Anda di halaman 1dari 21

Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

INFARK MIOKARD AKUT

PENDAHULUAN

Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke

otot jantung terganggu.1 Merupakan kegawatdaruratan di bidang jantung. Berasal

dari penyempitan, pembuntuan, dan spasme lama dari pembuluh darah koroner

sehingga dinding jantung (miokard) menjadi kekurangan oksigen dan sel-selnya

menjadi mati (nekrosis). Penyakit ini umumnya menyerang orang usia > 40

tahun. 2 Paling banyak di temukan di negara-negara maju. Di Amerika serikat,

angka kejadian IMA bisa mencapai 1,1 juta pertahun dengan angka kematian

sekitar 30% dimana lebih dari ½ kematian ini terjadi pada orang terserang yang

belum mencapai rumah sakit. Walaupun angka mortalitas telah turun sekitar 30%

pada 2 dekade terakhir ini, tetapi 1 dari 25 penderita yang selamat setelah dirawat

meninggal pada 1 tahun pertama setelah serangan IMA. 3 Di Indonesia, sejak 10

tahun terakhir IMA lebih sering ditemukan. Kemajuan dalam pengobatan IMA di

unit perawatan jantung koroner intensif berhasil makin menurunkan angka

kematian IMA. 1

EPIDEMIOLOGI

Infark miokard dapat menyerang semua usia tetapi frekuensinya

meningkat secara progresif dengan bertambahnya usia dan bila ada faktor-faktor

predisposisi menjadi aterosklerosis. Faktor-faktor tersebut antara lain hipertensi,

merokok, diabetes melitus, dan hiperkolesterolemia genetik. Kurang lebih 10%


Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 1
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

infark miokard terjadi pada usia < 40 tahun, dan 45% pada usia < 65 tahun.

Secara signifikan, pria mempunyai resiko lebih besar terkena miokard infark. 4

PATOGENESIS

Arteri koroner kiri memperdarahi sebagian terbesar ventrikel kiri, septum

dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi difragmatika ventrikel

kiri, sedikit bagian posterior atrium, dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA

lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan. Nodus AV 90% diperdarahi

oleh arteri kanan dan 10% dari sisi kiri. Jadi jelaslah obstruksi arteri koroner kiri

sering menyebabkan infark anterior dan infark posterior disebabkan oleh obstruksi

arteri koroner kanan. Tetapi bila obstruksi telah terjadi di banyak tempat dan

kolateral-kolateral telah terbentuk, lokasi infark mungkin tidak dapat

mencerminkan oleh pembuluh asal mana yang terkena.1

Umumnya IMA didasari oleh adanya aterosklerosis pembuluh darah

koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total

arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak

stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis

ringan (50-60%). Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium,

menjadi komplit dan irreversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard

sudah komplit, proses remodelling miokard yang mengalami injury terus berlanjut

sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non

infark mengalami dilatasi. Secara histologis, penyembuhan tercapai sekurang-

kurangnya setelah 4 minggu, biasanya setelah 6 minggu.1

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 2


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

Secara morfologis, IMA dapat transmural atau subendokardial.

Patogenesis dan perjalanan klinis Kedua IMA ini berbeda. Daerah subendokardial

merupakan daerah miokard yang amat peka terhadap iskemia dan infark.1

Tabel 1. Perbedaan IMA transmural dan subendokardial

IMA transmural IMA subendokardial


Etiologi 90% berkaitan dengan Aliran darah subendokardial
trombosis koroner. Trombosis yang relatif menurun dalam
sering terjadi di daerah yang waktu lama sebagai akibat
mengalami penyempitan perubahan derajat
arteriosklerotik (perdarahan penyempitan arteri koroner
dalam plak aterosklerotik atau dicetuskan oleh kondisi
dengan hematom intramural, seperti hipotensi perdarahan
spasme yang terjadi di tempat dan hipoksia. Derajat nekrosis
sterosklerotik dan emboli bertambah bila disertai
koroner. peningkatan kebutuhan
oksigen miokard.
Lokasi nekrosis Seluruh dinding miokard pada Bagian dalam dinding
daerah distribusi suatu arteri ventrikel dan umumnya berupa
koroner bercak-bercak dan tidak
konfluens seperti IMA
transmural.
Pembuluh darah yang terkena Regional (terjadi pada Regional atau difus (terjadi
distribusi suatu arteri koroner) pada distribusi lebih dari 1
arteri koroner)
Dikutip dari (1)

Dua jenis komplikasi IMA terpenting adalah komplikasi hemodinamik dan

aritmia. Segera setelah terjadi IMA, daerah miokard setempat akan

memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection

fraction, stroke volume, dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diatolik

ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan

atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 3


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstitium paru (gagal jantung).

Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya

dengan bantuan rangsang adrenergik untuk mempertahankan curah jantung tetapi

dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas

tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemi atau

bahkan sudah fibrotik. Bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi

sudah buruk akibat iskemi atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri

akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA, sering terjadi perubahan

bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena

infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodelling

ventrikel yang akan mempengaruhi fungsi ventrikel, timbulnya aritmia, dan

prognosis. 1

Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin

tenang, fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan

karena daerah-daerah yang tadinya iskemi mengalami perbaikan. Daerah-daerah

diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik karena terbentuk jaringan parut yang

kaku. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemi

berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur

septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan

memperburuk faal hemodinamik jantung. 1

Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada

menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh

perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan terhadap

rangsang. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 4
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan

akibta kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus

simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel

dan perluasan infark. 1

GEJALA KLINIS

Keluhan yang khas adalah nyeri dada substernal, seperti diremas-remas,

ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan

(umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung (diantara skapula) dan

epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa (lebih dari

30 menit). Terjadi pada waktu istirahat / melakukan kegiatan, dan nyeri tersebut

tidak hilang dengan istirahat maupun dengan nitrogliserin. Nyeri dapat disertai

perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin berdebar-debar atau

sinkope. Nyeri tersebut sering dikira sakit maag oleh banyak penderita.

Berdasarkan penelitian dari Multicenter Investigation of Limitation of Infarct Size

(MILIS) kejadian infark miokard dapat mengikuti irama sirkardian (puncaknya


2,6
pada jam 6 pagi sampai siang serta jam 6 malam sampai 8 malam). Pasien

sering tampak ketakutan. Walau IMA dapat merupakan manifestasi pertama

penyakit jantung koroner, namun bila anamnesis dilakukan teliti, hal ini sering

sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada

atau epigastrium. 1

Kelainan pada pemeriksaan jasmani tidak ada yang karakteristik dan dapat

normal. Dapat ditemui bunyi jantung II yang pecah paradoksal, irama gallop.

Adanya krepitasi basal merupakan tanda bendungan paru. Takikardi, kulit pucat,
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 5
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

dingin, dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat. Kadang-

kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau teraba di dinding dada

pada IMA inferior. 1

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Elektrokardiografi

Perubahan elektrokardiogram (EKG) cukup spesifik, tapi tidak peka untuk

diagnosis IMA pada fase dini. Berdasarkan kelainan EKG, IMA dibagi atas

IMA dengan gelombang Q (biasanya ditulis dengan IMA saja) dan IMA non

gelombang Q (biasanya ditulis IMA non-Q).

Pada IMA dengan gelombang Q, mula-mula terjadi elevasi segmen ST yang

konveks. Kadang-kadang hal ini baru tejadi beberapa jam setelah serangan.

Elevasi segmen ST kemudian diikuti oleh terbentuknya gelombang Q

patologis yang menunjukkan IMA transmural. Hal ini terjadi pada 24 jam

pertama IMA. Berikutnya elevasi segmen ST akan berkurang dan gelombang

T enjadi terbalik (inversi), keduanya dapat menjadi normal setelah beberapa

hari atau minggu, tetapi gelombang T tetap datar dan bila elevasi segmen ST

menetap, dapat dipikirkan terjadinya aneurisma ventrikel.

IMA anterior dikatakan septal bila kelainan klasik ditemukan pada hantaran

V1-V2, anterior bila ditemukan pada hantaran V3-V4, anteroseptal bila

ditemukan pada hantaran V1-V4, anterlolateral bila pada hantaran I, aVL, V5

dan V6, anterior luas bila ditemukan pada hantaran I, aVL, V1 sampai V6 dan

anterolateral tinggi bila kelainan terbatas pada hantaran I dan aVL. Pada

IMA posterior murni tampak gelombang R yang tinggi pada hantaran V1-V2
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 6
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

dan gelombang Q patologis pada hantaran posterior (V7-V9). IMA ventrikel

kanan memperlihatkan kelainan EKG pada hantaran II, III, aVF, V3R dan

V4R.

Pada IMA non-Q, tidak ada gelombang Q patologis, hanya dijumpai depresi

segmen ST dan inversi simetrik gelombang T. Korelasi kelainan EKG dengn

IMA transmural tidak sangat baik. IMA transmural sering dijumpai bila EKG

memperlihatkan gelombang Q patologis atau penurunan voltase gelombang

R. Pada IMA subendokardial bisa dijumpai kelainan EKG berupa gelombang

Q patologis atau hanya perubahan segmen ST dan gelombang T. 1

Tabel 2. Perubahan EKG setelah infark miokard akut

Waktu setelah IMA Perubahan EKG


Sampai beberapa jam Dapat normal atau perubahan tidak khas
Jam Pembentukan gelombang Q, elevasi segmen ST
Jam sampai hari Inversi gelombang T, elevasi ST berkurang
Hari sampai minggu Inversi gelombang T
Minggu sampai bulan Gelombang Q menetap
Tahun 10% kasus dapat kembali normal
Dikutip dari (1)

2. Laboratorium

Peningkatan kadar enzim atau isoenzim merupakan indikator spesifik IMA.

Kadar total enzim-enzim ini mencerminkan luasnya IMA. Pemeriksaan yang

berulang diperlukan apalagi bila diagnosis IMA diragukan atau untuk

mendeteksi perluasan IMA. Enzim-enzim tersebut antara lain : 1

a. CPK dan CPK-MB

Berbeda dengan SGOT dan LDH, nilai CPK tidak dipengaruhi oleh

adanya bendungan hati sehingga lebih diagnostik untuk IMA. Walau

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 7


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

demikian, CPK terdapat banyak pada otot rangka sehingga kadarnya dapat

meningkat pada trauma otot seperti akibat suntikan intramuskular,

kardioversi atau defibrilasi elektris atau bahkan akibat kegiatan jasmani

yang berlebihan. Pemeriksaan isoenzim CPK-MB lebih mendekati

diagnosis karena bila tidak dilakukan kardioversi berulang-ulang

peningkatan isoenzim ini spesifik untuk kerusakan jantung.

CPK dan CPK-MB akan menentukan diagnosis kira-kira 6 jam setelah

serangan IMA, mencapai puncak setelah 24 jam dan kembali normal

setelah 1,5 sampai 2 hari.

b. SGOT / AST (Aspartat Amino Transferase)

Ditemukan di jantung, hati, otot rangka, ginjal, dan otak. SGOT

meningkat pada bendungan hati akibat gagal jantung. Pada IMA, SGOT

meningkat setelah 8-12 jam, mencapai puncak setelah 36-48 jam dan

kembali normal setelah 2-4 hari.

c. LDH (Laktat Dehidrogenase)

Amat tidak spesifik dan meninggi bila ada kerusakan banyak jaringan

tubuh. LDH meningkat setelah 24 jam, mencapai puncak setelah 48-72

jam dan menjadi normal setelah 7-10 hari.

Isoenzim LDH1 merupakan fraksi enzim LDH yang banyak ditemukan di

jantung dan dengan demikian lebih spesifik daripada LDH. Alternatif

pemeriksaan ini α-HBDH karena pergerakan elektroforetiknya mirip

dengan isoenzim LDH1.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 8


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

d. Troponin T

Suatu kompleks protein yang terdapat pada filamen tipis otot jantung.

Troponin T akan terdeteksi dalam darah beberapa jam sampai 14 hari

setelah nekrosis miokard.

3. Radiologi

Pemeriksaan radiologi tidak banyak menolong untuk menegakkan diagnosis

IMA. Walau demikian, akan berguna bila ditemukan adanya bendungan paru

(gagal jantung). Kadang-kadang dapat dilihat kardiomegali. 1

4. Ekokardiografi

Pemeriksaan ekokardiografi 2 dimensi jauh lebih bermanfaat daripada

ekokardiografi M-mode, karena : 1

a. Orientasi ruangnya lebih luas sehingga kepekaan lebih tinggi

b. Pada IMA dapat tampak kontraksi asinergi si daerah yang rusak dan

penebalan sistolik dinding jantung yang menurun

c. Dapat ditemukan daerah dan luas IMA yang terkena

d. Dapat mendeteksi penyulit-penyulit seperti aneurisma ventrikel, trombus,

ruptur m. papillaris atau korda tendinea, ruptur septum, tamponade jantung

akibat ruptur jantung, pseudoaneurisma jantung.

e. Berguna untuk menilai faal jantung secara umum dan membantu

menetapkan adanya infark ventrikel kanan.

5. Pemeriksaan Radioisotop

Technetium 99m pyrophosphate positive imaging (hot spot scan) berguna

pada 24-48 jam pasca infark sampai kira-kira 10-14 hari. Radionuklid ini

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 9


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

diambil dan terikat pada daerah-daerah nekrotik dan tidak pada daerah normal

sehingga pada IMA transmural akan tampak sebagai hot spot.

Thallium 201 perfusion scanning sebaliknya memberi gambaran cold spot

pada daerah-daerah yang tidak cukup mendapat perfusi darah.

Gated blood pool scanning akan membantu analisis pergerakan dinding

jantung dan faal jantung. 1

DIAGNOSIS

Menurut kriteria WHO (1983), bila minimal 2 dari kriteia berikut ini positif, maka

penderita dikatakan menderita miokard infark akut : 2

1. Nyeri dada khas / tipikal (substernal, lebih dari 30 menit, menjalar, tidak

hilang waktu istirahat)

2. EKG (rekaman gelombang listrik jantung) : Q patologis, ST elevasi, dan

inversi gelombang T

3. Pemeriksaan enzim : peningkatan kadar LDH, CPK, CKMB, SGOT, SGPT,

dan peningkatan troponin T (lebih dari 1,5 kali)

DIAGNOSIS BANDING1

1. Angina pektoris tidak stabil / insufisiensi koroner akut.

EKG hanya memperlihatkan depresi segmen ST tanpa disertai gelombang Q

patologis dan tanpa disertai peningkatan enzim.

2. Diseksi aorta

Nyeri dada disini umumnya amat hebat, dapat menjalar ke perut dan

punggung. Nadi perifer dapat asimetris dan dapat ditemukan bising diastolik
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 10
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

dini di parasternal kiri. Pada foto roentgen dada tampak pelebaran

mediastinum.

3. Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)

Nyeri berkaitan dengan makanan dan cenderung timbul pada waktu tidur.

Kadang-kadang ditemukan EKG non-spesifik.

4. Kelainan lokal dinding dada

Nyeri umumnya setempat, bertambah dengan tekanan atau perubahan posisi

tubuh.

5. Kompresi saraf

Nyeri terdapat pada distribusi saraf tersebut.

6. Kelainan intra abdominal

Kelainan akut atau pankreatitis tanpa menyerupai IMA.

KOMPLIKASI

1. Gangguan irama dan konduksi

a. Aritmia

Karena aritmia lazim ditemukan pada fase akut IMA, hal ini dapat pula

dipandang sebagai bagian perjalanan penyakit IMA. Aritmia perlu diobati

bila menyebabkan gangguan hemodinamik, meningkatkan kebutuhan

oksigen miokard dengan akibat mudahnya perluasan infark, atau bila

merupakan predisposisi untuk terjadinya aritmia yang lebih gawat seperti

takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel atau asistol. Karena prevalensi

aritmia terutama paling sering pada 24 jam pertama sesudah serangan dan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 11


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

banyak berkurang pada hari-hari berikutnya, jelaslah bahwa hari-hari

pertama IMA merupakan masa-masa terpenting. 1

b. Sinus bradikardia

Umumnya disebabkan oleh vagotonia dan sering menyertai IMA inferior

atau posterior. Bila hal ini menyebabkan keluhan, hipotensi, gagal jantung,

atau bila disertai peingkatan iritabilitas ventrike, diberi pengobatan dengan

sulfas atropin IV 0,3 - 0,6 mg tiap 3 – 5 menit untuk mencapai frekuensi

jantung 60 kali tiap menit. Bila atropin gagal perlu dipikirkan pemasangan

alat pacu jantung. Isoprenalin (dosis 1 – 2 mg / menit) dapat dicoba

sebelum pemasangan pacu jantung, tetapi harus diingat bahwa obat ini

mempunyai ambang keamanan yang sempit dan cenderung menyebabkan

takiaritmia dan perluasan infark. 1

c. Gangguan hantaran aterioventrikuler

Blok AV derajat 1 umumnya ditemukan pada IMA inferior dan tidak perlu

diobati.

Blok AV derajat 2 juga umumnya menyertai IMA inferior dan biasanya

merupakan blok AV Mobitz tipe 1 Wenckebach. Pengobatan hanya

diperlukan bila irama ventrikel lambat dan atau iritabilitas ventrikel

meningkat atau bila disertai gagal jantung atau syok. Blok AV derajat 2

tipe 2 jarang dan umumnya menyertai IMA anterior. Blok AV jenis ini

biasanya cenderung memburuk menjadi blok AV total. Respon terhadap

atropin sering buruk dan secepatnya perlu dipasang pacu jantung.

Blok AV derajat 3 (blok total) pada IMA inferior umumnya didahului blok

AV derajat 2 dan bermanifestasi sebagai irama nodal dengan kompeks


Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 12
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

QRS normal dan frekuensi 50–60 kali permenit. Blok AV ini disebabkan

karena nekrosis jaringan konduksi yang sering menyertai IMA yang luas.

Mortalitas disini tinggi walau dipasang pacu jantung. 1

d. Sinus takikardia

Ditemukan pada 1/3 kasus IMA dan umumnya sekunder akibat

peningkatan tonus saraf simpatis, gagal jantung, nyeri dada, perikarditis,

dll. Pengobatan ditujukan pada kelainan dasar. Sering berhasil dengan

pemberan obat sedatif atau analgetik. Takikardia sinus yang menetap akan

meningkatakan kebutuhan oksigen miokard dan menyebabkan perluasan

infark. 1

e. Kontraksi prematur ventrikel

Hal ini praktis ditemukan pada semua pasien IMA. Indikasi pemberian

pengobatan adalah bila kontraksi prematur ventrikel sering ditemukan (> 6

kali / menit), multiform, timbul berpasangan atau berturut-turut atau

fenomen R diatas T. Obat pilihan yaitu lidokain 1–2 mg / kgBB IV

perlahan-lahan. Dapat diulang setelah 3-10 menit sampai maksimal 300

mg. dosis pemeliharaan 2-4 mg / menit. 1

2. Gagal jantung

Gagal jantung kiri jarang ditemui pada IMA. Selain takikardia yang bisa

terdengar bunyi jantung 3, krepitasi paru yang luas dan terlihat kongesti vena

paru pada rontgen thorax. Gagal ventrikel kanan ditandai oleh peningkatan

tekanan vena jugularis dan sering ditemui pada hari-hari pertama IMA.

Biasanya hampir selalu bersamaan dengan infark dinding inferior yang dapat

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 13


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

menyebabkan tekanan vena yang tinggi dan syok, walaupun fungsi ventrikel

kiri baik. 5

Pada pengobatan gagal jantung, diberikan furosemid dosis 20-40 mg dan

diulang bergantung keperluan. Pemberian venodilator seperti nitrogliserin

topikal atau isosorbid dinitrat sublingual atau peroral akan mengurangi

bendungan paru dan sesak nafas. Obat lain yang diberikan adalah dopamin

(3-15 mg / kgBB / menit) dan dobutamin (2,5-10 mg / kgBB / menit). Obat-

obatan ini merupakan obat yang poten dan kardioselektif. 1

3. Syok kardiogenik

Terjadi kira-kira 12% dari pasien IMA. Kondisi ini terjadi akibat IMA yang

luas dan mortalitas kira-kira 90-95%. 1

Gambaran klinis penderita ini adalah hipotensi disertai keringat dingin,

gelisah dan keadaan memburuk terus hingga tekanan darah tidak terukur. 5

4. Tromboembolisme

Trombud mural dapat ditemukan di ventrikel kiri pada tempat IMA dan

kadang-kadang terjadi dalam 24 jam. Bila diketahu terdapat trombus mural,

antikoagulan (heparin yang disusul dengan preparat koumarin) perlu

diberikan. 1

5. Perikarditis

Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat saat

inspirasi dan tidur terlentang. Bunyi gesek perikardial dapat didengar tapi

sering hanya sementara. Pengobatan dengan aspirin atau kadang-kadang

indometasin umumnya cukup. Pada kasus-kasus berat dapat diberi steroid. 1

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 14


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

6. Aneurisma ventrikel

Dapat timbul setelah terjadi IMA transmural. Penonjolan paradoksal dinding

depan jantung kiri pada sistolik dapat diraba pada masa dini IMA anterior

luas. Tetapi umumnya hanya temporer. Umumnya diperlukan waktu beberapa

bulan sebelum suatu aneurisma terbentuk. Secara radiologis dapat ditemukan

penonjolan batas jantung dan pada EKG tampak peninggian segmen ST yang

menetap. Resiko aneurisma ventrikel adalah curah jantung yang menurun,

trombus mural dengan emboli dan aritmia ventrikel. Aneurismektomi dan

operasi lintas koroner diperlukan bila ditemukan gagal jantung, angina atau

aritmia refrakter. 1

PENGOBATAN

Tujuan utama perawatan pasien dengan infark miokard akut adalah : 2

1. Menghilangkan rasa nyeri

2. Mencegah perluasan infark

3. Menangani komplikasi yang terjadi

4. Program rehabilitasi medis

Terapi yang dilakukan : 1,3,5

1. Istirahat total

2. Diet pada hari pertama sebaiknya disaring karena besarnya resiko mual,

muntah, henti jantung dan untuk mengurangi resiko aspirasi. Diet rendah

garam disarankan bila ada gagal jantung.

3. Pasang infus dextrosa 5% untuk persiapan pemberian obat IV


Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 15
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

4. Atasi nyeri :

a. Morfin 5 mg atau petidin 25-50 mg. Efek samping hipotensi dan depresi

pernafasan perlu diperhatikan.

b. Inhalasi N2O 20-50% dapat pula menolong. Pemberian nitrat, kalsium

antagonis atau obat penghambat adrenoreseptor-B dapat membantu

terutama bila IMA non-transmural atau angina baru terjadi setelah IMA.

5. Oksigen 2-4 liter / menit bila ada bendungan paru atau di saluran darah

arterial.

6. Sedatif untuk mengurangi ketakutan pasien. Diazepam 2-5 mg per oral 3 kali

/ hari. Pada insomnia dapat ditambah flurazepam 15-30 mg. Bisakodil, suatu

laksans, 1-2 tablet diberikan untuk mencegah konstipasi dadn mengedan pada

saat defekasi.

7. Antikoagulan heparin IV atau drip 20.000-40.000 U / 24 jam tiap 4-6 jam.

Untuk mencegah reoklusi dan pada pasien dengan resiko tromboemboli besar

(seperti pada low output state, gagal jantung berat, syok kardiogenik,

aneurisma ventrikel, obesitas yang hebat, emboli atrial atau paru, dan adanya

trombophlebitis sekarang atau pada masa lalu) untuk mempertahankan masa

pembekuan atau masa tromboplastin parsial pada tingkat 1,4 sampai 2 kali

normal. Setelahnya pengobatan dapat diteruskan dengan asetokumarol atau

warfarin.

8. Trombolitik

Pengobatan ini sebagai salah satu usaha reperfusi harus sudah dimulai dalam

waktu 30 menit sejak pasien mulai diperiksa. Pengobatan trombolitik

memberi hasil yang baik bila diberikan dalam jangka waktu 6 jam pertama
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 16
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

setelah serangan. Dosis streptase IV 1,5 juta unit dalam 1 jam, rt-PA

(recombinant tissue plasminogen activator) diberikan 100 mg dalam 90

menit, sedangkan ASPAC (anisolyted plasminogen activator complex) 30

unit dalam 2-5 menit.

Indikasi pemberian trombolitik : 5

a. IMA yang berusia < 70 tahun

b. Sakit dada dalam 12 jam sejak mulai

c. Elevasi ST > 1 mm pada minimal 2 sadapan

Kontraindikasi pemberian trombolitik : 5

a. Perdarahan organ dalam

b. Diseksi aorta

c. RJP yang traumatik dan berkepanjangan

d. Trauma kepala yang baru atau adanya neoplasma intrakranial, riwayat

perdarahan otak

e. Retinopati diabetik hemoragik

f. Kehamilan

g. Tekanan darah diatas 200 / 120 mmHg

9. Reperfusi juga dapat dilakukan dengan angioplasti koroner primer atau

operasi pintas koroner.

10. Antiplatelet

Bermanfaat untuk mengurangi luas infark dan komplikasi. Yang banyak

digunakan adalah aspirin dosis 160-325 mg dimulai dari hari pertama

sekurang-kurangnya selama 30 hari, selanjutnya 16-325 mg tiap hari atau tiap

2 hari. Obat-obat lain yang juga terbukti bermanfaat untuk mengurangi luas
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 17
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

infark dan komplikasi adalah obat penyekat beta IV atau oral, ACE inhibitor,

preparat nitrat IV atau oral, dan antagonis kalsium (diltiazem pada IMA non

gelombang Q).

PROGNOSIS

Mortalitas umumnya terjadi dalam 4 jam pertama setelah IMA. Masa 24

jam berikutnya masih merupakan masa dengan resiko tinggi, tetapi setelah ini

resiko terjadinya komplikasi cepat berkurang. 1

Pada 25% episode infark miokard akut, kematian terjadi mendadak dalam

beberapa menit setelah serangan, karena itu banyak yang tidak sampai ke rumah

sakit. Mortalitas keseluruhan 15-30%. Kematian kira-kira 10-20% pada usia

dibawah 50 tahun dan 20% pada usia lanjut. 5

Beberapa indeks prognosis telah diajukan. Secara praktis dapat diambil

pegangan 3 faktor penting, yaitu : 1

1. Potensi terjadinya aritmia yang gawat (artimia ventrikel, dll)

2. Potensial serangan iskemia lebih jauh

3. Potensial perburukan gangguan hemodinamik lebih jauh (bergantung

terutama pada luas daerah infark).

REHABILITASI

Tujuan rehabilitasi setelah infark miokard akut pada umumnya adalah

untuk mencapai kembalinya keadaan fisik, mental, dan sosial secara optimal.

Rehabilitasi dini dengan memperhatikan syarat-syarat di bawah pengawasan

medis tidak berbahaya, malah banyak keuntungannya, yaitu : 1


Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 18
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

1. Mengurangi resiko infark miokard berulang, komplikasi infark miokard akut

dengan pencegahan sekunder.

2. Mengurangi beban ekonomi pada pasien dan keluarganya dengan mengurangi

jumlah perawatan di rumah sakit.

3. Bekerja kembali dengan perasaan aman.

4. Memperbaiki gaya hidup (quality of life) setelah infark miokard akut.

Pembagian fase rehabilitasi : 1

1. Fase IA di intensive cardiac care unit (ICCU) dengan mobilisasi pada hari

ke-2. Sebagai pedoman untuk pemantauan mobilisasi di ICCU yang

diperhatikan adalah denyut jantung tidak boleh > 120 kali / menit, tidak ada

nyeri dada, tidak sesak nafas, tidak lelah sekali, tidak timbul aritmia, tidak

ada depresi segmen ST pada EKG pemantauan, dan tekanan sistolik tidak

menurun lebih dari 15 mmHg.

2. Fase IB di ruangan intermediate zone, pada akhir minggu ke-2, dilaksanakan

naik tangga dengan telemetri, lalu dipulangkan.

Tujuan program aktivitas fisik adalah untuk meneruskan usaha menghindari

efek negatif secara fisiologis dan psikologis akibat istirahat baring, dan

menambah fungsi kardiovaskular sampai pasien dapat mencapai tarif

melakukan self care dan pekerjaan rumah tangga yang ringan jika pasien

kemudian dikeluarkan dari rumah sakit.

3. Fase II (convalescence phase), di rumah, pada akhir minggu ketiga dilakukan

low intensity exercise test, pada akhir minggu ke-6 atau ke-8 pasien sudah

dapat bekerja kembali.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 19


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

4. Fase III (rehabilitation maintanance) melalui klub jantung yang sudah ada.

Yaitu fase rehabilitasi dengan melakukan indoor dan outdoor exercise

melalui berbagai klub jantung yang sudah ada.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 20


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)

DAFTAR PUSTAKA

1. Harun, S. Infark Miokard Akut. In Noer, Sjaifoellah (Ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1996. Pg. 1098-1108

2. Infarct Myocard Acute. Available at :


http://www.geocities.com/situsgratis3in1/artikel-kesehatan5.html. (Accessed : 2006,
March, 4th)

3. Antman, A. M., Braunwald, E. Acute Myocardial Infarction. In Braunwald, Fauci,


Kasper, Hauser, Longo, Jameson (Eds). Harrison’s Principless of Internal
Medicine. 15th Edition. Volume 1. McGraw-Hill. USA. 2001. Pg. 1386- 1399.

4. Kumar. Myocardial Infarction. In Pathologic Basis of Disease. 7th Edition.


Saunders. Philadephia. 1999.

5. Rilantono, L.I., Baraas F. (Eds). Infark miokard akut. In Buku Ajar Kardiologi.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2004.

6. Alexander, R. W., Pratt, C. M., Ryan, T. J., Roberts. Diagnosis and Management of
Patients with Acute Myocardial Infarction. In Fuster, V., Alexander, R. W.,
O’Rouke, R. (Eds). Hurst’s The Heart. International Edition. 10th Edition. Volume
1. McGraw-Hill. USA. 2001. Page 1275-1342.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 21


RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Anda mungkin juga menyukai