Anda di halaman 1dari 70

Industri Halal

Dasar
Pemasaran
Syariah
Industri Halal

Dasar
Pemasaran
Syariah
Memahami Konsep, Karakteristik, Strategi Pemasaran,
dan Pemasar Syariah

Diproduksi Oleh:
Penyusun:
Diana Sari, S.E., M.Mgt., PhD
Rivani, S.IP., M.Si., D.B.A
Rani Sukmadewi, S.AB.,M.AB

Editor:
Dr. Erman Sumirat, MBuss, CSA, CRP, CIB, Ak
Apta Hadyan Sulistijo, ST., MBA., QWP

Desain Grafis:
Muhsinul Fajri, S.I.Kom

Cetakan Pertama, Tahun 2021


Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All right reserved

Diterbitkan Oleh:
Daftar Isi
Daftar Isi ............................................................................ 3

Kata Pengantar...................................................................... 4

Kegiatan PENDAHULUAN..................................................................... 5
I
1.1 Pembukaan Pelatihan Dasar Pemasaran Islami........ 6

1.2 Perkenalan Peserta, Fasilitator, dan Panitia.............. 7

Kegiatan PEMAPARAN MATERI PELATIHAN...................................... 10


II
2.1 Konsep Pemasaran Syariah..................................... 12

2.2 Karakteristik Marketer Syariah............................... 20

2.3 Segmenting, Targeting dan Positioning Syariah..... 26

2.4 7P secara Islami...................................................... 32

2.5 Teknik Membangun Nilai Produk............................ 53

2.6 Teknik Komunikasi Personal................................... 57

2.7 Membina Hubungan dengan Pelanggan................ 60

Kegiatan
III SIMULASI MATERI PELATIHAN............................................ 62

Daftar Pustaka..................................................................... 69

Dasar Pemasaran Syariah 3


Kata Pengantar
Pengembangan sebuah bisnis memerlukan pemahaman mengenai aspek pemasaran
yang matang untuk memaksimumkan jangkauan pasar. Perumusan strategi pemasaran
merupakan rangkaian pengembangan bisnis agar bisnis yang yang telah dibangun dapat
berkembang menjadi lebih menguntungkan. Pemasaran memiliki peran besar terhadap
kemajuan sebuah perusahaan karena pemasaran paling bekaitan erat dengan tujuan
perusahaan untuk menarik konsumen.

Selain menunjang pengembangan bisnis, kegiatan pemasaran pada dasarnya adalah


kegiatan yang mulia karena mendekatkan kebutuhan antar manusia untuk memenuhi
apa yang mereka butuhkan. Selain itu kegiatan pemasaran mendorong munculnya
ide-ide baru dan kreativitas untuk melakukan perubahan, inovasi, pendekatan dan
pembaharuan dalam banyak hal pada bisnis. Namun, pada saat ini pemahaman marketing
sesuai konsep Syariah terasa kurang, karena tuntutan persaingan yang menginginkan
tercapainya tujuan dan target bisnis secara instan. Padahal ketentuan dalam berdagang
secara Syariah harus menjunjung tinggi nilai keislaman dengan menghindari tindakan
batil yang merugikan salah satu pihak.

Modul dasar pemasaran Islami ini adalah salah satu dari rangkaian kegiatan
pengembangan usaha skala kecil dan menengah dengan basis syariah. Kegiatan pelatihan
ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada para peserta terhadap
pentingnya strategi dan perencanaan pemasaran berbasis syariah untuk kemajuan bisnis
yang dibangun oleh para pelaku usaha.

Bandung, Mei 2021

Penyusun

4 Dasar Pemasaran Syariah


Kegiatan
I

Pendahuluan
1.1
Pembukaan Pelatihan
Dasar Pemasaran Islami

Tujuan 1. Peserta memahami maksud dan tujuan pelati-


han.
2. Pemahaman yang sama tentang prasyarat/
prinsip yang digunakan selama training ber-
langsung.

Kegiatan 1. Ucapan selamat datang oleh penyelenggara


pelatihan kepada peserta.
2. Penjelasan tentang latar belakang, maksud
dan tujuan diadakannya pelatihan “Dasar Pe-
masaran Islami”.
3. Penjelasan mengenai proses persiapan pela-
tihan.

Metode Ceramah

Waktu 10 Menit

6 Dasar Pemasaran Syariah


1.2
Perkenalan Peserta, Fasilitator,
Dan Panitia
Tujuan 1. Menumbuhkan suasana santai dan akrab di
antara peserta, maupun antara peserta den-
gan fasilitator dan panitia.
2. Adanya transfer pengalaman pemasaran pro-
duk yang pernah dilakukan sebelumnya.

Kegiatan 1. Fasilitator memulai kegiatan dengan proses


perkenalan. Jika memungkinkan seluruh atau
sebagian peserta menjelaskan nama, asal,
serta memaparkan sekilas pengalaman pe-
masaran produk yang sudah pernah dilaku-
kan.
2. Fasilitator juga membuka sesi tanya jawab an-
tar peserta yang hadir untuk bertanya sepu-
tar hal-hal yang menarik yang berkaitan den-
gan ide-ide pemasaran.

Metode Tanya Jawab

Waktu 15 Menit

Paparan Fasilitator:

Latar Belakang Pelatihan Dasar Pemasaran Islami

Pemasaran merupakan hal krusial dan penting yang sulit dipisahkan


dalam aktivitas bisnis. Pemasaran tidak hanya mendorong perusahaan
untuk meningkatkan penjualan melalui berbagai strategi menggunakan
marketing mix semata. Namun, dalam perspektif Islam, pemasaran

Dasar Pemasaran Syariah 7


mencakup aktivitas bisnis untuk meningkatkan nilai tawar produk sesuai
proses yang berdasarkan prinsip akad muamalah Islami. Sehingga tidak
hanya tujuan duniawi yang tercapai, namun juga mendapat keberkahan
di akhirat.

Pemahaman mengenai pemasaran dengan konteks syariah terasa


semakin memudar karena kurangnya pengetahuan dan stimulasi
untuk mempelajari aspek ini. Tuntutan persaingan yang mendorong
pelaku usaha bisnis untuk mengerahkan seluruh kemampuannya untuk
memenangkan persaingan juga seringkali mengesampingkan nilai dan
norma agama di dalamnya.

Perkembangan iklim syariah di Indonesia merupakan momentum


yang tepat untuk mendorong pemahaman dan ketertarikan pelaku usaha
agar dapat mengaplikasikan prinsip usaha berbasis syariah. Saat ini,
sudah banyak pelaku usaha yang mengembangkan pola bisnis berbasis
syariah sehingga dapat menjadi contoh bahwa pelaku bisnis sektor ini
juga tidak kalah maju dibandingkan sektor bisnis konvensional lainnya.

Maksud dan Tujuan Pelatihan Dasar Pemasaran Islami

Maksud dan tujuan pelatihan ini adalah memberikan pengetahuan


tambahan dan keterampilan bagi para pelaku usaha berbasis syariah
maupun konvensional. Sehingga, peserta memiliki keterampilan
untuk menyusun strategi dan implementasi fungsi marketing yang
menguntungkan dan sesuai dengan prinsip syariah.

8 Dasar Pemasaran Syariah


Persiapan Pelatihan

Sesi Kegiatan 2

1. Memastikan seluruh peserta dalam kondisi nyaman, sehat, dan


santai.

2. Panitia akan membagikan modul dan alat tulis.

3. Peserta memastikan sudah menerima modul dan alat tulis.

4. Jika pelatihan dilaksanakan secara daring, modul dibagikan melalui


kolom chat box sehingga dapat di-download seluruh peserta.

Sesi Kegiatan 3

1. Memastikan seluruh peserta dalam kondisi nyaman, sehat, dan


santai.

2. Peserta difasilitasi untuk membentuk kelompok dengan 4-5 orang


anggota.

3. Panitia membagikan kanvas dan alat tulis bagi masing-masing


kelompok.

4. Peserta memastikan sudah menerima kanvas dan alat tulis.

5. Jika pelatihan dilaksanakan secara daring, kanvas disediakan pada


aplikasi Miro.

Dasar Pemasaran Syariah 9


Kegiatan
II

Pemaparan
Materi Pelatihan
Tujuan 1. Peserta memahami konsep pemasaran syariah.
2. Peserta memahami karakter marketer syariah.
3. Peserta memahami strategi dan bauran
pemasaran syariah.
4. Peserta memahami dan mampu membangun
nilai produk.
5. Peserta memahami dan mampu menyusun
copywriting penjualan produknya.
6. Peserta memahami dan terampil dalam
presentasi produknya.

Kegiatan 1. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai


konsep dan karakteristik pemasaran syariah.
2. Fasilitator memberikan pembahasan karakteristik
marketer syariah.
3. Fasilitator memberikan pemaparan segmenting,
targeting dan positioning syariah.
4. Fasilitator memberikan pemaparan mengenai
product, price, place, promotion secara Islami.
5. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai
teknik membangun nilai produk berdasarkan
nilai produk, target kosumen, serta pesaing
utama.

Metode 1. In class (online/offline)


2. Diskusi
3. Sharing best practice

Waktu Presentasi: 2 x 30 menit


Diskusi: 50 menit

Alat Power point slides, video, audio, alat tulis

Dasar Pemasaran Syariah 11


Paparan Fasilitator:

2.1
Konsep Pemasaran Syariah
Pemasaran adalah bagian dari bisnis strategis dengan kegiatan utama
untuk menawarkan barang dan jasa kepada pasar yang ditargetkan. Inti
kegiatan ini adalah bagaimana membuat produk dapat terasa penting
dan memenuhi harapan serta kebutuhan pasar. Sehingga, nilai produk
harus ditonjolkan dalam proses pemasaran agar menarik perhatian
konsumen.

Secara global, Kotler (dalam Liu 2017) menyebutkan bahwa inti


pemasaran adalah transaksi yang diartikan sebagai pertukaran nilai antar
unit sosial yang berbeda. Konsep pertukaran adalah inti pemasaran.
Bartels (dalam Liu 2017) melihat pemasaran sebagai dua proses yang
saling melengkapi yaitu proses teknis dan sosial. Proses teknis mencakup
aktivitas yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan bisnis
strategis mereka, seperti produk, promosi, harga, institusi, aliran, dan
proses. Sedangkan proses sosial adalah konsep pemasaran tingkat tinggi
untuk memenuhi tanggung jawab sosial pada lingkungan sekitar.

Semakin berkembangnya pasar biasanya diiringi pula dengan


semakin ketatnya persaingan. Maka semakin banyak pula pemasar
yang melakukan kegiatan pemasaran dengan beraneka macam bentuk
untuk tetap menarik minat konsumen. Hal ini mendorong semakin
berkembangnya ide, kreativitas, dan gagasan untuk mengembangkan
komunikasi pemasaran. Namun, kurangnya pemahaman dan batasan
membuat konsep pemasaran yang berkembang saat ini kurang sesuai
dengan konsep syariah. Padahal ketentuan dalam berdagang secara
syariah harus menjunjung tinggi nilai keislaman dengan menghindari

12 Dasar Pemasaran Syariah


tindakan batil yang merugikan salah satu pihak. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT yang artinya, “Hai orang-orang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS.An-Nisa [4] ayat 29).

Konsep pemasaran dalam sudut pandang syariah menurut Amrin


(2006) adalah seluruh aktivitas bisnis yang mencakup kegiatan penciptaan,
penawaran, dan perubahan value sehingga memungkinkan pelakunya
dapat bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang
dilandasi dengan kejujuran, keadilan, keterbukaan, keikhlasan, sesuai
proses yang berprinsip pada akad bermuamalah Islami. Maka, konsep dan
karakteristik pemasaran yang bertentangan dengan nilai syariah, tidak
etis, merugikan salah satu pihak dan tidak profesional perlu dihindari
untuk menjaga keberlangsungan bisnis sekaligus menjadikan bisnis tidak
hanya sekedar cara untuk memperoleh keuntungan untuk memenuhi
kebutuhan di dunia, namun juga untuk memperoleh keberkahan di
akhirat. Hal ini senada dengan QS. Al-Jatsiyah:18 yang artinya “Kemudian
Kami jadikan kamu berada di dalam suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”

Umat muslim meyakini setiap hal akan dimintai pertanggungjawaban­


nya di akhirat, termasuk perannya sebagai pelaku bisnis. Terkait hal
ini, Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan bahwa pedagang, pada
hari kebangkitan akan dibangkitkan sebagai pelaku kejahatan, kecuali
mereka yang bertakwa kepada Allah, jujur, dan selalu berkata benar. (HR
Al Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al Darimi).

Dasar Pemasaran Syariah 13


Perkembangan bisnis modern terutama bagi umat muslim seharusnya
tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama yang telah diyakini. Islam
sendiri memiliki tokoh pebisnis yang patut menjadi panutan dengan
kepiawaiannya dalam berbisnis dan ditunjang dengan akhlaknya yang
mulia yaitu Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW dikenal
sebagai saudagar ulung yang bersifat jujur, mulia, dan amanah dalam
berbisnis sehingga beliau mendapatkan gelar Al-Amin yang artinya dapat
dipercaya. Nabi Muhammad SAW juga dikenal sebagai seorang pebisnis
yang cerdas dan beretika. Sifat-sifat inilah yang hendaknya tetap menjadi
dasar umat muslim pada zaman modern ini sebagai marketer syariah/
spiritual marketing (Sutoyo 2016).

Prinsip marketing yang sejalan dengan akhlak mulia Nabi Muhammad


SAW seharusnya dapat senantiasa diterapkan untuk menghindari
kebatilan yang sudah menjadi kebiasaan dan seringkali dianggap benar
sehingga mengkultur di masyarakat. Pandangan pemasaran dalam
konteks Islam adalah ekonomi Rabbani (divinity), realistis, humanis, dan
keseimbangan (Sutoyo 2016). Hal ini kemudian membedakan sistem
bisnis dalam Islam dengan sistem bisnis secara konvensional.

Konsep pemasaran didalam literatur fikih Islam dikenal dengan istilah


wakalah/wikalah/perwakilan. Wakalah/wikalah/perwakilan berarti
penyerahan, atau pendelegasian atau pemberian mandat. Wakalah juga
dapat diartikan sebagai penyerahan sesuatu dari seseorang yang dapat
dilakukan oleh individu atau dapat diwakilkan kepada orang lain (Irawan
dalam Miftah 2015). Sehingga, dasar pemasaran syariah pada dasarnya
menerapkan prinsip pemasaran global namun menekankan pada prinsip-
prinsip muamalah dalam Islam.

14 Dasar Pemasaran Syariah


Hukum wakalah dalam landasan ijma adalah sunnah. Hal tersebut
karena terdapat nilai-nilai yang mengandung unsur-unsur yang teramat
mulia (ta’awun) yang didasarkan atas kebaikan dan takwa (Miftah 2015).
Dalam landasan fikih secara umum menyiratkan bahwa segala sesuatu
yang berkaitan dengan muamalah boleh dilakukan umat muslim selama
tidak ada suatu dalil pun yang mengharamkannya.

Rukun wakalah terdiri dari 3 (tiga) rukun yang merupakan komponen


persyaratan dalam melakukan jual-beli, yaitu:
1. Terdapat penjual dan pembeli;
2. Terdapat barang atau jasa yang diperjualbelikan;
3. Terdapat proses ijab kabul.

17 Prinsip Pemasaran Syariah

Berikut ini 17 prinsip pemasaran syariah (Kertajaya and Sula 2006),


seperti pada gambar 1.

Change Competitor Customer Company Segmenta-


tion

Targeting Positioning Differentia- Marketing Selling


tion Mix

Brand Service Process Scorecard Inspiration

Culture Institution

Gambar 1. Prinsip-prinsip Marketing Syariah


Sumber : Kertajaya and Sula,2006

Dasar Pemasaran Syariah 15


Adapun penjelasan untuk setiap 17 prinsip syariah dalam
pemasaran, menurut Kertajaya dan Sula, adalah sebagai berikut:
1 Prinsip 1: Teknologi Informasi Memungkinkan Kita Transparan
(Change).
Teknologi membuat informasi perusahaan menjadi lebih terbuka
dan informasi pesaing menjadi lebih mudah diperoleh.
2 Prinsip 2: Hormatilah Pesaing (Competitor).
Dalam konsep syariah, pesaing bukanlah lawan yang harus
dihancurkan, namun bisa menjadi motivasi untuk lebih
mengembangkan bisnis yang sedang dijalani.
3 Prinsip 3: Munculnya Paradoks Pelanggan Global (Customer).
Kunci utama dalam bisnis ini adalah memberikan gambaran jelas
tentang peluang usaha kedepannya. Perubahan, Pesaing, dan
Pelanggan adalah elemen utama dari bisnis.
4 Prinsip 4: Mengembangkan Organisasi Berbasis Spiritual (Company).
Elemen ini merupakan faktor internal yang sangat mempengaruhi
formulasi strategi.
5 Prinsip 5: Melihat Pasar Secara Universal (Segmentation).
Untuk memenangkan pasar, pelaku usaha harus mempertimbangkan
ukuran dan pertumbuhan pasar sehingga mampu menentukan
segmen mana yang akan dilayani.
6 Prinsip 6: Targetkan Bisnis pada Hati dan Jiwa Pelanggan (Targeting).
Target akan menentukan diterima atau tidaknya suatu produk pada
pasar yang dibidik.

16 Dasar Pemasaran Syariah


7 Prinsip 7: Membangun Sistem Kepercayaan (Positioning).
Perlu penyusunan taktik untuk memperoleh market share melalui
penentuan positioning produk yang jelas.
8 Prinsip 8: Membedakan Bisnis Kita dengan Konten dan Konteks
yang Baik (Differentiation).
Diferensiasi dari segi konten (apa yang ditawarkan) dan konteks
(bagaimana cara menawarkan) dan faktor penunjang lainnya dapat
memperkuat diferensiasi produk dibandingkan pesaing.
9 Prinsip 9: Jujurlah dengan 4P yang Kita Miliki (Marketing Mix).
Diferensiasi juga penting diterapkan pada bauran pemasaran
dengan jujur menginformasikan karakter 4P (price, product, place,
dan promotion) yang dimiliki produk tersebut.
10 Prinsip 10: Praktek Penjualan Berbasis Hubungan (Selling).
Penjualan berperan penting karena secara langsung menghasilkan
pendapatan bagi perusahaan.
11 Prinsip 11: Gunakan Karakter Brand yang Memiliki Sisi Spiritual
(Brand)
12 Prinsip 12: Layanan Harus Memiliki Kemampuan untuk Berubah
(Service).
Layanan harus dapat menjadi fleksibel terutama untuk
mengakomodasi keluhan dan masukan pelanggan.
13 Prinsip 13: Praktek Proses Bisnis yang Handal (Process).
Oleh karena semakin ketatnya persaingan, proses bisnis yang lebih
simpel dan mudah diakses kini lebih diminati.

Dasar Pemasaran Syariah 17


14 Prinsip 14: Ciptakan Nilai bagi Pemangku Kepentingan (Scorecard).
Pelaku usaha harus senantiasa dapat menyeimbangkan proporsi
nilai sesuai dengan prinsip syariah kepada karyawan, pelanggan dan
pemegang saham (Luntajo 2016).
15 Prinsip 15: Ciptakan Tujuan Mulia (Inspiration).
Inspirasi terkait dengan dorongan yang merangsang pikiran untuk
melakukan tindakan yang biasanya dipicu oleh tujuan atau impian
yang ingin dicapai.
16 Prinsip 16: Mengembangkan Budaya Etik pada Bisnis (Culture).
Budaya berkaitan dengan hal-hal yang bersinggungan dengan akal
dan budi manusia yang membentuk perilaku. Sehingga, baik budaya
perusahaan maupun karyawan juga harus berkonteks Islami.
17 Prinsip 17: Memastikan Bahwa Bisnis ini Bersih dan Transparan
(Institution).
Institusi adalah lembaga yang memayungi aktivitas untuk mencapai
tujuan dengan cara yang efisien dan efektif. Dalam konteks syariah,
tujuan institusi yang dapat diadopsi adalah untuk membuka jalan
rezeki, bermuamalah untuk memenuhi kebutuhan orang lain, dan
mendapat keberkahan di akhirat.

18 Dasar Pemasaran Syariah


Haram dalam Bisnis

Bisnis secara syariah tidak hanya untuk mencari keuntungan, namun


juga mencari rida Allah SWT dan dapat memberdayakan umat. Sehingga,
beberapa aturan harus dipenuhi agar terhindar dari hal yang tidak
memperoleh rida Allah SWT. Berikut ini adalah hal-hal haram dalam
bisnis yang perlu dihindari. Untuk memudahkan, dapat disingkat menjadi
MAGRIB yaitu Maysir, gharar, dan Riba.

MA = Maysir (Tidak Pasti)


Maysir atau dikenal dengan Qimar merupakan permainan dengan
persyaratannya yaitu jika salah seorang diantara peserta menang,
maka dapat mengambil keuntungan dari pihak yang kalah. Contoh
maysir adalah judi. Dalam Fatwa MUI No. 9 Tahun 2008 telah dijelaskan
beberapa aktivitas yang termasuk kategori judi dan dilarang misalnya
seperti SMS berhadiah. Hukum tentang maysir sendiri telah dijabarkan
dalam QS. Al Maidah ayat 90 yang artinya mengarahkan umat muslim
untuk menjauhi perbuatan maysir agar mendapat keberuntungan.

G = Gharar (Tidak Jelas)


Gharar adalah adanya ketidakpastian dalam transaksi yang
disebabkan karena tidak memenuhi ketentuan-ketentuan syariah dalam
transaksi tersebut. Gharar dilarang karena pada transaksi ini terdapat
kezaliman pada salah satu pihak yang bertransaksi. Sehingga, sudah
dapat dipastikan hal tersebut tidak diperkenankan dalam Islam. Kegiatan
yang termasuk kategori gharar diantaranya, kuantitas yang tidak sesuai,
timbangan atau takaran yang tidak tepat, ketidakjelasan kualitas barang,
ada dua jenis harga dalam satu transaksi yang sama, atau ketidakjelasan
saat penyerahan produk.

Dasar Pemasaran Syariah 19


RIB = Riba (Tambahan Uang)
Riba adalah melebihkan keuntungan (harta) dari salah satu pihak
terhadap pihak lain dalam transaksi jual beli atau pertukaran barang
yang sejenis dengan tanpa memberikan imbalan terhadap kelebihan
tersebut (Al-Jaziri dalam (Badruzaman 2019). Jadi, riba berarti adanya
penambahan pada hutang banyak atau sedikit berdasarkan kualitas
maupun kuantitasnya. Landasan riba terdapat dalam Al-qur’an Surat
An-Nisa ayat 29 yang artinya, ajakan kepada orang beriman untuk tidak
memakan harta sesama dengan jalan yang bathil. Jalan yang bathil
artinya pengambilan tambahan dari modal pokok tanpa adanya imbalan
pengganti (kompensasi) yang dapat dibenarkan syariah (Muamalat 2020)

2.2
Karakteristik Marketer Syariah
Inti karakter pemasaran syariah adalah memberikan kepuasan
kepada konsumen dan pemangku kepentingan lain yang terlibat, tidak
saja memenuhi kepuasan duniawi, tetapi juga kepuasan akhirat untuk
mencapai rida Allah SWT. Sehingga, tujuan pemasaran dengan prinsip
syariah adalah adanya penerapan prinsip etika yang berlandaskan nilai-
nilai Islam sebagai penciptaan kepuasan duniawi dan ukhrawi bagi para
stakeholders perusahaan (Miftah 2015).

Menurut (Sutoyo 2016) dalam Islam terdapat sembilan macam etika


(akhlak) yang harus dimiliki seorang tenaga pemasaran, diantaranya:
1. Berkepribadian spiritual (taqwa);
2. Berkepribadian baik dan simpatik (shiddiq);
3. Berlaku adil dalam berbisnis (al-’adl);
4. Melayani nasabah dengan rendah hati (khitmah);
5. Selalu menepati janji dan tidak curang (tahfif);

20 Dasar Pemasaran Syariah


6. Jujur dan terpercaya (amanah);
7. Tidak suka berburuk sangka;
8. Tidak suka menjelek-jelekkan;
9. Tidak melakukan suap (risywah);

Oleh karena itu, dalam perspektif pemasaran syariah, segala aktivitas


yang dijalankan sebagai upaya pengembangan bisnis termasuk di
dalamnya kegiatan pemasaran harus dilandasi nilai-nilai tersebut, sesuai
dengan prinsip akad bermuamalah islami.

Karakter islami yang dimiliki pemasar juga harus dikembangkan dan


sesuai prinsip habluminallah dan aturan-aturan Islam untuk mencapai
rida Allah SWT. Pemasar yang berupaya mencari rida Allah SWT, akan
cenderung lebih dominan memperhitungkan keberkahan tidak hanya
di dunia tapi juga di akhirat. Hal tersebut berdampak pada keikhlasan
pemasar dalam menjalankan tugas dan pekerjaan dengan sepenuh hati.

Sifat teladan perlu dimiliki para pemasar. Agar mudah diingat, sifat
teladan ini dapat diringkas menjadi FAST yaitu:

F = Fathonah (Cerdas)
Fathonah berarti memiliki kecerdasan, intelektual, atau kebijaksanaan.
Pebisnis yang fathonah, memahami, mengerti, dan mendalami seluk
beluk dunia bisnisnya. Karakter yang tercermin dari sifat ini yaitu
berpengetahuan luas, memahami nilai-nilai dalam bisnisnya, memiliki
visi, cerdas, sadar akan produk dan jasanya serta memiliki kemauan
untuk terus belajar. Sifat-sifat ini mengantarkan Nabi Muhammad SAW
memperoleh kesuksesan dalam bisnisnya. Contoh ini dapat ditiru oleh
umatnya agar perniagaan yang mereka jalankan dapat berkembang
dengan baik sehingga dapat memperoleh rida Allah SWT.

Dasar Pemasaran Syariah 21


A = Amanah (Dapat Dipercaya)
Amanah menunjukkan sifat seseorang yang dapat dipercaya.
Terkait dengan bisnis, sifat ini sangat penting karena berkaitan dengan
keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. Seperti diketahui, dalam
bisnis, yang paling penting bagi pelanggan adalah saat penjual dapat
memberikan produk seperti yang diinformasikan dan bertanggungjawab
atas apa yang tidak diinginkan. Termasuk amanah dalam segala proses
transaksinya. Hal ini menunjukkan pentingnya sifat amanah bagi pelaku
bisnis. Amanah adalah salah satu akhlak muslim yang penting dalam
syariat Islam.

S = Siddiq (Jujur)
Siddiq adalah perilaku yang menunjukkan kebenaran. Dalam bisnis,
sifat ini tercermin dengan tidak berbuat curang atau melakukan hal
yang merugikan konsumen, menjual dan menginformasikan barang
sesuai realitas, dan tidak mengurangi takaran timbangan. Menjadi
pebisnis yang jujur dan menginformasikan dengan benar produk yang
diperjualbelikannya telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Artinya,
pebisnis dituntut untuk berkata dan bertindak secara benar, tidak
mengada-ada dan sesuai dengan kondisi produk yang ditawarkannya.
Bila produknya memiliki kekurangan atau kondisi yang tidak diharapkan,
maka tanpa ditanyakan, seharusnya dapat langsung menyampaikannya
dengan benar dan apa adanya tanpa perlu ada yang disembunyikan.

22 Dasar Pemasaran Syariah


T = Tabligh (Mensyiarkan)
Kata Tabligh sendiri berasal dari kata balagha yang artinya
menyampaikan. Sehingga, tabligh berarti menyampaikan ajaran yang
bersumber dari Allah SWT kepada orang lain agar tercapai kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Pebisnis yang bersifat tabligh memiliki kemampuan
untuk menyampaikan keunggulan produknya dengan tepat dan menarik
namun tetap mengutamakan kejujuran dan kebenaran serta mampu
menyampaikan pemahaman bisnis mereka sesuai dengan syariat Islam.
Dalam bisnis, sifat ini tercermin dengan mampu mengomunikasikan
visi dan misi dari bisnisnya dengan benar, mampu menyampaikan
keunggulan produknya dengan jujur, dan menjadi komunikator yang baik
untuk mitra bisnisnya.

Selain itu, prinsip pemasar berbasis syariah juga harus dapat


mengembangkan prinsip habluminannas. Sehingga menghasilkan
karakter manusia yang juga memiliki unsur humanistik agar memiliki
keseimbangan hubungan antara manusia. Sehingga dalam praktiknya,
pekerjaan sebagai pemasar dapat dilakukan dengan mengedepankan
aspek saling menghargai antar sesama manusia juga membina
hubungan baik di dalamnya. Untuk membangun karakter jiwa pemasar
yang sesuai dengan syariah, diperlukan pembangunan keikhlasan serta
pengembangan diri untuk melakukan entitas bisnis halal (Miftah 2015).

Dasar Pemasaran Syariah 23


Empat Karakteristik Pemasaran Syariah

Kertajaya dan Sula (2006) menyatakan, ada empat karakteristik


pemasaran syariah yang saling berhubungan. Keempat karakteristik
tersebut dapat menjadi panduan bagi para pemasar. Berikut ini empat
karakteristik pemasaran syariah tersebut:

Teistis
(Rabbaniyyah)

Etis Realistis
(Akhlaqiyyah (Al-Waqiyyah

Humanistis
(Insaniyyah)

Gambar 2. Karakteristik Marketer Syariah


Sumber : Kertajaya and Sula 2006

Adapun penjelasan mengenai empat prinsip pemasaran syariah,


sebagai berikut:

a Teistis (rabbaniyyah).

Pemasar syariah yang teistis berarti mereka percaya bahwa prinsip-


prinsip syariah yang suci adalah yang paling adil, cocok dengan semua jenis
kebaikan, dan ideal untuk mencegah segala bentuk kejahatan. Sehingga,
seorang pemasar syariah memiliki pola pikir maslahah, yaitu mencari

24 Dasar Pemasaran Syariah


berkah sekaligus keuntungan. Dalam Surah Al-Zalzalah 7-8, Allah SWT
berfirman, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya
Dia akan melihat (membalas). Dan, barang siapa melakukan kejahatan
yang keji sebesar dzarrah niscaya akan dilihat oleh-Nya (balasan).”

b Etis (akhlaqiyyah).

Oleh karena prinsip moral dan etika adalah norma universal yang
diajarkan semua agama, pemasar syariah memprioritaskan masalah
moral (moral dan etika) dalam semua aspek bisnis mereka.

c Pengamat (al-waqiyyah)

Pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang serbaguna, sama


seperti syariah islamiyah yang luas dan fleksibel yang mendasarinya.
Pemasar profesional yang mengamalkan Islam dikenal sebagai pemasar
Islam yang mengutamakan nilai-nilai agama, ketakwaan, dan kejujuran
dalam semua operasi pemasarannya. Mereka memiliki sikap yang bersih,
rapi, dan sederhana.

d Humanistis (insaniyyah)

Hukum Islam menganugerahkan hak istimewa kepada orang-


orang berdasarkan kemampuan mereka, terlepas dari ras, warna kulit,
kebangsaan, atau status. Hal inilah yang menjadikan syariah bersifat
universal, memungkinkannya berkembang menjadi syariah humanistik
yang universal.

Dasar Pemasaran Syariah 25


2.3
Segmenting, Targeting
dan Positioning Syariah
Secara umum, segmentasi, targeting, dan positioning adalah
pendekatan atau model pemasaran yang paling efektif dan populer
digunakan hingga saat ini. Strategi tahapan ini digunakan untuk
merancang pesan dan strategi pemasaran yang sesuai dengan pasar
yang dikehendaki.

Segmentasi

Segmentasi adalah upaya membagi pasar menjadi kelompok-


kelompok pembeli berdasarkan perbedaan dari segi kebutuhan,
karakteristik, atau perilaku yang berbeda. Hal ini memungkinkan adanya
kebutuhan produk atau bauran pemasaran yang berbeda pula. Dalam
konteks pemasaran syariah, strategi segmentasi yang dapat diadopsi
adalah dengan mengambil contoh segmentasi yang dilakukan Rasulullah
SAW yang terdiri dari empat segmen (Gunara and Hardiono 2007), yaitu:
1 Segmentasi Geografis yaitu proses memecah pasar menjadi unit
geografis yang berbeda. Contohnya, wilayah, negara, provinsi, kota,
kepulauan, dan musim. Dalam aktivitas perdagangan Rasulullah
SAW sebelumnya, misalnya. Mereka secara teratur berdagang
sejauh Busra di musim panas (Suriah) dan berdagang sejauh Yaman
di musim dingin. Begitu pula dengan Nabi Muhammad SAW,
khususnya sebelum masa kenabian.

26 Dasar Pemasaran Syariah


2 Segmentasi Demografi. Segmentasi jenis ini membagi pasar
berdasarkan karakter demografi atau kependudukan. Contoh
segmentasi demografis yang dilakukan Nabi Muhammad SAW
adalah segmentasi pasar berdasarkan keluarga, kebangsaan, dan
status sosial. Nabi Muhammad menawarkan barang-barang rumah
untuk keluarga. Sementara itu, Nabi menjual kismis, wewangian,
kurma kering, kerajinan anyaman, perak batangan, dan ramuan
kepada warga asing di Busra.
3 Segmentasi Psikografi. Segmentasi ini berkaitan dengan membagi
konsumen berdasarkan kepuasan mereka terhadap gaya hidup.
Contoh segmentasi psikografis yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW misalnya mengkategorikan pasar dari segi gaya hidup, akhlak,
dan kepribadian. Minat terhadap suatu produk dipengaruhi oleh
gaya hidup seseorang, oleh karena itu individu tersebut memperoleh
produk untuk menunjukkan gaya hidupnya.
4 Segmentasi Perilaku. Segmentasi ini membagi pasar berdasarkan
pengetahuan, sikap, respon, dan pengalaman seseorang terhadap
suatu produk. Nabi Muhammad SAW menggunakan segmentasi
perilaku untuk membagi kelompok berdasarkan kejadian, tingkat
penggunaan, status pengguna, status loyalitas, tahap persiapan
pembelian, dan sikap.

Dasar Pemasaran Syariah 27


Menurut (Tjiptono 2002), sektor pasar harus memiliki 5 kualitas
berikut agar dapat memperoleh manfaat yang optimal:
1 Dapat diukur (measurable). Ukuran segmen, daya beli, dan profil
semuanya harus diukur.
2 Besar (substansial). Segmennya harus cukup besar untuk dilayani
dan menguntungkan.
3 Dapat dijangkau (accessible). Karena bagian tersebut dapat
dijangkau, maka dapat dilayani dengan baik.
4 Dapat dibedakan (differentiable). Segmen dapat dibagi secara
konseptual dan memberikan reaksi yang bervariasi terhadap
berbagai elemen dan program bauran pemasaran.
5 Dapat diambil tindakan (actionable). Segmen yang relevan dapat
ditarik dan dilayani melalui program yang efektif dan dapat
ditindaklanjuti.

Targeting

Targeting merupakan upaya menyasar pasar yang dituju dengan


lebih spesifik karena sumber daya perusahaan yang terbatas. Sehingga,
penargetan adalah teknik untuk berhasil mengalokasikan sumber daya
tersebut. Upaya pelaku usaha akan lebih terarah jika menentukan target
yang akan dilayani. Untuk menentukan target konsumen, kita perlu
merumuskan dulu profil konsumen yang akan dilayani dan sesuai dengan
produk tersebut. Selanjutnya, diperlukan proses mengidentifikasikan
harapan dan masalah konsumen yang akan diselesaikan. Sehingga,
bisnis ini kedepannya memiliki rencana jangka panjang untuk memenuhi
harapan dan menyelesaikan masalah konsumen yang dilayani.

28 Dasar Pemasaran Syariah


Prioritas Prioritas
Profil Konsumen 2 Konsumen 3
Konsumen 1

Harapan: Masalah:

Gambar 3. Profil Konsumen


Menurut Bradley (dalam Tjiptono 2002), ada berbagai aspek
penting yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi pasar
sasaran, antara lain:
1 Sumber Daya Perusahaan. Semakin banyak segmen yang dipilih
perusahaan, semakin banyak uang yang harus dikeluarkan untuk
memuaskan mereka. Bisnis skala mikro dan kecil biasanya memilih
pemasaran terkonsentrasi, memfokuskan upaya mereka pada ceruk
pasar yang kecil, berbeda, dan tidak menarik perhatian pesaing
yang lebih besar. Niche Market atau ceruk pasar adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan jenis pasar ini.
2 Tipe Produk. Jika mudah untuk mengembangkan kekhasan yang
membedakan produk dari yang lain, hal ini disebut sebagai produk
dengan diferensiasi tinggi. Korporasi dapat menggunakan strategi
pemasaran yang terdiferensiasi atau terkonsentrasi untuk jenis
produk ini. Di sisi lain, ada produk dengan diferensiasi rendah, yaitu
produk yang sulit menciptakan keunikan, seperti air mineral dalam
kemasan, semen, garam dan sebagainya. Rencana pemasaran yang
tidak terdiferensiasi dapat dilakukan untuk produk seperti ini.

Dasar Pemasaran Syariah 29


3 Tahapan Daur Hidup Produk. Siklus hidup produk dibagi menjadi tiga
tahapan. Pengenalan pasar, pertumbuhan, remaja, kedewasaan,
penurunan, dan kematian adalah bagian siklus produk. Versi
produk masih terbatas pada saat pengenalan. Saat ini, pemasaran
all-in-one dapat digunakan. Selama fase ekspansi, produk menjadi
lebih dikenal secara luas dan pasar menuntut lebih banyak variasi
produk. Pemasaran multi-faceted dapat digunakan saat ini.
Tingkat persaingan di antara para kontestan memuncak dalam
fase kedewasaan dan seluruh sektor akan terisi. Perusahaan harus
mencari segmen yang tidak dipasok secara efisien oleh pesaing
pada saat ini dan pemasaran yang terkonsentrasi dapat digunakan.
Perusahaan harus membatasi investasi, memotong pengeluaran
pemasaran, dan memfokuskan upaya pada barang dan sektor yang
lebih menguntungkan selama penurunan.
4 Strategi Pesaing dan Strategi Bersaing bagi Perusahaan. Jika
perusahaan berhadapan langsung dalam strategi bersaing, berarti
perusahaan tersebut memilih segmen yang dimasuki pesaing.
Namun, jika sebuah perusahaan mengejar strategi penghindaran,
ia akan memasuki ceruk pasar yang belum ditembus pesaing.

Positioning

Positioning adalah strategi menciptakan penawaran dan


mengembangkan citra merek atau perusahaan untuk mendapatkan
tempat yang unik di benak konsumen. Tujuannya, untuk mengetahui
bagaimana membuat hal-hal yang dihasilkan atau dilihat memiliki nilai
lebih tinggi dan tinggal di benak pelanggan dalam waktu yang lama.
Positioning berkaitan dengan apa yang ada di benak pelanggan dalam

30 Dasar Pemasaran Syariah


hal persepsi dan bagaimana pandangan ini akan melekat pada mereka
untuk waktu yang lama.

Pendekatan positioning Nabi Muhammad SAW yang sangat berkesan


bagi klien merupakan kunci sukses Nabi Muhammad SAW sebagai
pebisnis. Ia menjual barang asli yang disesuaikan dengan permintaan dan
keinginan konsumennya. Tidak pernah ada pertengkaran atau tuduhan
dari pelanggan bahwa pelayanan dan produk Nabi Muhammad SAW
mengecewakan. Hal itu dilakukan agar masyarakat mengingat produk
Nabi Muhammad SAW sebagai produk berkualitas tinggi.

Menurut Kotler (dalam Lupiyoadi and Hamdani 2006), terdapat tiga


langkah dalam melakukan positioning, yaitu:
1 Tentukan manfaat yang dapat ditunjukkan dalam hubungannya
dengan pesaing.
2 Tentukan keuntungan yang paling kuat atau terlihat.
3 Secara efektif mengkomunikasikan manfaat tersebut kepada pasar
sasaran.

Tidak semua manfaat adalah tanda yang bisa ditunjukkan ke pasar,


tetapi harus dipilih. Menurut Kotler, keunggulan yang layak ditampilkan
harus memenuhi kriteria berikut: keunggulan tersebut harus signifikan,
unik, lebih unggul dari pesaing, dapat dikomunikasikan, sulit ditiru,
terjangkau dan menguntungkan. Dalam kerangka syariah, menjadi
perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam juga menarik bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia.

Dasar Pemasaran Syariah 31


2.4 7P secara Islami
Konsep marketing mix adalah sekumpulan variabel pemasaran yang
umum digunakan untuk mendukung tujuan pemasaran dan mencapai
target pasar yang tepat. Marketing mix yang sering digunakan adalah
konsep 4P + 3 yaitu produk, price, place, promotion, physical evidence,
people, dan process. Berkaitan dengan itu, maka penerapan dalam
syariah akan merujuk pada konsep dasar kaidah fikih yakni ”Al-ashlu
fil-muamalah alibahah illa ayyadulla dalilun ‟ala tahrimiha” (pada
dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya).

PRODUCT
(Produk)

PRICE
(Harga)

PROMOTION
(Promosi)

TARGET BRANDING
PLACE
(Pencitraan
KONSUMEN (Tempat/Lokasi)
Merek)
PEOPLE
(SDM)

PROCESS
(Proses)

PHYSICAL EVIDENCE
(Bukti Fisik)

Gambar 4. Marketing Mix

32 Dasar Pemasaran Syariah


Penarapan konsep marketing berbasis syariah pada marketing mix
antara lain :

Produk (Product)

Produk merupakan elemen utama yang ditawarkan kepada pelanggan


untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk membuat konsumen
puas dengan suatu produk, maka total nilai (Rp) yang ditawarkan
kepada konsumen hendaknya lebih rendah dari total nilai (produk)
yang dirasakan konsumen. Total nilai produk yang dirasakan konsumen
mencakup beberapa aspek, diantaranya:
1. Aspek Manfaat
a. Hemat Waktu;
b. Hemat Tenaga;
c. Hemat Uang;
d. Tambah Uang;
e. Tambah Sehat;
f. Tambah Pintar;
g. dan lain-lain.
2. Aspek Emosi
a. Bangga;
b. Bahagia;
c. Aman;
d. Nyaman;
e. dan lain-lain.
Keseluruhan aspek tersebut dikomunikasikan kepada konsumen
melalui sarana pemasaran yang tepat agar dipahami seluruh konsumen.

Dasar Pemasaran Syariah 33


Materi iklan yang berbeda dengan produk sejenis dapat memperkuat
informasi ini agar dapat diterima konsumen.

Produk syariah harus terjamin kualitasnya dan mampu memenuhi


tuntutan dan keinginan konsumen. Saat menjual barang-barangnya,
Nabi Muhammad SAW senantiasa menjelaskan kualitas barang yang
dijualnya. Produk pesanan pelanggan selalu memiliki kualitas tinggi yang
sama dengan yang disediakan. Jika ada perbedaan, Nabi menyatakan
bahwa pelanggan memiliki hak khiyar, yang memungkinkan mereka
untuk membatalkan transaksi jika ada yang salah.

Terdapat tiga hal yang perlu dipenuhi untuk menawarkan sebuah


produk, menurut Kertajaya and Sula (2006), yaitu :

a. Produk yang ditawarkan memiliki kejelasan barang, kejelasan


ukuran/ takaran, kejelasan komposisi, tidak rusak/ kadaluarsa, dan
menggunakan bahan yang baik.

b. Produk yang diperjualbelikan adalah produk yang halal.

c. Promosi maupun iklan tidak melakukan kebohongan.

Harga (Price)

Prinsip terpenting dalam paham Islam adalah harga ditentukan oleh


keseimbangan penawaran dan permintaan, serta keadilan ekonomi, yang
memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat di pasar. Maka,
harga produk dengan jumlah pelaku usaha banyak yang bisa bersaing.
Dalam arti, harga para pelaku usaha dapat bersaing satu sama lain secara
sehat untuk memperoleh pangsa pasar. Islam mendukung penetapan
harga yang kompetitif. Namun, pelaku usaha tidak boleh menggunakan
taktik yang berbahaya bagi bisnis lain saat menetapkan harga. Sebabnya,

34 Dasar Pemasaran Syariah


tujuan berdagang adalah tidak hanya menghasilkan uang, namun untuk
mendapatkan hasil maksimal, jangan berlebihan.

Pada hakekatnya, siapa saja yang berdagang bebas memperoleh


keuntungan dari barang dagangannya tanpa batasan selama tidak
menindas individu atau masyarakat lain. “Barang siapa yang membeli
barang, maka dibolehkan menjualnya dengan harga modal, lebih murah
dari harga modal, atau lebih tinggi,” Menurut Imam Nawawi dalam
kitabnya Al-Majmu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW: Jika dua barang
berbeda jenis, maka lakukan penjualan sesuai keinginanmu. Jika profit
taking, di sisi lain, menindas orang lain, maka hukum dilanggar. (Nasution
2018).

Secara sederhana, dalam pemasaran konvensional strategi


penetapan harga yang paling sering digunakan mencakup beberapa
cara. Diantaranya adalah:
a Penentuan Harga Logis

Penentuan harga ini berdasarkan pertimbangan biaya yang dikeluarkan


untuk memperoleh produk tersebut, baik untuk produksi langsung,
maupun mengambil di supplier. Harga ini ditentukan berdasarkan Harga
Pokok Produksi (HPP) + biaya lain + margin laba sesuai syariah.
b Penentuan Harga Emosional

Penentuan harga ini berdasarkan pertimbangan adanya efek


psikologis konsumen yang peka terhadap nilai-nilai tertentu. Misalnya:

• Harga coret. Strategi ini menampilkan harga sebelum diskon dan


sesudah diskon untuk menggugah rasa puas konsumen terhadap
harga yang ditawarkan karena terkesan lebih murah dari harga
awal.
Dasar Pemasaran Syariah 35
• Harga paket. Harga ini menawarkan potongan harga bagi beberapa
produk yang dibeli bersamaan dengan produk lain (dijual dalam
paket bundling).

• Harga ganjil, Sebagian besar konsumen menyukai angka ganjil,


misalnya 5900 dibandingkan 6000. Walaupun secara nominal
angkanya tidak berbeda jauh. Namun, perlu dipastikan kembali
bahwa secara syariah, nominal yang dibayarkan konsumen harus
tetap sama seperti yang dicantumkan dan tidak diperkenankan
adanya pembulatan tanpa persetujuan kedua belah pihak. Sehingga
pelaku usaha tetap harus berkewajiban mengembalikan sisa uang
dari kelebihan pembayaran pada angka ganjil ini.

• Termurah. Branding sebagai produk dengan harga termurah


seringkali menarik perhatian konsumen. Namun dalam prinsip
syariah, klaim tersebut harus berdasarkan kondisi yang nyata,
sehingga tidak ada unsur penipuan yang merugikan konsumen.

c Penentuan Harga Pesaing

Penentuan harga ini berdasarkan standar harga yang ditawarkan


pesaing yang memiliki harga serupa. Konsep penentuan harga secara
kompetitif tidak dilarang dalam Islam, namun harus tanpa tujuan yang
buruk. Seperti untuk menghancurkan bisnis pesaing.

Sumber lain menjelaskan penentuan harga yang lebih kompleks.


Ada beberapa strategi dalam penetapan harga, yaitu :

1. Penetapan Harga Berbasis Pasar.

Pelaku bisnis lebih mempertimbangkan faktor pasar


(pelanggan dan pesaing) dalam menetapkan harga. Ketentuan

36 Dasar Pemasaran Syariah


dalam syariah, harga yang ditetapkan jangan sampai melebihi
harga pasar karena termasuk pembodohan konsumen (ghabn)
karena dianggap dapat memanfaatkan kelalaian konsumen.
Penyesuaian harga dapat dilakukan dengan mengikuti perubahan
harga pasar yang bergerak mengikuti permintaan. Beberapa
jenis strategi penentuan harga berbasis pasar diantaranya:

a. Captive Pricing yaitu perusahaan mengenakan harga dibawah


pasar pada produk inti untuk menarik minat konsumen
namun menetapkan harga lebih tinggi untuk produk
pendamping. Sehingga ketertarikan pelanggan pada produk
inti biasanya diiringi dengan pembelian produk pendamping
untuk memaksimalkan kepuasannya. Misalnya sering terlihat
pada usaha restoran dan penjualan perangkat lunak.

b. Competition-based pricing. Penetapan harga didasarkan


pada apa yang dikenakan pesaing untuk produk serupa. Jika
perusahaan menetapkan harga yang lebih rendah daripada
pesaing, perusahaan menghasilkan laba per unit yang
lebih rendah tetapi menjual lebih banyak unit. Jika harga
ditetapkan lebih tinggi dari standar industri, perusahaan
harus memberikan manfaat tambahan untuk menarik
pembeli untuk memperoleh produk daripada beralih ke
pesaing. Meskipun strategi ini menghasilkan keuntungan per
unit yang signifikan, volume penjualannya sangat rendah.
Ketika sebuah perusahaan menetapkan harga pada tingkat
rata-rata pesaing ketika produknya homogen dan persaingan
ketat, keuntungan diperoleh dengan memotong biaya lain
seperti layanan, produksi, dan pemasaran.

Dasar Pemasaran Syariah 37


c. Peak-load pricing. Penetapan harga beban puncak adalah
praktik membebankan biaya yang berbeda kepada konsumen
tergantung pada permintaan. Selama jam sibuk, perusahaan
membebankan harga yang lebih tinggi, sedangkan selama
periode non-puncak, mereka mengenakan harga standar.
Hotel, misalnya, menuntut tarif harga yang lebih tinggi di
akhir pekan.

d. Penetration pricing. Menetapkan harga rendah untuk


mendorong penjualan dikenal sebagai harga penetrasi.
Strategi khas untuk memperkenalkan produk baru ke pasar
adalah membangun basis klien dan memperkuat posisi pasar
dengan meningkatkan penjualan.

e. Prestige pricing. Penetapan harga prestise, sering dikenal


sebagai penetapan harga premium, adalah strategi
penetapan harga di mana bisnis mengenakan tarif tinggi
untuk menciptakan merek yang tampak lebih berkualitas.
Pelanggan yang sadar kualitas biasanya ditargetkan oleh
bisnis.

2. Penetapan Harga Berbasis Biaya.

Pertimbangan utama dalam menetapkan harga dalam strategi


ini adalah biaya produksi. Pada dasarnya, syariah memungkinkan
siapa saja yang berdagang untuk mendapatkan keuntungan dari
barang-barangnya tanpa batasan selama dia tidak merugikan
individu atau masyarakat lain. “Barang siapa yang membeli barang,
maka dibolehkan menjualnya dengan harga modal, lebih murah
dari harga modal, atau lebih tinggi,” Imam Nawawi menyatakan

38 Dasar Pemasaran Syariah


hal tersebut dalam kitabnya Al-Majmu. Hal ini berdasarkan
sabda Nabi SAW: Jika dua barang berbeda jenis, juallah sesuai
keinginanmu. Namun, jika dalam profit taking, merugikan orang
lain, maka hukumnya tidak diperbolehkan (Nasution 2018).
Namun, pedagang harus mematuhi kode etik pengusaha muslim,
yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh terlalu bersemangat
untuk mendapatkan uang dengan memanfaatkan peluang, karena
ini dapat menyebabkan ghabn. Berikut ini adalah beberapa contoh
strategi penetapan harga berbasis biaya:

a. Break Even Pricing yaitu penetapan harga impas yang mengacu


pada menempatkan harga jual produk pada ambang impas.
Strategi ini tidak menghasilkan keuntungan karena pendapatan
sama dengan pengeluaran untuk meningkatkan penjualan
dan pangsa pasar. Barang-barang lain tetap dapat membantu
perusahaan untuk membiayai produk-produk tanpa laba.

b. Markup Pricing atau Cost-based pricing. Metode ini melakukan


penetapan harga berbasis biaya, sering dikenal sebagai
penetapan harga markup. Strategi penetapan harga disini di
mana bisnis menambahkan margin keuntungan ke biaya per
unit. Perusahaan, misalnya, melaporkan biaya unit $1000.
Perusahaan menambahkan markup 20% ke harga jual untuk
sampai pada harga akhir. Alhasil, harga jual produk menjadi Rp
1,200 (dengan margin 20 % x 1000).

c. Promotional Pricing atau penetapan harga promosi dengan


penetapan harga jual yang lebih rendah dari harga biasanya
untuk meningkatkan penjualan jangka pendek. Misalnya,

Dasar Pemasaran Syariah 39


melalui pengurangan harga, bundel produk atau penggunaan
kartu pelanggan.

d. Target Pricing atau tetapkan target harga. Perusahaan


menentukan harga jual terlebih dahulu, dengan
mempertimbangkan kondisi dan permintaan pasar sebelum
menyesuaikan atribut produk. Biaya produksi dan margin
keuntungan adalah dua komponen dari harga ideal.

e. Zone Pricing atau harga berdasarkan zona. Pelanggan di zona


tertentu dikenakan harga yang sama, sedangkan pelanggan di
zona lain dikenakan harga yang berbeda. Ini menjelaskan fakta
bahwa perusahaan mungkin menderita pengeluaran yang
lebih tinggi untuk jarak yang lebih jauh.

Tempat (Place)

Place/tempat adalah pilihan dimana dan bagaimana memberikan


layanan kepada klien untuk memudahkan mereka menerima barang
atau jasa yang dijual. Saluran distribusi yang membentuk rantai distribusi
barang berperan dalam menentukan lokasi penjualan selanjutnya.
Saluran distribusi ini dapat dianggap sebagai sekelompok bisnis yang
saling berhubungan yang terlibat dalam proses pengiriman produk/jasa
untuk digunakan atau dikonsumsi. Maka bagian ini sangat penting bagi
perusahaan.

Perusahaan dapat berkembang pesat karena terletak di lokasi yang


penting dan mudah dijangkau. Dalam menentukan lokasi atau saluran
distribusi, pelaku bisnis syariah harus memprioritaskan lokasi yang
sesuai dengan target pasarnya agar produktif dan efisien. Intinya, dalam

40 Dasar Pemasaran Syariah


menentukan bauran pemasaran, nilai-nilai keadilan dan kejujuran harus
diterapkan.

Dalam perspektif Barat, distributor produk dipengaruhi produsen,


atau sebaliknya, distributor dapat menerapkan tekanan pada produsen
yang bersifat mengikat. Selain itu, Nabi Muhammad SAW melarang orang
atau perantara memotong jalur distribusi misalnya dengan menahan
para pedagang dari desa yang hendak menjual dagangannya ke kota.
Mereka dihentikan di pinggiran kota dan diberitahu bahwa nilai barang
bawaan mereka telah turun, dan akan lebih bijaksana untuk menjualnya
kepada mereka yang telah menghalangi mereka untuk melakukannya.
Nabi Muhammad SAW secara tegas melarang hal ini.

Dalam hal perantara, atau tengkulak, yang melakukan praktek ijon


dengan membeli buah dari pohon dengan harga yang diperkirakan. Ini
tidak diizinkan. Nabi Muhammad tidak membenarkan praktik membeli
buah dari pohon karena jumlah hasil yang tidak jelas, membuat jual beli
mencurigakan dan meningkatkan kemungkinan kerugian di salah satu
pihak pada masa depan.

Secara konvensional, beberapa saluran distribusi dikenal baik oleh


para pelaku bisnis. Saluran distribusi ini secara umum berguna untuk
memudahkan produk sampai ke tangan konsumen. Dalam Islam, konsep
ini dapat berperan untuk membuka rezeki bagi pihak-pihak yang terlibat
dalam rantai distribusi. Sehingga tujuan bisnis untuk mengembangkan
kesejahteraan umat dapat tercapai melalui langkah seperti pada gambar 5.

Dasar Pemasaran Syariah 41


Langsung Produsen Konsumen

Distribusi

Tidak Distributor
Langsung Produsen Agen Retail KOnsumen

Reseller

Dropshiper

Gambar 5. Saluran Distribusi

Dalam saluran distribusi langsung, produk disampaikan langsung


ke tangan konsumen tanpa perantara. Dalam proses ini produsen
mengeluarkan banyak sumber daya namun dapat lebih mudah
mengontrol aliran produk. Sedangkan saluran distribusi tidak langsung
melibatkan pihak ketiga sebagai penyalur produk sehingga dapat sampai
ke tangan konsumen. Pilihan perantara akan tergantung konsep bisnis
dan jenis produk yang dimiliki produsen.

Promosi (Promotion)

Promosi dalam tinjauan syariah harus didasarkan pada kepatuhan


syariah, yang mencerminkan kebenaran, keadilan, dan kejujuran
masyarakat. Semua informasi terkait produk harus dikomunikasikan
secara transparan dan terbuka untuk menghilangkan kemungkinan
penipuan dan penipuan terkait promosi. Pemasaran, termasuk barang
dan jasa, tidak bebas nilai dalam filosofi bauran pemasaran Islam.
Manusia juga diharapkan dapat menjaga kesejahteraan masyarakat pada

42 Dasar Pemasaran Syariah


umumnya sebagai khalifah di muka bumi, dengan cara berdagang yang
halal dan diridai oleh Allah SWT.

Menurut Gunara and Hardiono (2007), bisnis Islam meletakkan fokus


yang kuat pada konsep rahmat dan rida Allah SWT baik dari penjual
maupun konsumen. Akibatnya, upaya pemasaran harus didasarkan
pada etika pemasaran. Berikut ini adalah beberapa tips dan prinsip Nabi
Muhammad untuk menciptakan citra dagangannya:

a. Dalam jual beli, Nabi tidak pernah membohongi pelanggan, baik dari
segi kuantitas (kuantitas) maupun kualitas (kualitas).

b. Pelanggan yang tidak mampu membayar tunai harus diberikan


jangka waktu untuk melunasinya, dan kemudian pengampunan (jika
memungkinkan) harus diberikan jika mereka benar dan mampu
membayar.

c. Persuasi. Jenis persuasi yang digunakan untuk membujuk saat


menjual suatu barang, hindari menggunakan janji-janji yang
berlebihan.

d. Pemasaran. Hanya jika kedua belah pihak setuju. Penjualan akan


sempurna jika Anda membuat proposal dan menerimanya.

Gambar 6. Strategi Promosi

Dasar Pemasaran Syariah 43


Secara umum strategi promosi dikenal memiliki beberapa jenis.
Adapun penjelasan 6 strategi promosi yang pada umumnya digunakan
seperti pada gambar 6 (enam) adalah sebagai berikut:

a. Advertising atau periklanan adalah kegiatan menyebarkan informasi


produk, promosi ide-ide, dan lain-lain dengan memilih saluran
massa.

b. Branding adalah penetapan merek berupa penggunaan nama,


istilah, warna, simbol atau desain untuk memberikan identitas yang
unik pada produk di pasar untuk membangun citra suatu produk.

c. Personal Selling yaitu upaya penjualan melalui interaksi langsung


dengan para calon pembeli untuk memperkenalkan produk,
menjawab pertanyaan, dan menerima pesanan.

d. Sales Promotion adalah insentif jangka pendek yang digunakan


untuk mendorong keinginan konsumen agar tertarik untuk mencoba
atau membeli suatu produk.

e. Public relation adalah kegiatan mempromosikan, menginformasikan


untuk melindungi citra perusahaan maupun citra produk yang
dihasilkan.

f. Direct marketing adalah upaya promosi dengan menggunakan surat,


telepon, e-mail dan alat penghubung lainnya untuk berkomunikasi
secara langsung dengan calon pelanggan yang akan dibidik atau dan
pelanggan lama yang telah dilayani.

g. Social Media adalah saluran promosi terkini yang banyak


dimanfaatkan oleh pelaku usaha sebagai sarana untuk membentuk
wajah perusahaan dan membangun ikatan dan komunikasi dengan
konsumen.
44 Dasar Pemasaran Syariah
Jika dikelompokkan, strategi promosi mencakup 3 bagian besar yaitu
secara massal, pribadi/personal, dan digital.

Gambar 7. Strategi Promosi

Pemasaran Digital

Pemasaran melalui media online saat ini merupakan keharusan yang


perlu dijajal pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya. Secara
umum pemasaran online mencakup 3 (tiga) kegiatan utama yaitu
1 Riset.

Untuk mengetahui posisi pasar dan persaingan, pelaku usaha perlu


melakukan penelitian awal untuk dapat memetakan posisi bisnisnya.
Terlebih di era digital, informasi persaingan dapat dengan mudah

Dasar Pemasaran Syariah 45


diperoleh, penelitian tersebut mencakup beberapa komponen yaitu:

• Kata Kunci/keyword;

• Kompetitor;

• Trend.

2 Promosi & Branding (Pencitraan Merek)

Promosi dan branding dapat menggunakan beberapa saluran


pemasaran digital. Diantaranya adalah:

• Media Sosial (Facebook, Instagram, Youtube, Tiktok, dll);

• Website;

• Google My Business;

• SEO (Search Engine Optimization);

• Iklan online secara berbayar atau organik.

3 Transaksi

• Melalui marketplace (Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan lain-


lain);

• Aplikasi chatting (Whatsapp, Line, dan lain-lain).

46 Dasar Pemasaran Syariah


Copywriting

Copywriting adalah pembuatan materi pemasaran yang bertujuan


untuk membuat calon konsumen tertarik/terbujuk untuk melakukan
berbagai tindakan yang diharapkan. Misalnya, membeli produk atau jasa
layanan, berlangganan informasi perusahaan, menghubungi sales, dan
lain-lain. Pada era digital seperti saat ini, copywriting dianggap sebagai
hal yang penting karena selain berguna sebagai konten iklan dalam
bentuk tulisan, copywriting juga bisa digunakan untuk membuat suatu
naskah video iklan ataupun podcast.

Anatomi copywriting yang paling banyak digunakan diantaranya


adalah Teknik AIDA. AIDA adalah singkatan dari Attention, Interest, Desire
dan Action. Komponen ini mengarahkan pelaku usaha untuk dapat
membuat materi iklan dengan ringkas, tepat sasaran dan tidak bertele-
tele namun tetap berkesan, menarik minat, sehingga membuat calon
konsumen terpengaruh setelah membaca tulisan atau konten tersebut.

1 Attention (Perhatian)

Penelitian SilverPop pada tahun 2013 menunjukkan bahwa orang-


orang memutuskan untuk melanjutkan melihat konten iklan atau tidak
hanya dalam waktu 8 detik. Maka, maksimalkan 8 detik tersebut untuk
menyampaikan informasi yang benar-benar diperlukan yang mencakup
judul, gambar, dan kalimat pembuka terkait bisnis yang diiklankan.
Informasi tersebut harus dapat memberikan solusi atas permasalahan
yang dihadapi calon pelanggan dan membuat mereka merasa
menemukan solusi atas permasalahan tersebut.

Dasar Pemasaran Syariah 47


2 Interest (Ketertarikan)

Setelah dapat menarik perhatian, selanjutnya adalah membuat


konsumen tertarik dengan iklan yang ditayangkan. Elemen yang harus
muncul dan dioptimalkan untuk membuat konsumen tertarik adalah
adanya informasi berupa penawaran, data/fakta, alasan mengapa
konsumen percaya kalau mereka memerlukan apa yang Anda tampilkan
pada konten tersebut dan bonus jika memungkinkan.

3 Desire (Keinginan)

Pada bagian ini perlu ada penekanan kembali sehingga konsumen


merasa benar-benar membutuhkan produk yang ditawarkan. Misalnya,
dengan melampirkan testimoni positif atau pengalaman konsumen lain
dan garansi produk apabila dimungkinkan.

4 Action (Tindakan)

Pada bagian ini, pengiklan mengarahkan audience untuk mengambil


tindakan agar membeli produk ditawarkan. Selain itu, audience juga
dapat diarahkan untuk mengisi database, berlangganan informasi
produk, mengisi kuesioner atau menyimpan kontak perusahaan.

48 Dasar Pemasaran Syariah


Gambar 8. Anatomi Aida

Dengan memperhatikan profil atau tanggapan konsumen, serta tujuan


dan teknik promosi, pelaku usaha dapat dengan tepat merumuskan
konten promosi apa yang paling tepat. Secara garis besar, gambarannya
dapat terlihat pada gambar 9.

Gambar 9. Strategi Promosi berdasarkan Tujuan dan Tipe Konsumen

Dasar Pemasaran Syariah 49


Sumber Daya Manusia (People)

Sumber daya manusia merupakan komponen yang penting dalam


pemasaran. Karena manusia sangat menentukan berkembang atau
tidaknya sebuah bisnis. Oleh karenanya, banyak perusahaan membuat
skema seleksi yang ketat untuk dapat memperoleh SDM yang terbaik.
Secara garis besar, people mencakup beberapa fokus diantaranya:

1 Seleksi.

Prosedur ini diperlukan agar SDM dapat fokus pada bidang keahliannya.
Konsep penempatan tersebut tertuang dalam berbagai kitab suci dan
hadits dalam Islam, diantaranya Allah SWT sangat mencintai individu
yang melakukan pekerjaannya secara itqon (tepat, terarah, jelas, dan
lengkap) (HR Thabrani). Hadis lain menyebutkan bahwa jika suatu
jabatan tidak diisi seorang ahli, maka tunggulah sampai tiba kehancuran
(Salim dalam Andriani 2015).

2 Motivasi dan Sikap.

Pengaruh kunci lainnya dalam elemen ini adalah sikap dan motivasi
karyawan. Sikap dapat diekspresikan antara lain dengan penampilan,
intonasi suara, bahasa tubuh, emosi wajah, dan ucapan. Sementara itu,
motivasi akan menentukan seberapa besar motivasi karyawan untuk
menikmati pekerjaannya.

3 Pengembangan keterampilan.

Pengembangan kompetensi karyawan juga menjadi tanggung jawab


pemilik usaha. Manusia dikenal dalam Islam memiliki talenta yang luar
biasa dan menduduki posisi tertinggi di antara semua makhluk, yaitu

50 Dasar Pemasaran Syariah


sebagai khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi (Q.S. Al-Baqarah:30 dan
Q.S. Al-Anam:165). Akibatnya, manusia harus mampu mempertahankan
keunggulannya dengan selalu meningkatkan diri dan menjadi lebih
berdaya guna untuk memaksimalkan potensi sumber daya yang
dimilikinya.

Proses

Proses mencakup bagaimana cara suatu perusahaan atau sektor


bisnis untuk melayani permintaan konsumen. Proses mencakup kegiatan
saat konsumen melakukan pemesanan hingga pelayanan purnajual
setelah konsumen selesai menikmati produk tertentu. Proses bisnis erat
kaitannya dengan etika bisnis. Menurut Imaddudin (dalam Darmawati,
2013 ) terdapat 5 (lima) dasar prinsip dalam etika Islam, yaitu:
1 Kesatuan (Tauhid/Unity). Dalam Islam menawarkan sinergi agama,
ekonomi, dan sosial untuk membangun persatuan dalam pengertian
ini. Etika dan bisnis menjadi saling terkait dalam perspektif ini dalam
proses yang mengedepankan aspek agama, ekonomi, dan sosial
melalui hubungan jual beli yang saling menguntungkan.
2 Keseimbangan (Adil/Ekuilibrium). Dalam bisnis, Islam menjunjung
tinggi kejujuran dan mengutuk kecurangan. Musibah besar bagi
orang yang meminta mendapat takaran penuh dari orang lain,
namun ketika menakar atau menimbang orang selalu berkurang.
“Dan sempurnakanlah takaran ketika kamu menimbang, dan
timbanglah dengan timbangan yang benar…” Allah SWT berfirman
dalam Q.S. Al-Isra : 35. Islam mewajibkan berlaku adil dalam proses
ekonomi, sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Maidah ayat
8, yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, semoga kamu

Dasar Pemasaran Syariah 51


senantiasa menegakkan (kebenaran) dengan menyebut nama Allah
SWT dan semoga kamu menjadi saksi yang adil. Dan janganlah
permusuhanmu terhadap sekelompok orang mendorongmu untuk
bertindak tidak adil. Bertindak adillah karena keadilan lebih dekat
dengan ketakwaan.”
3 Kehendak Bebas (Freewill). Kebebasan dilakukan dalam proses
bisnis sepanjang tidak merugikan kepentingan orang lain dan sesuai
dengan prinsip agama. Komitmen setiap individu kepada agama
melalui zakat, infaq dan sedekah mengendalikan keinginan manusia
untuk terus-menerus memenuhi tuntutan pribadinya yang tak ada
habisnya dalam perdagangan.
4 Tanggung jawab (Responsibility). Proses bisnis menghendaki
adanya tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Kebebasan dalam
proses bisnis yang dijabarkan sebelumnya perlu batasan berupa
pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Untuk memenuhi apa yang
diamanatkan dilakukannya.

Tampilan fisik (Physical Evidence)

Tampilan fisik dari tempat usaha menjelaskan penataan suatu


perusahaan. Tata letak suatu bangunan pada perusahaan akan
memengaruhi persepsi pengunjung. Saat ini, tata letak tampilan tidak
hanya mencakup aspek fisik namun juga aspek virtual. Sehingga,
tampilan toko yang terlihat secara online juga akan mempengaruhi
persepsi konsumen.

Untuk memberikan pengalaman kepada pengunjung dan memberikan


nilai tambah, tampilan fisik sebaiknya dapat menciptakan suasana yang

52 Dasar Pemasaran Syariah


menyenangkan. Sarana fisik (Zethaml and Bitner 2001) mencakup fasilitas
fisik seperti gedung, ruangan, tempat parkir, kebersihan, kerapihan,
kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan, sarana komunikasi, dan
tampilan karyawan. Maka, komponen visual sangatlah penting dalam
strategi bauran pemasaran.

Menurut (Ridwan (2013) dalam konsep Islam, pelayanan yang


berkenan dengan tampilan fisik sebaiknya tidak berlebih-lebihan dalam
menunjukkan kemewahan. Sebaiknya kenyamananlah yang dapat
lebih ditonjolkan ketika mempersiapkan tampilan fisik dari bisnis yang
akan dibuat. Fasilitas yang membuat konsumen merasa nyaman lebih
penting dibandingkan dengan fasilitas yang menonjolkan kemewahan.
Pernyataan ini sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an surat At-
Takaatsur ayat 1-5.

2.5 Teknik Membangun Nilai Produk


Berdasarkan Target Kosumen serta
Pesaing Utama.
Menurut (Gulla n.d.) Value proposition adalah nilai keuntungan
produk atau layanan berupa pernyataan komersial atau pemasaran yang
digunakan anggota perusahaan untuk memberikan alasan bagi konsumen
untuk membeli produk atau menggunakan layanan yang disediakan. Nilai
yang diberikan kepada calon konsumen harus relevan dengan mengapa
merek, produk dan layanan yang diberikan dapat menjadi solusi dari
masalah mereka. Dalam konsep syariah, selain mengungkapkan keaslian
suatu produk sebagai nilai yang tidak ditawarkan pesaing, proposisi nilai
juga merupakan cara baru untuk memuaskan kebutuhan pelanggan

Dasar Pemasaran Syariah 53


dengan menarik lebih banyak nilai dari produk tersebut. Proposisi nilai
dapat diimplementasikan dalam bentuk harga rendah, pengiriman tepat
waktu, pembayaran fleksibel, kualitas produk, kualitas layanan dan
banyak lagi. Jadi, secara umum, nilai suatu produk meliputi:

1. Janji tentang apa yang akan berikan kepada pelanggan;

2. Manfaat yang akan diperoleh pelanggan;

3. Mengapa mereka harus memilih kita daripada pesaing.

Setiap aspek nilai produk akan menjadi insentif utama bagi pembeli
untuk membelinya. Berkaitan dengan konsep syariah, terdapat 5 nilai
yang harus dipertahankan pelaku bisnis untuk memiliki proporsi nilai
yang unik berdasarkan target konsumen, 5 (lima) nilai tersebut adalah:
1 Fungsionalitas. Fitur ini berfokus pada nilai kenyamanan pelanggan,
masalah yang dipecahkan oleh produk yang kita tawarkan dan
bagaimana bisnis kita lebih baik dari pesaing. Menginformasikan
tentang sifat religius suatu produk untuk efek menguntungkan yang
dapat diperoleh konsumen adalah salah satu cara untuk menekankan
aspek fungsional tambahan produk dalam konsep syariah. Misalnya,
dengan membeli produk konsumer, kita mendonasikan 10% (sepuluh
persen) untuk membantu anak yatim.
2 Emosi. Bagian ini menyoroti bagian paling menarik dari produk
dan layanan bisnis dan bagaimana perusahaan menyajikan produk
dan layanan kepada pelanggan potensial. Misalnya, meningkatkan
kenyamanan penggunaan dengan memberi sinyal bahwa produk
tersebut dibuat dengan bahan-bahan halal.

54 Dasar Pemasaran Syariah


3 Ekonomi. Nilai ini menunjukkan manfaat produk dan layanan bisnis
dari perspektif bisnis dan ekonomi. Apakah produk lebih murah dari
perusahaan lain atau produk dapat menghemat biaya pelanggan.
Konsep hukum syariah melarang riba, yang semakin memperumit
pekerjaan penjual dan pembeli di masa depan. Oleh karena itu,
concern pada masalah ini dapat digunakan untuk meningkatkan
nilai produk.
4 Simbolis. Nilai ini menampilkan sesuatu yang mewakili produk
perusahaan. Logo bantuan harus ditampilkan pada produk seperti
yang ditunjukkan pada sisi syariah. Ambil contoh logo Halal, sebuah
logo yang merepresentasikan karakter Islami suatu produk.
5 Nilai akhir menunjukkan apa yang dijanjikan perusahaan kepada
pelanggan. Garansi produk memberi pelanggan daya tarik lebih.
Fitur layanan tambahan seperti layanan purnajual dan garansi juga
dapat menambah nilai produk.

Dalam bisnis, kita perlu memaksimalkan semua peluang bisnis tanpa


kehilangan pelanggan. Tidak apa-apa untuk menetapkan harga tinggi,
tetapi sebagai imbalannya, perlu menyediakan produk dan layanan
berkualitas tinggi yang sepadan dengan harga yang dibayar konsumen.
Pelaku usaha juga dapat mengembangkan proposisi nilai dan pada saat
yang sama menerapkannya pada kompetisi perusahaan. Cara untuk
merumuskan value proposition adalah :
1. Memahami visi, misi dan tujuan perusahaan;
2. Melakukan riset terhadap kebutuhan pelanggan;
3. Melakukan analisis persaingan;
4. Menunjukkan peran dan keunggulan produk untuk menyelesaikan
kebutuhan pelanggan.

Dasar Pemasaran Syariah 55


Teknik membangun nilai sangat berkaitan dengan merek atau citra
produk atau perusahaan. Proses untuk membangun merek dilakukan
dengan beberapa tahapan diantaranya:
1 Identitas Merek (Brand Identity). Istilah “identitas merek” mengacu
pada semua elemen yang terkait dengan produk, layanan,
perusahaan, atau orang. Adapun yang termasuk dalam identitas
merek diantaranya adalah nama, logo, nada, tagline, jenis huruf,
kemasan, rasa, tagline, reputasi dan bentuk yang membuat
konsumen tertarik dan membedakan produk dengan pesaing.
Identitas merek harus konsisten diterima konsumen untuk semakin
menekankan identitas tersebut melekat pada merek/produk
tertentu.
2 Memposisikan Merek (Brand Positioning). Brand positioning adalah
cara membuat suatu produk atau perusahaan dapat diingat dengan
baik oleh konsumen atau mendapatkan tempat khusus di hati
konsumen sehingga dapat menciptakan kesan unik bagi pelanggan.
Pada tahapan ini, dilakukan upaya-upaya tambahan yang semakin
membedakan produk dengan pesaing. Upaya tersebut disampaikan
dan dirasakan konsumen melalui bauran pemasaran (4P+3P)
3 Citra Merek (Brand Image). Brand Image adalah bagaimana persepsi
tentang suatu merek produk atau perusahaan sebagaimana
tercermin oleh asosiasi merek muncul dalam ingatan konsumen.
Pada tahapan ini, produk perlu diposisikan seperti apa untuk dapat
semakin diingat oleh konsumen walaupun hanya dengan mendengar
mereknya saja.

56 Dasar Pemasaran Syariah


2.6 Teknik Komunikasi Personal
Berbeda dengan pemasaran yang menyasar audience dengan jumlah
besar, Teknik komunikasi secara personal diperlukan untuk menyasar
segmen pasar individu. Namun dapat pula menjadi template yang dapat
diadopsi untuk menyasar seluruh konsumen individu yang berjumlah
masal. Cara yang dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1 Teknik Menjual

Teknik penjualan merupakan cara pelaku usaha untuk memperkenal­


kan produknya hingga konsumen merasa tertarik. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam teknik ini, diantaranya adalah:

a. Memahami produk baik fitur maupun benefitnya.

b. Membawakan informasi produk dengan meyakinkan untuk


membangun kepercayaan.

c. Menjelaskan solusi yang didapat ketika mengkonsumsi produk yang


ditawarkan.

d. Bersiap untuk ditolak atau mendengarkan keberatan dari calon


konsumen.

Dasar Pemasaran Syariah 57


2 Teknik Follow Up

Setelah tim pemasar melewati proses menjual, selanjutnya adalah


melanjutkan ke proses follow up. Dalam tahapan ini yang perlu
diperhatikan adalah:

a. Menghubungi kembali konsumen dan meminta izin untuk


mengingatkan.

b. Memberi konsumen jeda waktu untuk berfikir kembali.

c. Mendoakan yang terbaik.

d. Menanyakan kembali kejelasan, keberatan, atau potensi tanggapan


lain.

3 Teknik Closing

Beberapa cara dikenal untuk mempercepat konsumen mengambil


keputusan penjualan atau dikenal dengan teknik closing. Dalam tahapan
ini yang perlu diperhatikan adalah:

a. Kenali ciri closing (bahasa & fisik);

b. Ajukan pertanyaan “ya atau ya”;

c. Ajukan testimoni atau garansi;

d. Pastikan konsumen merasa menang.

Lebih khusus, beberapa langkah dapat diambil untuk mempercepat


closing. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Teknik Assumptive

Dalam pendekatan dengan konsumen, teknik ini mengasumsikan


atau menganggap bahwa customer akan membeli produk.

58 Dasar Pemasaran Syariah


b. Teknik Now or Never

Teknik ini menawarkan kepada konsumen untuk dapat membeli


produk ini sekarang juga karena kesempatan kedepan mungkin
tidak akan semenguntungkan sekarang.

c. Teknik Ekslusif

Teknik ini memberikan penjelasan kepada konsumen bahwa


mereka akan menjadi spesial ketika mengkonsumsi produk yang
kita tawarkan.

d. Menjelaskan keuntungan

Teknik ini menjelaskan dengan rinci keuntungan yang diperoleh


konsumen ketika mengkonsumsi produk yang kita tawarkan.

e. Mencantumkan harga diskon

Teknik ini menggunakan persepsi sebagian besar konsumen


yang menyatakan bahwa harga diskon lebih menguntungkan.
Namun perlu menghindari sikap-sikap yang menunjukkan
penipuan atau kebohongan dengan mencantumkan harga yang
tidak sebenarnya atau mengecoh konsumen.

f. Teknik menampilkan testimoni

Teknik ini menampilkan testimoni yang dapat menciptakan


keyakinan pada benak konsumen.

g. Teknik Empati

Teknik ini memberikan empati terhadap keluhan yang dirasakan


konsumen.

Dasar Pemasaran Syariah 59


2.7 Membina Hubungan dengan Pelanggan
Setelah melakukan komunikasi dengan konsumen, hal yang tidak
kalah penting adalah melakukan evaluasi dari apa yang telah dilakukan.
Evaluasi tersebut mencakup proses menganalisis penjualan yang tidak
terjadi dan penyebabnya. Misalnya, karena konsumen salah menangkap
maksud, salah momen, belum adanya kebutuhan dari konsumen, atau
salah komunikasi.

Konsep pemasaran dalam Islam bertujuan untuk mencapai


kesejahteraan para pemangku kepentingan khususnya dan masyarakat
pada umumnya yang diatur oleh pedoman yang diberikan dalam Al-
Qur’an dan Sunnah. Menurut Nasuka (2017), konsep pemasaran syariah
mendasarkan pada teori Maqāṣid Syarī’ah yang bersumber dari Al-
Qur’ān dan Sunnah, di mana hubungan pertukaran dalam proses bisnis
menekankan pada aspek maṣlaḥah (kesejahteraan) kehidupan manusia,
baik di dunia maupun di akhirat.

Untuk mengelola konsumen agar menjadi pelanggan yang loyal,


diperlukan beberapa pendekatan. Pelanggan yang loyal akan secara
sukarela bertahan untuk tetap mengkonsumsi produk yang kita tawarkan
dan konsisten untuk kembali membeli produk atau jasa baru yang akan
kita tawarkan di masa mendatang.

Cara Nabi Muhammad SAW menciptakan loyalitas pelanggan saat


perdagangan, dapat dijadikan contoh setiap usaha pada masa sekarang.
Banyak strategi yang berhasil diterapkan Nabi Muhammad SAW dengan
cara – cara Islami dan tidak merugikan orang lain.

60 Dasar Pemasaran Syariah


Cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan loyalitas pelanggan
diantaranya:

1. Menjaga hubungan yang saling menguntungkan dengan pelanggan.

2. Menjaga kedekatan dengan pelanggan secara berkesinambungan.

3. Menciptakan biaya peralihan yang tinggi yang menyulitkan


konsumen untuk berpindah ke produk lain.

4. Memberi imbalan atas loyalitas konsumen.

5. Memberi pelayanan ekstra (Haryanto 2005).

Dasar Pemasaran Syariah 61


Kegiatan
III

Simulasi Materi
Pelatihan
Tujuan 1. Peserta dapat mensimulasikan strategi
pemasaran syariah.
2. Peserta dapat mensimulasikan cara membangun
nilai produk.
3. Peserta dapat menyusun copywriting penjualan
produknya
4. Peserta memahami dan terampil dalam
presentasi produknya.

Kegiatan 1. Peserta membuat simulasi strategi pemasaran


syariah pada kanvas yang telah disediakan.
2. Peserta membuat simulasi cara membangun
nilai produk pada kanvas yang telah disediakan.
3. Peserta menyusun copywriting penjualan
produknya.
4. Peserta mempresentasikan pemasaran
produknya.

Metode Simulasi

Waktu Latihan : 50 Menit

Alat Kanvas, Lembar Kerja, Alat tulis

Paparan Fasilitator:

Kegiatan 3.1

1. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota


4-5 oran.

2. Setiap kelompok memilih salah satu bisnis anggotanya yang akan


dijadikan objek kanvas.

Dasar Pemasaran Syariah 63


3. Seluruh anggota berdiskusi tentang strategi pemasaran syariah dan
menuangkan ide serta gagasan yang ditulis dalam sticky notes untuk
mengisi setiap kotak di kanvas.

Kegiatan 3.2

1. Masih dalam kelompok yang sama, setiap kelompok diminta untuk


berdiskusi memilih satu iklan dari salah satu anggota kelompok
untuk dijadikan objek pembuatan copywriting.

2. Setiap anggota diminta untuk menulis konten copywritingnya sendiri


pada kertas yang telah disediakan.

3. Fasilitator mengevaluasi beberapa contoh copywriting dengan Teknik


AIDA.

Kegiatan 3.3

1. Masih dalam kelompok yang sama, setiap kelompok diminta untuk


berdiskusi memilih perwakilan anggotanya untuk mempresentasikan
hasil kanvas masing-masing kelompok.

2. Fasilitator mengevaluasi kanvas masing-masing kelompok.

64 Dasar Pemasaran Syariah


Kanvas Kegiatan 3.1

STRATEGI PEMASARAN SYARIAH

Target Pasar

Pasar Utama
Profil : Harapan : Masalah :

Dasar Pemasaran Syariah 65


Produk kita
Manfaat: Emosi : USP

Analisa Kompetitor
Usaha/Produk Kekuatan Kelemahan :

Kompetitor Utama

Taktik Pemasaran (7P)

Produk Fitur : Benefit :

66 Dasar Pemasaran Syariah


(Price) Harga

Promosi Offline : Online :

(Place) Tempat / Tempat / Saluran : Hubungan Pelanggan


Saluran Distribusi dan :
Hubungan Pelanggan

Dasar Pemasaran Syariah 67


People (SDM) Interaksi dengan Pengembangan diri
Konsumen

Physical Evidence Fasilitas Desain


(Bukti Fisik)

Process Prosedur Aliran Aktivitas

68 Dasar Pemasaran Syariah


Daftar Pustaka

Amrin, Abdullah. 2006. Asuransi Syariah. Jakarta: PT. Elex Media


Komputindo.
Andriani, Tuti. 2015. “Staffing Dalam AlQuran Dan Hadis Ditinjau Dari
Manajemen Pendidikan.” Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-
Ilmu Sosial Dan Budaya 12(2):151–66.
Badruzaman, Dudi. 2019. “Riba Dalam Persfektif Keuangan Islam.” Jurnal
Al Amwal 1(2):49–69.
Darmawati. 2013. “Etika Bisnis Dalam Pespektif Islam: Eksplorasi Prinsip
Etis Al-Qur’an Dan Sunnah.” Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam
(3):58–68.
Gulla, Thrisya Marcelina. n.d. “Merancang Value Proposition Yang Unik.”
Https://Www.Ukmindonesia.Id/Baca-Artikel/77.
Gunara, Thorik and Utus Hardiono. 2007. Marketing Muhammad.
Bandung: Madania Prima.
Haryanto. 2005. Fokus on Marketing, Mempertahankan Market Leader
Melalui Program CRM. Jakarta: PT Mizan Publika.
Kertajaya, Hermawan and M. Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing.
Bandung: Mizan.

Dasar Pemasaran Syariah 69


Liu, Ran. 2017. “A Reappraisal of Marketing Definition and Theory.”
Journal of Eastern European and Central Asian Research 4(2):1–7.
Luntajo, Moh. Muzwir R. 2016. “Dasar Filosofi Marketing Syari’ah Moh.
Muzwir R. Luntajo.” Jurnal Ilmiah Al-Syir Ah.
Lupiyoadi, Rambat and A. Hamdani. 2006. Manajemen pemasaran Jasa
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Miftah, Ahmad. 2015. “Mengenal Marketing Dan Marketers Syariah.”
Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam 6(2):15–20.
Muamalat, Bank. 2020. “Pengertian Maysir, Gharar, Dan Riba.” Retrieved
(https://www.bankmuamalat.co.id/artikel/pengertian-maysir-
gharar-dan-riba).
Nasuka, Moh. 2017. “Peningkatan Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan
Pelanggan Dengan Layanan Inti.” Jurnal Syari’ah Dan Hukum Diktum
2:191–205.
Nasution, Adanan Murroh. 2018. “Batasan Mengambil Keuntungan
Menurut Hukum Islam.” Jurnal El-Qanuniy: Jurnal Ilmu-Ilmu
Kesyariahan Dan Pranata Sosial 4(1):88–100.
Ridwan. 2013. “Kualitas Pelayanan Dalam Islam.” Retrieved (https://
ridwan202.wordpress.com/2013/02/11/kualitas-pelayanan-dalam-
Islam/).
Sutoyo, Isnaeni Widowati. 2016. “Marketing Ala Rasulullah.” Minanews.
Net.
Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.
Zethaml, Valerie and Marry J. Bitner. 2001. Service Marketing. New
Jersey: Mc Graw Hill.

70 Dasar Pemasaran Syariah

Anda mungkin juga menyukai