perceraian menjadi sebuah
pilihan? Selain menjawab semua pertanyaan itu, konselor juga akan
mengarahkan diskusi tentang bagaimana untuk menghindari
perselingkuhan. "Ritual" apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menjaga Anda dan pasangan tetap saling mencintai.
9. Ketika konflik terjadi, bagaimanakah strategi komunikasinya?
Tujuan menjawab pertanyaan ini adalah untuk mengukur bagaimana
Anda dan pasangan mengatur emosi masing-masing ketika situasi
tengah memanas. Lalu pendekatan seperti apa yang diinginkan Anda
dan pasangan agar konflik tidak berlarut-larut. Terkadang ada
pasangan yang menyepakati, pertengkaran tidak boleh lebih dari 24
jam. Artinya, keduanya sepakat untuk menyampaikan keberatan dan
menemukan solusi agar masalah segera teratasi. Yang paling penting
sebenarnya adalah bagaimana agar masalah yang sama tidak
terulang kembali. Sehingga kualitas hubungan suami-istri nantinya
tidak hanya sehat tapi juga memberikan ruang untuk saling
bertumbuh.

8 Materi yang Wajib Dipelajari Sebelum


Menikah
Oleh: Menur Adhiyasasti
26 November 2019

Tahun 2020, pemerintah sempat mengadakan sertifikasi pranikah sebagai syarat


wajib bagi pasangan yang akan menikah. Tujuannya, untuk membekali calon
pengantin –baik pihak wanita maupun pria- pengetahuan seputar kesehatan
reproduksi, pengasuhan anak, keuangan keluarga, dengan harapan keduanya bisa
lebih siap menghadapi kehidupan perkawinan sehingga mampu menekan angka
perceraian, stunting (balita gagal tumbuh karena kurang gizi), dan kemiskinan.

Meskipun menuai pro dan kontra, namun adanya pembekalan bagi calon pengantin
ternyata mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Dari polling yang dilakukan di
Instagram @skata_id, sebanyak 92% menyatakan setuju dengan pembekalan
pranikah. Sejumlah usulan materi yang perlu disampaikan saat pembekalan
pranikah antara lain manajemen emosi, resolusi konflik, perencanaan keluarga,
ilmu parenting dan financial planning, kesehatan mental, serta cara berkomunikasi.

Sebenarnya, apa saja materi sebaiknya dipelajari oleh calon pasangan suami istri
(pasutri) dalam pembekalan pranikah? Psikolog dari KALM, Wenny Aidina, M.Psi,
menjabarkannya dalam sejumlah poin berikut:
1. Makna pernikahan bagi masing-masing pasangan
Materi ini adalah materi brainstorming untuk membuka wacana berpikir kedua calon
pasutri tentang arti pernikahan, hal yang ingin dicapai dalam pernikahan, maupun
gambaran pernikahan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan. Hal ini akan
memberi kesempatan tiap pihak untuk mengenal pasangan dengan lebih baik, serta
sama-sama berdiskusi untuk menyamakan persepsi tentang pernikahan.

2. Komitmen pernikahan
Calon pasutri perlu menyadari bahwa pernikahan adalah komitmen yang akan
dijalani seumur hidup. Tujuannya, agar masing-masing dapat membangun kesiapan
untuk menjalani pernikahan, dan mempersiapkan diri untuk senantiasa melakukan
penyegaran hubungan pernikahan agar tidak terjadi kejenuhan.

3. Komunikasi efektif antarpasangan


Banyak perselisihan yang terjadi dalam pernikahan disebabkan oleh kesalahan
dalam berkomunikasi. Tidak banyak yang menyadari bahwa pria dan wanita memiliki
perbedaan cara berkomunikasi yang kelak akan membawa pengaruh besar saat
berumah tangga. Karenanya, saling memahami bagaimana cara masing-masing
dalam mengkomunikasikan sesuatu dan memahami perbedaan cara penyampaian
pesan antar individu menjadi penting untuk dipelajari. Hal ini juga akan membantu
pasangan nantinya dalam proses penyelesaian masalah karena sudah memahami
cara komunikasi masing-masing.

Baca: Istri Sering Mengkritik, Suami Gemar Menghindar. Apa Solusinya?

4. Proses penyelesaian masalah


Dalam materi ini pasangan akan belajar bahwa dalam pernikahan akan ada
tantangan-tantangan yang dapat menjadi pemicu permasalahan. Sehingga, masing-
masing individu diharapkan dapat mempelajari dan mempersiapkan diri serta
mencari jalan keluar yang disepakati bersama bila masalah tersebut muncul. Selain
itu, pasangan juga akan belajar alternatif problem solving yang dapat diterapkan
ketika berhadapan dengan masalah.

5. Pengetahuan finansial
Materi ini mengajak pasangan untuk saling terbuka dalam hal finansial dalam bentuk
mengetahui pemasukan pasangan, biaya yang akan ditanggung pasangan sebelum
menikah, biaya yang akan dikeluarkan setelah menikah, dan cara-cara mengatur
keuangan selama hidup berumah tangga. Meskipun kondisi finansial yang baik
bukanlah faktor utama kebahagiaan rumah tangga, namun masalah finansial kerap
menjadi sumber masalah dalam rumah tangga. Mempersiapkannya sejak dini dapat
mengurangi potensi konflik karena urusan keuangan.

Baca: Keluarga Besar vs Keluarga Kecil: Gali Lubang Tutup Lubang

6. Penyesuaian diri
Materi ini akan memberikan gambaran kepada pasangan bahwa menikah adalah
proses penyesuaian diri sepanjang hidup, baik menyesuaikan diri untuk hidup
dengan pasangan beserta kebiasaannya dan keluarganya, sekaligus menyesuaikan
diri dengan tantangan-tantangan yang akan dijalani selama hidup berumah tangga.
Dalam materi ini, pasangan juga akan dipaparkan mengenai tantangan penyelesaian
diri yang akan dihadapi dan bagaimana cara menghadapinya serta saling belajar
dari pasangan ketika ia berhadapan dengan tantangan tersebut

7. Cara mempertahankan momentum cinta


Meskipun calon pasutri memiliki keyakinan bahwa susah senang akan dijalani
bersama, namun kenyataan membuktikan bahwa semangat pada awal pernikahan
dapat menghilang seiring dengan waktu. Karena itu, salah satu hal penting yang
wajib dipelajari oleh calon pasutri adalah mengetahui hal-hal apa saja yang dapat
dilakukan untuk mempertahankan momentum cinta agar keharmonisan rumah
tangga dapat terjaga.

Baca: Habis Nikah Masih Romantis, Kenapa Tidak?

Ternyata, persiapan menikah tidak semata “punya uang berapa” dan mau tinggal
dimana ya. Dari ketujuh materi di atas, sebagian besar merupakan persiapan mental
karena memang ternyata hal tersebut memegang peranan kunci keharmonisan
rumah tangga. Jika Anda mengahadapi masalah seputar persiapan pernikahan atau
pernikahan, Anda dapat berkonsultasi dengan KALMselor di sini.

8. Perencanaan keluarga
Yang juga tidak boleh dilupakan adalah pentingnya pengetahuan tentang
perencanaan keluarga. Termasuk di dalamnya adalah perencanaan kehamilan,
pada usia berapa berencana untuk hamil, berapa banyak anak yang ingin dimiliki,
dan berapa tahun jarak antaranak. Mengapa perencanaan keluarga itu penting?
Karena hal tersebut akan memengaruhi berbagai macam aspek dalam keluarga, dari
pemenuhan gizi anak, kesehatan mental ibu, hingga kemampuan finansial kepala
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai