Anda di halaman 1dari 7

Wiraraja Medika : Jurnal Kesehatan Vol. No.

Tahun | halaman

Wiraraja Medika : Jurnal Kesehatan


https://www.ejournalwiraraja.com/index.php/FIK
2088-415x (Print) |2685-9998 (online)

Stigma masyarakat terhadap penderita kusta (studi kualitatif tentang


stigma dan konsep diri penderita kusta di Kecamatan Batuputih
Kabupaten Sumenep)
Mayank Nirmala Sandi1*, Eka Febriyanti2, Alfatihiyatul Fati3
a
Keperawatan, Universitas Wiraraja, Sumenep, 69416
b
Keperawatan, Universitas Wiraraja, Patean-Sumenep, Kab. Sumenep, 69416
*ekafeb.tiyalfa@gmail.com
Informasi artikel ABSTRAK

Sejarah artikel: Penyakit kusta selain menimbulkan masalah kesehatan dapat


Received: berdampak pada masalah sosial. Penyakit kusta saat ini masih ditakuti
Revised: masyarakat, penderita kusta sendiri, keluarga penderita, bahkan sebagian
Accepted: tenaga kesehatan. Mereka beranggapan bahwa kusta merupakan penyakit
Kata kunci: kutukan dari Tuhan akibat dosa-dosa, penyakit guna-guna, dan penyakit
Penyakit Kusta yang diturunkan kepada anak-anaknya. Hal tersebut menimbulkan stigma
Stigma masyakakat terhadap penderita kusta, sehingga dapat memengaruhi konsep
Konsep Diri dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stigma masyarakat dan
konsep diri penderita kusta di Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep.
Desain yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Dilaksanakan di Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep
pada bulan Maret 2020 sebanyak 7 informan masyarakat dan 7 informan
penderita kusta serta 1 informan kunci dari tenaga kesehatan puskesmas.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam.
Analisis data yang digunakan yaitu open coding, axial coding, selective
coding.
Hasil penelitian didapatkan bahwa stigma masyarakat meliputi
pengetahuan masyarakat, perasaan (ketakutan), pandangan, sikap, dan
perilaku masyarakat terhadap penyakit dan penderita kusta. Stigma
masyarakat terhadap penderita kusta masih ada diakibatkan masyarakat
kurang pemahaman terkait penyakit kusta. Sedangkan konsep diri penderita
kusta meliputi identitas diri, gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan peran
diri penderita kusta. Umumnya penderita kusta mengalami perubahan
konsep diri ke arah negatif dan hanya sebagian kecil yang memiliki konsep
diri positif.
Kesimpulan penelitian ini yaitu perasaan yang dialami secara
subyektif oleh masyarakat dan penderita kusta dalam berbagai sudut
pandang yang melatarbelakangi sehingga membentuk stigma dan konsep
diri. Hal ini dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Perlu
adanya kerjasama antar profesional dan lintas sektor untuk mengatasi
permasalahan ini sehingga mengurangi stigma yang ada dan memperbaiki
konsep diri penderita kusta.

ABSTRACT
Key word: social problem. Leprosy disease until now still be
Leprosy Disease public’s fear, lepers themselves, sufferer’s family, even some
Stigma health workforce. They assume that leprosy is curse from God due
Self-Concept to sin, witchcraft, and a disease passed down to their children. It
gives rise to society’s stigma against lepers, so that it can influence
their concept. This research aim to find out society’s stigma and
lepers self-concept in Batuputih Regency, Sumenep Regency.
The design used is qualitative with a phenomenological
approach. Held in Batuputih Subsdistrict, Sumenep Regency in
March 2020 there were 7 community informants, 7 leprosy
informants and 1 key informant from Public Health center staff.

| Wiraraja Medika email: wiraraja.medika@wiraraja.ac.id


Data collection technique used in-depth interview technique. Data
analysis used is open coding, axial coding, selective coding.
The results found that society’s stigma include
society’s knowledge, society’s view, society’s fear, society’s
attitude and society’s behavior against lepers. Society’s stigma
against lepers still available because people lack understanding
about leprosy disease. While sufferer’s self-concept include
personal identity, self-image, self-regard, self-ideal, and self-role
of lepers. Generally, the lepers underwent a change of self-concept
to negative direction and only some has positive self-concept.
The conclusion of tis research is feelings experienced
subjectively by people and lepers in various perspectives so that
forming stigma and self-concept. This is influenced by internal
factors and external factors. Collaboration between professions is
needed and cross sector for solve this problem thereby reducing
existing stigma and fix lepers self-concept.

Pendahuluan penderita kusta. Hal ini lebih dikenal dengan konsep


Para pemimpin dunia menyepakati agenda diri, penderita kusta terganggu pada konsep dirinya
pembangunan global atau yang lebih dikenal dengan akibat kurangnya penerimaan masyarakat terhadap
Sustainable Development Goals (Infid, 2017). dirinya
Tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) ini Pada tahun 2015 kasus kusta di dunia
memiliki 17 tujuan, diantaranya yaitu kehidupan berjumlah sekitar 210.758. Kasus tersebut banyak
sehat dan sejahtera (Badan Pusat Statistik, 2018). terjadi di bagian Asia Tenggara yaitu 156.118 kasus
Namun di Indonesia ancaman prevalensi penyakit kemudian diikuti Amerika 28.806 kasus, Afrika
menular masih cukup tinggi. Penyakit menular ini 20.004 kasus, dan sisanya berada di negara bagian
selain menyebabkan gangguan kesehatan secara fisik lain (Pusat Data dan Informasi Kementerian
dapat mempengaruhi kesejahteraan dalam kehidupan Kesehatan RI, 2018). Indonesia menduduki
bernegara. peringkat ketiga di dunia setelah brazil dengan
Penyakit menular yang masih di jumpai pada penemuan kasus baru kusta terbanyak yaitu 17.202
masyarakat Indonesia yaitu kusta. Agen penyebab jiwa pada tahun 2015. Prevalensi dan penemuan
kusta atau lepra ditemukan oleh ilmuwan dari kasus baru kusta di Indonesia masih mengalami
Norwegia yang bernama Gerhard Henrik Armauer peningkatan, sehingga Indonesia belum bisa
Hansen pada 28 Februari 1873 sehingga kusta juga dinyatakan bebas dari kusta. Selama periode 2015-
disebut Morbus Hansen. Kusta merupakan penyakit 2016 provinsi Jawa Timur termasuk angka beban
infeksi granulomatosa yang disebabkan oleh kusta tinggi (Pusat Data dan Informasi Kementerian
Mycobacterium Leprae. Pada awalnya kusta Kesehatan RI, 2018).
menyerang susunan saraf tepi, kemudian menyerang Jawa Timur menduduki peringkat pertama
kulit, mukosa, saluran napas, mata, otot, sistem dengan jumlah kasus baru kusta terbanyak dari 34
retikuloendotelial, tulang, dan testis (Amiruddin, provinsi di Indonesia pada tahun 2018 yaitu dengan
2019) jumlah 2.701 jiwa (Pusat Data dan Informasi
Penyakit kusta bukan hanya menimbulkan Kementerian Kesehatan, 2019). Salah satu
masalah kesehatan saja. Kusta dapat berdampak Kabupaten yang berada di provinsi Jawa Timur yang
pada masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan tergolong tinggi penemuan kasus baru kusta yaitu
dan ketahanan nasional. Penyakit ini berlangsung Kabupaten Sumenep dengan 327 jiwa, baik
secara kronis dan jarang menyebabkan kematian, penderita kusta tipe pausi basiler (PB) maupun multi
tetapi sering menimbulkan kecacatan pada basiler (MB) dengan menduduki peringkat ketiga
penderitanya. Penyakit kusta hingga saat ini masih setelah Kabupaten Pamekasan pada tahun 2019
ditakuti masyarakat, penderita kusta itu sendiri, (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2020).
keluarga penderita, bahkan sebagian tenaga Sebanyak 30 puskesmas yang berada di Kabupaten
kesehatan Sumenep terdapat kasus kusta dengan jumlah
Hal ini disebabkan karena masyarakat masih bervariasi. Puskesmas Batuputih menduduki
kurang pengetahuan serta menganut keyakinan yang peringkat kedua penderita baru dengan total 35 jiwa
salah terhadap kusta. Mereka beranggapan bahwa setelah puskesmas Gayam pada tahun 2019 (Dinas
kusta merupakan penyakit kutukan dari Tuhan Kesehatan Kabupaten Sumenep, 2020).
akibat dosa-dosa, penyakit guna-guna, dan penyakit Hasil wawancara dengan 3 warga di
yang diturunkan kepada anak-anaknya. Hal tersebut Kecamatan Batuputih mengatakan bahwa mereka
menimbulkan persepsi, sikap, dan perilaku yang tidak paham dengan penyakit kusta, mereka hanya
buruk terhadap penderita kusta. Penderita kusta mengetahui bahwa penyakit kusta merupakan
cenderung dijauhi dan dikucilkan oleh kelompok penyakit menular, penyakit guna-guna, dan
masyarakatnya. Masyarakat sulit menerima menakutkan. Salah satu dari 3 warga tersebut
penderita kusta di lingkungan sekitarnya, sehingga merupakan kader di kecamatan batu putih. Beliau
dapat berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri mengatakan bahwa masyarakat yakin kusta
mayank nirmala sandi | stigma masyarakat terhadap penderita kusta......

ditularkan dari pakaian yang sama, sabun yang pada penderita kusta. Suhron (2017) dalam bukunya
digunakan dari penderita kusta, hubungan seksual tentang konsep Self Esteem menyebutkan konsep
yang lebih dari satu pasangan. Adapun warga yang diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan
lain mengatakan bahwa pada saat tetangga dekatnya pendirian yang dapat dilihat secara utuh oleh
menderita kusta, dia tidak menjenguknya. seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
Di Kecamatan Batuputih rata-rata mata Adapun konsep diri yang dimaksud dapat
pencahariannya yaitu bertani. Kemudian ada warga bersifat positif dan negatif. Berdasarkan penelitian
yang mengatakan bahwa saat bertani, tempat Indow, Pongtiku, Rantetampang, & Mallongi (2019)
istirahat mereka tidak berdekatan dengan penderita persepsi informan penderita kusta umumnya
kusta yang sedang beristirahat juga. Hasil mengatakan malu. Kemudian penelitian yang
wawancara dengan penderita kusta yaitu dilakukan oleh Sodik (2016) hasilnya adalah
penderita kusta terlihat menutup luka pada kakinya penderita kusta mengalami perubahan konsep diri
dengan menggunakan sarung. Penderita kusta yang bersifat negatif. Penderita kusta dalam
tampak kurang percaya diri dengan kondisi penelitian ini kurang percaya diri, tertutup, serta
tubuhnya saat ini. Sehubungan dengan kejadian canggung dalam bergaul dengan sekitarnya karena
kusta yang masih banyak ditemukan, pengobatan kondisi tubuhnya yang memburuk. Selain
terhadap penderita kusta dimulai dari sejak dulu. menimbulkan masalah kesehatan, kusta berdampak
Saat ini pengobatan MDT (Multi Drug Therapy) pada masalah budaya karena masih adanya stigma
sesuai rekomendasi dari WHO (World Health yang diberikan masyarakat terhadap penderita kusta
Organization, 2019). karena disabilitas yang ditimbulkannya (Kemenkes,
Namun upaya penanggulangan penyakit kusta 2019).
yang belum bisa dihapuskan adalah stigma yang Peran masyarakat terhadap penderita kusta
melekat pada masyakarat. Stigma adalah persepsi seharusnya menjadi sumber pendukung. Masyarakat
buruk atau negatif dan dapat menimbulkan diharapkan dapat memotivasi penderita kusta supaya
perlakuan diskriminatif terhadap penderita kusta. disiplin dalam berobat sehingga meminimalkan
Perlakuan diskriminatif dapat terjadi dalam risiko kejadian kecacatan, ketercapaian
beberapa kesempatan, misalnya mencari lapangan kesembuhan, dan memutuskan mata rantai penularan
pekerjaan, menggunakan transportasi umum, kusta. Sehingga masyarakat tidak perlu memiliki
beribadah di tempat ibadah, mendapatkan pasangan rasa takut berlebihan (lepraphobia) karena penyakit
hidup, dan lain-lain. Hal ini dapat menghambat kusta dapat disembuhkan dengan perawatan dan
penderita kusta ataupun keluarganya dalam pengobatan yang tepat.
menjalani proses sosial dan status ekonomi, karena Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik
adanya penolakan dari masyarakat ataupun respon untuk melakukan penelitian dengan judul “Stigma
menyalahkan. Masyarakat Terhadap Penderita Kusta (Studi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kualitatif Tentang Stigma dan Konsep Diri Penderita
Tosepu, Gunawan, Effendy, & Fadmi (2018) Kusta Di Kecamatan Batuputih Kabupaten
penderita kusta mengalami tekanan besar yaitu Sumenep)”. Dengan adanya penelitian ini untuk
stigma dari komunitasnya. Stigma terkait kusta mengetahui stigma yang ada di masyarakat dan
masih sangat kuat di masyarakat, mereka konsep diri penderita kusta mengalami perubahan ke
beranggapan bahwa kusta penyakit yang diturunkan, arah negatif atau positif.
memalukan, dan tidak diterima di masyarakat. Hal
ini juga memengaruhi kehidupan penderita kusta Metode
serta menghambat proses perawatan penyakitnya
dan mungkin mengarah ke kusta progresif. Sejalan Pada penelitian ini peneliti mengunjungi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, Kecamatan Batuputih untuk meminta izin terlebih
Harmayetty, & Ridwan (2019) mengungkapkan dahulu kepada Camat Batuputih dan Kepala
bahwa pendidikan, tingkat ekonomi, peraturan dan Puskesmas Batuputih Kabupaten Sumenep selaku
kebijakan, nilai-nilai budaya dan gaya hidup, faktor gatekeepers. Peneliti juga bertanya terkait penyakit
keluarga dan sosial, faktor agama dan filosofis, serta kusta kepada tenaga kesehatan pemegang program
teknologi memiliki hubungan yang signifikan kusta dan meminta kesediaannya sebagai key person
dengan stigma kusta. atau informan kunci. Selanjutnya peneliti melakukan
Keadaan seperti ini berdampak juga pada wawancara mendalam kepada informan masyarakat
psikologis bagi penderita kusta maupun dan penderita kusta sesuai dengan pedoman
keluarganya, dapat menimbulkan self stigma, wawancara. Setelah itu, peneliti melakukan
frustasi, takut, malu, bahkan upaya mengakhiri wawancara mendalam kepada informan kunci
hidup. Stigma kusta menimbulkan penderita kusta terkait masyarakat dan penderita kusta di
tidak mau berobat karena khawatir kondisinya Kecamatan Batuputih.
diketahui oleh masyarakat sekitar (Pusat Data dan Hasil dan pembahasan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2018). Hal
tersebut juga dapat berpengaruh pada konsep diri
| Wiraraja Medika
Hasil penelitian tentang gambaran diri klien gambaran tubuhnya. Karakteristik individu yang
kusta yaitu klien mempersepsikan dirinya berkaitan memilikigangguan gambaran diri akan
dengan gambaran diri dari penyakit kusta. Klien mengungkapkan perasaan dan mempersepsikan
dalam memberikan gambaran dirinya dapat bahwa perubahan kecil dari seseorang dalam rupa,
memahami keadaan dirinya secara baik ataupun struktur atau fungsi, menunjukkan respon non verbal
kurang baik. Hal ini berkaitan dengan keadaan aktual atau merasakan perubahan dalam strukur atau
kesadaran diri dan konsep diri yang dimiliki oleh fungsi, dan perilaku menghindar, monitor atau
klien terkait kondisinya saat ini sehingga akan pengakuan dari seseorang. Klien kusta yang
memberikan pemahaman gambaran dirinya yang memiliki gambaran diri kurang baik dalam
baik ataupun kurang baik. Menurut Kozier konsep penelitian ini sebagai akibat karena kurangnya
diri merefleksikan pengalaman interaksi sosial pemahaman klien terhadap gambaran penyakit yang
individu dan sensasinya yang didasarkan pada dialaminya (Suhron, 2017).
bagaimana orang lain memandang individu tersebut.
Gambaran Diri mempunyai definisi yakni
Stuart membagi konsep diri terdiri dari 5 komponen,
pandangan atau persepsi tentang diri sendiri, bukan
yaitu gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri,
penilaian orang lain terhadap dirinya. Sikap
dan identitas diri. Komponen konsep diri yang
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
teridentifikasi dalam penelitian ini adalah gambaran
sadar.
diri klien kusta (Suhron, 2017).
a. Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan
Gambaran diri pada klien kusta terkait
tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan
dengan pemahaman keadaan diri yang terjadi pada
dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu setiap
dirinya. Klien kusta memberikan gambaran diri
perubahan tubuh akan berpengaruh terhadap
secara baik dan kurang baik berdasarkan tanda dan
kehidupan individu.
gejala serta keadaan fisik yang dialaminya sehingga
b. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian
akan berdampak pada keadaan psikologis atau
tubuhnya, menerima reaksi diri tubuhnya dan
konsep diri klien. Gambaran diri dapat memberikan
menerima stimulus dari orang lain, semakin
wujud penjelmaan diri secara fisik sehingga individu
sadar dirinya terpisah dari lingkungan “usia
akan menggambarkan dan merasakan tentang
remaja, fokus individu terhadap fisik lebih
dirinya secara keseluruhan baik yang sadar menjadi
menonjol”.
kesatuan dalam gambaran diri. Klien dalam
c. Gambaran diri berhubungan erat dengan
penelitian ini mempersepsikan keadaan dirinya juga
kepribadian, cara individu memandang diri
menyadarinya secara kurang baik. Kesadaran klien
berdampak penting pada aspek psikologinya,
yang kurang baik ini berkaitan kemampuan klien
individu yang berpandangan realistis terhadap
kusta dalam memberikan gambaran keadaan dirinya
diri, menerima,
yang kurang tepat. Ketidaktepatan klien dalam
d. menyukai bagian tubuh akan memberi rasa
memberikan gambaran dirinya tersebut akibat
aman, terhindar dari rasa cemas, dan
kurangnya pemahaman diri klien yang berkaitan
meningkatkan harga diri individu yang stabil,
dengan keadaan dirinya.
realistis dan konsisten terhadap gambaran diri
Menurut Stuart gambaran diri yang akan memiliki kemampuan yang mantap
merupakan satu kesatuan yang utuh secara fisik terhadap realisasi sehingga memacu sukses
merupakan beragam konsep dibalik perasaan tentang dalam hidup.
ukuran, jenis kelamin, dan dorongan, yang dapat 1. Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Kusta
digunakan individu dalam memenuhi tujuan hidup 1) Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit
(Suhron, 2017). Individu memiliki kesadaran Kusta
bagaimana individu benar-benar melihat gambaran Berdasarkan hasil wawancara
diri yang dicerminkan dalam dirinya. Setiap individu mendalam dengan informan masyarakat
berpengalaman dalam memperhatikan hal positif sebagian besar dari mereka mengenal kusta
untuk dirinya sendiri. Hal positif yang dirasakan dengan sebutan “kuddhu”, sebutan ini
tentang gambaran diri seseorang menjadi bagian dari lumrah digunakan oleh masyarakat
harga diri. Klien kusta dalam penelitian ini Sumenep untuk menyebut penyakit kusta.
memberikan gambaran diri yang positif berkaitan Mereka menyebutkan gejala-gejala umum
dengan keadaan penyakit yang dialaminya. Klien pada penyakit kusta yaitu bercak putih.
yang mampu memberikan gambaran penyakit yang Mereka juga mengetahui bahwa disekitar
dialaminya secara baik akan mampu memberikan rumah mereka ada tetangganya yang
gambaran diri yang positif terhadap keadaan dirinya. menderita kusta. Namun hanya ada 1
Beberapa klien kusta dalam penelitan ini informan yang mengungkapkan bahwa
ada yang kurang baik dalam memberikan gambaran tidak mengetahui tetangga di sekitar
dirinya yang berkaitan dengan tingkat pemahaman rumahnya ada yang menderita kusta, hal itu
yang dimilikinya. Gambaran diri yang kurang baik dikarenakan penderita kusta menutupinya
ini akan berakibat adanya masalah pada gangguan dari tetangga sekitar sehingga informan
gambaran diri klien kusta. Gangguan gambaran diri masyarakat tidak tau apakah penyakit kusta
merupakan gangguan pada cara seseorang menerima atau tidak. Semua informan masyarakat
mayank nirmala sandi | stigma masyarakat terhadap penderita kusta......

juga mengungkapkan bahwa tidak ada informan mengatakan sebagian dari guna-
ataupun tidak mengetahui adanya guna orang. Pemikiran kusta sebagai
penyuluhan kesehatan yang memberikan penyakit kutukan Tuhan, darah najis, akibat
informasi terkait penyakit kusta. dosa-dosa telah bergeser.
Hasil wawancara mendalam yang 4) Sikap Masyarakat Terhadap Penderita
dilakukan terhadap informan masyarakat Kusta
didapatkanbahwa masyarakat kurang tau Sikap umumnya dipengaruhi dari
secara pasti tentang kusta karena informasi pemikiran dan keyakinan seseorang.
tentang adanya penyuluhan kesehatan yang Namun faktor budaya juga memengaruhi
menyampaikan penyakit kusta tidak sampai sikap seseorang bagi sekitarnya. Informan
kepada sebagian masyarakat karena hanya masyarakat rata-rata bersikap seperti biasa
perwakilan saja. Serta tenaga kesehatan kepada penderita kusta meski tetap merasa
mengadakan penyuluhan ketika ada takut, khawatir dibicarakan oleh
penderitanya. masyarakat lainnya jika menjauh, pasrah
2) Perasaan/Ketakutan Masyarakat Terhadap kepada Tuhan. Adapun masyarakat yang
Penyakit dan Penderita Kusta tidak menjenguk penderita kusta saat sakit.
Kurangnya pengetahuan pada Di Kecamatan Batuputih rata-rata mata
masyarakat terkait kusta dapat pencahariannya sebagai petani. Kemudian
menimbulkan persepsi yang salah, sehingga ada masyarakat yang mengatakan bahwa
hal ini dapat memicu perasaan takut. saat bertani tempat istirahat mereka tidak
Sebagian besar informan masyarakat bergabung dengan penderita kusta.
menyatakan perasaan takut, salah satunya Hasil wawancara mendalam yang
takut tertular penyakit kusta. Satu informan dilakukan terhadap informan masyarakat
mengatakan luka pada kaki penderita kusta didapatkan bahwa informan masyarakat
menjijikkan. Adapun 1 informan sebagian besar menyatakan bersikap seperti
mengatakan tidak takut tertular penyakit biasa karena faktor lingkungan sekitar
kusta, pasrah karena katanya yang merasa meski takut. Adapun 1 informan yang
ragu yang sering tertular. bersikap biasa tetapi jika bergabung dengan
Hasil wawancara mendalam yang penderita kusta agak menjauh sedikit, 1
dilakukan terhadap informan masyarakat informan merasa khawatir dibicarakan
didapatkanbahwa sebagian besar masyarakat lainnya jika menjauh dari
masyarakat memiliki perasaan takut salah penderita, 1 informan pasrah kepada Tuhan
satunya takut tertular dan gejala yang dan berharap dijauhkan dari penyakit
ditimbulkan dari penyakit kusta. Adapun tersebut. Ada juga 2 informan yang tidak
yang merasa jijik karena gejala dan menjenguk penderita kusta saat sakit
dampak yang ditimbulkan dari penyakit dengan alasan memang sendiri-sendiri, dan
kusta itu sendiri. yang lain mengatakan takut tertular. Tempat
3) Pandangan Masyarakat Terhadap Penyakit istirahat saat bertani antara penderita kusta
dan Penderita Kusta dan masyarakat rata-rata tidak bergabung
Pandangan masyarakat terhadap dengan alasan 3 informan sawahnya
penyakit kusta didasarkan pada berbeda dengan sawah penderita kusta, dan
pengetahuan yang mereka miliki dan 3 informan menyatakan bahwa penderita
fenomena yang terjadi di lingkungan kusta sadar dengan penyakitnya jadi
masyarakat sekitar. Semua informan menjauh dari orang lain
masyarakat mengatakan bahwa kusta 5) Perilaku Masyarakat Terhadap Penderita
merupakan penyakit menular. Tetapi Kusta
mereka tidak tau secara pasti penyebab dari Perilaku menggambarkan
penyakit kusta. tanggapan atau reaksi individu terhadap
Hasil wawancara mendalam yang rangsangan atau lingkungan. Informan
dilakukan terhadap informan masyarakat masyarakat semua berperilaku baik kepada
didapatkanbahwa semua informan penderita kusta dengan mengundang
masyarakat mengatakan kusta penyakit penderita kusta pada acaraacara tertentu.
menular. Adapun 2 informan mengatakan Meskipun ada informan yang tetap merasa
bahwa kusta tidak akan menular jika takut jika berkumpul dengan penderita
golongan darahnya tidak sama. Penyebab kusta.
dari penyakit kusta 2 informan mengatakan Hasil wawancara mendalam yang
dari dirinya sendiri, 2 informan mengatakan dilakukan terhadap informan masyarakat
dari Yang Maha Esa dan Yang Maha Kuasa, didapatkanbahwa informan masyarakat
2 informan mengatakan tidak tau, 1 berperilaku baik dengan tetap mengundang
penderita kusta jika ada acara-acara tertentu
| Wiraraja Medika
karena perasaan tidak enak dan juga datang dan menarik diri dari
merupakan budaya yang ada disana jika ada lingkungannya. Adapun 1 informan yang
acara tetangga sekitarnya diundang juga. beranggapan mungkin penderita kusta malu
Tetapi 4 informan menyatakan bahwa dan sadar dengan penyakitnya
penderita kusta biasanya ada yang tidak

Simpulan pihak yang telah berperan serta dalam


penyusunan skripsi ini.
Berdasarkan penelitian bahwa stigma
masyarakat terhadap penderita kusta masih ada
diakibatkan masyarakat kurang mengetahui secara Referensi
pasti tentang penyakit kusta. Berdasarkan penelitian Aulia, P. W. (2019). Stigma Terhadap Penderita
bahwa konsep diri penderita kusta umumnya Kusta (Studi Tentang Bentuk Stigma dan Reaksi
mengalami perubahan konsep diri ke arah negatif Terhadap Stigma yang Dialami Penderita Kusta
dan hanya sebagian kecil yang memiliki konsep diri dalam Proses Pengobatan di Kabupaten Mojokerto).
positif. Perpustakaan Universitas Airlangga, 5.
Ucapan terima kasih Hidayati, L., Harmayetty, & Ridwan, M. (2019).
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari Factors Contributing to Leprosy Stigma among
bimbingan, bantuan, serta dukungan yang telah Madurese. Indian Journal of Public Health
diberikan dari berbagai pihak, untuk itu izinkan Research & Development, 2615
peneliti menyampaikan terimakasih kepada: Indow, O., Pongtiku, A., Rantetampang, A. L., &
1. Dr. Sjaifurrachman, S.H., C.N., M.H, selaku Mallongi, A. (2019). Profile Stigma of Leprosy
Rektor Universitas Wiraraja. Patients in Manokwari District Provinsi Papua.
International Journal of Science and Healthcare
2. Dr. Eko Mulyadi, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Research , 146
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Wiraraja. Kamsari, K., Carsita, N. W., & Aeni, N. W. (2019).
Gambaran Konsep Diri Penderita Kusta Di
3. Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kabupaten Indramayu (Description Of Leprosy
Ketua Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Patients Self-Concept In Indramayu Regency).
Kesehatan Universitas Wiraraja. Journal Nursing Care and Biomolecular, 75
4. Agus Mulyono, MCH, selaku Kepala Dinas NANDA. (2013). Respon Psikologis dan Konsep
Kesehatan Kabupaten Sumenep yang telah Diri Klien dalam Manajemen Pengobatan Kusta.
memberikan data prevalensi penyakit kusta di Dalam Susanto, Sahar, Permatasari, & Putro,
Kabupaten Sumenep. Perawatan Klien Kusta Di Komunitas (hal. 110).
5. Camat Batuputih yang telah memberikan izin Jakarta: Penerbit Buku Kesehatan
penelitian di wilayah Kecamatan Batuputih Notoatmodjo. (2005). Pendidikan Kesehatan. Dalam
Kabupaten Sumenep. Susanto, Sahar, Permatasari, & Putro, Perawatan
6. dr. Suci Hernawati, M.Kes, selaku Kepala Klien Kusta Di Komunitas (hal. 81). Jakarta:
Puskesmas Batuputih Kabupaten Sumenep yang Penerbit Buku Kesehatan
telah memberikan data prevalensi penyakit Nugraheni, R. (2016). Analisis Konsep Diri
kusta dan memberikan izin penelitian di wilayah Terhadap Kualitas Hidup Penderita Kusta Yang
kerja Puskesmas Batuputih Kabupaten Mengalami Kecacatan Di Rumah Sakit Kusta
Sumenep. Kediri. The Indonesian Journal Of Public Health, 6
7. Mujib Hannan, S.KM., S.Kep., Ns., M.Kes, Purnomo. (2012). Bimbingan Konseling Untuk
selaku pembimbing utama yang telah Peningkatan Hubungan Sosial (Relasi) Siswa.
memberikan arahan selama proses skripsi ini. Dalam A. Susanto, Bimbingan dan Konseling Di
8. Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekolah "Konsep, Teori, dan Aplikasinya" (hal. 264).
pembimbing kedua yang telah memberikan Jakarta: Prenadamedia Group
arahan selama proses skripsi ini. Sodik, M. A. (2016). Leprosy Patients In Public
9. Syaifurrahman Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kep, Perception: A Qualitative Study Of Patient
selaku penguji yang telah memberikan saran Confidence (dis) In The Community (Penderita
pada saat proses ujian. Kusta Dalam Persepsi Masyarakat: Sebuah Studi
Kualitatif Tentang Kepercayaan Diri Pasien Di
10. Jajaran Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu Masyarakat). Journal Of Global Research In Public
Kesehatan Universitas Wiraraja dan semua Health, 104
mayank nirmala sandi | stigma masyarakat terhadap penderita kusta......

Sulidah. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap SouthE


Masyarakat Terkait Kusta Terhadap Perlakukan ast Sulawesi Province, Indonesia. African Health
Diskriminasi Pada Penderita Kusta . Jurnal Medika Sciences, 29-30
Respati, 59-60.
Tosepu, R., Gunawan, J., Effendy, D. S., & Fadmi, F.
R. (2018). Stigma and Increase Of Leprosy Cases In

| Wiraraja Medika

Anda mungkin juga menyukai