Anda di halaman 1dari 15

DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.

04
1
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

EKSISTENSI KELOMPOK WANITA TANI “MANDIRI


SEJAHTERA” (STUDI KASUS DI DESA BOJONGMANGU,
KABUPATEN BEKASI)

Dzikrina Ramadanti
Universitas Brawijaya

dzikrinar@student.ub.ac.id, Malang, Indonesia

Abstrak
Eksistensi Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera” (Studi Kasus Di Desa Bojongmangu, Kabupaten
Bekasi). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera” di
tengah pesatnya pengembangan wilayah industri. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bojongmangu, Kecamatan
Bojongmangu, Kabupaten Bekasi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi dan
wawancara. Wawancara dilakukan dengan para anggota Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keberadaan Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera” di tengah pesatnya
pengembangan wilayah industri diberdayakan dengan baik oleh pemerintah setempat. Keberhasilan pemerintah
dalam memberdayakan kelompok ini dibuktikan dengan diraihnya peringkat satu oleh KWT “Mandiri Sejahtera”
pada Lomba Program Terpadu Peningkatan Perempuan Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) di tingkat
provinsi. Keberadaan KWT “Mandiri Sejahtera” juga menjadi faktor yang meningkatkan taraf hidup anggotanya.
Pemerintah berupaya memberdayakan masyarakat dengan sistem bottom-up, dimana pemerintah setempat melihat
kebutuhan dan keahlian masyarakat terlebih dahulu. Meskipun pengembangan sektor industri dilakukan, terlebih
karena Kabupaten Bekasi merupakan salah satu wilayah industri terbesar di Indonesia, pemerintah tidak lupa
mengembangkan sektor pertanian. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan memberdayakan
Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera”.
Kata kunci: kelompok wanita tani, industri, pemberdayaan, pemerintah
Abstract
The Existence of “Mandiri Sejahtera” Women Farmers Group (Case Study in Bojongmangu Village, Bekasi).
The purpose of this research is to understand the existence of Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera” in the
middle of rapid industrial expansion. This research was conducted in Desa Bojongmangu, Kecamatan
Bojongmangu, Kabupaten Bekasi. The techniques that used to collect data were observation and interview. The
interviews were conducted with members of KWT “Mandiri Sejahtera”. The result of this research showed that the
existence of KWT “Mandiri Sejahtera” in the middle of industrial expansion was well empowered by the
government. The success of the empowerment was proven by the fact that KWT “Mandiri Sejahtera” won the
Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat & Sejahtera (P2WKSS) program that were held at province. The
existence of KWT “Mandiri Sejahtera” also gave financial supports for the members. The government tried to apply
the bottom-up system by considered the people need’s first. Even though the industrial expansion was still
implemented, the government did not forget to improve the agricultural sector. One of many ways to improve
agricultural sector was by empowering Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera”.
Keywords: women farmer group, industry, empowerment, government

PENDAHULUAN
Indonesia banyaknya industri yang mendirikan pabrik di wilayah ini menjadikan Kabupaten Bekasi
sebagai kota dengan jumlah pendatang yang banyak. Masyarakat berbondong-bondong datang dari desa
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
2
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

untuk mengadu nasib di Kabupaten Bekasi. Sektor industri menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat
pendatang. Urbanisasi berkembang pesat di sini, masyarakat bergeliat kesana kemari sembari mencari
pundi-pundi rupiah untuk keluarga maupun diri sendiri. Tidak diragukan lagi bahwa keberadaan sektor
industri mendatangkan berbagai keuntungan bagi masyarakatnya. Geliat ekonomi terlihat jelas di Kabupaten
Bekasi. Namun, siapa yang menyangka diantara pabrik-pabrik yang berdiri kokoh terselip aktivitas pertanian
yang terasa kontras dengan kegiatan industri?

Pada kenyataannya, aktivitas pertanian masih bisa kita jumpai di Kabupaten Bekasi. Bahkan di wilayah
yang saya kunjungi dibentuk kelompok tani dan kelompok wanita tani yang masih aktif beroperasi dengan
nama “Mandiri Sejahtera”. Aktivitas pertanian yang masih aktif bergerak diantara aktivitas industri menjadi
pemandangan yang menarik untuk ditinjau lebih jauh. Saya tertarik untuk mengetahui peran kelompok wanita
tani yang terletak di salah satu desa di Kabupaten Bekasi yang berlokasi tidak jauh dari kompleks industri.
Berangkat dari latarbelakang yang. telah dijelaskan, pertanyaan yang berusaha saya jawab yaitu bagaimana
eksistensi Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera” di tengah pesatnya perkembangan wilayah industri di
Kabupaten Bekasi?

Kabupaten Bekasi terletak di Provinsi Jawa Barat dengan ibukota Cikarang. Kabupaten Bekasi
memiliki luas 1.225 km persegi dengan total penduduk yang mencapai 2.830.401 jiwa. Banyaknya industri
menjadikan wilayah ini sebagai destinasi wisata industri. Beberapa industri yang sering dijadikan destinasi
antara lain PT. Coca Cola Amatil, PT. Astra Honda Motor, PT. Sari Roti, dan lain-lain. Kabupaten Bekasi
dikenal sebagai wilayah dengan kawasan industri terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Terdapat
sekitar 4.000 industri yang berlokasi di Kabupaten Bekasi. Tak hanya di Kabupaten Bekasi, kawasan industri
juga terletak di Kediri, Surabaya, Bandung, dan beberapa kota-kota besar lainnya. (Fajri Amalia, 2019: 3-5).
Industri yang dikembangkan di Kabupaten Bekasi dari tahun 2010-2014 meliputi: a) industri kategori
teknologi tinggi, seperti industri bahan kimia, elektronik, dan kendaraan bermotor, b) industri kategori
teknologi sedang, seperti industri logam, bahan karet dan plastic, c) industri kategori teknologi rendah, seperti
industri tekstil, pakaian, dan percetakan (Indrasari, R. N., 2017: 10).

Sebagai hinterland DKI Jakarta, jumlah penduduk maupun ekonomi Kabupaten Bekasi bertumbuh
pesat. Perumbuhan ekononomi Kabupaten Bekasi pada tahun 2010 sebesar 6,18 persen dan 4,82 persennya
disumbang oleh sektor industri pengolahan atau manufacture. (Ma’mun, D., & Irwansyah, S., 2012: 8).
Menariknya, pesatnya sektor industri Kabupaten Bekasi diiringi oleh aktivitas pertanian yang masih secara
rutin dilakukan oleh kelompok tertentu. Pemerintah terus berupaya melakukan pemberdayaan dalam berbagai
sektor, salah satunya pada sektor pertanian. Pemberdayaan telah dilakukan sejak masa orde baru.
Pemberdayaan ini dikenal sebagai Program Revolusi Hijau. Program Revolusi Hijau dinyatakan berhasil
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
3
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

meningkatkan produksi beras empat kali lipat dalam 30 tahun. Peningkatan tersebut mencapai total 289%.
Target utama pemberdayaan pemerintah yakni kelompok wanita tani.

Dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian, masih diperlukan pemberdayaan sumberdaya


manusia serta sumberdaya alam yang cukup. Dalam hal ini, petani memiliki pean penting dalam mengelola
sumberdaya alam di wilayahnya. Dalam jumlah sedikit, petani kurang optimal dalam memanfaatkan
sumberdaya alam di wilayahnya. Maka dari itu, petani dalam satu desa dikumpulkan menjadi satu kelompok
menjadi sebuah kelompok tani. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. /210/3/97 yang beredar
pada 18 Maret 1997, kelompok tani dimaknai sebagai kumpulan petani yang tergabung atas kesamaan
kepentingan yakni meningkatkan produksi usahatani serta mensejahterakan para anggotanya (Syahroni dan
Amanah, 2018: 442). Sedangkan, menurut Peraturan Menteri Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 yang mengatur
Pedoman Penumbuhan dan Tingkat Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), kelompok
tani merupakan kumpulan petani yang terbentuk karena adanya persamaan sosial serta persamaan tujuan yang
menginginkan peningkatan dan pengembangan usaha (Syahroni dan Amanah, 2018: 442). Apabila biasanya
kelompok tani beranggotakan kaum pria, kini terbentuk kelompok tani beranggotakan wanita yang dikenal
sebagai kelompok wanita tani.

Kelompok wanita tani dibentuk karena adanya tuntutan akan kebutuhan serta perkembangan inovasi
pada bidang pertanian. Kelompok wanita tani berperan dalam menampung kaum wanita agar senantiasa
mampu memberikan ide dan gagasan yang nantinya akan membawa bidang pertanian ke arah yang lebih maju
(Marganingsih, D. I., 2020: 56). Sebanyak 54% tenaga kerja wanita bekerja di bidang pertanian. Meskipun
jumlahnya cukup banyak, para tenaga kerja wanita ini tidak dibekali pengetahuan dan pelatihan yang
memadai (Fahrizza, I., 2017: 1-2).

Dalam pengelolaannya, kelompok wanita tani tumbuh, oleh, dan untuk masyarakat. Sehingga, bisa
dikatakan bahwa kelompok wanita tani bersifat swadaya. Ketika melaksanakan kegiatan, kelompok wanita
tani berfokus pada wilayah desa dan tidak melebihi batas administrasi desa. Pembinaan peran kelompok
wanita tani perlu dilaksanakan sebagai wujud peningkatan, pengembangan, serta pemberdayaan sumberdaya
alam serta sumberdaya manusia. Pembinaan yang dilakukan meliputi: a) kelas belajar. KWT berperan
sebagai wadah pembelajaran bagi para anggotanya untuk mengasah skill dan pengetahuan agar terciptanya
usahatani yang berdaya. Dengan kemudahan akses terhadap informasi serta teknologi pertanian diharapkan
mampu meningkatkan produktivitas serta mengubah kondisi ekonomi anggotanya menjadi lebih baik; b)
wahana kerja sama. Mempererat relasi antara KWT dengan kelompok atau pihak lain agar tercipta stabilitas
terhadap gangguan serta saling menguntungkan kedua pihak; c) unit produksi. menjaga kualitas, kontinuitas,
serta kuantitas usaha tani dengan pelaksanaan penyuluhan oleh pemerintah. Hambatan dalam tahap ini
meliputi keterbatasan modal, organisasi masyarakat, serta teknologi yang kerap kali dialami kaum wanita
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
4
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

(Marganingsih, I. D., 2020: 55-56). Untuk mengetahui sejauh mana pemberdayaan ini dilakukan guna
mendorong eksistensi Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera” di tengah pengembangan wilayah industri,
maka dilaksanakanlah penelitian ini.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan menggunakan metode patch-work ethnography atau etnografi tambal sulam. Pada
setiap pertemuan saya berupaya semaksimal mungkin menggunakan waktu yang saya miliki untuk
mengobservasi dan berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan. Saya berkesempatan untuk mendatangi
lokasi penelitian selama tiga kali. Kunjungan pertama bertepatan pada hari Rabu 25 November 2020. Pada
kunjungan ini saya melakukan observasi tempat sekaligus melakukan wawancara mendalam dengan ketua
Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera”. Kunjungan kedua dilakukan pada hari Senin, 30 November
2020. Pada kunjungan ini saya berpartisipasi bersama anggota kelompok tani dalam proses pengolahan
olahan tani menjadi makanan ringan, selain itu saya juga melakukan wawancara mendalam bersama beberapa
anggota. Kunjungan ketiga dilakukan pada Rabu, 7 Desember 2020. Saya berkesempatan menyaksikan
kedatangan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam rangka penyerahan hadiah selaku juara satu
dari Lomba Program Terpadu Peningkatan Perempuan Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Desa Bojongmangu

Gambar 1: Sedikit potret yang menggambarkan lanskap Desa Bojongmangu. Bangunan putih yang
merupakan komplek industri memberikan kesan kontras kepada lahan perkebunan yang terletak tak jauh
darinya.
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
5
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

Gambar 2: Jajaran tembok ini baru dibangun beberapa tahun lalu. Tembok ini berfungsi sebagai “pemisah”
antara wilayah desa dengan kompleks industri.

Kecamatan Bojongmangu terdiri dari enam desa, yaitu Desa Karangindah, Desa Karangmulya, Desa
Bojongmangu, Desa Medalkrisna, Desa Sukamukti, dan Desa Sukaungah. Kelompok Wanita Tani Mandiri
Sejahtera berlokasi di Desa Bojongmangu yang memiliki luas 1.272 km persegi. Desa ini berbatasan dengan
Desa Sukabungah di bagian utara, Kabupaten Karawang di bagian timur, Desa Karangmulya di bagian
selatan, dan Desa Medalkrisna di bagian barat. Desa Bojongmangu terdiri dari tiga dusun yang merupakan
gabungan enam rukun warga (RW) dan 18 rukun tetangga (RT). Terdapat 1.679 rumah tangga dengan
rata-rata 3,16 jiwa per rumah tangganya. Dari jumlah tersebut 996 merupakan keluarga petani.

Dari enam desa yang berlokasi di Desa Bojongmangu, keenamnya mengandalkan sektor pertanian sebagai
sumber penghasilan utamanya. Total terdapat lima sarana pendidikan yang berdiri di Desa Bojongmangu,
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
6
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

dengan dua Taman Kanak-Kanak (TK), tiga Sekolah Dasar (SD), dan satu Sekolah Menengah Utama (SMU).
Sebanyak 53 keluarga tercatat sebagai keluarga miskin dan menjadi Penerima Surat Miskin (SKTM). Total
terdapat lima kelompok tani di Desa Bojongmangu. Dari enam desa yang lain, Desa Bojongmangu tercatat
memiliki lahan (yang sebagian besar digunakan sebagai pertanian) yang paling luas dengan rincian sebagai
berikut: 40 lahan pertanian irigasi, 381 lahan pertanian non irigasi, 291 lahan pertanian non sawah, dan 560
lahan non pertanian, dengan total 1.272 jumlah lahan.
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
7
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
8
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
9
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
10
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

Dari data yang didapatkan bisa disimpulkan bahwa banyak keluarga di Desa Bojongmangu yang
bergantung pada sektor pertanian. Hal ini turut didukung dengan banyaknya jumlah lahan yang digunakan
untuk pertanian dan sawah yang lebih tinggi dibandingkan desa-desa lain. Banyaknya kelompok tani di Desa
Bojongmangu juga menunjukkan dominasi sektor pertanian.

Sejarah Kelompok Wanita Tani Mandiri Sejahtera

Selama ini, istilah kelompok tani lazim kita dengar. Biasanya, kelompok tani beranggotakan para petani
yang memang bekerja di kebun atau di sawah. Berbeda dengan kelompok tani, Kelompok Wanita Tani
(KWT) berupaya untuk memberdayakan istri dari para petani. Kegiatan yang dilakukan untuk
memberdayakan kelompok ini tidak melulu turun ke sawah atau kebun. Namun, KWT lebih menekankan
pada pengolahan hasil tani atau kebun yang kemudian akan dipasarkan. Saya berkesempatan untuk
mengunjungi salah satu Kelompok Wanita Tani yang berlokasi di Kabupaten Bekasi, tepatnya di Kecamatan
Bojongmangu. Kelompok Wanita Tani Mandiri Sejahtera berdiri sejak tahun 2017 dan diketuai oleh Ibu Siti
Maemunah. Kelompok ini beranggotakan 100 orang yang mayoritas bekerja sebagai petani.

Selain itu, kelompok KWT Mandiri Sejahtera juga menanam pakcoy, jamur, dan bayam. Namun, ketiga
tanaman ini bukan dibudidayakan untuk pertanian, melainkan untuk diolah kembali. Olahan yang dihasilkan
berupa snack dalam bentuk stik, kerupuk, dan gorengan crispy. KWT Mandiri Sejahtera merupakan program
binaan pemerintah setempat yang dalam pelaksanaannya melibatkan dinas-dinas tertentu, salah satunya
adalah Dinas Pertanian.

Sejatinya, kelompok ini telah hadir sebelum diadakannya pemberdayaan oleh pemerintah setempat.
Namun, dengan adanya pemberdayaan dan dengan berjalannya kegiatan pembuatan olahan snack, para
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
11
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

anggotanya mengalami peningkatan penghasilan. Sebelumnya, mereka hanya bekerja sebagai buruh tani atau
kebun yang sifatnya musiman. Selama musim penghujan mereka akan disibukkan dengan berbagai kegiatan
tani. Tetapi, apabila musim kemarau, tidak banyak kegiatan yang dapat mereka lakukan di kebun maupun di
sawah. Maka dari itu, penghasilan yang mereka dapatkan juga bersifat musiman. Nandur, istilah yang
diberikan apabila mereka turun ke sawah atau kebun, dilakukan pada pukul 06.00 hingga pukul 10.00 pagi.
Tetapi, nandur bisa selesai hingga pukul 11.00 apabila banyak tanaman yang harus mereka urusi.

Sebagian warga melakukan tandur/nandur di lahan milik mereka sendiri, sebagiannya lagi di lahan milik
orang lain. Upah yang didapat sebesar Rp50.000/harinya. Namun, seringkali mereka sudah terlebih dahulu
dibayar di muka. Para pemilik lahan biasanya akan memberikan upah seminggu sebelum para petani turun ke
lahan. Hal ini dikarenakan para pemilik lahan harus cepat-cepat menyewa jasa petani. Tandur bisa dikatakan
dilakukan hampir secara serempak, apabila pemilik lahan tidak menyewa jasa para petani sesegera mungkin,
mereka akan kehabisan jasa tenaga. Tidak hanya di pagi hari, tandur juga dilakukan di sore hari. Mereka yang
double shift akan mendapatkan upah Rp100.000/harinya.

Menurut keterangan Ibu Siti Maemunah, atau yang akrab disapa Ibu Mae, Kecamatan Bojongmangu
masih memiliki banyak lahan yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Kondisi tanah yang subur
juga mendukung dilakukannya kegiatan pertanian. Dengan adanya pembinaan dari pemerintah setempat
melalui program Peningkatan Peranan Perempuan Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS), KWT
Mandiri Sejahtera yang awalnya hanya beranggotakan 30 orang bertambah menjadi 100 orang. Ageng
Hudaya selaku Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) berharap
program P2WKSS mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan, sehingga bisa
bermanfaat untuk keluarga dan masyarakat. Program P2WKSS diharapkan terbangun dengan leibatkan lintas
sektor, yakni pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat. (Newsroom Diskominfosantik. (2020,
September 17). DP3A Beri Perhatian Penuh Program P2WKSS di Desa Bojongmangu.)

Kegiatan Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera”

Pengolahan tiga bahan ini paling sedikit dilakukan oleh dua hingga tiga orang anggota tani, tergantung
banyaknya pesanan. Menurut keterangan Ibu Mae, ia dan anggotanya pernah mengolah 30 kg jamur dalam
sehari untuk dijadikan makanan ringan. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak yang pernah mereka olah
dalam satu hari. Dalam kondisi ini, dibutuhkan tenaga sebanyak lima orang untuk mengolahnya. Pengolahan
dilakukan selama satu hari, dimana mereka biasa menggorengnya terlebih dahulu baru memasukkannya ke
plastic kemasan keesokkan harinya. Seluruh bahan mentah dipanen dari lahan yang berada di dekat
pekarangan rumah Ibu Mae.
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
12
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

Dalam pengolahannya, jamur dapat diolah menjadi stik, kerupuk, maupun digoreng crispy. Bayam
biasanya dioleh menjadi keripik, sedangkan pakcoy diolah menjadi stik. Pengetahuan untuk mengolah
bahan-bahan ini didapat anggota dari penyuluhan oleh pemda setempat. Dalam upaya ini, Ibu Mae
berkesempatan untuk mengikuti studi banding di Tasikmalaya. Kelompok tani juga dibekali resep-resep
lengkap dengan takaran bahan-bahan yang dimuat dalam buku.

Di hari Senin yang terik itu, saya berkesempatan untuk bergabung dengan KWT Mandiri Sejahtera
dalam pengolahan jamur crispy. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit dari Kantor Pemda
Kabupaten Bekasi, akhirnya saya tiba di rumah Ibu Mae yang memang biasa dijadikan tempat pengolahan.
Saya dipersilakan untuk segera menuju dapur. Di sana, Ibu Oyeng, Ibu Oni, Ibu Onih, Ibu Umi, Ibu Maryati,
Ibu Lasih, Ibu Rohaya, Ibu Mila, Ai, dan Ibu Acih tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, Ibu
Mae selaku ketua KWT turut hadir pada kesempatan itu. Ada yang sedang menguleni adonan, ada yang
sedang menggoreng, ada juga yang sedang membentuk adonan. Awalnya saya memang merasa canggung,
tapi saya mencoba untuk membaur dengan ibu-ibu di sana.

Tidak hanya mengolah jamur, ternyata mereka juga sedang membuat olahan ikan. Olahan yang dibuat
berupa pilus, otak-otak, dan siomay. Ternyata mereka juga dibantu oleh Dinas Perikanan pemda setempat
untuk mengolah ikan. Namun, hasil olahan utama mereka tetaplah jamur, pakcoy, dan bayam. Peralatan
masak yang digunakan merupakan bantuan dari pemerintah setempat. Wajan besar, spinner (peniris minyak),
dan kompor adalah beberapa bantuan yang didapat oleh KWT Mandiri Sejahtera. Pertama-tama, jamur yang
sudah dipanen dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian jamur dipisahkan hingga menjadi
lembaran-lembaran terpisah. Setelah itu, jamur diberi bumbu yang sudah dihaluskan. Bumbu halus terdiri dari
ketumbar, garam, penyedap, dan bawang putih. Setelah diberi bumbu, jamur akan dilumuri tepung. Kemudian
jamur digoreng ke dalam minyak panas selama 15-20 menit.

Penggorengan dilakukan selama 15-20 menit hingga jamur berwarna keemasan. Selain itu,
penggorengan dengan durasi selama itu dilakukan untuk menghasilkan tekstur jamur yang renyah dan
bertahan lama. Jamur yang sudah digoreng crispy bertahan hingga enam bulan. Maka dari itu, jamur dapat
disimpan dan dijadikan stock untuk pesanan-pesanan berikutnya. Jamur crispy juga diberi perisa rasa tertentu
hingga tercipta variasi rasa yang tidak membosankan: balado dan jagung manis.

Pada kesempatan lain saya beruntung dapat menyaksikan penyerahan uang sejumlah Rp50.000.000, -
sebagai hadiah atas menangnya Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera” pada Lomba Program Terpadu
Peningkatan Perempuan Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) pada tingkat provinsi yang dinilai
oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan Kelompok Wanita
Tani “Mandiri Sejahtera” diberdayakan dan diperhatikan dengan baik oleh pemerintah setempat. Menangnya
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
13
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

KWT Mandiri Sejahtera dalam perlombaan rutin ini mengindikasikan keberhasilan upaya pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat pertanian di tengan perkembangan wilayah industri.

Sulitnya Bertahan di Tengah Pesatnya Industri

Menurut keterangan ibu Umi, salah satu anggota KWT, kemungkinan lahan warga dijadikan wilayah
industri dapat terjadi karena adanya kesepakatan antara dua belah pihak. Semua tidak terjadi karena keinginan
dari pihak pabrik saja. Pemilik lahan biasanya akan menjual lahan miliknya karena desakkan ekonomi, atau
bisa juga karena telah disepakatinya harga yang menguntungkan bagi pemilik lahan. Di wilayah
Bojongmangu sendiri masih bisa dikatakan belum ada lahan pertanian yang dijadikan wilayah industri.
Sebagai anggota KWT yang tinggal di Desa Bojongmangu, Ibu Rohaya berharap lahan akan terus ada dan
kegiatan pertanian akan terus berlangsung. Sebab, pertanian sudah mereka lakukan dengan turun temurun.
Jika semua orang memiliki keahlian di bidang masing-masing, begitu pula dengan warga Bojongmangu yang
memiliki keahlian di bidang pertanian.

Berjarak tak jauh dari pabrik, warga Bojongmangu memilih untuk tetap menekuni pekerjaan sebagai
petani. Menurut keterangan Ibu Maryati, mayoritas warga tidak menyandang pendidikan yang tinggi, mereka
merasa tidak memiliki cukup keahlian untuk bekerja di pabrik, terutama mereka yang sudah berusia paruh
baya. Berdasarkan keterangan yang saya dapatkan dari Ibu Larsih, beberapa warga memang ada yang bekerja
di pabrik, tapi kebanyakan dari mereka berusia remaja. Tidak banyak kesempatan yang dimiliki oleh yang
berusia paruh baya. Beberapa warga mencoba untuk bekerja di pabrik baut. Mereka hanya diupah harian
sebesar Rp40.000,00. Meskipun tak seberapa, sekelompok warga tetap menjadi tenaga harian pabrik baut
karena tingkat ekonomi yang masih rendah. Warga memiliki prinsip untuk tetap melakukan pekerjaan
meskipun hasil yang diperoleh tidak seberapa.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa keberadaan Kelompok Wanita Tani “Mandiri
Sejahtera” di tengah pesatnya pengembangan wilayah industri diberdayakan dengan baik oleh pemerintah
setempat. Keberhasilan pemerintah dalam pemberdayaan dapat kita lihat dari kemenangan yang diperoleh
oleh KWT Mandiri Sejahtera pada Lomba Program Terpadu Peningkatan Perempuan Menuju Keluarga Sehat
dan Sejahtera (P2WKSS) pada tingkat provinsi. Kemenangan ini mengindikasikan tingginya tingkat
partisipasi anggotanya. Keberadaan KWT Mandiri Sejahtera juga dinilai sebagai salah satu faktor yang
mendorong peningkatan taraf hidup anggotanya. Keterlibatan masyarakat setempat dalam proses pengolahan
hasil tani mendatangkan pundi-pundi rupiah. Apabila melihat kondisi ekonominya, Desa Bojongmangu
memang masih tergolong rendah. Pemberdayaan masyarakat dengan diadakannya kelompok wanita tani juga
turut memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang tidak mampu bekerja di sektor industri. Rendahnya
perekonomian masyarakat berdampak pada tingkat pendidikan yang juga tergolong rendah. Masyarakat Desa
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
14
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

Bojongmangu merasa tidak memiliki kesempatan untuk bekerja di sektor industri karena mereka tidak
memiliki keahlian dan pengetahuan.

Selain minim pengetahuan dan kesempatan, bertani merupakan pekerjaan yang mereka lakukan secara
turun temurun. Mereka adalah generasi penerus pertanian. Mereka juga berharap kelak keturunannya
memiliki keahlian bertani layaknya orang tuanya. Pemberdayaan yang dilakukan pemerintah untuk
masyarakat petani tidak semata-mata mengharuskan mereka untuk beralih profesi ke bidang industri.
Pemerintah berupaya memberdayakan masyarakat dengan sistem bottom-up, dimana pemerintah setempat
melihat kebutuhan dan keahlian masyarakat terlebih dahulu. Meskipun pengembangan sektor industri
dilakukan, terlebih karena Kabupaten Bekasi merupakan salah satu wilayah industri terbesar di Indonesia,
pemerintah tidak lupa mengembangkan sektor pertanian. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu
dengan memberdayakan Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera”.

UCAPAN TERIMA KASIH


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Berkat rahmat dan berkah-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini tidak dapat terselesaiakan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Kelompok Wanita Tani “Mandiri Sejahtera” dan Dinas
Pertanian Kabupaten Bekasi

DAFTAR RUJUKAN
Aprianti, Novhi. 2018. Kecamatan Bojongmangu dalam Angka 2018. Kabupaten Bekasi: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bekasi.
Fajri Amalia, N. U. R. U. L. 2019. Kesiapan Kawasan Industri Kabupaten Bekasi Sebagai Destinasi Wisata
Industri.
Fahrizza, I. 2017. Efektivitas Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani “Pertiwi” Dalam Mewujudkan Pertanian
Berkelanjutan Melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Desa Kucur Kecamatan Dau
Kabupaten Malang (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Indrasari, R. N. 2017. Analisis Pengembangan Industri Di Kabupaten Bekasi Tahun
2010-2014. Kenegaraan, 2(1).
Ma’mun, D., & Irwansyah, S. 2012. Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Potensial
Wilayah Pengembangan (Studi Kasus Di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat). Jurnal Social
Economic Of Agriculture, 2(1).
Margayaningsih, D. I. 2020. Peran Kelompok Wanita Tani Di Era Milenial. Jurnal PUBLICIANA, 13(1),
52-64.
Syahroni, I., & Amanah, S. 2018. Hubungan Gaya Kepemimpinan Ketua dan Efektivitas Kelompok Wanita
Tani TOGA. Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], 2(4), 441-454.
Newsroom Diskominfosantik. DP3A Beri Perhatian Penuh Program P2WKSS di Desa Bojongmangu.
http://bekasikab.go.id/berita/2972/dp3a-beri-perhat4ian-penuh-program-p2wkss-di-desa-bojongman
gu. Diakses pada 19 Oktober 2021.
DOI : 10.21776/ub.kusalawa.2022.002.01.04
15
Judul Kusa Lawa, Vol. 2, No. 1, Tahun 2022/ E-ISSN: 2827-8194

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. Kecamatan Bojongmangu dalam Angka 2018.
https://bekasikab.bps.go.id/. Diakses 17 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai