Anda di halaman 1dari 3

Deteksi gen ketahanan terhadap alternaria solani dan penggunaan AL pada Kentang

Pendahuluan
Kentang adalah merupakan tanaman holtikultura yang penting. Dalam budidaya skala global,
produksi kentang tahunan sebesar 360 juta ton pada 16,5 juta hektar dengan nilai produksi
sebesar 94 miliar USD. Produksi kentang pada tahun 2020, merupakan urutan ke-7 terbesar
dalam produksi global (Bruto) tanaman di seluruh dunia.
Dalam melangsungkan budidaya kentang, banyak hambatan yang mesti dihadapi diantaranya
adalah penyakit. Penyakit adalah keadaan abnormal pada tanaman sehingga menyebabkan
malfungsi organ, perubahan bentuk fisiologis tanaman. salah satu penyakit yang menjadi
hambatan adalah penyakit hawar daun. Hawar daun, disebabkan oleh dua genus jamur, yaitu
dari genus Alternaria (Alternaria solani dan Alternaria alternata). Penyakit ini menyebabkan
kehilangan hasil (Actual yield Loss) sebesar 20 – 50 %. Selain dari itu, Penyakit ini
menyerang daun, batang dan umbi dan dapat menurunkan hasil, ukuran umbi, daya simpan
umbi, kualitas umbi pasar segar dan olahan serta daya jual tanaman. Alternaria solani
merupakan patogen kedua yang paling merusak pada tanaman kentang setelah Phytopthora
infestans. Alternaria solani dicirikan pada daun terinfeksi berbercak kecil yang tersebar tidak
teratur, berwarna coklat tua, lalu meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak
gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras.
Deteksi dini hawar daun alternaria solani, memungkinkan pengurangan kerugian dan
antisipasi lebih dini terhadap penyakit ini. Teknonologi berbasis Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) merupakan salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam area yang cukup luas
dalam deteksi penyakit. Remote sensing penggunaan RGB dapat dilakukan dengan
mendeteksi dari gejalanya yaitu adanya bintik atau bercak nekrotik pada daun.
Selain dari faktor biotik (Penyakit), faktor abiotik juga perlu diperhatikan dalam produksi
tanaman kentang. Salah satu faktor abiotik yang dapat berpengaruh terhadap produksi
kentang adalah cahaya. Cahaya penting karena cahaya mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tanaman secara langsung cahaya berpengaruh terhadap fotosintesis tanaman
dalam menghasilkan karbohidrat dan biomassa tanaman serta produk akhir. Dalam
lingkungan yang terkendali, penggunaan cahaya buatan, diperlukan karena cahaya buata
sepenuhnya memainkan peran karena cahaya matahari yang didapatkan sangat terbatas dan
faktor kendalinya tidak bisa diatur secara manual.
Dalam produksi plant factory, tanaman hanya bergantung pada cahaya buatan. Selain itu,
dimungkinkan untuk mengatur kualitas nutrisi dengan cara memanipulasi pencahayaan di
pabrik tertutup. Dalam skema plnat factory, cahaya yang sering digunakan biru dan merah
berpengaruh terhadap produksi tanaman selain dari kualitas nutrisi. Banyak jenis tanaman
yang menggunakan cahaya merah dan biru. Banyak tanaman berhasil ditanam dengan
menggunakan cahaya merah dan biru. Pencahayaan buatan LED dapat mengatur kualitas dan
kuantitas cahaya, sehingga memungkinkan pencahayaan yang diperlukan untuk tanaman
tertentu sesuai dengan tahap perkembangannya.

Metode
Deteksi Penyakit :
Peralatan yang diperlukan adalah UAV, kamera RGB yang dimodifikasi dengan lensa 135
mm. Versi RGB
tIAV Penerbangan UAV dilakukan dengan DJI Matrice 600 (DJI, Shenzhen, Guangdong,
CHN) yang dilengkapi dengan gimbal Ronin MX (DJI, Shenzhen, Guangdong, Cina) dan
kamera RGB Sony a7R III yang dimodifikasi (42,4 MP, mirrorless) ( Sony, Minato, Tokyo,
Jepang), dengan lensa 135 mm, tipe Carl Zeiss Batis 135 mm f2.8 (Zeiss, Oberkochen,
Baden-Württemberg, Jerman). Versi RGB kamera dimodifikasi oleh LifePixel (LifePixel,
Seattle, WA, USA) untuk menghilangkan pemblokiran filter dekat (NIR)
Pada ketinggian terbang 10 m di atas permukaan tanah, gambar beresolusi sangat tinggi
dengan Field Of View (FOV) sekitar 2,7 mx 1,5 m dengan resolusi 0,3 mm/px yang diperoleh
untuk deteksi penyakit.

Artificial Light untuk kentang :


Plant factory kentang menggunakan lampu LED dengan warna merah (660 nm), Biru
(450nm), dan far-red (730 nm), intensitas cahaya yang digunakan sebesar 100 molar, dengan
fotoperoide 16/8 (Vegetatif) dan 8/16 (Pengisian umbi). Intensitas rasionya yaitu R:B:FR
(70:20:10). Penelitian (Rahman et.al, 2021) mengungkap bahwa kombinasi R:B:FR adalah
kombinasi LED terbaik, hasil menunjukan bobot umbi segar yang terbaik, dan total
karbohidrat tertinggi. Pertumbuhan umbi juga sangat baik pada kombinasi pencahayaan
tersebut.
Referensi :
(Rahman et al., 2021; Van De Vijver et al., 2022)
Rahman, M. H., Azad, M. O. K., Islam, M. J., Rana, M. S., Li, K. H., & Lim, Y. S. (2021).
Production of potato (Solanum tuberosum l.) seed tuber under artificial led light
irradiation in plant factory. Plants, 10(2), 1–17. https://doi.org/10.3390/plants10020297
Van De Vijver, R., Mertens, K., Heungens, K., Nuyttens, D., Wieme, J., Maes, W. H., Van
Beek, J., Somers, B., & Saeys, W. (2022). Ultra-High-Resolution UAV-Based Detection
of Alternaria solani Infections in Potato Fields. Remote Sensing, 14(24).
https://doi.org/10.3390/rs14246232

Anda mungkin juga menyukai