Anda di halaman 1dari 9

Seminar Nasional Magister Communication

MEDIA SOSIAL DAN PEMERINTAHAN TERBUKA


(Studi Literatur Pemanfataan Media Sosial Upaya Mewujudkan Pemerintahan
Terbuka di Indonesia)

Heru Ryanto Budiana1, Aat Ruchiyat Nugraha2


Universitas Padjadjaran
heru.prodihumas@gmail.com

ABSTRAK
Keikutsertaan Indonesia dalam global Open Governmet Partnership (OGP) merupakan
peluang untuk menciptakan pemerintahan yang terbuka dan transparan. Konsepsi
pemerintahan yang terbuka didasarkan pada keyakinan bahwa publik memiliki hak untuk
mengakses informasi, yang menjadi jendela pemerintahan demokratis melalu peningkatan
kualitas partisipasi publik dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Media sosial hadir
sebagai sarana dalam memberi ruang berinteraksi, berbagi serta berkolaborasi secara
efektif dan efisien dalam peningkatan kualitas pelayanan publik yang mendukung upaya
terwujudnya pemerintahan terbuka di Indonesia. Makalah ini mencoba untuk melakukan
kajian terhadap pemanfataan media sosial oleh Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari
komitmen untuk mewujudkan pemerintahan yang terbuka.
Kata kunci: Media Sosial, Keterbukaan Informasi, Partisipasi Publik dan Pemerintahan
Terbuka.

PENDAHULUAN
Media sosial saat ini memberi ruang bagi instansi pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pelayanan dan keterlibatan yang lebih besar kepada masyarakat. Menurut
(Gunawong, 2015), media sosial telah menjadi alat baru bagi pemerintah untuk
berkomunikasi dengan publiknya dalam upaya mewujudkan gagasan pemerintahan terbuka
yang mencakup transparansi, partisipasi, dan kolaborasi.
Gagasan pemerintahan yang terbuka merupakan pergeseran paradigma dari Good
Governance ke arah Open Government Partnership (OGP) seiring dengan berbagai
kritikan terhadap Good Governance yang digagas Bank Dunia dan IMF karena dianggap
tidak kontesktual di banyak negara serta tidak memperhatikan peran partisipasi masyarakat
atau yang disebut dengan policy network. (Kurniawan, 2017).
Lebih lanjut menurut Kurniawan, di banyak istilah OGP ini disamakan dengan
istilah lain dalam studi manajemen publik seperti New Public servie (NPS). New Public
Management (NPM) dianggap paralel dengan good governance, sedangkan new public
service paralel dengan OGP.
Indonesia bersama Brazil, Meksiko, Norwegia, Filipina, Afrika Selatan, Inggris
dan Amerika Serikat merupakan delapan negara yang menginisiasi gerakan Open
Government Partnership (OGP), yang dideklarasikan di New York Amerika Serikat, 20
September 2011. OGP merupakan sebuah gerakan kerjasama global yang bertujuan untuk
menyediakan kerangka bagi pemangku kepentingan di negara anggota untuk mendorong
terbangunnya pemerintahan yang terbuka, akuntabel, dan responsif terhadap kebutuhan
warga.
Respon positif dari berbagai negara terhadap OGP terlihat dari semakin banyaknya
negara-negara yang berpartisipasi dalam OGP. Pada saat dideklarasikan tahun 201, tercatat
sebanyak 46 negara bergabung. Kemudian, tahun 2012 meningkat menjadi 57 negara, dan

Media, Budaya, dan Teknologi 147


Seminar Nasional Magister Communication

pada tahun 2016 sebagaimana dirilis dalam annual report OGP tahun 2016, sebanyak 75
negara berpartisipasi dalam OGP. (Open Government Partnership, 2016).
Sebagai inisiatif global, OGP mempunyai 4 (empat) tujuan besar, yaitu:
meningkatkan ketersediaan data tentang penyelenggaraan negara, mendukung partisipasi
publik, mengimplementasikan standar tertinggi atas integritas profesional administrasi
publik, meningkatkan akses atas teknologi baru untuk mendukung keterbukaan dan
akuntabilitas. (Yappika, 2016).
Pemerintahan yang terbuka merupakan unsur penting dalam meningkatkan
demokrasi. Information and Privacy Commissioner of Ontario (PIC) Canada, dalam
papernya menjelaskan bahwa terdapat dua tujuan penting dari pemerintahan terbuka,
yaitu:
 Meningkatkan kualitas tata kelola dan pelayanan dengan menjadi lebih transparan,
akuntabel, dan responsif terhadap masyarakat;
 Memungkinkan masyarakat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih tepat,
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. (PIC, 2016)
Kehadiran media sosial memberikan harapan besar bagi masyarakat tentang
bagaimana seharusnya pemerintahan bekerja dengan lebih melibatkan publik dalam
pengambilan kebijakan. Media sosial diadopsi secara luas oleh masyarakat, ia bisa
memainkan peran penting dalam pelaksanaan pemerintahan terbuka. (Lee & Kwak, 2012).
Menurut (Bertot, Jaeger, & Hansen, 2012), saat ini berbagai instansi pemerintah
menggunakan media sosial untuk terhubung dengan publiknya dalam memberikan
pelayanan. Hubungan ini berpotensi memperluas pelayanan pemerintah, mengumpulkan
gagasan baru, pengambilan keputusan yang lebih baik dan pemecahan masalah. Namun,
berinteraksi melalui media sosial memberikan tantangan baru yang terkait dengan privasi,
keamanan, pengelolaan, aksesibilitas, inklusi sosial, tata kelola, dan isu kebijakan
informasi lainnya.
Pemerintah Indonesia sejak tahun 2011 hingga saat ini memiliki komitmen dengan
aktif melakukan berbagai langkah untuk mereformasi tata kelola pemerintahan menuju
pemerintahan yang terbuka. Terdapat empat pilar utama yang menjadi dasar komitmen
pemerintahan terbuka di Indonesia, yaitu pemerintahan yang transparan, akuntabel,
inovatif, dan juga partisipatif melalu komitmen Open Government Indonesia (OGI).
OGI Merupakan bentuk konkrit keseriusan pemerintah Indonesia di dalam
melakukan reformasi sektor publik di Indonesia secara menyeluruh. Melalui OGI
diharapkan akan lahir ide, inisiatif, dan praktik keterbukaan pemerintah yang dapat
mengakselerasi pencapaian target dan prioritas nasional. Utamanya di dalam mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
Konsepsi pemerintahan yang terbuka didasarkan pada keyakinan bahwa publik
memiliki hak untuk mengakses informasi. Saat ini pemerintah Indonesia berupaya
meningkatkan demokrasi dan partisipasi publik dengan menjamin hak mereka akan
informasi sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP), yang mewajibkan para pejabat publik menyediakan layanan
informasi kepada publik dan sebagai jaminan terpenuhinya hak dasar warga negara
terhadap informasi.
Berdasarkan pemaparan diatas, komitmen membangun pemerintah terbuka di
Indonesia yang didasrkan pada keterbukaan informasi dan partisipasi publik dapat
dilakukan melalui optimalisasi penggunaan media sosial, karena karakteristik media sosial
sebagai media untuk berbagi, berinteraksi dan bekerjasama. Sebagai media untuk

148 Media, Budaya, dan Teknologi


Seminar Nasional Magister Communication

berinteraksi dan melibatkan parsipasi masyarakat, media sosial hadir bagi pemerintahan di
Indonesia dengan berbgai peluang dan tantangannya. Makalah ini mencoba melakukan
analisis melalui pendekatan studi literatur mengenai bagaimana media sosial dapat di
optimalkan pemanfaatannya oleh Pemerintahan di Indonesia dalam upaya mewujudkan
pemerintahan yang terbuka.

KAJIAN TEORI
Media Sosial bagi Pemerintahan
Media sosial menjadi salah satu jembatan yang dapat menghubungkan pemerintah,
dan masyarakat secara umum. Bentuk kepercayaan antara pemerintah dan masyarakatnya
sangat erat kaitannya dengan karakter dari komunikasi media sosial itu sendiri. Khan,
(2017:3), dalam bukunya tentang ―Social Media for Government‖ menjelaskan bahwa
salah satu cara untuk memahami media sosial adalah dengan mengetahui karakteristik
utama dari media sosial. Beberapa karakteristik utama media sosial menurut Khan, antara
lain; Pertama, media sosial adalah media dari banyak ke banyak. Kedua, media sosial
adalah media partisipasi. Media yang terbuka untuk partisipasi dan umpan balik. Pengguna
dapat berpartisipasi dalam wacana online dengan berbagai cara, termasuk podcasting,
blogging, tagging RSS-generated syndication, social bookmarking, jejaring sosial, wiki,
dan alat-alat kolaboratif lainnya. Ketiga, media sosial adalah milik pengguna. Konten
kebanyakan dihasilkan, dimiliki, dan dikendalikan oleh pengguna sendiri. Sebagai contoh,
Facebook atau YouTube, tanpa konten dari pengguna akan menjadi ruang online yang
kosong dan membosankan. Keempat, media sosial adalah percakapan. Medium yang
memungkinkan untuk melakukan percakapan dari banyak-ke-banyak. Kelima, media sosial
memungkinkan keterbukaan. Media sosial memberi ruang untuk memperoleh akses data
dan informasi. Keenam, media sosial memungkinkan kolaborasi massal. Pengguna dapat
membangun kolaborasi massal dengan bekerja sama dalam konteks banyak-ke-banyak
untuk mencapai tujuan tertentu. Ketujuh, media sosial berorientasi pada membangun
hubungan. Kedelapan, media sosial bebas dan mudah digunakan.

METODE
Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu
penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok
tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi, dimana dalam penelitian ini
menggunakan referensi buku, maupun jurnal-jurnal hingga mengamati berita-berita di
media massa yang terkait dengan objek penelitian.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi
dokumentasi atau desk research, karena peneliti tidak ikut berpartisipasi didalamnya. Studi
dokumentasi atau biasa disebut kajian dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi
terkait objek penelitian. Peneliti melakukan penelusuran data historis objek penelitian serta
melihat sejauhmana media sosial dapat digunakan pemerintah Indonesia dalam upaya
mewujudkan pemerintahan terbuka melalui penguatan keterbukaan informasi dan
partisipasi masyarakat.
Metode analisis data peneliti berupaya menganalisa penelitian secara kualitatif dan
hasil penelitian dipaparkan secara deskriptif, yakni berusaha menggambarkan kondisi apa
adanya sehingga diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas terkait pemanfatan

Media, Budaya, dan Teknologi 149


Seminar Nasional Magister Communication

media sosial oleh pemerintah Indonesia dalam upaya mewujudkan pemerintahan terbuka
melalui penguatan keterbukaan informasi dan partisipasi masyarakat.

DISKUSI
Media Sosial dalam Keterbukaan Informasi dan Partisipasi Publik
Indonesia, seperti banyak negara lain, telah lama menyadari pentingnya
membangun layanan secara online agar lebih mudah diakses dan transparan ke publik.
Indonesia pertama kali mendirikan dan mengembangkan e-government pada tahun 2001,
yang didasarkan pada instruksi Presiden terkait telekomunikasi, media dan informasi.
Instruksi presiden tahun 2001 menekankan pentingnya teknologi informasi dalam
meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan mempercepat
proses demokrasi.
Pemerintah berbasis layanan elektronik telah dilaksanakan di pemerintah pusat dan
juga di pemerintah daerah. Tujuan utama pengembangan layanan e-government di
Indonesia adalah: 1) meningkatkan pemerintahan yang demokratis di Indonesia; 2)
mempromosikan kesetaraan kekuasaan antar pemerintah; 3) untuk mendukung komunikasi
pemerintah yang lebih baik; 4) meningkatkan transparansi dan keterbukaan; dan 5)
mengembangkan keterampilan yang diperlukan di era informasi. (Lestari & Moon, 2014).
Spirit keterbukaan informasipun telah di tunjukan pemerintah Indonesia dengan
terbitnya Undang-Undang No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Dalam UU KIP terdapat beberapa pengaturan pokok: (1) Setiap badan publik wajib
menjamin keterbukaan informasi publik; (2) Setiap informasi publik bersifat terbuka dan
dapat diakses oleh publik; (3) Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat, terbatas,
dan tidak mutlak/tidak permanen; (4) Setiap informasi publik harus dapat diperoleh dengan
cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana; (5) Informasi publik bersifat proaktif;
(6) Informasi publik harus bersifat utuh, akurat dan dapat dipercaya; (7) Penyelesaian
sengketa secara cepat, murah, kompeten, dan indpenden; dan (8) Ancaman pidana bagi
penghambat informasi. (Yappika, 2016).
Pergeseran paradigma dari Good Governance ke arah Open Government dengan
penguatan pada keterbukaan informasi dan partisipasi publik dapat dilakukan melalui
optimalisasi penggunaan media sosial. Partisipasi publik yang dimediasi oleh teknologi
media sosial menyediakan ruang untuk interaksi, keterlibatan, dan memecahkan masalah
secara bersama. Mulai dari Facebook, Youtube hingga Twitter, dan berbagai platforms
media sosial lainnya. Media sosial sangat terbuka bagi metode inovatif untuk bagaimana
pemerintah Indonesia berinteraksi secara berkelanjutan dengan warga negaranya.
Kemampuan media sosial sangat memudahkan komunikasi dan interaksi antara
pemerintah dan warga negara serta keterjangkauannya yang luas. Saat ini, sebagaimana
data hasil riset yang disampaikan We are Social and Hootsuite (2017), bahwa pengguna
internet di Indonesia per Januari 2017 naik 51% dari tahun sebelumnya atau sebesar 132,7
juta pengguna. Indonesia juga menjadi negara dengan pengguna media sosial terbanyak
ketiga di seluruh dunia dengan pertambahan pengguna sebanyak 27 juta orang per Januari
2017. Total pengguna media sosial di Indonesia berjumlah 106 juta atau sekitar 40% dari
populasi penduduk Indonesia. Lima platforms media sosial yang paling digunakan
masyarakat Indonesia sampai Januari 2017 berurutan adalah Youtube sebesar 49%,
kemudian Facebook 48%, Instagram 39%, Twitter 38% dan Whatsapp juga sebesar 38%.
Penggunaan teknologi media sosial oleh pemerintah memberikan beberapa
peluang (Bertot, Jaeger, Munson, & Glaisyer, 2010) :

150 Media, Budaya, dan Teknologi


Seminar Nasional Magister Communication

 Democratic participation and engagement. Penggunakan media sosial dalam


melibatkan masyarakat dapat mendorong dialog dan pendapat dari masyaakat tentang
renacan kebijakan dan implementasinya.
 Co-production, Pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengembangkan,
merancang, dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
 Crowdsourcing solutions and innovations, mencari solusi yang inovatif dalam
mengatasi berbagai masalah sosial dengan memanfaatkan pengetahuan, kekuatan dan
potensi masyarakat. Dalam mendapatkan crowdsourcing, pemerintah haru berbagi
data dan masukan lainnya sehingga masyarakat memiliki dasar dalam berinovasi.
 Transparency and accountability, adalah pemerintah yang terbuka dan transparan
dalam menjalankan roda pemerintahannya sehingga terbangun kepercayaan dan
mendorong akuntabilitas.
Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan kebijakan dapat difungsikan oleh
pemerintah dalam berbagai bentuk, mulai dari sekedar membuat informasi dan layanan
pemerintah yang tersedia untuk meminta umpan balik, rencana peraturan yang akan
diusulkan dengan membuka dialog secara terus menerus untuk mencari solusi dalam
menjawab berbagai tantangan, baik mengenai lingkungan, kesehatan, dan masalah lainnya.
Tujuan melibatkan publik sebagai bagian dari pemerintahan terbuka meliputi:
• Menginformasikan kepada publik: biarkan masyarakat mengetahui tentang isu,
perubahan, sumber daya dan kebijakan.
• Menjelajahi sebuah isu: membantu masyarakat untuk belajar tentang topik atau
masalah.
• Mengubah konflik: membantu menyelesaikan ketidaksepakatan dan memperbaiki
hubungan antar kelompok.
• Mendapatkan umpan balik: memahami pandangan pemangku kepentingan dan
masyarakat terhadap suatu isu, masalah atau kebijakan.
• Membangkitkan gagasan: membantu menciptakan saran dan alternatif baru.
• Mengumpulkan data: mengumpulkan informasi tentang persepsi dan kepentingan
pemangku kepentingan, persepsi, kebutuhan, nilai dan kepentingan masyarakat.
• Mengidentifikasi masalah: dapatkan informasi tentang isu terkini dan potensial.
• Membangun kapasitas: meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menangani
masalah.
• Mengembangkan kolaborasi: membawa kelompok dan orang-orang bersama untuk
menangani sebuah isu.
• Membuat keputusan: membuat penilaian tentang masalah, alternatif dan solusi
pelibatan publik dalam tujuan pemerintahan yang terbuka. (PIC, 2016).
Pemerintah Indonesia telah mengembangkan dan memperluas informasi
pemerintahan melalui media sosial. Berbagai instansi pemerintah menggunakan media
sosial seperti Facebook, Twitter dan YouTube untuk beragam tujuan yang mencerminkan
misi dan sasaran setiap instansi. Tabel berikut memperlihatkan beberapa informasi yang
dimiliki instansi pemerintah di Indonesia melalui media sosial Youtube.

Tabel 1. Contoh Beberapa Akun Resmi Instansi Pemerintahan Indonesia di Media Sosial
Channel Youtube Instansi
 https://www.youtube.com/channel/UCUZIgAVuVq_YEUeOAxwrl Kementerian
TQ, (youtube) Sekretariat
 https://www.facebook.com/KemensetnegRI/, (Facebook) Negara RI

Media, Budaya, dan Teknologi 151


Seminar Nasional Magister Communication

 @KemensetnegRI, (twitter)
 https://www.youtube.com/user/opengovindonesia, (youtube) Open
 https://www.facebook.com/OpenGovernmentIndonesia/, Government
(Facebook) Indonesia
 @OpenGovIndo, (twitter)
 https://www.youtube.com/user/kemlu2014, (youtube) Kementerian
 https://www.facebook.com/Kemlu.RI, (Facebook) Luar Negeri
 @Portal_Kemlu_RI , (twitter)
Sumber: Seleksi oleh penulis (2017)

Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya penggunaan media sosial dalam


menunjang kinerja instansi pemerintah, sehingga sebagai acuan dalam pemanfaatan media
sosial di instansi pemerintah, diterbitkan Permenpan dan RB No. 83 tahun 2012 Tentang
Pedoman Pemanfaatan Media Sosial Instansi Pemerintah.
Prinsip dalam menjalankan media sosial oleh instansi pemerintahan di Indonesia,
sebagaimana tertuang dalam permen tersebut, antara lain :
 Kredibel, yakni menjaga krediblitas sehingga informasi yang disampaikan
akurat, berimbang, dan keterwakilan;
 Integritas, yakni menunjukkan sikap jujur dan menjaga etika;
 Profesional, yakni memiliki pendidikan, keahlian, dan keterampilan di bidangnya;
 Responsif, yakni menanggapi masukan dengan cepat dan tepat;
 Terintegrasi, yakni menyelaraskan penggunaan media sosial dengan media
komunikasi lainnya, baik yang berbasis internet (on-line) maupun yang tidak berbasis
internet (off-line);
 Keterwakilan, yakni pesan yang disampaikan mewakili kepentingan instansi
pemerintah, bukan kepentingan pribadi. (Permenpan dan RB No. 83 tahun 2012)
Pemanfaatan media sosial ini sejalan dengan ketentuan dalam reformasi birokrasi,
antara lain pemanfaatan teknologi informasi (e- Government), strategi komunikasi,
manajemen perubahan (change management), manajemen pengetahuan (knowledge
management), dan penataan tata laksana (business process). Dalam membangun hubungan
yang baik antara instansi pemerintah, khususnya dalam melaksanakan tugas
kepemerintahan dengan masyarakat, perlu diwujudkan sinergi dan harmonisasi yang saling
membutuhkan dan menguntungkan serta berkelanjutan. Data, informasi, dan fakta yang
disampaikan harus benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Media sosial harus dapat
mengakomodasikan kepentingan masing-masing instansi pemerintah dan masyarakat.
Instansi pemerintah, harus dapat menyediakan dan menyampaikan informasi secara akurat,
efisien, efektif, dan terjangkau sehingga komunikasi instansi pemerintah dengan
masyarakat dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Penggunaan media sosial telah membentuk dan mendukung cara baru dalam
berkomunikasi, berinteraksi, dan berkolaborasi. Media sosial menawarkan cara yang lebih
cepat dan tepat untuk berpartisipasi dalam pertukaran informasi melalui daring (dalam
jaringan/online). Kemampuan yang dimiliki media sosial tersebut, jika dioptimalkan dapat
ikut mempercepat terwujudnya pemerintahan terbuka di Indonesia, sebagai bentuk
komitmen pemerintah. Pengembangkan Media sosial yang digunakan dalam upaya
mewujudkan pemerintahan yang terbuka perlu memperhatikan beberapa komponen
sebagaimana dijelaskan Khan (2017), berikut:

152 Media, Budaya, dan Teknologi


Seminar Nasional Magister Communication

Gambar 1. Komponen Media Sosial Berbasis Pemerintahan

Sumber: Social Media for Government: A Practical Guide to Understanding,


Implementing, and Managing Social Media Tools in the Public Sphere (Khan, 2017)
o Sharing - mengacu pada penggunaan saluran media sosial (seperti Twitter, Facebook,
Wiki, YouTube, dan blog) dalam menyebarluaskan dan berbagi informasi yang
bermanfaat (berita, peringatan, dan update) ke publik dalam berbagai format termasuk
teks, video, audio, dan grafik.
o Partisipasi - mengacu pada pemberian kesempatan kepada warga untuk berpartisipasi
dalam pengambilan kebijakan dan keputusan melalui media sosial (misalnya, melalui
komentar dan umpan balik yang diungkapkan melalui media sosial)
o Kolaborasi Massa - mengacu pada kerja sama dalam konteks dari banyak-ke-banyak
untuk mencapai tujuan bersama yang dilakukan melalui media sosial. Kerjasama
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti antar instansi/lembaga pemerintah,
pemerintah dengan warga negara, dan antar warga negara dalam mencapai tujuan
tertentu.
o Keterbukaan - mengacu pada akses tak terbatas yang bebas terhadap data terstruktur
pemerintah dan informasi dibuka melalui media sosial.
o Pengukuran - komponen pengukuran menggunakan analisis media sosial dalam
memantau dan mengukur aktivitas media sosial.
o Strategi – mengacu pada keselarasan strategis melalui media sosial dengan sasaran
yang ingin dicapai oleh setiap instansi pemerintah.
o Manajemen Risiko - berhubungan dengan identifikasi terhadap risiko menggunakan
media sosial, mitigasi, evaluasi, dan penilaian.

Melalui penyediaan media komunikasi oleh pemerintah secara langsung dengan


memanfaatkan media sosial dapat mempromosikan kepercayaan publik terhadap
pemerintah. Kepercayaan itupulah dapat menciptakan stabilitas pemerintah dan keputusan
pemerintah yang dapat dipercaya. Informasi yang terbuka serta peningkatan partisipasi
publik yang tinggi melalui pemanfataan media sosial yang perlu ditunjang dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia di kalangan birokrasi, selain itu saja perubahan
budaya birokrasi, edukasi pada masyarakat dan infrastuktur yang mendukung.

Media, Budaya, dan Teknologi 153


Seminar Nasional Magister Communication

Keikutsertaan Indonesia dalam inisiatif global Open Governmet Partnership


merupakan peluang untuk menciptakan pemerintahan yang terbuka dan transparan
sehingga dapat meningkatkan kualitas partisipasi publik dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Tujuan utama pemerintahan terbuka adalah untuk mendukung dan
memberdayakan masyarakat dalam membuat keputusan yang tepat, lebih terlibat dengan
pemerintah dan berperan serta aktif di masyarakat.
Melalui media sosial memungkinkan publik untuk mengawasai kinerja
pemerintahan. Pemerintahan yang terbuka membantu masyarakat lebih bertanggung jawab.
Selain itu, dengan meningkatnya partisipasi masyarakat dapat melahirkan berbagai
kebijakan, praktik dan keputusan pemerintah yang lebih terinformasikan dengan baik, dan
dalam pemberian pelayanan yang lebih responsif, inovatif dan efektif.

SIMPULAN
Keikutsertaan Indonesia dalam inisiatif global Open Governmet Partnership
merupakan peluang untuk menciptakan pemerintahan yang terbuka dan transparan
sehingga dapat meningkatkan kualitas partisipasi publik dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Tujuan utama pemerintahan terbuka adalah untuk mendukung dan
memberdayakan masyarakat dalam membuat keputusan yang tepat, lebih terlibat dengan
pemerintah dan berperan serta aktif di masyarakat.
Penggunaan media sosial telah membentuk dan mendukung cara baru dalam
berkomunikasi sesuai dengan karakter utamanya memberi ruang bagi pemerintah dan
warganya untuk berinteraksi, berbagi serta berkolaborasi secara efektif dan efisien dalam
peningkatan kualitas pelayanan publik yang mendukung upaya terwujudnya pemerintahan
terbuka di Indonesia.
Media sosial telah di manfaatkan oleh Pemerintah Indonesia dalam upaya
mencapai tujuannya dengan menjadi media baru dalam mendukung pelayanan publik.
Media sosial juga menjadi saluran komunikasi untuk menjangkau masyarakat yang lebih
luas. Dengan memanfaatkan media sosial, pemerintah juga mendorong warga untuk
berkontribusi dan berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan, pelaksanaan dan
pengawasan
Berbagai kendala dalam mengoptimalkan media sosial tersebut kualitas, seperti
sumberdaya manusia, budaya birokrasi, kesadaran dan pendidikan masyarakat serta
infrastuktur pendukung masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Bertot, J. C., Jaeger, P., Munson, S., & Glaisyer, T. (2010). Engaging the Public in Open
Government: Social Media Technology and Policy for Government Transparency.
Federal Register, (February), 1–18. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Bertot, J. C., Jaeger, P. T., & Hansen, D. (2012). The impact of polices on government
social media usage: Issues, challenges, and recommendations. Government
Information Quarterly, 29(1), 30–40. https://doi.org/10.1016/j.giq.2011.04.004
Gunawong, P. (2015). Open Government and Social Media: A Focus on Transparency.
Social Science Computer Review, 33(5), 587–598.
https://doi.org/10.1177/0894439314560685
Khan, G. F. (2017). Social Media for Government: A Practical Guide to Understanding,
Implementing, and Managing Social Media Tools in the Public Sphere. Singapore:
Springer Nature Singapore Pte Ltd.

154 Media, Budaya, dan Teknologi


Seminar Nasional Magister Communication

Kurniawan, B. (2017). Apa Sebenarnya Arti dan Maksud dari ―Open Government‖?
Http://www.kompasiana.com/. Retrieved from
http://www.kompasiana.com/budi.kurniawan/apa-sebenarnya-arti-dan-maksud-dari-
open-government_58d97ef1b492730660f4e646
Lee, G., & Kwak, Y. H. (2012). An Open Government Maturity Model for social media-
based public engagement. Government Information Quarterly, 29(4), 492–503.
https://doi.org/10.1016/j.giq.2012.06.001
Lestari, I. S., & Moon, J. Y. (2014). Understanding Citizen Participation in Governmental
Social Media : A Case Study of the Indonesia Regional Police. In Proceedings of the
18th Pacific Asia Conference on Information Systems (PACIS 2014) (pp. 1–13).
Retrieved from http://aisel.aisnet.org/pacis2014/118
Open Government Partnership. (2016). OGP Annual Report 2016.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
PIC. (2016). Open Government: Key Concepts and Benefits. Information and Privacy
Commissioner of Ontario. Toronto. Retrieved from https://www.ipc.on.ca/wp-
content/uploads/2016/09/Open-Government-Key-Concepts-and-Benefits.pdf
We are Social and Hootsuite. (2017). 2017 Digital Yearbook. Singapore. Retrieved from
http://wearesocial.com
Yappika. (2016). Laporan Independen - Implementasi Open Government Partnership
(OGP) di Indonesia. Jakarta.

Media, Budaya, dan Teknologi 155

Anda mungkin juga menyukai