Anda di halaman 1dari 10

MAJAS ATAU GAYA BAHASA

I. Pengertian Majas adalah


Gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang imajinatif atau kias.

II. Tujuan penggunaan majas adalah


Agar pembaca memperoleh efek tertentu dari majas tersebut yang berkaitan dengan emosi.

III. Jenis Majas dibagi menjadi 4:


A. Majas perbandingan
B. Majas sindiran
C. Majas pertentangan
D. Majas penegasan

A. Majas Perbandingan adalah:


Majas yang membandingkan atau menyandingkan antara satu objek dengan objek lainnya.

Jenis Majas Perbandingan :

1. Majas Personifikasi adalah:


Majas yang membandingkan benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti
manusia.

Contohnya:
➢ Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk
➢ Ombak berkejar-kejaran di tepi pantai.

2. Majas Metafora adalah:


Majas yang digunakan membandingkan dua hal yang memiliki sifat yang dianggap sama.

Contoh:
➢ “Tikus kantor masih banyak di negeri ini “
➢ “Si jago merah melahap habis Puluhan ruko di Pasar Cakra. “
➢ “Sang ibu memeluk buah hati “

3. Majas Metonimia adalah:


Majas menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang punya
keterkaitan (misalnya sebuah merek dagang).
Contoh :
➢ Jamaah haji Indonesia pergi ke Makkah menggunakan Garuda.
➢ Dia datang dengan Honda kesayangannya.
➢ Wibisono membeli Dji Sam Soe di kios depan rumahnya.

4. Majas Hiperbola
Majas yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan.

Contoh:
➢ Indra mengerjakan soal matematika itu dalam sekejap mata.
➢ Orang tuanya banting tulang mencari nafkah, sementara anaknya justru
menghamburkan uang.

5. Majas Alegori adalah:


Majas yang berisi nasihat.

Contoh:
➢ Waktu itu ibarat uang, jika dihabiskan dengan baik, maka akan mendatangkan
manfaat, namun jika disia-siakan, maka akan mendatangkan kerugian.
➢ Perasaan manusia itu seperti permen, ada banyak rasa yang tersedia, bisa manis,
pahit, asam, dan sebagainya.
➢ Ilmu pengetahuan laksana cahaya yang menerangi kehidupan manusia di dunia.

1
6. Majas Sinekdokhe terbagi dua:

a. Pars Prototo (Majas yang menggunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan


keseluruhan objek).

Contoh:
➢ Dari tadi pagi, ia tak menampakkan batang hidungnya.

b. Majas Totem Pro Parte (Majas totem pro parte adalah majas yang mengungkapkan
keseluruhan objek padahal hanya sebagian objek saja).
Contoh:
➢ Indonesia mengalahkan Malaysia dalam pertandingan sepakbola tadi malam.

B. JENIS MAJAS SINDIRAN


1. Majas Ironi
Majas ironi merupakan majas sindiran yang sifatnya paling halus. Majas ini menggunakan kata-
kata yang bertentangan dengan makna sesungguhnya.

Contoh:
➢ Kamu cepat sekali datang, sementara acaranya sudah selesai.
➢ Badannya wangi sekali ya, sehingga orang-orang di sekitarnya harus menahan napas.

2. Majas Sinisme
Majas sinisme merupakan majas sindiran yang digunakan untuk menyindir seseorang secara
langsung. Majas sinisme biasanya diungkapkan dengan sindiran secara kasar.

Contoh:
➢ Belum berkata saja, aku sudah bosan mendengarmu.
➢ Kamu bernapas saja membuatku kesal.

3. Majas Sarkasme
Majas sarkasme merupakan majas sindiran yang penyampaiannya dilakukan menggunakan
kata-kata kasar dan keras. Biasanya, orang-orang yang menggunakan majas sarkasme ketika
sedang marah besar.

Contoh:
➢ Sejak dulu, mulutmu memang setajam pisau.
➢ Dia bekerja lambat sekali seperti siput saja.

C. Jenis Majas Pertentangan


1. Majas Paradoks
Majas paradoks adalah jenis majas yang mengungkapkan pernyataan mengenai dua hal yang
seolah bertentangan, tetapi sebenarnya tidak karena objeknya berbeda.
Contoh :
➢ Badannya besar tapi nyalinya kecil.
➢ Ia merasa sepi di tengah keramaian kota.
➢ Hidupnya sangat mewah tetapi mereka tidak bahagia.

2. Majas Antitesis
Majas yang menggunakan dua kata yang berlawanan untuk mengungkapkan suatu
pertentangan.

Contoh :
➢ Hidup matinya koperasi bergantung pada para anggotanya.
➢ Menunda pekerjaan kecil berarti menimbulkan masalah besar.
➢ Di antara suka duka kehidupan, ia tak kenal istirahat untuk bekerja.

2
3. Majas Kontradiksio in terminis
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dikatakan
semula.

Contoh:
➢ Semua sudah hadir, kecuali Bayu.
➢ Di dalam kamar itu hening. Tiada seorangpun berkata-kata. Hanya jam dinding
yangterus kedengaran detaknya.

D. Jenis Gaya Bahasa Penegas


1. Majas Pleonasme
Majas yang digunakan dengan menyatakan suatu hal yang sudah jelas tetapi tetap diberi
tambahan kata lain untuk mempertegas maksudnya.
Contoh:
➢ Lekas turun ke bawah, jika kau masih ingin mendapatkan jatah makan .
➢ Para pelajar yang tengah melakukan tawuran langsung mundur kebelakang
ketika polisi datang .
➢ Mendadak kelas menjadi sunyi senyap, saat mendengar langkah guru mendekat.

2. Majas Repetisi
Majas pengulangan suatu kata dengan tujuan menegaskan maksud.
Contoh :
➢ Selama nafasmu masih mengalun, selama darahku masih mengalir di tubuhku,
selama jantungku masih berdenyut aku tidak akan menghentikan mencari pujaan
hatiku.
➢ Dialah satu-satunya yang ku nanti, satu-satunya yang ku tunggu, satu-satunya yang
kuharap datang untuk menghiburku

3. Majas Tautologi
Gaya bahasa dengan mengulang kata yang sama makna dalam sebuah kalimat beberapa
kali dengan tujuan sebagai penegasan maksud.
Contoh :
➢ Tetap bersamamu di dalam suka di dalam duka, waktu bahagia, waktu merana,
masa tertawa, masa kecewa.
➢ Kau memang kuat. Kau memang kekar. Kau memang kuasa.

4. Majas paralelisme
Majas perulangan kata yang digunakan untuk penegasan makna. Bila pengulangan pada
awal kalimat disebut anafora dan jika pada bagian akhir disebut epifora.

Contoh Anafora: Contoh Epifora:


Sungguh aku mendengar Kalau kau mau, aku akan datang
Sungguh aku melihat Jika kau kehendaki, aku akan datang
Sungguh aku merasakan bila kau minta, aku akan datang
Sungguh aku merinduimu
Sungguh aku mencintaimu

5. Majas Klimaks
Majas bahasa yang menyatakan secara berurutan semakin lama semakin memingkatan
semakin lama semakin besar.
Contoh :
➢ Hari itu semua orang mulai dari bayi, anak anak, remaja, orang dewasa hingga
orang tua ikut turun ke jalan melakukan aksi demo menuntut seorang penista
agama yang notabene seorang gubernur.
➢ Kepala desa, camat, bupati, walikota, gubernur, sampai presiden harusnya dipilih
berdasar kemampuannya.

3
6. Majas Antiklimaks
Gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berturut-turut semakin lama semakin
menurun.
Contoh :
➢ Setiap Senin, kepala sekolah, guru, staf dan para siswa di SMK N 2 Surakarta
rutin melakukan upacara bendera di pagi hari
➢ Tersedia ukuran baju dari mulai XXL, XL, L, M sampai yang terkecil S
➢ Segenap jajaran dari yang paling atas, kepala sekolah, guru, wali murid, siswa
hadir di perpisahan minggu kemarin.
➢ Tak peduli kamu tua, muda atau masih anak-anak, merokok itu tidak baik untuk
kesehatan.

>>>>>> TERIMA KASIH<<<<<<

4
MENDARATNYA SEBUAH NYAWA
Karya : Titis Basino

Matahari masih menyiapkan diri untuk pemunculannya hari ini, tapi Tina sudah siap menanti
jemputan untuk dinas penerbangan hari itu, jam menunjukan tepat jam empat pagi. Sebuah mobil kombi
Ganesa berhenti dengan cekatan Tina masuk tanpa menanti sopir membantu untuk membukakan pintu
maupun memasukakn kopornya yang berisi baju ganti untuk menginap semalam. Sopir mengejar jam
supaya tepat sampai di lapangan terbang. Deru mobil di pagi itu tidak menghalangi Tina lelap selama
perjalanan.
Di dalam mobil sudah ada dua orang yang lelap sampai tidak mendengar pintu dibuka dan
ditutup kembali. Kapten pesawat Tarto menyelonjorkan kaki sepanjang kakinya bisa santai, dan petugas
radio pesawat masih mendeham sebagai tanda dia belum lelap benar tidurnya.
Sepanjang jalan mulai terang oleh sinar lampu yang menerangi papan iklan di sepanjang jalan
menuju bandara, sampai orang akan merasa bingung membaca semua yang ditawarankan. Pepohonan
hijau yang mengayomi jalan jadi terselip tanpa bisa menujukan keindahan dahan dan lambaiannya.
Dengan sekali teriakan Tina berhasil membangunkan yang tidur, "bangun Kep, mau tidur atau
mau kerja nih'?
"Bangun, dong non, yang bangun dulu angkat koper semua dong"
"Ah maunya. Kalau Tina diangkat juga mau."
"Wah itu sih tugas Agus, nanti kalau di kamar awak pesawat.”
"Ngawur aja pagi-pagi."
Gurauan segar antar para awak pesawat yang sudah akrab membuat suasana ngantuk hilang
dan membentuk syaraf yang siap kerja sampai sore nanti. Senyum yang akan disuguhkan nanti untuk
para penumpang, mulai terbentuknya juga saat pagi buta begini, sebab kalau mulai mau kerja sudah tak
terbentuk gairah dan semangat sejak pagi sampai seharian muka maunya di tekuk terus, pasti para
penumpang mengira pramugarinya sedang datang bulan.
Setelah mengambil daftar para penumpang, ketiganya dengan senyum yang mulai siap
dilontarkan pada siapa saja yang memandang menuju pesawat yang sudah menderu terus karena sudah
mulai dipanaskan oleh petugas darat yang telah memulai tugasnya jam dua malam. Orang tak ada yang
menghargai kerajinan dan kesetiaan para petugas darat itu tapi Kapten dan para awak pesawat selalu
ingat mereka dengan mengucapkan terima kasih dan selamat pagi sebelum naik tangga pesawat, sudah
merupakan satu tanda ada perhatian yang menghangatkan perasaan para petugas darat itu. Jarang
hubungan orang darat di darat dengan awak pesawat terjalin baik tapi tidak dengan Tina, Kapten Tarto
dan Haryo yang mengusai jalannya radio pesawat selama penerbangan. Tapi karena keramahan Tina
ada yang menyalah gunakan kebaikannya, tak sedikit yang jatuh hati dengan diam-diam atau kalau
sudah tak bisa disembunyikan Tina terpaksa menyabarkan hatinya oleh desakan kawanan seprofesi.
Untuk menolak dengan kasar tentu akan berakibat tidak enak kelanjutan kerjanya sehari-hari, yang
sudah merupakan kewajiban semua awak pesawat untuk tetap menjaga keserasian dan kerja sama
yang baik selama tugas.
Tina mendapat teman kerja empat orang, seorang pria dan yang lain wanita, Widi, Ratri, Ina dan
Jajak. Mereka sudah siap di mulut pesawat yang sudah siap menerima kehadiran para penumpang yang
dipagi buta itu juga sudah ingin cepat naik pesawat untuk menjalankan tugasnya di kota lain.
Penumpang ini tahunya Cuma enak, maunya serba lancar dan tak mau tahu bahwa pesawat
dipersiapkan berpuluh-puluh orang yang semua merasa ngantuk tapi karena tugas, mereka kerja dengan
diam apakah ada orang yang mengerti akan tugas beratnya atau tidak tak dipedulikannya, dia tetap
kerja, melihat penumpang datang berduyun-duyung mereka merasa puas seakan hasil kerjanya sudah
akan bisa dinikmati.
Setelah semua penumpang naik semua awak pesawat sibuk dengan rutinitas yang dari itu ke itu
sampai semua tugas bisa selesai dalam waktu dekat tidak lebih dari sepuluh menit saja, antara lain;
pertunjukan mengenakan tali pengikat kursi kemudian contoh mengenakan baju pelampung yang hanya
didengarkan oleh penumpang yang belum sering naik pesawat terbang atau yang belum pernah sama
sekali atau oleh mereka yang memang senang dengan pertunjukan itu karena pramugarinya yang
melaksanakan cantik dan tersenyum terus, walau tidak seorang pun dari sekian banyak penumpang itu
ada yang dikenalnya. Hal ini sering jadi godaan para pramugari yang ditegur oleh salah satu awak
pesawat:
"Dik, apa ada kenalanmu yang jadi penumpang, kok kamu tersenyum pada mereka?"
Biasanya para pramugari itu tidak sempat menjawab, kecuali waktu untuk bergurau tidak ada
juga tidak pantas dilihat para penumpang yang sekian banyak yang pada saat itu semua memandang
tingkah laku para awak kabin yang dengan segala gaya menyelesaikan tugas. Di depan para
penumpang tidak merasa canggung. Ini tidak semua orang bisa melakukan dengan gampang, dilihat

5
orang harus kerja dengan cepat cekatan dan tak acuh seakan tak ada seorang pun yang melihat, ini satu
hal tidak semua orang bisa menjalani.
Setelah semua siap dan Kapten pesawat memberi aba-aba bahwa awak kabin harus mengunci
secara manual pintu pesawat, danmengambil tempat duduk yang telah disediakan untuknya. Pesawat
mulai melaju kelandasan untuk mengambil ancang-ancang mengudara.
"Jak, kau tahu enggak, ke mana si Agus terbang, sih?" "Mana aku tahu, sejak kemarin aku
enggak ketemu dia, aku kan terbang ke Bengkulu."
"Aku merasa was-was kalau dia terbang bersama Wati." "Emangnya kenapa? Wati naksir
pacarmu?
"Kayanya sih begitu."
"Ah kau saja yang curiganya gede, kalau aku, daripada sama Agus, aku sih mendingan sama
Kapen Rino, dia kan naksir lu berat tuh.”
"Kapten sudah ada istrinya."
"Emang istrinya ikut ke pesawat, kau jangan terlalu memikirkan orang lain. Pikir dulu
kepentingan diri sendiri, baru mikir keperluan orang,"
"Aku enggak tega."
Enggak tega apanya. Sama aja, laki-laki sudah kawin apa belum semua sip asal kita acuh,
paling istrinya yang akan marah dan ngamuknya kan ngak sama kita, marahnya kan sama suaminya
yang brengsek. Tenang, dunia milik kita para perempuan yang sudah mengabdikan diri pada pria
sebanyak isi pesawat ini tiap pagi...."
"Ayo kerja jangan ngawur omong, kedengaran penumpang baru malu."
Mereka mulai bekerja seperti urutan yang selalu berulang dari satu penerbangan ke
penerbangan yang lain. Dari mulai membagi gula-gula yang kemudian diikuti membagi Koran dan
majalah lalu meningkat ke makanan dan minuman yang memerlukan dan kecekatan yang tinggi, juga
waktu penerbangan harus disesuaikan agar saat sepuluh menit sebelum mendarat semua bekas makan
para penumpang sudah selesai diangkat dan para awak pesawat kembali memeriksa sabuk pengaman
dan mengembalikan semua meja yang masih terpasang agar nanti saat mendarat darurat tidak akan ada
kecelakaan yang parah pada penumpang.
Tin, kau dipanggil ke depan, Kapten mau bicara."
-Yang bener, mau apa dia?" -Tau, biasa mau manja.
-Kau ngawur deh ngomongnya."
Walau hati Tina segan untuk memenuhi undangan itu tapi karena yang memanggil Kapten,
terpaksa dia masuk juga ke kokpit. Tempat sempit yang penuh peralatan radio maupun alat-alat
penghubung yang semua sudah sangat canggih dan bisa ditinggal tanpa dikemudikan oleh manusia. Di
situ para awak bisa santai sesaat walau mata mereka tetap memandang kesemua peralatan itu. Dan
ketika Tina masuk semua masih tertawa seakan kegembiraan di saat itu mengayomi pula jalannya
pesawat.
Selamat siang semua, ada apa aku dipanggil?" mau tambah minumnya? Atau ada yang mau
kue lagi?
"Enggak, Cuma mau tanya bagaimana hubungan Tina sama Agus?"
Itu rahasia dong, masa ditanya di sini? Kalau ya mau apa, kalau tidak mau apa?" -Wah, galak
juga nih srikandi kita Haryo, harap tahu saja kalau memang tidak serius mau ada yang masuk sebagai
pengganti calon apa namanya, ee calon pacar lah gampangnya."
"Enak aja mau nglamar bukannya di terang bulan malah orang lagi kerja di panggil, maunya apa
itu pada tanya yang enggak penting di kerjaan, awas aku lapor sama yang di kantor baru tahu."
"Nanti kalau kau jadi pengantinku aku akan tepuk kepalamu setelah akad nikah masuk kamar
sholat dua rokaat berdua kita menghadap ke kiblat dan akan kutepuk kepalamu dan aku akan katakan."
Ya Allah Tuhanku dengan amanatmu aku mengambil dia sebagai istriku dan dengan kalimat
sucimu dia menjadi halal untukku, dan seandainya aku mendapat keturunan anakku itu anak yang saleh
yang diberkati. Tak kurang suatu apa. Dan jadikan dia pecinta Nabi Mahammad dan Ahli Baitnya. Dan
jangan jadikan kekuatan setan dan iblis turut campur dalam perjalan kejadiannya sebagai manusia.
Semua tertawa dan Kapten itu membelalakan matanya sampai warna putih matanya menghilang
tinggal hitamnya. Tina keluar dengan rasa jengkel tapi ada rasa haru, sedemikiankah jalan menuju
pelaminan dan betapa mengerikan sebuah pernikahan melalui ritual yang berkepanjangan dan penuh
misteri, akan sampaikah dirinya ke sana, ujung sebuah perjalanan hidup manusia. "Tiba-tiba terdengar
suara anggun Kapten dari pengeras suara yang mengenalkan dirinya sebagai pembawa pesawat. Dan
menerangkan pula ketinggian penerbangan mereka. Dan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di
pulau Bali, tak lupa dia mengucapkan selamat sampai ditujuan dan berterima kasih atas kesediaan para
penumpang yang telah sudi memakai pesawat Ganesha untuk penerbangan kali ini.
Setelah Tina mengucapkan kata perpisahan dan mengingatkan agar para penumpang tidak
meninggalkan sesuatu apa pun di kabin, dia duduk sambil menggumam menirukan lagu dari kaset yang
bersenandungkan irama keriaan.

6
Keindahan pulau Dewata langsung nampak begitu pintu pesawat dibuka. Sambil mengucapkan
selamat jalan ke pada semua penumpang yang turun, mata para awak kabin melirik ke daratan yang
menghijau mengelilingi pantai yang yang berbuih putih. Tampak
gugusan hotel di sepanjang pantai sejauh mata memandang.
"berapa jam kita di sini Kep?" suara Widi dan Ratri manja agar diperbolehkan ke luar bandara
selama saat persiapan pesawat sebelum balik ke Jakarta.
"Yah sana cepat pergi Setengah jam tepat kembali ya, belum muncul kita terbang tanpa kau
berdua." "Terima kasih, nanti saya bawakan brem ya Kep."
Keduanya menghabur lari naik salah satu kombi yang ada yang di kaki tangga pesawat yang
sebenarnya untuk penumpang yang penting bisa mendapat pelayanan khusus. Mereka telah merancang
bepergian ke tempat perbelanjaan di daerah pantai Kute yang hanya beberapa menit dari lapangan
terbang
Kebiasaan ini sudah sering terjadi, para awak pesawat menyingkap sedikit kebosanan dengan
melarikan diri ke toko tempel pinggir jalan untuk membeli oleh-oleh untuk yang tercinta di rumah.
Sesuatu yang tidak ada di tempat lain dan sangat murah. Kalau orang hanya mencari uang tanpa
membelanjakannya, diri dan nuraninya akan tercemar oleh keberhasilan yang tidak nyata
kenikmatannya. Pikirannya hanya terpojok pada jumlah uang yang bermukim dibenaknya dan ingin
menghitung kapan saja kalau matahari terbenam dan itu bukan satu denah cara hidup para petualang
udara. Hidup hari ini belum tentu hidup nanti atau esok, mengapa tidak menyenangkan hati di mana
mungkin? Itulah pemikiran Kapten pesawat dan dengan senang hati dia akan selalu mengijinkan semua
permintaan para awak pesawat di mana pun mereka mendarat untuk sejenak menyenangkan hati, asal
mau memenuhi persyaratan yang diberikan. Agar tepat hadir saat lima menit sebelum pintu pesawat
dibuka untuk menerima penumpang.
"Ratri, aku mau beli selendang untuk mertuaku,ya." "Mertuamu itu yang mana, kawin juga belum
tentu terjadi, kan itu tidak baik untuk dikerjakan, bisa bikin batal."
"Ah kau ini Cuma tahayul saja isi pikiranmu." "Aku sih beli untuk diri sendiri, abis nunggu
dibelikan kekasih juga belum tercapai, soalnya kekasihnya semua pada berkiblat pada Tina,dasar anak
itu untung, semua laki-laki terpesona pada wajah bulatnya, yang aduhai benar ya, saya perempuan saja
terpana kalau memandang agak lama."
“Ih kau ini cinta perempuan ya? Tidak diridoi lo dah cepet milih kainnya biar selesai sebelum
lepas landas."
"Ya,ya ini aku sudah milih tiga, tinggal bayar, kau mana pilihanmu yang kau bilang untuk mertua
dimasa datang. Aduh ini bagus juga ya, bingung milihnya."
"Tapi milihnya tidak perlu terlalu serius, kalau sekali cuci juga hilang semua warna indah ini, dan
sebenarnya ini juga ada di pasar blok M.”
"Yang bener nih, tapi yang seperti ini tidak akan ada. Sudah ayo pergi." Keduanya memaksa
memejamkan mata agar bisa balik ke mobil pengantar. Dan sopir yang sudah tahu kebiasaan para gadis
awak pesawat ini bertingkah, melarikan mobilnya sekencang mungkin agar tidak dimarahi Kapten Tarto
yang terkenal sangat tepat waktu.
Sampai dipelabuhan udara Ngurah Rai mereka langsung menyimpan belanjaan mereka,
mengenakan topi kecil untuk menghias kepalanya yang memang sudah indah dan memasang senyum
komersilnya untuk bertatap wajah dengan semua penumpang, yanng sudah mulai berduyun-duyun
menaiki tangga pesawat. Dari kokpit terdengar suara Kapten bergumam:
“Bagus, Ratri dan Widi, kau tidak membuat para penumpang menunggu kedatanganmu. Besok
kalau ke Bangkok dan Tokio, kau boleh belanja sepuasmu"
“Terima kasih Kep, tapi karena tergesa-gesa, Ratri tidak sempat membeli brem untuk Anda.”
" Itu sih sudah kuduga dan aku sudah dapat dari Kepala Stasiun Ngurah Rai”
“Selamat datang Ibu, selamat datang Bapak Selamat siang.” Kata itu diucapkan berpuluh kali
oleh mereka yang berdiri di depan pintu pesawat seakan tidak ada bosannya, mungkin sambil mimpi
mereka juga mengucapkan kata selamat datang itu.
Kembalinya pesawat tidak selama mereka pergi, dalam jarak yang sama ditempuh dalam waktu
yang berlainan, biasanya memang perasaan ingin pulang meningkatkan semua gairah, dan instrument di
kokpit ikut membantu.
Setelah sampai di ruang para awak pesawat, Widi diajak Kapten untuk jalan-jalan sore nanti:
"Nanti kita jalan sore ya, Widi".
“Istrinya mau dikemanakan Kep?"
"Dia sedang pulang kampung, ibunya sakit."
"Hati Widi degdegan takut ada yang lihat kita jalan bersama."
"Ajak saja Tina, jadi kita bertiga."
"Boleh, begitu lebih pantas"
Widi memang tahu kalau Kapten Tarto sebenarnya ingin mengajak Tina tapi pura-pura dia yang
diajak, Widi tidak habis pikir mengapa sudah menikah dan beranak dua masih bisa senang dengan

7
orang lain, dan agaknya Tina memberi angin. Kalau menginap mereka selalu bersama. Mungkin yang
minta bersama Kapten. Orang dinas harian ya biasa menurut, dari pada pesawat tidak naik hanya gara-
gara tidak dituruti kemauan Kapten. Bila jauh dari Jakarta biasanya jadi perjaka, yang beranak lebih genit
dari yang masih sendiri. Itu cuma pikiran Widi.
Gelombang aura tidak jadi dibuang, yang ada disekitar manusia mengabarkan akan terjadi
sesuatu, tapi Tarto tidak mengerti tanda-tanda itu. Pagi ketika dia mau sembayang. Tarto mendengar
ada suara menggelegar di ruang depan. Seperti ada sesuatu yang pecah, ketika dilihat ternyata tempat
ikan hias di ruang tamu pecah. Dan keesokan harinya ketika istrinya ngambek dan meninggalkannya,
tempat duduk di sebelah beranda yang beratap rumbia, seluruh atapnya terbang terbawa angin yang
datang tiba-tiba sangat keras hanya berputar di sekitar rumah itu di depan matanya. Seperti mainan
anaknya yang dibeli di pasar blok M saja, ringan.
Waktu dipesawat sering Tarto melihat pandangannya berubah, matahari seakan warnanya
kelabu dan berubah jadi hitam. Itu sudah pertanda bahwa dia diundang khaliknya. Tapi karena tidak
semua orang mengerti akan bahasa alam, dia tidak acuh. Dan memang bagus ada rahasia, agar semua
tidak kebingunagn kalau mengerti bahwa hari kepastiannya sudah dekat. Kelakuannya yang biasanya
tidak jenuh dengan keluarga kini mendadak jadi enggan berdekatan dengan istri dan anaknya, malah dia
membuat acara di luar keluarga yang tidak perlu, teman sekerjanya juga agak heran mengapa selama
enam tahun Tarto acuh pada semua pramugari tapi kini tiba-tiba tertarik pada Tina yang telah dua tahun
bekerja bersama dan selama ini tidak ada tanda-tanda saling tertarik. Untuk Tina, selama Agus, seorang
teman pramugara yang telah lama menjadi kekasih, tidak berniat berganti kekasih, Tina akan menikah
kalau Agus melamar. Tapi tidak pernah Agus melamarnya, hingga Tina jemu menunggu, sedang teman
pilot banyak yang tertarik padanya dan menggodanya setiap saat, tidak ketinggalan laki-laki yang telah
beristri. Hati Tina menjadi kacau, kerja salah tidak kerja dia telah biasa sibuk, bagaimana akan
menganggur hanya karena banyak godaan. Itu tidak masuk akal. Dia menjadi mendua, siap melepas dan
memanasi Agus dengan pergi dengan beberapa peminat yang telah mengantri seperti orang akan beli
pupuk di KUD.
"Kita akan makan di mana?" "Terserah Tina, saya kan biasa kau suguhi apa yang kau pesan,
juga di pesawat kau yang memberi semua yang kau makan, sampai aku merasa lebih sering makan
suguhanmu dari pada masakan istriku."
"Itu sih omong kosong."
"Iya, hitung saja saya di rumahkan Cuma kalau tidak terbang dan itu jarang sekali, setelah tidur
denganmu di hotel mewah pulang istirahat dua hari di rumah sendiri seperti kandang burung, anak-anak
berisik, makan tidak seperti tempat kita menginap kan? Semua serba apik. Makannya juga dengan,
dengan Tina yang punya semua orang, dari ayunya.”
"Eh, jangan ketelanjuran ya, kalau mau makan enak dengan istri ya makan saja di hotel bintang
lima kan di sini banyak. Mau tidur di tempat tidur mewah, tinggal dulu itu anak dengan simbok, lalu ajak
istri ke Acol biar seperti menginap di Kuta atau Sanur." Jawab Widi, Tina tersenyum mengiyakan.
"Kapten harus jujur, apa sudah memberi yang terbaik untuk keluarga?" kata Tina menyahut.
"Wah kau berdua ini mau diajak makan karena aku kesepian malah mengerubutiku dengan
nasehat, sok tahu lagi."
"Iya dong. Masa kami berdua disamakan seperti istri Kapten. Kalau saja kami ini jadi istri
penerbang, jawab Tina tenang, hatinya mendesir, ingin mendapat kepastian, benarkah laki-laki tengah
baya ini mau merayunya ke pelaminan?"
Semua orang telah mendengar akan keprihatinan istri Tarto. Polah suaminya akhir-akhir ini
banyak mengagetkan. Harimau penerbangan, dengan gelagat yang berani mengajak Tina pergi sampai
jauh malam kalau menginap di lain pulau, apalagi kalau menginap sampai dua malam sudah seperti
pengantin baru saja. Mengapa Tina masih menyamarkan ketidakjujuran itu pada orang lain. Dia sudah
berani menabrak pagar ayu, mengapa masih berpura-pura tidak ada apa-apa. Laki-laki akan sangat
bangga mengujingkan hal seperti ini kalau dia sudah mendapat yang dimaksud. Dan biasanya
mengumbar rahasia yang sangat memalukan perempuan yang sedang kena perangkap
perselingkuhannya. Ada yang mempunyai prinsip tidak mau bergaul sebelum menikah tapi yang seperti
itu jarang yang bisa memegang dengan sempurna. Di mana mana ada jin yang menjaga keteledoran
manusia.
"Ayo kita makan di sini saja. Ini restoran paling lama di Pasar Baru, sejak kita belum lahir
mungkin, tapi enak. "Mana sih restorannya?"
"ini Gang Kelinci."
"Restoran apa ini?" "Restoran Cina."
"Ah, aku tidak mau, Pasti tidak halal."
"Eh Kep kita kan makan baso, kenapa kaki pendek di bawa-bawa."
"Enak kan? Gurih?
"Iya pasti kan kita bisa milih." Tapi,non semua pasti sudah tercampur."
"Sudah-sudah, kalau enggak mau kita makan saja di sini, nih, pasti halal."

8
-Ya. Ini baru halal. Jawab Kapten senang."
"Tapi aku muak makan masakan yang banyak santannya, mana ngeladeninnya dibanting-
banting, kasar." Jawab Widi lembut.”
"Yah kita makan saja roti ini, kita beli di sini, lalu kita masuk restoran es krim, beres kan tidak
memuakkan."
"Aku tidak makan es krim, takut gemuk, bisa baju dinasku tidak bisa masuk badanku. Dan aku
bakalan tidak menarik kalau gembrot.”
"Memang kalau bawa istri dua orang susah."
"Hai enak aja, belum melamar sudah dianggap istri, dosa." Widi mengelak dengan tegas, tidak
demikian dengan Tina, dia diam menunduk dan tersenyum dengan nyaman, sudah dianggap masuk
dalam hitungan. Memang mereka bertiga tahu pasti siapa yang dimaksud istri, pasti bukan Widi yang
tidak mau disentuh laki-laki siapa pun, karena di menantikan malam pengantinnya hanya untuknya.
Demikianlah calon suaminya, hanya harapan Widi dia mendapat santri yang alim bukan seperti laki-laki
di tempat kerjanya.
Akhirnya mereka sore itu tidak makan tapi hanya nonton sandiwara yang kebetulan sedang main
di Gedung Kesenian dekat Pasar Baru. Asyik juga duduk empat jam dengan pria harapan walau milik
istrinya yang sedang gambek. Seakan malam itu Tina merasakan benar-benar Tarto akan menjadi
suaminya, tangannya selalu bersentuhan sepanjang malam melihat tontonan berseni itu. Widi tertidur di
sebelah Tina, hanya terbangun kalau ada orang bersorak atau tertawa. Memang Widi sahabat setia Tina,
walau lelah dia selalu menemani Tina kemana dia diajak para peminat. Yang sebenarnya menyebalkan,
menyebalkan laki-laki yang mengajaknya. Tapi itu tidak menjadikan Widi mundur, dia merasa
berkewajiban menyelamatkan dunia ini dari jebakan dan penipuan yang dilamurkan oleh para laki-laki
yang dianggap membuat kotor dunia yang suci yang diberikan Tuhan dengan keindahan yang hakiki.
Betapa dunia ini kalau tidak ada orang seperti Widi yang mencari santri yang mau menerima
kesuciannya yang dipelihara sejak remaja.
Malam indah, siang cerah, tak ada tanda-tanda akan ada badai, memang manusia harus ditipu,
harus dikejutkan untuk membangunkan dari kelelapan ketidaksenonohan kelakuannya. Perselingkuhan
antara Tina makin berlanjut, tak ada istrinya mereka tidur di rumah Tarto, pembantu akan diam
tercenung kalau diberi penutup mulut, uang persen dari bapak.
Malaikat sudah tak memberi peluang untuk ingat dan mohon ampun, saatnya makin mendesak
Tina terbang ke Medan terus ke Singapur. Di sana akan bertemu awak pesawat yang terbang dari
Hongkong, betapa indahnya, bertemu kekasih di negeri orang. Agus menjadi satu pesawat dengan
Kapten Tarto. Dan malam itu ketika semua awak pesawat dari Jakarta menanti mereka yang akan
mendarat dari Hongkong, berita radio di hotel mengejutkan semua, pesawat jatuh di pantai dekat
Bombay.
Lampu dilobby itu terang benderang menyinari semua kutu yang ada dipermadani yang ada di
situ kalaulah ada. Tapi untuk Tina mendadak seakan-akan lampu padam mati dan tidak ada yang
menyalakan lilin. Gelap. Dia bernafas saja tidak bisa, berteriak apalagi, semua yang ada di dekatnya
bingung, dokter dipanggil dan mereka menunggu dengan debar jantung yang bernada istigfar, saat itu
yang tidak biasa sembahyang langsung mengambil air wudhu. Yang biasa berdoa komat-kamit
sepanjang Tina diperiksa. Akhirnya dokter itu menambah badai kekisruhan yang telah ada di antara
awak pesawat yang sedang kacau tertumbuk berita kematian seluruh awak pesawat yang dari
Hongkong, dengan satu kata sederhana.
"Siapa namanya?"
"Tina, jawab salah seorang teman terbangnya saat itu."
"Sudah bersuami?
"Eee, sudah tiba-tiba ahli mesin menjawab dengan cepat, pikirannya memang paling encer dan
paling dewasa."
"Siapa suaminya?"
"Di pesawat yang baru saja jatuh."
"Sayang, dia tidak mendengar kehamilan istrinya."
Yang mendengar tidak ada yang kaget karena terkejut hanya sekali, tidak akan ada ulangan,
karena hal itu sudah merupakan satu kepastian, yang pasti datang pada ujung perselingkuhan. Tidak
peduli bahwa nyawa sudah mendarat sebelum kehadiran nyawa yang lain, yang suci.
Puri Asri, 3 Juni 1997

Titis Basino, lahir di Magelang. 17 Januari 1939. Ia


menamatkan pendidikan di Fakultas Sastra Ul, kemudian
menjadi pramugari GIA tahun 1965. ia menulis novel
Pelabuhan Hati (1979), Di Bumi Aku Bersua di Langit Aku
bertemu (1986) dan Dari Lembah ke Coolibah (1997). Menulis

9
cerpen untuk majalah Sastra sejak majalah Sastra beredar
hingga Horisan ia juga banyak menulis untuk majalah Femina
dan Famili.

Jawab pertanyaan berikut!


1. Unsur ekstrinsik apakah yang masuk dalam cerpen tersebut?
2. Apa tema cerpen di atas!
3. Tuliskan tokoh protagonis, antogonis, tritagonis dan tokoh figuran dalam cerpen tersebut?
4. Bagaimana karakter tokoh-tokoh yang ada pada cerpen tersebut? Petikan kalimat untuk
pembuktian.
5. Teknik apakah yang digunakan pengarang dalam menggambarkan tokoh utama dalam cerita?
Petikan kalimatnya sebagai pembuktian!
6. Alur apakah yang digunakan pada cerpen tersebut
7. Bagaimana Setting ceritanya?
8. Sudut pandang apakah yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut?
9. Apa amanat/pesan yang ingin disampaikan penulis pada kita pembaca!
10. Tuliskan nama majas yang digunakan penulis pada cerpen tersebut dan kutipkan kalimat majas
tersebut!

10

Anda mungkin juga menyukai