Anda di halaman 1dari 16

PERAN TRANSFORMASI DIGITAL DALAM MENINGKATKAN

LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN PADA PENGELOLAAN DESA


DI PROVINSI LAMPUNG

Anis Hermayana, Dewi Sri Setia Adji, Suryani


Fakultas Ekonomi Dan Manajemen
Universitas Malahayati Bandar Lampung

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki peran transformasi digital dalam
meningkatkan pengetahuan tentang keuangan dan inklusi keuangan di antara pengelola desa
di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung seperti banyak daerah perdesaan lainnya di
Indonesia, menghadapi masalah dalam mengelola keuangan desa dan meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang keuangan. Aplikasi perbankan seluler, koneksi internet, dan
sumber daya digital lainnya telah memberikan peluang untuk mengatasi masalah ini. Metode
kualitatif akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengeksplorasi perspektif dan
pengalaman masyarakat desa, pemerintah daerah, dan lembaga keuangan terkait. Data akan
dianalisis secara tematis untuk menentukan dampak transformasi digital pada literasi dan
inklusi keuangan di desa-desa di Provinsi Lampung.
Kata Kunci: Transformasi digital, Literasi dan Inklusi Keuangan, Pedesaan.

Abstract
The aim of this research is to investigate the role of digital transformation in enhancing
financial literacy and financial inclusion among village administrators in Lampung Province.
Lampung Province, like many other rural areas in Indonesia, faces challenges in village
financial management and improving public understanding of finance. Mobile banking
applications, internet connectivity, and other digital resources have provided opportunities to
address these issues. Qualitative methods will be employed in this research to explore the
perspectives and experiences of village communities, local governments, and relevant
financial institutions. Data will be thematically analyzed to determine the impact of digital
transformation on financial literacy and inclusion in villages across Lampung Province.
Keywords: Digital transformation, Literacy, OJK, Inclusion, Rural, Lampung

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam struktur pemerintahan Indonesia, desa adalah salah satu yang terkecil. Di
Provinsi Lampung ada ribuan desa. Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung 2022, terdapat
sebanyak 2.654 desa (BPS Provinsi Lampung, 2022). Banyak desa di Provinsi Lampung
menghadapi masalah dalam pengelolaan keuangan dan literasi keuangan masyarakat,
meskipun memiliki potensi sumber daya alam dan manusia yang luar biasa. Pembangunan
desa sangat bergantung pada pengelolaan dana desa dan literasi keuangan. Salah satu contoh
pentingnya literasi keuangan adalah dalam pengelolaan dana desa yang merupakan sumber
pendapatan yang penting bagi pemerintah desa untuk melaksanakan berbagai program
pembangunan, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Namun,
pengelolaan dana desa yang tidak efektif dan tidak transparan dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa.
Contoh pentingnya transformasi digital bagi masyarakat perdesaan misalnya pada
seorang petani yang tinggal di salah satu desa di Provinsi Lampung. Sebelum teknologi
digital, dia harus pergi ke kota atau ke bank yang jauh untuk melakukan transaksi keuangan
seperti menabung atau mengambil uang. Dia sekarang memiliki kemampuan untuk membuka
rekening bank secara online. Dia dapat melakukan setoran tunai melalui agen perbankan
lokal. Dia dapat menggunakan dompet digital untuk membayar belanjaan atau tagihan listrik
dengan mudah dan cepat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semua ini membantu
meningkatkan inklusi keuangan di perdesaan dengan memberikan akses yang lebih luas
kepada masyarakat yang sebelumnya mungkin sulit dijangkau oleh lembaga keuangan
konvensional.
Penyesuaian konsep mengenai literasi keuangan dilakukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) baik dalam SNLKI (Revisit, 2017) sehingga dinyatakan sebagai berikut
“Literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang
mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan”. Sedangkan Organisation for
Economic Co-operation and Development atau OECD (2016) mendefinisikan literasi
keuangan sebagai pengetahuan dan pemahaman atas konsep dan risiko keuangan, berikut
keterampilan, motivasi, serta keyakinan untuk menerapkan pengetahuan dan pemahaman
yang dimilikinya tersebut dalam rangka membuat keputusan keuangan yang efektif,
2
meningkatkan kesejahteraan keuangan (financial well-being) individu dan masyarakat, dan
berpartisipasi dalam bidang ekonomi. Bahwa setiap Monetary Authority of Singapore (MAS)
dalam Quantitative Research on Financial Literacy Levels in Singapore (2005) menyebutkan
literasi keuangan sebagai kemampuan individu untuk membuat penilaian yang tepat dan
mengambil keputusan yang efektif dalam mengelola keuangannya. Dalam mengukur literasi
keuangan terdapat 3 (tiga) tingkatan: Basic Money Management, Perencanaan
keuangan/perencanaan pensiun, dan pengetahuan investasi.
Hasil survey nasional literasi dan inklusi keuangan yang dilakukan pada tahun 2022
menunjukkan bahwa ada perbedaan di antara desa dan kota dalam hal pemahaman dan
penggunaan produk dan layanan keuangan oleh orang-orang di wilayah perdesaan
dibandingkan dengan orang-orang di wilayah perkotaan. OJK bekerja sama dengan
pemerintah dan pemerintah daerah dalam Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD)
untuk meningkatkan inklusi keuangan perkotaan melalui kemandirian ekonomi desa. Literasi
keuangan perkotaan mencapai 50,5% dan literasi keuangan desa 48,4%, dengan gap sebesar
2,1%. Untuk mendorong perekonomian masyarakat, termasuk di perdesaan, peningkatan
inklusi keuangan harus terus dilakukan.
Salah satu solusi yang mungkin untuk meningkatkan pengelolaan dana desa dan
literasi keuangan di Provinsi Lampung adalah transformasi digital. Dengan kemudahan akses
ke teknologi informasi dan komunikasi, desa-desa di provinsi ini memiliki kesempatan untuk
memanfaatkan inovasi digital dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk pengelolaan
keuangan dan literasi keuangan. Desa dapat memanfaatkan teknologi digital, seperti aplikasi
keuangan, platform perbankan, dan pelatihan online, untuk mengelola dana mereka dengan
lebih efisien, mengurangi risiko korupsi, dan meningkatkan transparansi.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Lampung Bambang Hermanto menyatakan
bahwa OJK Provinsi Lampung menyebutkan bahwa indeks literasi keuangan di daerah
setempat menunjukkan peningkatan dari 30,97 persen tahun 2019 menjadi 41,30 persen pada
2022. Sedangkan indeks inklusi keuangan, menunjukkan peningkatan sebesar 20,78 persen
yaitu dari sebesar 61,94 persen tahun 2019 menjadi sebesar 74,81persen di tahun 2022
(Sukarta, 2022).
Dalam upaya untuk meningkatkan kecerdasan keuangan masyarakat, OJK terus
berusaha meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keuangan hingga ke level desa.
Lembaga ini terus mendorong akses keuangan masyarakat untuk mewujudkan inklusi
keuangan dan mendorong publik untuk menggunakan layanan yang ditawarkan industri jasa
keuangan. Salah satunya melalui Desa Inklusi Keuangan, yang bertujuan untuk meningkatkan
3
kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang keuangan di desa dan sekitarnya. Selain itu,
program literasi dan inklusi keuangan bertujuan untuk menghentikan investasi bodong dan
tindakan pinjol ilegal serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi
keuangan.
OJK meresmikan desa-desa seperti: Tiyuh Marga Kencana, Tiyuh Margodadi, Tiyuh
Margo Mulyo, dan Tiyuh Penumangan Baru sebagai Desa Inklusi Keuangan di Kabupaten
Tulangbawang Barat. Awalnya, Desa Inklusi Keuangan telah didukung oleh industri
perbankan milik masyarakat Tubaba, BPRS Tani Tulangbawang Barat, dengan program
pembiayaan melawan rentenir, tumpas rentenir objektif dengan pembiayaan syariah (TOPS),
yang membuatnya menjadi lebih baik. Selanjutnya, Bank Lampung memanfaatkan program
penyaluran KUR KPB, yang merupakan kolaborasi dengan program Pemerintah Provinsi
Lampung, serta agen layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka Keuangan Inklusif (Laku
Pandai) L-Smart, yang memungkinkan masyarakat untuk melakukan transaksi tanpa harus
pergi ke bank. Perluasan pendidikan keuangan akan mengikuti penguatan akses keuangan di
perdesaan, sehingga masyarakat lebih memahami dan memahami produk dan jasa keuangan.
Menurut Megaldi de Sousa (2015), pemerintahan di seluruh dunia sangat
memperhatikan inklusi keuangan dalam kaitannya dengan mendukung pembangunan
ekonomi. Dipercaya bahwa inklusi keuangan dapat membantu ekonomi dan masyarakat
karena mampu menciptakan eksternalitas positif. Dengan demikian, World Bank ingin
memastikan bahwa semua orang dapat menggunakan layanan keuangan pada tahun 2020.
Dalam artikel ini, penulis akan mendeksripsikan peran transformasi digital dalam
meningkatkan literasi dan inklusi keuangan dalam pengelolaan desa di Provinsi Lampung.
Dengan memahami bagaimana teknologi digital dapat diterapkan dengan efektif di tingkat
desa, diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan dan solusi bagi pemerintah daerah
dan pemangku kepentingan lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat
desa dan pengelolaan keuangan yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana transformasi digital dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat desa di Provinsi Lampung tentang keuangan? Apa dampak nyata yang dihasilkan
dari implementasi transformasi digital terhadap peningkatan pengetahuan mereka tentang
produk dan layanan keuangan?

4
2. Bagaimana teknologi digital dapat membantu masyarakat desa di Provinsi Lampung
mendapatkan akses lebih mudah ke produk dan layanan keuangan, dan bagaimana ini dapat
membantu meningkatkan inklusi keuangan di perdesaan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana transformasi digital
meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di daerah pedesaan di Provinsi Lampung. Tujuan
khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mempelajari bagaimana transformasi digital dapat digunakan secara efektif untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat desa di Provinsi Lampung tentang keuangan.
2) Mempelajari bagaimana teknologi digital dapat membantu masyarakat desa di Provinsi
Lampung mendapatkan akses yang lebih mudah ke barang dan jasa keuangan.

1.4 Manfaat
1) Meningkatkan Keamanan Komunitas: Tulisan ini berpotensi meningkatkan kualitas
hidup penduduk pedesaan di Provinsi Lampung dengan memberikan panduan dan
rekomendasi untuk meningkatkan akses mereka terhadap layanan keuangan dan program
literasi digital.
2) Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Perdesaan: Dengan menyoroti dampak positif
transformasi digital terhadap pertumbuhan ekonomi di perdesaan, artikel ini dapat
memberikan panduan untuk pertumbuhan kegiatan ekonomi perdesaan di masa depan.
3) Memandu Kebijakan dan Strategi Pembangunan: Artikel ini dapat digunakan untuk
merancang kebijakan yang lebih efektif dalam meningkatkan literasi digital dan inklusi
keuangan.
4) Mengukur Transformasi Digital: Studi ini dapat mengukur praktik transformasi digital
dengan mengidentifikasi praktik terbaik dan inisiatif yang berhasil.
5) Mendorong Kerja Sama dengan Pihak Swasta: Hasil penelitian ini dapat mendorong
perusahaan teknologi dan bank swasta untuk bekerja sama meningkatkan inklusi keuangan
dan literasi digital di Provinsi Lampung melalui kerja sama dengan aparatur desa/perangkat
desa.
6) Kontribusi untuk Penelitian di Masa Depan: Semua informasi dan data dari penelitian
ini dapat bermanfaat untuk penelitian di masa depan mengenai transformasi digital, literasi
digital, dan inklusi uang dalam perekonomian desa, regional, dan nasional.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data
Sesuai dengan Misi Kelima Pemerintah Provinsi Lampung yakni Membangun
kekuatan ekonomi masyarakat berbasis pertanian dan wilayah pedesaan yang seimbang
dengan wilayah perkotaan, melalui berbagai program seperti Kartu Petani Berjaya, Smart
Village atau Desa Cerdas berbasis digital dan lain-lain. Provinsi Lampung masih dalam
proses mencapai tujuan literasi dan inklusi keuangan. Berdasarkan survei 2019 yang
mencapai 38,03% dan inklusi keuangan 76,16%, literasi keuangan di Provinsi Lampung saat
ini adalah 38,03% dan inklusi keuangan 61,94%, sedangkan target nasional untuk literasi dan
inklusi keuangan pada 2024 adalah 50% dan 90% (Dewi, 2022).
Hasil SNLIK 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia
sebesar 49,68 persen, naik dari 38,03 persen pada tahun 2019, sementara indeks inklusi
keuangan tahun ini mencapai 85,10 persen, meningkat dari periode SNLIK sebelumnya,
76,19 persen, pada tahun 2019. Ini menunjukkan pergeseran antara literasi dan inklusi
semakin menurun, dari 38,16% pada tahun 2019 menjadi 35,42% pada tahun 2022.

Sumber: https://ojk.go.id/
Gambar 2.1. Data Literasi dan Iklusi Keuangan 2022 Berdasarkan Provinsi

2.2 Analisa
Untuk memahami bagaimana transformasi digital di Provinsi Lampung akan
meningkatkan literasi dan inklusi keuangan adalah dengan melakukan analisis mendalam

6
terhadap data yang relevan. Berikut analisis yang penulis lakukan berdasarkan informasi yang
telah dibahas sebelumnya untuk rumusan masalah yang telah ditetapkan:
1) Masyarakat perdesaan di Provinsi Lampung dapat menggunakan transformasi digital
untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang keuangan, dengan upaya-upaya
sebagai berikut:
a) Pelatihan dan Pendidikan Online: Kemajuan digital membuat program pelatihan dan
pendidikan keuangan dapat dilakukan secara online. Platform pelatihan digital yang mudah
diakses oleh masyarakat desa dapat disediakan oleh lembaga keuangan, pemerintah daerah,
atau organisasi non-pemerintah. Materi pelatihan, modul pembelajaran interaktif, video
tutorial, dan sumber daya pendidikan keuangan lainnya termasuk dalam kategori ini.
b) Aplikasi Keuangan: Membuat aplikasi yang ditujukan untuk masyarakat desa dapat
membantu mereka memahami konsep dasar keuangan seperti perencanaan keuangan,
investasi, dan pengelolaan anggaran. Aplikasi ini dapat menyampaikan informasi yang
relevan dalam bahasa yang mudah dipahami dan dapat diakses melalui perangkat seluler.
c) Pelayanan Keuangan Digital: Perubahan digital juga dapat membawa layanan
keuangan langsung ke masyarakat desa. Misalnya, pemerintah atau lembaga keuangan dapat
memulai layanan perbankan digital, yang memungkinkan masyarakat desa untuk membuka
rekening, melakukan transaksi, dan mengakses layanan perbankan lainnya dengan mudah
melalui perangkat seluler atau komputer.
d) Konten Edukasi Digital: Konten edukasi digital seperti artikel, video, dan infografik
tentang literasi keuangan dapat membantu masyarakat desa memahami konsep keuangan
dengan lebih baik. Konten ini dapat disebarluaskan melalui platform online seperti media
sosial, situs web, dan platform lainnya.
e) Mentor dan Konsultan Online: Kemajuan digital memungkinkan masyarakat desa
untuk berhubungan dengan mentor atau konsultan keuangan secara online. Mereka dapat
mengajukan pertanyaan, berbicara tentang situasi keuangan mereka, dan menerima nasihat
khusus yang akan membantu mereka menjadi lebih baik dalam mengelola keuangan mereka.
Hasil nyata dari penerapan transformasi digital terhadap peningkatan pengetahuan
masyarakat desa tentang produk dan layanan keuangan dapat mencakup:
a. Pemahaman yang lebih baik: Masyarakat desa akan lebih memahami konsep keuangan,
seperti mengelola uang, membuat anggaran, dan merencanakan untuk masa depan.
b. Pengenalan Produk Keuangan: Masyarakat desa akan lebih akrab dengan berbagai jenis
produk dan layanan keuangan, seperti tabungan, pinjaman, investasi, dan asuransi.
Mereka akan tahu cara memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
7
c. Pengurangan Risiko Keuangan: Masyarakat desa akan lebih mampu menghindari praktik
keuangan yang merugikan dan menghindari risiko keuangan yang tidak perlu dengan
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik.
d. Peningkatan Kemandirian Keuangan: Transformasi digital dapat membantu desa menjadi
lebih mandiri dalam pengelolaan keuangan mereka sendiri, yang berarti mereka tidak
perlu bergantung pada orang lain lagi.
e. Kontribusi pada pertumbuhan ekonomi: Orang-orang di desa dengan pengetahuan
keuangan yang lebih baik dapat lebih baik mengelola bisnis, mendapatkan modal, dan
berinvestasi. Ini dapat membantu pertumbuhan ekonomi desa.
2) Tujuan untuk meningkatkan pengetahuan keuangan masyarakat desa dapat dicapai
dengan cara yang efisien dan berdampak positif pada kesejahteraan mereka melalui
penerapan transformasi digital. Dengan cara-cara berikut, teknologi digital dapat
memainkan peran penting dalam meningkatkan akses masyarakat desa di Provinsi
Lampung terhadap produk dan layanan keuangan:
a) Pembukaan Akses ke Perbankan Jarak Jauh: Perubahan digital membuat institusi
keuangan dapat menawarkan layanan perbankan jarak jauh, seperti perbankan
internet dan perbankan seluler.
b) Layanan Keuangan Berbasis Aplikasi: Orang-orang di desa dapat menggunakan
aplikasi keuangan seperti dompet digital, platform pembayaran online, dan
aplikasi perbankan seluler untuk melakukan pembayaran tagihan, transfer uang,
dan bahkan berinvestasi.
c) Perbankan Melalui Perangkat Seluler: Sebagian besar masyarakat desa di Provinsi
Lampung memiliki perangkat seluler, yang dimungkinkan oleh teknologi digital
ini untuk melakukan berbagai transaksi keuangan melalui perangkat seluler
mereka. Ini membuat akses lebih mudah ke layanan keuangan.
d) Agent Perbankan: Program agen perbankan memberi masyarakat desa akses ke
berbagai layanan keuangan. Agen ini dapat membantu mereka membuka rekening,
menyetor atau menarik uang, dan memberikan informasi tentang barang dan
layanan keuangan.
e) Pengembangan ATM dan Mesin Setor Tunai: Pemerintah dan lembaga keuangan
dapat memasang ATM dan mesin setor tunai di desa. Ini akan memungkinkan
penduduk desa memiliki akses ke uang tunai dan melakukan transaksi secara
mandiri tanpa harus bepergian ke kota.

8
f) Pendidikan Keuangan: Pendidikan literasi keuangan secara online juga dapat
dilakukan melalui penggunaan teknologi digital. Melalui internet, masyarakat
desa dapat menemukan materi edukasi keuangan yang membantu mereka
memahami konsep keuangan dan mengelola keuangan mereka sendiri.
g) Penggunaan Layanan Asuransi Digital: Masyarakat desa dapat memperoleh
perlindungan finansial dengan polis digital atau mikroasuransi, yang
memungkinkan mereka untuk membeli polis asuransi dan mengajukan klaim
melalui aplikasi atau platform online.
h) Peningkatan Ketersediaan Kredit: Masyarakat desa dapat meningkatkan aktivitas
ekonomi dan meningkatkan pendapatan dengan mengajukan pinjaman untuk
modal usaha atau kebutuhan mendesak lainnya dengan mendapatkan akses yang
lebih mudah ke lembaga keuangan.
Salah satu efek positif dari akses yang lebih mudah ke barang dan jasa keuangan
melalui teknologi digital pada inklusi keuangan di perdesaan adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan Jangkauan: Sekarang lebih banyak orang di perdesaan dapat mengakses
layanan keuangan yang sebelumnya sulit diakses. Ini memperluas inklusi keuangan dan
membantu mereka memanfaatkan layanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan keuangan
mereka.
b. Peningkatan Keamanan Keuangan: Memiliki akses mudah ke layanan keuangan juga
membantu masyarakat desa mengelola dan melindungi harta mereka. Ini dapat
mengurangi risiko kehilangan uang dan harta karena penyimpanan yang tidak aman.
c. Peningkatan Tabungan dan Investasi: Masyarakat desa dapat lebih mudah menabung dan
berinvestasi karena memiliki akses yang lebih mudah ke produk keuangan. Ini dapat
membantu mereka membangun kekayaan jangka panjang dan menciptakan stabilitas
finansial.
d. Mengurangi Ketergantungan pada Pemberi Pinjaman Tidak Resmi: Masyarakat desa
dapat menghindari pemberi pinjaman tidak resmi yang sering membebankan bunga
tinggi dengan mendapatkan akses ke lembaga keuangan formal. Ini membantu
mengurangi tekanan finansial dan menurunkan risiko utang.
Oleh karena itu, teknologi digital memiliki potensi besar untuk meningkatkan inklusi
keuangan di perdesaan Provinsi Lampung dengan memberi masyarakat desa akses ke
berbagai jenis produk dan layanan keuangan.

9
2.2 Penjelasan
Masyarakat perdesaan di Provinsi Lampung dapat memanfaatkan transformasi digital
dengan berbagai cara untuk meningkatkan pengetahuan keuangan mereka, antara lain:
1. Akses ke Aplikasi Literasi Keuangan: Aplikasi literasi keuangan tersedia secara gratis
atau gratis untuk masyarakat perdesaan. Banyak aplikasi memiliki sumber daya pendidikan,
modul pembelajaran yang mudah diakses, dan fitur kuis untuk menguji pemahaman. Salah
satu contoh praktis adalah penggunaan aplikasi "DuitKu", yang memiliki modul yang
membahas manajemen anggaran dan investasi.
2. Pembelajaran Melalui Video: Komunitas perdesaan dapat memanfaatkan platform
berbagi video seperti YouTube untuk menonton instruksi dan presentasi tentang pengetahuan
keuangan. Video-video ini sering disusun dengan cara yang mudah dipahami sehingga dapat
membantu orang lebih memahami konsep keuangan. Menonton saluran YouTube "Edukasi
Keuangan", yang memberikan instruksi tentang cara mengatur tabungan dan mengelola utang,
adalah contoh nyata.
3. Mengikuti Kursus Online: Dengan perkembangan digital, orang-orang di desa sekarang
dapat mengikuti kursus online yang ditawarkan oleh berbagai lembaga, yang dapat dibayar
atau gratis. Mengikuti kursus investasi online di platform pendidikan seperti Coursera atau
edX, yang memiliki konten dari universitas terkenal, adalah contoh praktis.
4. Mengikuti Webinar dan Seminar Virtual: Banyak lembaga keuangan dan organisasi non-
profit mengadakan kursus literasi keuangan melalui webinar dan seminar virtual. Masyarakat
perdesaan dapat mengikuti acara online ini di mana pakar membahas berbagai topik
keuangan. Contoh nyata adalah mengikuti seminar online yang diselenggarakan oleh OJK
tentang rencana keuangan pensiun.
5. Menggunakan Aplikasi Perbankan Seluler: Aplikasi perbankan seluler yang banyak
digunakan oleh orang-orang di perdesaan dapat memberi mereka informasi keuangan penting.
Misalnya, saat mereka memeriksa saldo atau melakukan transaksi, aplikasi tersebut dapat
memberikan notifikasi atau nasihat tentang cara mengelola uang dengan baik.
6. Mengikuti Akun Media Sosial Edukasi Keuangan: Orang-orang di perdesaan dapat
mengikuti akun di media sosial yang berfokus pada peningkatan pengetahuan keuangan
mereka. Orang-orang ini sering berbagi infografik, artikel, dan panduan yang membantu
orang belajar tentang keuangan. Salah satu contoh nyata adalah mengikuti akun Twitter yang
disebut "Edukasi Keuangan Indonesia", yang memberikan rekomendasi tentang cara
mengelola keuangan pribadi.

10
7. Menggunakan Portal Web Pendidikan Keuangan: Beberapa lembaga dan organisasi
pemerintah memiliki situs web yang menyediakan sumber daya dan panduan pendidikan
keuangan. Portal ini memungkinkan masyarakat perdesaan untuk mempelajari topik
keuangan seperti manajemen utang dan perencanaan pensiun.
8. Bergabung dalam Komunitas Online: Orang-orang dari masyarakat perdesaan dapat
bergabung dalam komunitas online yang berfokus pada pengetahuan keuangan, di mana
mereka dapat berbicara, berbagi pengalaman, dan belajar dari anggota komunitas lainnya.
Bergabung dengan grup Facebook "Komunitas Literasi Keuangan Keluarga", yang
membahas nasihat tentang pengelolaan keuangan keluarga, adalah contoh nyata.
9. Masyarakat perdesaan di Provinsi Lampung dapat secara aktif meningkatkan
pengetahuan mereka tentang keuangan dan mengambil langkah-langkah yang lebih cerdas
dalam mengelola keuangan pribadi dan keluarga mereka dengan memanfaatkan teknologi
digital dan sumber daya yang tersedia. Ini dapat membantu mereka mencapai stabilitas
finansial dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Masyarakat desa di Provinsi Lampung dapat memperoleh akses yang lebih mudah ke
aset dan layanan keuangan melalui teknologi digital, yang dapat berkontribusi pada
peningkatan inklusi keuangan di perdesaan. Berikut ini adalah bagaimana cara teknologi
digital dapat mempermudah akses:
1) Perbankan Seluler: Aplikasi perbankan seluler memungkinkan anggota masyarakat desa
mengakses rekening bank mereka, melakukan transfer uang, membayar tagihan, dan bahkan
mengajukan pinjaman melalui perangkat seluler mereka, menghilangkan kebutuhan untuk
mengunjungi bank fisik, yang mungkin jauh dari tempat tinggal mereka.
2) Agen Perbankan: Program agen perbankan memungkinkan orang-orang di desa untuk
menggunakan agen perbankan lokal yang memiliki perangkat digital. Mereka memiliki
kemampuan untuk menyetor, menahan, atau mengirimkan uang melalui agen ini. Contoh
nyata dari praktik perbankan yang ditawarkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) di desa-
desa di Provinsi Lampung adalah sebagai berikut.
3) Penggunaan ATM dan Mesin Setor Tunai: Dengan memasang ATM dan mesin setor
tunai di desa, orang dapat mendapatkan uang tunai dan melakukan transaksi keuangan
lainnya tanpa harus pergi ke kota atau cabang bank. Contoh praktisnya adalah keberadaan
ATM di pusat desa di Provinsi Lampung.
4) Dompet Digital: Penggunaan dompet digital atau e-wallet semakin populer. Komunitas
desa dapat menggunakan smartphone mereka untuk melakukan pembayaran tagihan,

11
pembelian, dan transfer uang dengan mudah menggunakan aplikasi dompet digital seperti
GoPay, OVO, atau LinkAja.
5) Asuransi Digital: Asuransi digital atau mikroasuransi memungkinkan masyarakat desa
membeli polis asuransi dan mengajukan klaim secara digital melalui aplikasi atau platform
online. Contoh nyata adalah produk asuransi pertanian yang diberikan kepada petani di
Provinsi Lampung secara digital.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di desa-desa Provinsi Lampung,
transformasi digital memainkan peran penting. Provinsi ini, seperti banyak daerah perdesaan
lainnya di Indonesia, menghadapi masalah dengan pengelolaan keuangan dan pemahaman
masyarakat tentang keuangan. Namun, banyak kemajuan dalam teknologi digital telah
memungkinkan masyarakat desa untuk mendapatkan akses yang lebih baik ke informasi,
layanan keuangan, dan pendidikan keuangan. Peningkatan aksesibilitas ke layanan perbankan
adalah salah satu manfaat transformasi digital. Masyarakat desa telah memanfaatkan aplikasi
perbankan seluler, agen perbankan, dan mesin ATM untuk melakukan transaksi keuangan
tanpa harus bepergian jauh, yang telah mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk
mengelola keuangan mereka. Transformasi digital juga memungkinkan pendidikan keuangan
yang lebih luas. Aplikasi, kursus online, webinar, dan sumber daya pendidikan keuangan
lainnya sekarang mudah diakses oleh komunitas desa. Teknologi digital juga meningkatkan
inklusi keuangan; komunitas desa sekarang dapat melakukan pembayaran tagihan, transfer
uang, dan bahkan membeli produk asuransi. Namun, transformasi digital masih menghadapi
beberapa tantangan di desa, seperti keterbatasan infrastruktur internet. Oleh karena itu,
pemerintah, lembaga keuangan, dan pemangku kepentingan lainnya harus bekerja sama untuk
memastikan bahwa manfaat transformasi digital dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Secara keseluruhan, ada potensi besar bagi transformasi digital untuk meningkatkan literasi
dan inklusi keuangan di desa-desa Provinsi Lampung. Kita dapat membantu masyarakat desa
memperbaiki keuangan mereka dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dengan terus mengembangkan produk digital yang inovatif dan memastikan
akses yang lebih luas.

3.2 Saran
Dalam kaitannya dengan peran transformasi digital dalam meningkatkan literasi dan
inklusi keuangan dalam pengelolaan desa di Provinsi Lampung, berikut adalah lima
rekomendasi:

1. Peningkatan Infrastruktur Digital: Dalam rangka meningkatkan infrastruktur digital di


desa, pemerintah Provinsi Lampung dan pemangku kepentingan terkait harus bekerja sama.
13
Ini mencakup peningkatan kecepatan dan stabilitas internet serta penyebaran titik akses
seperti Wi-Fi publik. Infrastruktur yang lebih baik akan memungkinkan masyarakat desa
untuk mengakses layanan dan sumber daya digital dengan lebih efisien.
2. Pelatihan Literasi Digital: Desa harus rutin mengadakan program pelatihan literasi digital.
Ini akan membantu warga desa memahami dan menggunakan teknologi digital dengan lebih
baik. Pelatihan ini harus mencakup pemahaman dasar tentang perangkat, aplikasi perbankan
seluler, dan cara menggunakan internet dengan aman.
3. Pemberian Akses ke Perangkat: Masyarakat desa yang kurang mampu dapat menerima
bantuan perangkat seperti smartphone atau tablet. Hal ini akan memastikan bahwa lebih
banyak orang dapat menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan literasi keuangan
dan literasi.
4. Pengembangan Aplikasi Lokal: Mungkin sangat bermanfaat untuk membuat aplikasi dan
platform digital yang berfokus pada kebutuhan dan masalah unik masyarakat desa di Provinsi
Lampung. Misalnya, aplikasi yang menawarkan informasi tentang cuaca, harga komoditas
pertanian, atau pelatihan keuangan yang dirancang khusus untuk petani lokal.
5. Pendampingan dan Edukasi Berkelanjutan: Setelah masyarakat desa mulai menggunakan
teknologi digital, penting untuk memberikan pendampingan dan edukasi berkelanjutan. Ini
dapat dilakukan melalui kelompok diskusi, klinik literasi keuangan, atau bimbingan online.
Pendampingan akan membantu mereka mengatasi masalah atau hambatan yang muncul saat
menggunakan teknologi digital.
6. Tujuan dari rekomendasi ini adalah untuk memaksimalkan potensi transformasi digital
untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di perdesaan Provinsi Lampung sambil
memastikan bahwa manfaatnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, termasuk
mereka yang kurang mampu dan kurang terampil dalam penggunaan teknologi digital.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agus Wira Sukarta. 2022. OJK sebut indeks literasi keuangan di Lampung naik jadi 41,30
persen. https://lampung.antaranews.com/berita/665105/ojk-sebut-indeks-literasi-
keuangan-di-lampung-naik-jadi-4130-persen. Senin, 28 November 2022.
Beck, T., Demirguc-Kunt, A. and Levine, R. (2007) Finance, Inequality and the Poor. Journal
of Economic Growth, 12, 27-49. https://doi.org/10.1007/s10887-007-9010-6
BPS Provinsi Lampung. https://lampung.bps.go.id/indicator/153/228/1/jumlah-desa-
kelurahan.html. Jumlah Desa/Kelurahan 2020-2022
Development Co-operation Report 2016 - The Sustainable Development Goals as Business
Opportunities
Dewi, Cri Qanon Ria. 2022. OJK Lampung Kejar Target Literasi dan Inklusi Keuangan.
https://mediaindonesia.com/nusantara/527889/ojk-lampung-kejar-target-literasi-dan-
inklusi-keuangan. 06 Oktober 2022
Dollar, D. and Kraay, A. (2002) Growth Is Good for the Poor. Journal of Economic Growth,
7, 195-225. https://doi.org/10.1023/A:1020139631000
Hans and Deepika (2011) Inclusive Growth and Women in India: Looking at MDGs -
International Journal of Social and Economic Research 1(1): 56-65.
Levine, Ross & Loayza, Norman & Beck, Thorsten, 2000. "Financial intermediation and
growth: Causality and causes," Journal of Monetary Economics, Elsevier, vol. 46(1),
pages 31-77, August.
Loayza, Norman & Romain Ranciere, 2002. "Financial Development, Financial Fragility, and
Growth," Working Papers Central Bank of Chile 145, Central Bank of Chile.
Magaldi de S., Mariana. (2015). Financial Inclusion and Global Regulatory Standards: An
Empirical Study Across Developing Economies. Paper No. 7, March, New Thinking
and the New G20 Series. Center for International Governance Innovations (CIGI).
Mahendra Dev, S. (2006). Financial Inclusion: Issues and Challenges. Economic and Political
Weekly, 41, 4310-4313.
Monetary Authority of Singapore. (2005). Quantitative research on financial literacy levels in
Singapore. Available online at
http://www.mas.gov.sg/~/media/resource/news_room/press_releases/2005/Financial
%20Literacy%20Levels%20in%20Singapore%20Full%20Report.ashx (last accessed
on 22 September 2023)

15
Rajendran, K. (2013). Financial Inclusion, Financial Exclusion and Inclusive Growth. SSRN
Electronic Journal, April.
Sahay, R, Martin C., Papa N’Diaye, Adolfo B, Srobona Mitra, Annette Kyobe, Yen Nian
Mooi, dan Seyed Reza Yousefi. (2015). Financial Inclusion: Can It Meet Multiple
Macroeconomic Goals? IMF Discussion Note, SDN/15/17, September.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK). 2022. https://ojk.go.id/id/berita-
dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Infografis-Survei-Nasional-Literasi-dan-Inklusi-
Keuangan-Tahun-
2022.aspx#:~:text=Hasil%20SNLIK%202022%20menunjukkan%20indeks,2019%20y
aitu%2076%2C19%20persen.
UNCTAD. (2015). Access to Financial Services as a Driver for the Post-2015 Development
Agenda. Polici Brief, No. 35, September. UNCTAD.
Yoo, T, 2017. Point of View: Digitizing Financial Inclusion. San Joce: CISCO.

16

Anda mungkin juga menyukai