Infark Miokard Akut
Infark Miokard Akut
PENDAHULUAN
Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke
dari penyempitan, pembuntuan, dan spasme lama dari pembuluh darah koroner
menjadi mati (nekrosis). Penyakit ini umumnya menyerang orang usia > 40
angka kejadian IMA bisa mencapai 1,1 juta pertahun dengan angka kematian
sekitar 30% dimana lebih dari ½ kematian ini terjadi pada orang terserang yang
belum mencapai rumah sakit. Walaupun angka mortalitas telah turun sekitar 30%
pada 2 dekade terakhir ini, tetapi 1 dari 25 penderita yang selamat setelah dirawat
tahun terakhir IMA lebih sering ditemukan. Kemajuan dalam pengobatan IMA di
kematian IMA. 1
EPIDEMIOLOGI
meningkat secara progresif dengan bertambahnya usia dan bila ada faktor-faktor
infark miokard terjadi pada usia < 40 tahun, dan 45% pada usia < 65 tahun.
Secara signifikan, pria mempunyai resiko lebih besar terkena miokard infark. 4
PATOGENESIS
dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi difragmatika ventrikel
kiri, sedikit bagian posterior atrium, dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA
lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan. Nodus AV 90% diperdarahi
oleh arteri kanan dan 10% dari sisi kiri. Jadi jelaslah obstruksi arteri koroner kiri
sering menyebabkan infark anterior dan infark posterior disebabkan oleh obstruksi
arteri koroner kanan. Tetapi bila obstruksi telah terjadi di banyak tempat dan
koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total
arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak
stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis
menjadi komplit dan irreversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard
sudah komplit, proses remodelling miokard yang mengalami injury terus berlanjut
sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non
Patogenesis dan perjalanan klinis Kedua IMA ini berbeda. Daerah subendokardial
merupakan daerah miokard yang amat peka terhadap iskemia dan infark.1
fraction, stroke volume, dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diatolik
ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan
atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama
tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemi atau
bahkan sudah fibrotik. Bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi
sudah buruk akibat iskemi atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA, sering terjadi perubahan
bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena
prognosis. 1
tenang, fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan
diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik karena terbentuk jaringan parut yang
menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh
rangsang. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 4
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)
GEJALA KLINIS
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan
(umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung (diantara skapula) dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa (lebih dari
30 menit). Terjadi pada waktu istirahat / melakukan kegiatan, dan nyeri tersebut
tidak hilang dengan istirahat maupun dengan nitrogliserin. Nyeri dapat disertai
sinkope. Nyeri tersebut sering dikira sakit maag oleh banyak penderita.
penyakit jantung koroner, namun bila anamnesis dilakukan teliti, hal ini sering
atau epigastrium. 1
Kelainan pada pemeriksaan jasmani tidak ada yang karakteristik dan dapat
normal. Dapat ditemui bunyi jantung II yang pecah paradoksal, irama gallop.
Adanya krepitasi basal merupakan tanda bendungan paru. Takikardi, kulit pucat,
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 5
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)
dingin, dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat. Kadang-
kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau teraba di dinding dada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiografi
diagnosis IMA pada fase dini. Berdasarkan kelainan EKG, IMA dibagi atas
IMA dengan gelombang Q (biasanya ditulis dengan IMA saja) dan IMA non
konveks. Kadang-kadang hal ini baru tejadi beberapa jam setelah serangan.
patologis yang menunjukkan IMA transmural. Hal ini terjadi pada 24 jam
hari atau minggu, tetapi gelombang T tetap datar dan bila elevasi segmen ST
IMA anterior dikatakan septal bila kelainan klasik ditemukan pada hantaran
dan V6, anterior luas bila ditemukan pada hantaran I, aVL, V1 sampai V6 dan
anterolateral tinggi bila kelainan terbatas pada hantaran I dan aVL. Pada
IMA posterior murni tampak gelombang R yang tinggi pada hantaran V1-V2
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 6
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)
kanan memperlihatkan kelainan EKG pada hantaran II, III, aVF, V3R dan
V4R.
Pada IMA non-Q, tidak ada gelombang Q patologis, hanya dijumpai depresi
IMA transmural tidak sangat baik. IMA transmural sering dijumpai bila EKG
2. Laboratorium
Berbeda dengan SGOT dan LDH, nilai CPK tidak dipengaruhi oleh
demikian, CPK terdapat banyak pada otot rangka sehingga kadarnya dapat
meningkat pada bendungan hati akibat gagal jantung. Pada IMA, SGOT
meningkat setelah 8-12 jam, mencapai puncak setelah 36-48 jam dan
Amat tidak spesifik dan meninggi bila ada kerusakan banyak jaringan
d. Troponin T
Suatu kompleks protein yang terdapat pada filamen tipis otot jantung.
3. Radiologi
IMA. Walau demikian, akan berguna bila ditemukan adanya bendungan paru
4. Ekokardiografi
b. Pada IMA dapat tampak kontraksi asinergi si daerah yang rusak dan
5. Pemeriksaan Radioisotop
pada 24-48 jam pasca infark sampai kira-kira 10-14 hari. Radionuklid ini
diambil dan terikat pada daerah-daerah nekrotik dan tidak pada daerah normal
DIAGNOSIS
Menurut kriteria WHO (1983), bila minimal 2 dari kriteia berikut ini positif, maka
1. Nyeri dada khas / tipikal (substernal, lebih dari 30 menit, menjalar, tidak
inversi gelombang T
DIAGNOSIS BANDING1
2. Diseksi aorta
Nyeri dada disini umumnya amat hebat, dapat menjalar ke perut dan
punggung. Nadi perifer dapat asimetris dan dapat ditemukan bising diastolik
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 10
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)
mediastinum.
Nyeri berkaitan dengan makanan dan cenderung timbul pada waktu tidur.
tubuh.
5. Kompresi saraf
KOMPLIKASI
a. Aritmia
Karena aritmia lazim ditemukan pada fase akut IMA, hal ini dapat pula
aritmia terutama paling sering pada 24 jam pertama sesudah serangan dan
b. Sinus bradikardia
atau posterior. Bila hal ini menyebabkan keluhan, hipotensi, gagal jantung,
jantung 60 kali tiap menit. Bila atropin gagal perlu dipikirkan pemasangan
sebelum pemasangan pacu jantung, tetapi harus diingat bahwa obat ini
Blok AV derajat 1 umumnya ditemukan pada IMA inferior dan tidak perlu
diobati.
meningkat atau bila disertai gagal jantung atau syok. Blok AV derajat 2
tipe 2 jarang dan umumnya menyertai IMA anterior. Blok AV jenis ini
Blok AV derajat 3 (blok total) pada IMA inferior umumnya didahului blok
QRS normal dan frekuensi 50–60 kali permenit. Blok AV ini disebabkan
karena nekrosis jaringan konduksi yang sering menyertai IMA yang luas.
d. Sinus takikardia
pemberan obat sedatif atau analgetik. Takikardia sinus yang menetap akan
infark. 1
Hal ini praktis ditemukan pada semua pasien IMA. Indikasi pemberian
2. Gagal jantung
Gagal jantung kiri jarang ditemui pada IMA. Selain takikardia yang bisa
terdengar bunyi jantung 3, krepitasi paru yang luas dan terlihat kongesti vena
paru pada rontgen thorax. Gagal ventrikel kanan ditandai oleh peningkatan
tekanan vena jugularis dan sering ditemui pada hari-hari pertama IMA.
Biasanya hampir selalu bersamaan dengan infark dinding inferior yang dapat
menyebabkan tekanan vena yang tinggi dan syok, walaupun fungsi ventrikel
kiri baik. 5
bendungan paru dan sesak nafas. Obat lain yang diberikan adalah dopamin
3. Syok kardiogenik
Terjadi kira-kira 12% dari pasien IMA. Kondisi ini terjadi akibat IMA yang
gelisah dan keadaan memburuk terus hingga tekanan darah tidak terukur. 5
4. Tromboembolisme
Trombud mural dapat ditemukan di ventrikel kiri pada tempat IMA dan
diberikan. 1
5. Perikarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat saat
inspirasi dan tidur terlentang. Bunyi gesek perikardial dapat didengar tapi
6. Aneurisma ventrikel
depan jantung kiri pada sistolik dapat diraba pada masa dini IMA anterior
penonjolan batas jantung dan pada EKG tampak peninggian segmen ST yang
operasi lintas koroner diperlukan bila ditemukan gagal jantung, angina atau
aritmia refrakter. 1
PENGOBATAN
1. Istirahat total
2. Diet pada hari pertama sebaiknya disaring karena besarnya resiko mual,
muntah, henti jantung dan untuk mengurangi resiko aspirasi. Diet rendah
4. Atasi nyeri :
a. Morfin 5 mg atau petidin 25-50 mg. Efek samping hipotensi dan depresi
terutama bila IMA non-transmural atau angina baru terjadi setelah IMA.
5. Oksigen 2-4 liter / menit bila ada bendungan paru atau di saluran darah
arterial.
6. Sedatif untuk mengurangi ketakutan pasien. Diazepam 2-5 mg per oral 3 kali
/ hari. Pada insomnia dapat ditambah flurazepam 15-30 mg. Bisakodil, suatu
laksans, 1-2 tablet diberikan untuk mencegah konstipasi dadn mengedan pada
saat defekasi.
Untuk mencegah reoklusi dan pada pasien dengan resiko tromboemboli besar
(seperti pada low output state, gagal jantung berat, syok kardiogenik,
aneurisma ventrikel, obesitas yang hebat, emboli atrial atau paru, dan adanya
pembekuan atau masa tromboplastin parsial pada tingkat 1,4 sampai 2 kali
warfarin.
8. Trombolitik
Pengobatan ini sebagai salah satu usaha reperfusi harus sudah dimulai dalam
memberi hasil yang baik bila diberikan dalam jangka waktu 6 jam pertama
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 16
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)
setelah serangan. Dosis streptase IV 1,5 juta unit dalam 1 jam, rt-PA
b. Diseksi aorta
perdarahan otak
f. Kehamilan
10. Antiplatelet
2 hari. Obat-obat lain yang juga terbukti bermanfaat untuk mengurangi luas
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam 17
RSPI Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Infark Miokard Akut Cindy Notonegoro (406047131)
infark dan komplikasi adalah obat penyekat beta IV atau oral, ACE inhibitor,
preparat nitrat IV atau oral, dan antagonis kalsium (diltiazem pada IMA non
gelombang Q).
PROGNOSIS
jam berikutnya masih merupakan masa dengan resiko tinggi, tetapi setelah ini
Pada 25% episode infark miokard akut, kematian terjadi mendadak dalam
beberapa menit setelah serangan, karena itu banyak yang tidak sampai ke rumah
REHABILITASI
untuk mencapai kembalinya keadaan fisik, mental, dan sosial secara optimal.
1. Fase IA di intensive cardiac care unit (ICCU) dengan mobilisasi pada hari
diperhatikan adalah denyut jantung tidak boleh > 120 kali / menit, tidak ada
nyeri dada, tidak sesak nafas, tidak lelah sekali, tidak timbul aritmia, tidak
ada depresi segmen ST pada EKG pemantauan, dan tekanan sistolik tidak
efek negatif secara fisiologis dan psikologis akibat istirahat baring, dan
melakukan self care dan pekerjaan rumah tangga yang ringan jika pasien
low intensity exercise test, pada akhir minggu ke-6 atau ke-8 pasien sudah
4. Fase III (rehabilitation maintanance) melalui klub jantung yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harun, S. Infark Miokard Akut. In Noer, Sjaifoellah (Ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1996. Pg. 1098-1108
5. Rilantono, L.I., Baraas F. (Eds). Infark miokard akut. In Buku Ajar Kardiologi.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2004.
6. Alexander, R. W., Pratt, C. M., Ryan, T. J., Roberts. Diagnosis and Management of
Patients with Acute Myocardial Infarction. In Fuster, V., Alexander, R. W.,
O’Rouke, R. (Eds). Hurst’s The Heart. International Edition. 10th Edition. Volume
1. McGraw-Hill. USA. 2001. Page 1275-1342.