Anda di halaman 1dari 7

JIAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara

Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 - 3566

IMPLEMENTASI PROGRAM OPEN GOVERNMENT PARTNERSHIP


DI KABUPATEN BOJONEGORO

Ahmad Suprastiyo
Program Studi Administrasi Publik, FISIP, Universitas Bojonegoro
Jl. Lettu Suyitno No 2 Bojonegoro
Email : tiyopras207@gmail.com

Abstract
To create good governance, the Government of Bojonegoro Regency has a policy that regulates
Public Information Disclosure. The purpose of this study is to identify and analyze the factors
that hinder the implementation of the Open Government Partnership Program in Bojonegoro
Regency. The focus of this research is on the transparency of public information which consists
of village regulation initiatives, information media, transparency, quality of information,
creativity in developing transparency, and information technology. The method used is an
exploratory method with a qualitative approach. The theory used to determine the factors that
influence implementation is the theory used by Charles O'Jones which includes Implementing
Organization, Interpretation, Implementation. The results showed that the implementation of the
Open Government Partnership Program in Bojonegoro Regency did not go well. This is
evidenced by the fact that there are still villages that have not implemented the Open
Government Partnership properly. Here it appears that the implementation in terms of
transparency is very lacking.
Keywords : Policy, Implementation, Open Government Partnership

Abstrak
Untuk terciptanya tata kelola yang baik Pemerintah Kabupaten Bojonegoro memiliki
Kebijakan yang mengatur tentang Keterbukaan Informasi Publik. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui dan menganalisa faktor - faktor yang menghambat pelaksanaan implementasi
Program Open Goverment Partnership di Kabupaten Bojonegoro. Fokus penelitian ini adalah
pada transparansi informasi publik yang terdiri dari inisiatif regulasi desa, media informasi,
transparansi, kualitas informasi, kreatifitas pengembangan transparansi, dan teknologi informasi.
Adapun metode yang digunakan adalah metode eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Teori
yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi adalah teori yang
digunakan oleh Charles O’Jones yang meliputi Organisasi Pelaksana, Interprestasi, Pelaksanaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Implementasi Program Open Goverment Partnership di
Kabupaten Bojonegoro tidak berjalan dengan baik. Ini dibuktikan dengan masih adanya desa
yang belum menjalankan Open Goverment Partnership sebagaimana mestinya. Di sini tampak
implementasi dari segi transparansi sangat kurang.
Keywords :Kebijakan, Implementasi, Open Goverment Partnership

JIAN – Volume 3 No 1, Februari 2019 1


JIAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 - 3566

PENDAHULUAN kabupaten/kota lain dari berbagai


Transparansi dalam penyelenggaraan negara, seperti Madrid (Spanyol), Paris
pemerintahan sudah menjadi kebutuhan (Prancis), Sao Paolo (Brasil), dan Seoul
yang tidak dapat diabaikan lagi. Untuk (Korea) untuk berkompetisi sebagai daerah
mewujudkan pertanggung jawaban dengan pemerintahan paling terbuka di
pemerintah terhadap warganya salah satunya dunia. Sejumlah 15 sub national yang
cara dilakukan dengan menggunakan prinsip terpilih sebagai pilot project Open
transparansi (keterbukaan). Melalui Goverment Partnership (OGP) telah
transparansi penyelenggaraan pemerintah, melakukan pertemuan di Washington DC
masyarakat diberikan kesempatan untuk tanggal 15-16 September 2016, dan
mengetahui kebijakan yang akan dan telah Bojonegoro terpilih sebagai salah satu tamu
diambil oleh pemerintah juga melalui undangan.
transparansi penyelenggaraan pemerintah Open Goverment Partnership (OGP)
tersebut, masyarakat dapat memberikan merupakan model pemerintahan yang
feedback atau outcomes terhadap kebijakan diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten
yang telah diambil oleh pemerintah. Bojonegoro yang dimulai sejak tahun 2008.
Transparansi berarti masyarakat harus Melakukan berbagai sistem pengaduan
dapat memperoleh informasi secara bebas masyarakat melalui dialog publik, SMS, dan
dan mudah tentang proses dan pelaksanaan anjang sana. Di tahun 2010 Bojonegoro
keputusan yang diambil. Secara umum mengadakan pengaduan publik melalui
akuntabilitas publik tidak akan terjadi tanpa radio, kotak aduan, dan media cetak.
ditunjang transparansi dan kejelasan aturan Program Siap-Lapor juga memberikan jalan
hokum (hidayat, 2007). mudah bagi setiap individu untuk
Open Goverment Partnership adalah menyampaikan pendapatnya dengan bebas
keterbukaan informasi dari pemerintah untuk yang tidak perlu harus mewakili komunitas
masyarakat. Dalam sistem OGP semua tertentu. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro
informasi yang berkaitan dengan keuangan juga mendorong adanya desa terbuka
pemerintahan yang difungsikan untuk mengacu pada empat variabel penting.
memberikan ruang kepada masyarakat Berdasarkan data Dinas Kominfo
dalam memantau keuangan negara atau pada tahun 2018 dapat diketahui bahwa
daerah. Open Goverment Partnership sejalan terdapat 50 desa yang telah menjalankan
dengan keterbukaan informasi publik yang OGP dan 369 desa yang belum menjalankan
diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 Open Goverment Partnership di Kabupaten
tahun 2008 tentang keterbukaan informasi Bojonegoro. namun, dari 50 desa yang telah
publik (KIP) dan Undang-Undang Nomor 25 menjalankan OGP masih adanya pembagian
Tahun 2009 tentang pelayanan publik. kelas didalamnya dimana terbagi menjadi 7
Dalam mendorong akses informasi luas (tujuh) desa masuk dalam desa terbuka, 31
terhadap kegiatan badan publik yang (tiga puluh satu) desa masuk dalam desa
dibiayai negara dan pelayanan publik yang menuju terbuka, 12 (dua belas) desa masuk
murah, mudah, dan berkualitas (Dinas dalam kategori desa kurang terbuka dan 369
Kominfo, 2017) (tiga ratus delapan puluh) masuk dalam
Bojonegoro adalah satu-satunya kategori desa belum terbuka dengan
daerah yang mewakili Indonesia dalam penilaian 4 (empat) indikator yaitu
ajang OGP internasional. Bojonegoro transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan
bersanding dengan 14 inovasi. Melihat masih adanya pembagian

JIAN – Volume 3 No 1, Februari 2019 2


JIAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 - 3566

kelas di dalam 50 desa yang telah taksonomi, komponensial, dan kultural.


menjalankan OGP dan 369 desa belum
menjalankan OGP. HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara sederhana implementasi bisa Proses Implementasi tahap Organisasi
diartikan pelaksanaan atau penerapan. Pelaksanan.
Implementasi adalah perluasan aktivitas Dalam open goverment partnership
yang saling menyesuaikan (Usman, 2004). terdapat pembagian sumber daya manusia
Implementasi merupakan suatu rangkaian yang dimana pembagian SDM di tingkat
aktivitas dalam rangka menghantarkan Dinas Kominfo sudah terbagi berdasarkan
kebijakan kepada masyarakat sehingga tupoksi sesuai dengan visi misi terkait
kebijakan tersebut dapat membawa hasil keterbukaan informasi publik. Pembagian
sebagaimana diharapkan (Syaukani, 2003). SDM dalam Dinas Kominfo sesuai dengan
Keterbukaan informasi publik di kebutuhan OGP seperti halnya sudah ada
Kabupaten Bojonegoro belum berjalan bagian yang menjadi rujukan pertanyaan
dengan baik. ada sejumlah ketidakpuasan akan semua informasi yang diperlukan
dari masyarakat terkait dengan pelaksanaan terkait dengan OGP yaitu Kepala Seksi
Open Goverment Partnership, seperti : 1) Pelayanan Publik, sudah adanya bagian yang
Dalam penyampaian informasi mengenai menjadi wadah pengelolaan opini dan
pendapatan desa dan penggunaannya belum aspirasi publik yaitu Kepala Seksi
dilaksanakan secara detail/rinci, 2) Masih Pengelolaan Opini dan Aspirasi Publik dst.
belum adanya forum pertemuan warga atau Di dalam penelitian penulis mendapatkan
forum tatap muka dalam pengembangan beberapa temuan terkait pelaksanaan OGP di
transparansi, 3) belum adanya media tingkat desa. Temuan tersebut sebagai
informasi sebagai inisiatif desa dalam berikut :
mendukung transparansi dan pelayanan Pertama, dalam pelaksanaan OGP
informasi publik. desa-desa yang mempunyai pembagian
SDM yang baik hanyalah desa yang masuk
METODE PENELITIAN dalam kategori desa terbuka dimana
Jenis penelitian yang digunakan ialah pembagian SDM sangat terstruktur dan
penelitian deskriptif dengan pendekatan memiliki dasar hukum yang pasti begitupun
kualitatif. Penelitian ini berlokasi di SOP yang telah menjadi landasan setiap
Kabupaten Bojonegoro. Fokus penelitian ini pelayanan yang dilakukan. Untuk kategori
ialah proses implementasi sesuai model desa selain desa terbuka belum memiliki
O’Jones (dalam Suprastiyo, 2019) terdiri pembagian SDM yang baik dan belum
dari 1) Organsisasi, 2) Interprestasi, dan 3) berjalan melihat faktor komunikasi dari
Pelaksanaan. Pengambilan informan Kepala Desa kepada staff belum berjalan
penelitian menggunakan teknik purposive dengan baik. Ditambah faktor SDM yang
sampling, dalam proses penelitian kurang melihat jumlah perangkat desa
terinventarisir sumber data primer sebanyak didomisi usia 45 keatas, belum memadainya
100 informan. tingkat pendidikan staff perangkat desa
Sumber data yang digunakan adalah untuk mengemban tugas terkait pelaksanaan
sumber data primer dan data sekunder OGP dibidang teknologi informasi juga
dengan cara observasi, wawancara menjadi faktor terhambatnya program
mendalam dan dokumentasi. Dalam berjalan.
menganalisa menggunakan teknik analisis Kedua, dalam pembuatan Perkades
data kualitatif terdiri dari analisis domain, dan Perdes hanya bisa dilaksanakan di desa

JIAN – Volume 3 No 1, Februari 2019 3


JIAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 - 3566

terbuka yaitu Desa Pejambon. Alasan dengan rutin setiap 1 bulan sekali. Jika
pembentukan Perkades hanya bisa dibandingkan dengan di 3 tiga lainnya
dilaksanakan di desa terbuka adalah pelaksanaan musrenbangdes transparansi
kesiapan desa untuk menjalankan OGP hanya dilakukan setahun sekali.
menjadi faktor pertama. Apabila desa sudah
Perbedaan disini yang menjadi titik
siap dasar hukum yang menjadi landasan
dimana pengembangan transparansi
berjalannya program akan dibuat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Namun,
keterbukaan OGP lebih cepat mengalami
sebaliknya jika desa belum siap pembuatan kemajuan di desa terbuka dibandingkan
dasar hukum OGP belum dibuat. Faktor 3 desa lainnya.
yang mempengaruhi disini adalah faktor Faktor-faktor yang menghambat
komunikasi berupa kejelasan dan konsistensi dalam berjalannya musrenbangdes
dari kepala desa untuk menjalankan OGP. transparansi adalah faktor komunikasi
Ketiga, berdasarkan hasil penelitian kejelasan dan konsistensi dalam
penulis mendapati bahwa faktor penghambat menjalankannya baik dari kepala desa
di 3 desa yaitu Desa Mojoranu, Desa dan perangkat desa. Faktor kedua adalah
Cancung, dan Desa Sambiroto adalah faktor
faktor struktur birokrasi yang tidak
struktur organisasi. Struktur organisasi yang
mempunyai kejelasan dalam
kurang baik antara kepala desa dengan staff
seperti halnya tidak adanya tekanan dari
pelaksanaannya dikarenakan tidak
pihak luar terkait SOP mempengaruhi adanya pejabat khusus yang menangani
berjalannya OGP menjadi kurang baik OGP seperti halnya PPID.
seperti pada tabel 30 yang menjelaskan SOP Kedua, standar pelayanan prosedur
baru bisa dilaksanakan pada desa terbuka OGP jika kita melihat pada tabel 30
dan belum berjalan di 3 desa lainnya. pembuatan SOP transparansi baru dibuat
dan dilaksanakan di desa terbuka. Dan di
Implementasi tahap Interprestasi 3 desa lainnya pembuatan SOP belum
Interprestasi yang dilakukan dalam dilaksanakan. Disinilah salah satu faktor
penelitian open goverment partnership penyebab terhambatnya perkembangan
menghasilkan bahwa dalam pelaksanaan pelaksanaan OGP di tingkat desa.
interprestasi berupa musrenbangdes dan Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak
standar pelayanan operasional OGP berjalannya SOP di 3 desa yaitu
belum berjalan dengan baik. Seperti dijelaskan pada tabel 31 seperti
halnya data penelitian yang dihasilkan komunikasi menjadi momok persoalan
penulis melalui penelitian OGP adalah pertama yang dihadapi apabila suatu
sebagai berikut : Pertama, pelaksanaan program tidak berjalan. Komunikasi
musrenbangdes transparansi seperti pada yang kurang baik antara Kepala Desa
tabel 28 di 4 desa yaitu Desa Pejambon, dan staff menjadi persoalan yang sulit
Desa Mojoranu, Desa Cancung, dan untuk diselesaikan. Kedua adalah faktor
Desa Sambiroto belum berjalan dengan sumber sumber. Sumber-sumber disini
baik melihat bahwa dari 4 desa yang lebih cenderung pada wewenang Kepala
melaksanakan musrenbangdes secara Desa yang tidak digunakan semaksimal
berkala hanya Desa Pejambon yaitu mungkin dalam menjalankan OGP di
melakukan forum pertemuan warga tingkat desa. Dan ketiga adalah struktur

JIAN – Volume 3 No 1, Februari 2019 4


JIAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 - 3566

organisasi terkait kejelasan pembagian kurang kompeten dalam menjalankan


tugas dan wewenang setiap bagian yang tugasnya. Dibutuhkan staff perangkat
tidak berjalan. desa yang kompeten untuk bisa
melaksanakan media informasi berbasis
Implementasi Tahap Pelaksanaan teknologi dengan baik. Ketiga adalah
Pelaksanaan dalam hal ini adalah kecenderungan. Kecenderungan disini
menyangkut media informasi dan menekankan pada insentif yang
kualitas informasi. Berdasarkan data dan diberikan kepada staff perangkat desa
kesimpulan penulis mendapati bahwa yang menangani media informasi. Tidak
proses implementasi pelaksanaan OGP adanya insentif tambahan akan
belum berjalan dengan baik. pokok- menjadikan pekerjaan menjadi terhambat
pokok permasalahan yang terjadi pada dan berhenti.
proses pelaksanaan implementasi adalah Kualitas informasi disini
sebagai berikut : menyangkut tentang APBDesa, Profil
Pertama, dalam media informasi Desa, dan hasil pembangunan. Jika
terbaginya proses- proses implementasi melihat tabel 38 bisa dilihat bahwa
seperti website, media sosial, papan pelaksanaan kualitas informasi berbasis
baliho, dan papan informasi. Jika melihat teknologi informasi hanya bisa berjalan
pada tabel 32, 34, dan 36 perbedaan di desa terbuka. dan 3 desa lainnya
yang signifikan bisa dilihat dari desa belum adanya pelaksanaan di lapangan.
terbuka dengan ketiga 3 desa lainnya. Hal ini menyebabkan bahwa
Dalam penyediaan website dan media perkembangan OGP di tingkat desa
sosial hanya bisa berjalan dengan baik di mengalami hambatan dalam
desa terbuka sedangkan di 3 desa lainnya perkembangannya.
belum tersedia media informasi berupa Kedua, faktor sumber-sumber.
website dan media sosial. Selanjutnya Sumber-sumber disini adalah tingkat
untuk papan informasi dan papan baliho pendidikan mempengaruhi berjalannya
semua desa sudah memenuhi dan OGP. Seperti halnya pada tabel 15 bisa
menyediakannya guna mempermudah dilihat pendidikan di Desa Pejambon
masyarakat dalam menerima informasi. rata-rata adalah lulusan S1 yaitu 6 orang
Faktor-faktor penghambat dan lulusan SMA 5 orang. Dan jika
berjalannya media informasi seperti pada dibandingkan dengan Desa Mojoranu
tabel 33 dijelaskan faktor-faktor lulusan terbanyak adalah lulusan SMA
penghambat adalah pertama komunikasi, sebanyak 6 orang dan S1 1 orang. Jika
tidak dipungkiri faktor komunikasi selalu membandingkan 2 desa tersebut sudah
menjadi pokok permasalahan pertama terlihat bahwa tingkat pendidikan
dalam berjalannya suatu program. perangkat desa sangatlah berpengaruh
Kejelasan, konsistensi akan menjadi dalam perkembangan OGP kedepannya.
permasalahan apabila tidak disampaikan Ketiga, faktor kecenderungan.
dengan baik kepada staff. Faktor kedua Kecenderungan disini adalah lebih
adalah sumber-sumber. Sumber- sumber mengarah pada pengangkatan birokrasi
disini lebih menekankan pada staff yang yang salah. Pengangkatan staf yang tidak

JIAN – Volume 3 No 1, Februari 2019 5


JIAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 - 3566

kompeten bisa menimbulkan masalah di yang belum menjalankan prinsip


kemudian hari. tersebut. hanya beberapa desa yang
Keempat, struktur birokrasi. telah menjalankan forum pertemuan
Kejelasan struktur birokrasi juga menjadi warga yang diadakan setiap bulannya.
5. Dalam pelaksanaan open goverment
hambatan apabila struktur birokrasi
partnership di Kabupaten Bojonegoro.
penuh kesimpang siuran terkait tugas
Faktor penghambat yang ditemukan
dan tanggung jawab. berupa, faktor komunikasi yang kurang
baik, kurangnya SDM yang khusus
SIMPULAN menangani keterbukaan informasi
1. Implementasi Undang-Undang Nomor publik, serta kurangnya partisipasi dan
14 Tahun 2008 tentang keterbukaan dukungan dari Kepala Desa terhadap
informasi publik dan Intruksi Bupati berjalannya OGP dengan baik dan
Nomor 2 Tahun 2016 tentang benar.
keterbukaan informasi publik di
Kabupaten Bojonegoro belum berjalan DAFTAR PUSTAKA
dengan baik, dilihat dari masih Dinas Kominfo, Menuju Gerbang Dunia
banyaknya desa yang belum memenuhi
Pemerintahan Terbuka Rakyat
syarat-syarat yang telah diberlakukan
Bahagia, Bojonegoro, 2017.
untuk dipenuhi dalam berjalannya
keterbukaan informasi publik.
Drs Syaukani, dkk, Otonomi Daerah
2. Dilihat dari beberapa desa yang dalam Negara Kesatuan, Pustaka
menjadi sampel peneliti banyak desa Pelajar, Oet III, Yogyakarta, 2003.
belum memiliki peraturan desa sebagai Dwiyanto, Agus.. Mewujudkan Good
dasar hukum untuk mengatur Governance Melalui Pelayanan
berjalannya open goverment Publik. Gajah Mada University Press,
partnership dan belum adanya intruksi Yogyakarta, 2005
kepala desa untuk menjalankan H. Nazar Bakry, Tuntunan Praktis
keterbukaan informasi publik di desa. Metodologi Penelitian, Pedoman Ilmu
3. Pada teknologi informasi, banyaknya
Jaya, Bandung, 1995.
desa yang belum memiliki transparansi
Hidayat, L.M, Reformasi Administrasi:
secara langsung yaitu website dan
media sosial. Dalam hal ini minimnya
Kajian Comparatif PemerintahanTiga
sumber daya manusia yang kompeten di Presiden. Jakarta: Gramedia Pustaka
bidangnya sehingga pelaksanaan Umum, Jakarta, 2007
teknologi informasi belum berjalan dan Krina, Indikator dan Alat Ukur Prinsip
belum bisa diakses. Transparasi, Partisipasi dan
4. Pada tahap forum pertemuan warga Akuntabilitas, Kencana, Bandung,
belum diadakan forum pertemuan 2003.
warga khusus terkait pembahasan Kristianten, Transparansi Anggaran
keterbukaan informasi publik di banyak Pemerintah, Rineka Cipta, Jakarta,
desa. Berdasarkan Undang-Undang
2006
Nomor 14 Tahun 2008 masyarakat
Mardalis, Metode Penelitian Suatu
harus ikut andil di dalam pembuatan
rencana pembangunan desa. Namun,
Pendekatan Proposal, PT Bumi
dalam lapangannya. Banyaknya desa Aksara, Jakarta, 2004.

JIAN – Volume 3 No 1, Februari 2019 6


JIAN - Jurnal Ilmiah Administrasi Negara
Universitas Bojonegoro
ISSN : 2549 - 3566

Mardiasmo, Konsep Ideal Akuntabilitas Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian


dan Transparansi Organisasi Suatu Pendekatan Praktek,
Layanan Publik, Majalah Swara MEP, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Vol. 3 No. 8 Maret, MEP UGM, Tuckman, Bruce W. Measuring
Jogjakarta, 2003 Procrastination Attiudinal and
Suprastiyo, A. (2019). Implementasi Behaviorally Paper Presented at
Penyusunan Rencana Kerja (RKP) Annual Meeting of the American
Desa (Studi Di Desa Trucuk Educational Research Association,
Kecamatan Trucuk Kabupaten Boston, 1990.
Bojonegoro). Jurnal Ilmiah Usman, Nurdin, Konteks Implementasi
Manajemen Publik dan Kebijakan Berbasis Kurikulum. PT. Raja
Sosial, 2 (2), 255-263. Grafindo Persada, Jakarta, 2004
Sedarmayanti, Tercipta Good
Governance, Mandar Maju, Bandung,
2004 Soetrisno Hadi, Metodologi
Riset, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2015.
Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2015.
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian,
Alfabeta, Bandung, 2011.

JIAN – Volume 3 No 1, Februari 2019 7

Anda mungkin juga menyukai