Anda di halaman 1dari 22

Chapter I

Di suatu hari pada bulan Maret, saya ditemui oleh teman saya bernama Falah saat
jam istirahat ke 1 di kantin dan dia mengajak untuk mendaki salah satu gunung di
Wonosobo yang merupakan gunung tertinggi ke-3 di pulau Jawa.

"Eh Le sehat?" Tanya Falah sambil menepuk bahu saya.

"Eh Falah, sehat Alhamdulillah, kamu bagaimana?" Saut aku sambil menengok ke
arah Falah. "Kamu bagaimana, sehat?" Lanjut sautan ku kepada Falah.

"Jadi gini Le, aku mau ngajak kamu buat mendaki gunung di daerah Wonosobo,
kebetulan juga kan kamu ada rumah disana, jadi biar nanti berangkat dari Banjar
ada tempat istirahat jadi ga terlalu cape buat perjalanan dari Banjar ke
Wonosobo". Ajakan Falah buat mendaki gunung.

"Wah kayaknya seru tuh, mau ngajak siapa aja?" Jawab aku atas ajakan Falah.

"Rencana aku mau mengajak kamu, Endang, Agus, Tono, Luthfi (Bangkong),
Nizar, ". Jawab Falah atas pertanyaan ku

"Wah kayaknya seru tuh, boleh boleh. Ajakin dulu yang lain terus lanjut rencanain
mau kapannya". Saut aku

"Oke kalau gitu Le". Penutup dari Falah sambil kembali ke kelas.

Nama ku Fadhilah sering dipanggil Bule, aku mendapatkan panggilan itu


dikarenakan kulitku yang sawo matang sedikit gosong dan rambut keritingku yang
mirip orang Negro, Amerika. Awalnya itu sebuah ledekan dari temen-temen SMP
Deket aku, namun karena aku sudah merasa terbiasa dan hanya aku anggap
candaan jadi sampai sekarang aku dipanggil Bule hingga aku duduk di bangku
SMA kelas 12.

Ayah bundaku asli keturunan Jawa, bahkan bisa dibilang Jawa tulen, karena kakek
nenek ku dari ayah maupun bunda semuanya orang Jawa, tepatnya di Wonosobo,
Jawa tengah, ayah bunda ku dua duanya asli Wonosobo. Aku mempunyai 1 adik,
3 sepupu dari ayah dan t sepupu dari bunda, kenapa aku menceritakan detail
sampai sepupu, karena yang aku herankan adalah hanya aku yang mirip orang
timur dengan rambut keriting dan kulit sawo matang sedikit gosong.

Ayah ku bekerja di Banjar sejak tahun 2010, pada awalnya hanya ayah yang
menetap di Banjar, namun pada tahun 2014, bunda dan adik memutuskan untuk
ikut Ayah menetap di Banjar, ketika waktu itu aku belum mau ikut dikarenakan
takut tidak bisa mengikuti bahasa Sunda, karena aku hanya bisa berbahasa
Indonesia dan Jawa. Aku tinggal bersama nenek di Wonosobo, lalu ketika 2016,
nenek meninggal dan mau tidak mau aku pun ikut pindah ke Banjar ikut dengan
ayah, bunda dan adik. Lalu pada kelas 5 SD semester 2 aku pindah ke SD 5
Banjar. Setelah lulus aku melanjutkan SMP ke SMP IT Uswatun Hasanah di kota
Banjar, seperti pada umumnya aku menjalankan sekolah SMP selama 3 tahun,
Setelah lulus aku melanjutkan sekolah ke SMA 1 Banjar. Ada kendala saat
mendaftar ke SMA 1 Banjar, karenakan kartu keluarga belum di pindah dari
Wonosobo ke Banjar, aku sedikit kesusahan saat melakukan pendaftaran ke SMA
1 Banjar, namun dengan berbagai cara akhirnya aku bisa mendaftar dan sekolah di
SMA 1 Banjar. Dan sekarang aku duduk di bangku SMA kelas 12.

Aku di SMA aktif di ekstrakulikuler pencinta alam, temen ekstrakulikuler yang


dekat dengan aku ada beberapa orang seperti Falah, Agus, Endang, Nizar,
Bangkong. Kita sudah dari lama ingin mendaki gunung, namun karena dari
sekolah tidak mengizinkan untuk berkegiatan mendaki dikarenakan satu dan lain
hal, kami memutuskan mendaki tanpa mengatas namakan sekolah dan nama
ekstrakulikuler yang kami jalani di sekolah. Lalu pada bulan Maret 2022, atas
cetusan Falah yang menghampiri ku di kantin sekolah kami pun merencanakan
untuk mendaki salah satu gunung yang terletak di Wonosobo, Jawa tengah.

"Eh Le sehat?" Tanya Falah sambil menepuk bahu saya.

"Eh Falah, sehat Alhamdulillah, kamu bagaimana?" Saut aku sambil menengok ke
arah Falah. "Kamu bagaimana, sehat?" Lanjut sautan ku kepada Falah.

"Jadi gini Le, aku mau ngajak kamu buat mendaki gunung di daerah Wonosobo,
kebetulan juga kan kamu ada rumah disana, jadi biar nanti berangkat dari Banjar
ada tempat istirahat jadi ga terlalu cape buat perjalanan dari Banjar ke
Wonosobo". Ajakan Falah buat mendaki gunung.
"Wah kayaknya seru tuh, mau ngajak siapa aja?" Jawab aku atas ajakan Falah.

"Rencana aku mau mengajak kamu, Zaki, Endang, Agus, Tono, Luthfi
(Bangkong), Nizar, ". Jawab Falah atas pertanyaan ku

"Wah kayaknya seru tuh, boleh boleh. Ajakin dulu yang lain terus lanjut rencanain
mau kapannya". Saut aku.

Setelah mendapat ajakan dari Falah untuk mendaki gunung aku dengan semangat
kembali ke kelas untuk mengajak Agus dan Endang untuk ikut mendaki bersama.
Karena kebetulan Aku, Agus dan Endang satu kelas, aku langsung menyampaikan
ajakan Falah kepada Agus dan Endang.

"Ndang, Gus." Panggil aku dari mulai masuk pintu kelas

"Apa Le?" Saut Endang dan Agus.

"Jadi gini....." Lanjut aku sambil ingin bercanda.

"Apaan kampret?" Saut mereka sambil sedikit kesal.

"Nungguin yaaaaaaa?" Lanjut aku masih dengan bercanda.

"Heeee kampret kamu yaa" lanjut Iqbal menanggapi ku.

"Hehehe" ketawa aku setelah bercandain mereka

"Apaan Le kepo nih, cepetan?" Saut Endang yang juga sudah kesal.

"Iya nih kepo, cepet kasih tau" lanjut Agus.

"Iyaa, jadi gini si Falah ngajak mendaki salah satu gunung di Wonosobo." Lanjut
aku sambil mulai berhenti bercanda.

"Kapan Le?" Saut Agus dengan muka tertarik.

"Siapa aja yang bakal berangkat?" Saut Endang yang juga tertarik untuk ikut.

"Jadi gini yang kira kira bakal di ajak sama Falah ada aku, kamu (Agus), kamu
(Endang), Tono, Nizar, Bangkong." Jawab aku.

"Wah kayaknya bakal seru tuh." saut Agus.

"Kira-kira kapan Le?" Tanya Endang kepadaku.


"Buat waktunya belum tentu, Falah bilangnya mau ngajakin dulu baru nentuin
tanggalnya." Jawab aku.

"Oke kalau gitu, kalau udah pada mau kabarin aja." lanjut Endang.

"Iya bener Le, kabarin aja."

"Oke Ndang, Gus." Jawab aku.

Setelah itu kami pun melanjutkan pembelajaran seperti biasa, belajar sampai sore
lalu pulang ke rumah, mengerjakan tugas dari guru dll.

Keesokan harinya aku bertemu dengan Nizar dan Bangkong di masjid pada saat
selesai waktu solat Duhur.

“Eh Zar, Kong” saya aku dari kejauhan.

“Eh Le.” Saut Bangkong

“Ada apa Le?” Tanya Nizar kepadaku.

“Falah udah ngomong belum zar, kong?” Tanya “aku kepada mereka.

Ngomong apa Le?” Tanya balik mereka kepadaku.

“Oh belum bilang yaa.” Saut aku.

“Bilang apaa emang Le?” Saut mereka dengan sedikit Kepo.

“Jadi gini, si Falah ngajak mendaki salah satu gunung di Wonosobo, aku udah
ngajak Agus sama Endang.” Penjelasan aku kepada mereka.

“Oh gitu” saut Nizar

“Kayaknya seru Zar, boleh tuh Le rencana kapan berangkat?” Jawab Bangkong
sambil tertarik dan mengajak Nizar.

“Iyaa Kong, bakal seru tuh” jawab Nizar ke Bangkong.

“Yaudah Le kasih tau aja kapan berangkat nya.” Ucap Bangkong kepadaku.

“Oke zar, Kong, kalau gitu aku duluan ya.” Bilang aku sambil pergi.

Kemudian aku pergi dan sengaja menuju kelas Falah untuk menanyakan lebih
lanjut tentang rencana mendaki gunung ini, supaya aku dan yang lainnya punya
persiapan sebelum melakukan pendakian. Setelah sampainya aku di depan kelas
Falah dan waktu itu juga sedang istirahat ke-2, aku langsung memanggil nya dan
dia juga langsung keluar dari kelasnya.

“Gimana, rencana pemberangkatan naik mendaki gunung untuk menikmati


keindahan yang Tuhan berikan kepada umat nya?” tanya aku sambil sedikit
mengeluarkan kata-kata anak senja.

“Buset Lee, belum juga naik gunung udah jadi anak senja aja nih.” Saut Falah
sambil ketawa.

“Hehehe, persiapan buat bikin konten kata kata senja di gunung nanti.” Jawab
aku.

“Jadi si Tono udah aku ajakin dan dia mau, nanti biar enak ngobrolnya aku bikin
grup chat aja, biar semua juga langsung tau tanpa harus lewat perantara.” Lanjut
Falah.

“Oke deh kalau gitu” jawab aku. “Yaudah aku balik ke kelas dulu yaa” pamit aku.

“Iyaa Le.” Saut Rifky.

Kemudian aku balik kelas, lalu bilang ke Agus dan Endang, ketika sampai di
kelas mereka sedang menulis pelajaran yang belum selesai.

“Ndang, Gus” panggil aku ke mereka.

“Apa Le?” Tanya mereka berdua.

“Aku tadi sudah ngajak Nizar dan Bangkong” aku mengasih tau mereka berdua.

“Terus apalagi?” Tanya Endang.

“Terus juga aku udah nyamperin Falah ke kelasnya, buat rencana pemberangkatan
nanti katanya mau bikin grup chat aja biar gampang ngobrolin nya”. Aku
menjelaskan kepada mereka berdua.

“Oh oke kalau gitu.” Jawab Agus.

Sepulang sekolah, aku makan mandi main sebentar ke rumah temen, habis itu aku
latihan basket sekitar jam 18.00. Oh iya selain mengikuti ekstrakurikuler pencinta
alam disekolah, aku juga mengikuti ekstrakurikuler olahraga basket di sekolah,
karena kalau basket aku ga bisa sambil main hp, jadi hpnya aku taro di tas. Aku
latihan basket beres sekitar jam 21.00. kemudian aku buka hp dan ternya Falah
sudah membikin grup chat, yang berisi aku, Falah, Agus, Endang, Tono, Nizar
dan Bangkong, namun belum ada yang memulai obrolan di grup chat tersebut.
Lalu akupun memulai obrolan di grup chat tersebut.

”Jadi gimana? Pada freenya kapan nih buat naik gunu?” tanya aku di grup chat
tersebut.

Karena sudah malam akupun pulang ke rumah sehingga tidak membuka siapa saja
yang sudah membuka dan membalas grup chat tersebut. Sesampainya di rumah
aku tidak langsung membuka hp, tapi aku langsung bersih bersih, mandi,
kemudian makan. Setelah makan aku tiduran santai sambil rebahan di kasur,
sambil membuka hp dan grup chat, ternyata sudah pada menjawab pertanyaanku
diatas.

“iyaaa nih mau kapan?” saut Nizar di grup chat.

”aku ngikut aja” saut Bangkong di grup chat.

”iya nih, soalnya aku gabisa sewaktu waktu soalnya aku ada kualifikasi bola
mewakili Banjar.” saut Iqbal di grup chat.

”Iya aku juga sama ada kualifikasi panjat tebing mewakili Banjar juga.” saut
Nizar me reply pesan Agus.

”Kalau aku free kapan aja bisa.” saut Endang.

”Iya aku juga sama kaya Endang, kapan aja bisa.” saut Tono.

”Aku sama, kaya Tono dan Endang kapan aja bisa.” saut aku di grup chat.

“Kalau Falah?” tanya Endang.

“Kalau aku juga free mau kapan aja bisa.” saut Falah.

”Eh lupa, aku akhir Maret ada lomba basket di Tasikmalaya.” ucap aku sambil
memancarkan mukan watados ( wajah tanpa dosa) dari kejauhan.

”Eh gimana sih katanya kapan aja bisa.” saut Tono di grup chat.

”Iya tuh gimana si kamu Le.” lanjut Bangkong.

”Manusia kan ga luput dari kata lupa, yaaa maaf.” maaf aku kepada semua.

”Iyaa lah Le terserah kamu aja.” saut Falah, Nizar dan Agus di grup chat.

“Hehehe.” Lanjut aku membalas mereka.


Jadi kapan nih kira kira “jadwal yang pada kosong semua?” Tanya Falah kepada
semuanya.

“Hmmm kapan yaa?” Bingung Agus memikirkan tanggal pemberangkatan.

“Gimana kalau awal Juli, kebetulan juga tuh lagi libur semester yakali ga bisa.”
Saran Endang kepada semuanya

“Wah ide bAgus tuh, gassss cuyy” saut Bangkong, Tono, Falah dan aku.

“Kalo kalian berdua Gimana Gus, Zar?” Lanjut tanya aku kepada Nizar dan Agus.

“Iya bener kan kalian ada kualifikasi Porprov?” Sambung tanya Falah kepada
mereka berdua.

“Nah itu yang masih bikin aku bingung.” Jawab Agus.

“Kalau gak gini aja Gus, kita nanya kepastian jadwal ke pelatihan kita, supaya
jelas dan ngga bentrok.” Jawab Nizar sembari memberi saran kepada Agus.

“Nah ide bAgus tuh Zar.” Saut Tono di grup chat.

“Oke zar kalau gitu aku besok tanyain dulu ke pelatih aku.” Jawab Agus atas
saran Nizar.

“Oke sip lah.” Saut Bangkong, Tono, Falah, Endang dan aku.

“Eh btw ada yang udah ulangan fisika belum?” Tanya Endang kepada semuanya.
“Boleh lah sharing jawaban, kata jagoan batalion mah ‘babarudakan we iye mah’
hehehe.” Lanjut Endang meminta jawaban ke teman-teman.

“Belajar lah jangan nyontek Mulu kamu Ndan.” Jawab Falah kepada semuanya
Endang.

“Iya bener masa nyontek terus kerjaan kamu Ndang.” Lanjut Bangkong
menambahkan Falah.

“Iya kamu Ndang malu maluin.” Saut aku di grup chat. “Tapi kalau ada sih yakali
ga di share hehehe.” Lanjut aku meminta jawaban.

“Iya deh aku ada jawabannya besok pagi aku kasih, tapi buat kalian bertiga aja
yaa jangan dikasih ke yang lain.” Saut Falah.

Selang beberapa Minggu akhirnya kami mendapatkan kabar dari Agus dan Nizar
salah seorang teman kamu yang menjadi atlet mewakili kota Banjar untuk
mengikuti kompetisi 4 tahunan Porprov 2022. Mereka berdua sudah menyatakan
kepastian jadwal pertandingan mereka di tahun ini, dan mereka berdua
memberikan kabar yang cukup melegakan bagi kami teman temannya yang
memiliki antusiasme yang tinggi untuk mendaki gunung sumbing. Mereka
memberikan kabar bahwa Porprov kemungkinan besar akan dilaksanakan diawal
bulan April untuk cabor sepakbola dan diakhir bulan mei untuk cabor panjat
tebing. Dan akhirnya kami semua pun menyetujui akan berangkat ke Wonosobo
pada tanggal 4 Juli 2022, dan Nizar Mun memberi tahu bahwa temannya yang
bersekolah di SMA 3 Banjar yang bernama Udin ingin ikut bergabung dalam
pendakian gunung sumbing ini, lantas kami pun dengan senang hati mengiyakan
untuk Udin ikut kedalam kelompok dan Falah pun menyuruh Nizar untuk
memasukan saja Udin ke dalam grup chat yang sudah Falah buat waktu itu.

Waktu semakin dekat, H-7 pendakian sudah datang dan kita pun harus benar-
benar siap dalam melakukan pendakian kali ini, gunung tertinggi ke-3 di pulau
Jawa. Mulai dari izin, perbekalan materi, alat alat pendakian, fisik yang bAgus,
mental yang oke, motor yang juga harus sehat dikarenakan kami berangkat dari
Banjar menuju Wonosobo menggunakan kendaraan sepeda motor. Lalu sehabis
solat Maghrib aku pun menanyakan persiapan mereka di grup chat.

“Cuyy, gimana persiapan kalian dari mulai izin, bekal, perlengkapan alat, motor
yang bakal di pakai, fisik sama mental kalian?” Tanya aku kepada yang lainnya.

“Aku udah lengkap semua nih aman.” Jawab Agus.

“Mantap Gus, kalo aku Cuma kurang sleeping bag sama headlamp doang.” Saut
Falah di grup chat.

“Aku udah lengkap, Cuma headlamp aku ternyata rusak, paling nanti aja nyewa di
basecamp.” Saut Nizar.

“Iya, aku Cuma kurang headlamp.” Ucap Bangkong.

“Kalau aku belum ada sepatu sama headlamp, bener kata Nizar nanti nyewa aja di
basecamp.” Saut aku kepada mereka.

“Kalau kalian berdua Gimana Din, Ton?” Tanya Agus kepada Tono dan Udin.

“Aku udah lengkap Gus, Cuma kayaknya mau nyewa tracking pool aja biar
keliatan gaya hehehe.” Jawab Tono.
“Aku udah lengkap semua, tinggal berangkat meluncuuuurr.” Jawab Udin.

‘’Inget yaaa izinnya harus jujur ke orang tua biar kita selamat sampai pulang ke
Banjar.” Ucap Falah kepada semua.

“Shaaaaappp.” Jawab semuanya yang ada di grup chat.


Chapter II

Dan akhirnya H-1 pemberangkatan pun tiba, kami saling mengingatkan untuk
packing mulai dari sekarang supaya hari H pemberangkatan tidak terlalu terburu
buru, Falah pun mengingat untuk mengecek 3-4x supaya tidak ada yang
tertinggal. Oh iya beberapa hari kebelakang juga Falah bilang “ buat logistik kaya,
mie instan, minyak goreng, kopi, beras dan bumbu-bumbu yang ada di rumah
sebaiknya di bekal saja, untuk meminimalisir pengeluaran uang bekal.” Selain itu
juga falah menjelaskan, teknis dari pemberangkatan dari Banjar “perjalanan
Banjar – Wonosobo itu memakan waktu lebih dari 5 jam, dan kalau kita langsung
menuju basecamp akan sangat kelelahan. Nah, kan di Wonosobo Bule ada rumah
jadi rencana kita berangkat langsung menuju ke rumah Bule, kita istirahat satu
malam dulu disana kemudian mengecek barang apa yang kurang, belanja logistik
yang harus dibeli dll. Nah habis itu setelah turun dari pendakian kita juga istirahat
dulu aja di rumah Bule supaya besoknya gak terlalu cape buat melakukan
perjalanan ke Banjar.” Dimalam harinya kita janjian buat berangkat sehabis duhur
dan kumpul di rumah Nizar.

Tanggal 4 Juli 2022 hari yang sudah kami tunggu pun akhirnya tiba, dan kita
berkumpul di rumah Nizar, yaaaa biasalah laki laki sejati mana mungkin tidak
ngaret hahaha, niat awal kumpul habis duhur ada juga yang datang jam setengah
1, bahkan Falah dan Tono datang sekitar jam 1 lebih. Kita pun start berangkat dari
Banjar sekitar jam setengah 2 siang, disini kita ber 8 berangkat menggunakan 4
sepeda motor. Kurang lebih 1 jam setengah kita mengendarai sepeda motor kita
memutuskan istirahat di daerah lumbir sembari melaksanakan shalat ashar,
sebagian dari kami termasuk aku sudah men – jama’ solat ashar dengan solat
duhur. Pada saat istirahat Bangkong ingin membeli cilok dan disini sedikit terjadi
kejadian lucu, pada saat membeli cilok Bangkong bilang kepada penjualan
menggunakan bahasa Sunda sedangkan yang berjualan cilok adalah orang Jawa,
Begini dialognya kata Bangkong.

“Masa aku beli cilok terus penjualnya nanya, pedes ngga?” Jelaskan Bangkong
kepada kami. “Nah aku jawab, “ ladaan mang pake aida.” Lanjut Bangkong
sambil tertawa malu.
Lantas kami pun menertawakan kisah kocak Bangkong yang agak memalukan.
Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan, sambil ngobrol walaupun itu
sebenarnya melanggar peraturan lalulintas dan tidak boleh ditiru, namanya juga
anak muda larangan adalah perintah wkwkwk. 3 jam menempuh perjalanan kami
pun sampai di daerah Klampok kabupaten Banjarnegara, ketika sampai di daerah
Klampok, ada sedikit Masalah, motor Tono yang berboncengan dengan Agus
ternyata rantainya copot, sedangkan aku, Falah, Endang, Udin, Bangkong dan
Nizar sudah melaju duluan di depan, kebetulan itu sudah masuk waktu Maghrib
dan kita pun menepi ke masjid untuk menunaikan ibadah salat sembari menunggu
Tono dan Agus. Akhirnya mereka pun menelpon untuk meminta bantuan, dan
akhirnya Udin dan Bangkong putar balik untuk menolong mereka berdua dan
untungnya juga ada bengkel yang dekat dari tempat Agus dan Tono mengalami
copot rantai. Kami berempat salat terlebih dahulu dan men-jama’nya dengan isya,
dan kami beristirahat sambil menunggu mereka berempat datang, setelah datang
mereka berempat pun langsung melakukan ibadah salat. Setelah itu Kita pun
berkumpul dan berbincang untuk memilih tempat makan malam, dan aku pun
menyarankan di food court dekat alun-alun Banjarnegara, kenapa aku
menyarankan untuk makan malam disana karena di sana banyak pilihan sesuai
dengan selera masing masing.

Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan ke arah Timur menuju tempat yang
sudah sangat kami dambakan ketika lapar, yaaa betul tempat makan hehehe. Di
jalan Tono sudah mengeluh kelaparan.

“Le mana Le udah lapar nih?” Tanya Tono dijalan kepada ku

“Sabar Tono astagfirullah bentar lagi.” Jawab aku kepada Tono.

“Iya ton sabar semua juga lapar.” Saut Iqbal yang membonceng Tono.

“Tono Tono...” Saut Endang yang dibonceng olehku.

Singkat cerita akhirnya kita sampai di food court dekat alun-alun Banjarnegara,
lalu kamipun memarkirkan sepeda motor terlebih dahulu, kemudian masuk ke
area food court dan memesan makanan yang diinginkan oleh masing-masing dari
kami.

“Mau pesan apa kalian” tanya aku kepada mereka.


“aku kayaknya mau pesen ayam goreng aja.” Jawab Endang.

“Aku juga ayam goreng aja.” Jawab Agus kepadaku.

“Kalo aku mau mie goreng Jawa aja.” Ucapku kepada mereka.

“Kamu mau pesen apa Din?” Tanya Falah pada Udin.

“Pesen Pecel lele aja Lah.” Jawab Udin.

“Aku nitip dong pesenin 1 Din.” Ucap Falah kepada Udin.

“Okeh” jawab Udin

“Kamu yang lapar dari tadi mau pesen apa Ton?” tanya Agus

“Apaa yaaa? Nasi godok aja deh.” Jawan Tono

Setelah makanan semua datang kita pun menikmati pesanan kita masing-masing,
namun hal mengejutkan terjadi di tengah-tengah ketika kita sedang menikmati
makanan masing-masing.

“lele enak nih, pesen ah.” Ucap Tono ketika sedang makan nasi godoknya.

“Allahuakbar Tono Tono” ucap Endang sambil kaget.

“Dasar Tono perut karet.” Saut Falah yang juga kaget

“Ini nih ga dikasih makan dari alam kandung.” Ucap aku sambil sedikit meledek
Tono.

“Yaudah sana pesen lagi aja asal kamu bahagia Ton.” Ucap Nizar kepada Tono.

Setelah memesan pecel lele Tono pun melanjutkan makannya dan belum beres
makan, pesanan pecel lele Tono pun datang. Ketika yang lain sudah pada beres
makan Tono pun melanjutkan makannya sampai habis. Belum beres sampai di
situ, Tono kembali memesan es buah yang porsi nya lumayan banyak. Sontak itu
membuat kami kaget lagi.

“Kamu pesen lagi Ton?” tanya Falah.

“Hehehe iya nih buat ngisi lambung yang masih kosong.” Jawab Tono.

“Mantap kali perutmu itu Ton.” Ucap Nizar.

“Yaudah cepet habisin Ton, udah malem.” Ucap Agus.

“Iya udah cape juga nih.” Ucap Udin.


Setelah Tono beres menghabiskan makanannya kita pun membayar apa yang kita
makan masing-masing. Kemudian kita melanjutkan perjalanan. Di jalan aku yang
membonceng Endang dan Nizar yang membonceng Bangkong melaju sedikit
kencang dari sebelumnya. Kenapa aku berani melaju agak kencang? Karena aku
percaya Falah dan Agus tau di mana mereka harus belok karena memang
sebelumnya mereka berdua dan Endang pernah datang ke rumahku yang berada di
Wonosobo. Namun masih seperti biasa Agus pun sedikit kebablasan, untungnya
dia liat aku yang sudah menepi di bahu jalan sebelah kanan. Setelah masuk ke
desa di mana rumahku berada, kami pun bersama-sama menuju rumah kami
dengan kecepatan pelan. Sesampainya di rumahku kami pun beres-beres, bersih-
bersih badan untuk persiapan istirahat sebelum tidur. Sebelum tidur kita pun
membuat teh hangat, dan kita menikmati teh hangat dengan berbincang bincang
santai sebelum akhirnya kita pun tidur setelah melakukan perjalanan yang cukup
melelahkan.

Keesokan harinya kami bangun jam 5 pagi, kami saling membangunkan untuk
melaksanakan shalat subuh, karena lebih baik telat daripada tidak sama sekali.
Karena rumahku bersebelahan dengan rumah nenek, paginya kami sudah disuguhi
dengan gorengan anget dan air panas untuk kami membuat kopi. Kami pun
membuat kopi dan makan gorengan di balkon rumah sambil menikmati cantiknya
sunrise dari gunung sumbing, Sindoro, kembang dan Prau. Keindahannya
sungguh membuat kami bersyukur masih di beri kesempatan untuk mengagumi
keindahan tuhan, mungkin jika ada yang lebih indah dari pemandangan pada pagi
hari itu, mungkin itu adalah senyumanmu yang bisa bikin aku seperti hidup di
surga hehehe. Kamudian setelah berbincang, aku Falah, Udin dan Bangkong
memutuskan pergi ke pasar untuk membeli logistik dan gas portabel yang harus
kami bawa untuk mendaki. Di pasar kami membeli, tahu, tempe, sosis, nugget dan
cemilan untuk dibawa. Oh iya karena diantara kita ber 8 dan hanya aku yang
masih belum 17 tahun waktu akupun harus membuat surat keterangan izin dari
orang tua, dan aku pun membuatnya di tempat Fotocopy an dekat pasar. Lalu
kami pulang dan packing ulang untuk di bagi bagi pembawaannya. Agus kebagian
membawa logistik, Nizar membawa tenda dan alat-alat, Tono membawa tenda
dan perlengkapan Tim, aku Endang Falah dan Udin membawa sisa barang yang
harus dibawa.
Setelah bersiap siap kami pun berangkat menuju basecamp gunung sumbing pada
jam 10.00, kami sampai di basecamp gunung sumbing sekitar jam 11.00, namun
sesampainya kami di basecamp kami harus menunggu sampai sekitar setengah 1
siang di karenakan petugas pengurus basecamp memasuki jam istirahat siang.
Setelah masuk kedalam aula basecamp, kami lalu meminta lembaran yang harus
kami isi, peraturan yang harus kami taati dan persyaratan yang harus kami
berikan. Setelah mengurus semua kami solat duhur yang di jama’ dengan ashar,
kemudian kami makan siang terlebih dahulu di warung makan sebelah basecamp.
Setelah itu kami menyewa alat alat yang kurang, lalu kami packing ulang dan
melakukan registrasi pembayaran. Oh iya di basecamp juga ada sedia jasa ojek
gunung yang mana tarifnya adalah 25 rb rupiah, ojek tersebut mengantarkan kami
sampai ke pos 1 yang dimana jika kami jalan membutuhkan estimasi waktu
sekitar 2 jam. Kami memutuskan untuk naik ojek supaya dapat dapat mengirit
waktu, tenaga dan kita juga dapat membantu perekonomian warga sekitar.

“Cuy ada ojek tuh, naik ojek aja kali yaa.” Ucap Endang.

“Boleh tuh, lumaya buat mempersingkat waktu sama tenaga.” Saut Nizar.

“Iya lumayan.” Ucapku

Pada akhirnya semua menyetujui untuk menaiki ojek saja, sebelum berangkat kita
juga menyempatkan mengabadikan momen dengan foto di depan basecamp,
kemudian kita pun memulai pemberangkatan. Ojek gunung di gunung sumbing ini
cukup ekstrim, karena dengan motor custom mereka sendiri, jalan yang menanjak
dan kita duduk di bagian depan motor, yang membuat adrenalin kita terpacu.
Chapter III

Setelah sampai di pos 1, karena pemberangkatan berselang beberapa menit


kamipun menunggu sambil berbincang.

“Gilaaa tuh ojeknya ngeri ngeri sedep.” Ucap Falah

“Iyaa, mana tadi sempet sampai ngangkat lagi ban depannya.” Saut Endang.

“Best experience sih ini.” Ucap Agus.

“Nyari yang gini di kota dimana yaaa?” Tanya Falah.

“Sedikit pakai akal lah, mana mungkin ada.” Jawab Agus.

“Allahuakbar untung temen.” Ucapku.

Setelah semuanya sampai, kami pun berdoa dan perjalanan pendakian gunung
sumbing pun dimulai. Kami start dari pos 1 sekitar jam 2 siang, dengan keadaan
berkabut. Formasi kami adalah Nizar paling depan, kemudian Bangkong, Endang,
Tono, Udin, Agus dan yang terakhir aku. Kami mengisi air sebelum sampai di pos
2, kami sengaja tidak membawa dari basecamp supaya beban kami tidak terlalu
berat. Sampai di pos 2 kami pun istirahat sejanak, bertemu dengan pendaki lain
yang akan turun dan mengobrol dengan mereka. Selain itu Ketika kami sampai di
pos 2 kami, mereka juga sedang masak untuk makan siang dan mereka menawari
kami untuk ikut makan Bersama, karena tidak enak hati kami pun ikut makan
Bersama mereka.

“bang sini ikut makan bareng bang” ucap mereka yang menawari kami makan
Bersama.

“ lanjut aja bang kami juga baru saja makan siang” jawab kami.

“Eh ngga gitu, kami kan mau turun jadi logistic jangan sampai nyisa dong” ucap
mereka.

“Iya deh bang boleh” jawab kami.

Setelah beberapa lama kita mengobrol akhirnya kita pun melanjutkan perjalanan
menuju pos tiga. Perjalanan menuju pos 3 lumayan jauh, estimasi waktu di peta
kurang lebih 1,5 jam (90 menit). Namun apa daya Ketika estimasi pendaki normal
Ketika dibandingkan dengan pendaki remaja namun berfisik sedikit jompo seperti
kami. Kami dipertangahan jalan menuju pos 3 disambut oleh merdunya suara dan
dinginnya air hujan khas pegunungan gunung sumbing yang mengharuskan kami
menggunakan jas hujan sampai ke pos 3, karena hujan yang turun kadang deras
kadang Cuma gerimis, kadang sebentar kadang lama. Kami begitu santainya
melakukan perjalan. Kemudian di tengah jalan akhirnya pun kami terbagi menjadi
dua kelompok, ini sangat tidak boleh dicontoh karena jika terjadi sesuatu di
perjalanan kita akan susah menghubungi kawan karena pasti akan terkendala
sinyal. Namun kami tetap memecah menjadi 2 kelompok, kelompok 1 ada Falah,
Tono, dan Endang adalah yang berangkat agak cepat, mereka jalan duluan menuju
pos tiga. Sedangkan kelompok 2 yang terdiri dari aku, Nizar, Bangkong, Agus dan
Udin kami berjalan sangat santai, mungkin estimasi di peta 90 menit kami sampai
pos 3 sekitar 120 menit. Kelompok 1 sampai di pos 1 sekitar sebelum maghrib,
sedangkan kami maghrib masih berada dibawah pos 3, selain berjalan sangan
santai kami juga mengabadikan indahnya pemandangan sunset gunung sumbing
disebang utara gunung sumbing. Setelah beres adzan maghrib yang
berkumandang di hp Agus, kamipun melanjutkan perjalan ke pos tiga yang hanya
tinggal beberapa menit saja.

Di pos 3 kami beristiraha di shelter dan melakukan beberapa aktivitas, diantaranya


kami menjama’ solat maghrib dan isya, kami juga memasak mie untuk
mengganjal perut, memasak air untuk menghangatkan badan, dan juga mengganti
pakaian yang basah. Di pos 3 kami mulai mengalami gangguan, disunyi nya
malam dan hujan Udin dan Nizar mendengarkan sesuatu dari luar shelter, suara itu
seperti Langkah kaki yang mondar – mandir di luar shelter, namun mereka berdua
tak kanyaraukannya. Tak terasa jam 8 malam pun akhirnya tiba dan hujan sudah
sedikit reda kami memaksakan lanjut dikarenakan kami menaruh target camp di
pos camp area 2 yang membutuhkan waktu sekitar 1 jam lagi. Kami berjalan
Bersama dan tidak terbagi lagi seperti sebelum di pos 3, setelah memasukan
barang yang dikeluarkan, memasang headlamp dan memakai Kembali jas hujan
kami melanjutkan perjalan dengan formasi Nizar paling depan, dilanjut
Bangkong, Udin, Tono, Endang, kemudian Agus dan yang terakhir aku. Track
yang kami hadapi berbelok kanan kiri, dan vegetasi kanan kiri adalah vegetasi
terbuka. Tak terasa kami tiba di camp area 1, kami beristirahat sebentar untuk
minum setelah itu kami pun lanjut. Kami berjalan sambil mengobrol sedikit
bercanda, namun setelah sekian lam aberjalan kami tidak menemukan plang
Tulisan camp area 2, kami pun sedikit bingung namun kami memilih untuk
melanjutkan perjalan. Setelah berjalan beberapa lama kita akhirnya menemukan
plang Tulisan, tapi ternyata itu adalah plang tulisan pos 4. Kami semua mendadak
bingung kenapa tiba – tiba sampai di pos 4, sedangkan pos camp area 2 pun kami
tidak melewatinya. Yang menjadi permasalah kami juga di pos 4 sangat minim
lahan untuk mendirikan tenda, kami membawa 2 tenda, akhirnya kami
memaksakan mendirikan tenda di pos 4 dengan posisi salah satu tenda dengan
posisi miring. Setelah tenda berdiri kami pun mengeluarkan apa yang harus
dikeluarkan dari tas, lalu kami masak nasi untuk keesokan paginya, selain itu
kami memasak air lagi untuk membuat kopi dan susu lalu kemudian kami tidur,
karena kami sampai di pos 4 sekitar jam 9 malam lebih, dan beres mendirikan
tenda jam setengan 10 lebih.

Dimalam itu kami merasa ada yang sedikit janggal, pertama aku dan Falah yang
waktu itu satu tenda mendengar lagi ada Langkah kaki yang mengelilingi tenda,
padahal waktu itu posisi tenda berada di tanah miring dan susah buat jalan orang
tanpa kepleset karena waktu itu juga kondisi tanah basah dan licin karena hujan,
kemudian Udin dan Nizar bermimpi didatangi sosok hitam besar yang hanya diam
memandangi kami dari kejauhan, Namun merekan tidak menceritakanya waktu
masih berada di tempat tersebut. Keeskoan paginya kami bangun jam 6 pagi yang
awalnya merencanakan bangun jam 2 pagi untuk summit attack ke puncak
tertinggi ke 3 di pulau jawa, namun dikarenakan tubuh yang kelelahan kamipun
bangun kesiangan, setelah bangun kami solat subuh walaupun kesiangan lalu
masak sosis dan nugget untuk sarapan Bersama nasi yang telah kami bikin malam
hari sebelum kami tidur. Setelah makan kami tidak langsung menuju puncak,
tetapi kami berfoto – foto terlebih dahulu dengan pemandangan city light,
sunrise, lautan awan dan gunung sumbing di belakang kami. Setelah itu kami baru
melanjutkan perjalanan menuju puncak, perjalanan menuju puncak sekitar 2 jam.
ditengah perjalanan Agus mendapat panggilah alam, untung kami membawa air
yang cukup dan pisau untuk menggali tanah.

Gunung sumbing memiliki 3 puncak, puncak kawah, puncak sejati dan yang
tertinggi adalah puncak Rajawali dengan ketinggian 3371 mdpl. Kami sampai di
puncak kawah sekitar jam 9 pagi, kami berfoto – foto lagi bebentar kemudian
kami melanjutkan ke puncak Sejati yang hanya membutuhkan waktu hanya
beberapa menit, yang kami lakukan sama seperti di puncak kawah, setelah itu
kami melanjutkan ke puncak rajawali yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Kami sampai di puncak rajawali sektiar pukul 09.45 WIB, Kami beristirahat,
berfoto, dan menikmati indahnya ciptaan tuhan. Oh iya Endang dan Tono tidak
kuat melanjutkan perjalanan menuju puncak Rajawali sehingga mereka tidak ikut
melanjutkan ke puncak Rajawali. Awalnya Udin pun memutuskan tidak ikut
menuju puncak Rajawali namun ketika kami sedang berfoto, tiba - tiba dia
muncul dari jalur pendakian yang sedikit mengagetkan kami berlima, dia juga
menginformasikan bahwa Tono dan Endang akan turun duluan menuju tenda.
Mereka bercerita bahwa saat mereka turun menuju pos 4 mereka disesatkan
menuju jalur yang asing bagi mereka, mereka berdua merasa disesatkan saat
menuju turun ke pos 4. Kami ber 6 cukup lama di puncak rajawali, kami turun dan
sampai di pos 4 pukul 1 siang. Dan ternyata mereka berdua belum sampai,
setengah kami menunggu akhirnya mereka sampai dan kamipun merasa heran
mengapa mereka baru sampai padahal mereka turun dari puncak terlebih dahulu.

“darimana kalian?? Kan tadi kalian turun duluan??” tanya Falah kepada Endang
dan Tono.

“jadi gini, tadi kami waktu tutun dari puncak ketemu persimpangan nah kami tuh
kaya denger ada yang nyuruh buat belok ke kanan. Ternyata jalur ke kanan tuh
jalur lama yang cukup ekstrim. Kita liat hp tuh jam 10.00 wib. Nah kita
memutuskan buat balik lagi, kita ngerasa balik tuh Cuma sekitar 30 menit. Tapi
waktu kita buka hp, kaya kita tuh udah lewat sekitar beberapa jam.” Jawab Tono.

“Iya, kaya kita tuh udah di sesatim sama setan.” Lanjut Endang.

“Suutt. Jangan gitu ngomongnya, hargain yang ada disini.” Ucap Agus dengan
suara sedikit lantang.

“kalo mau cerita nanti aja di bawah jangan disini.” Lanjut Falah.

Kemudian kita langsung berbagi tugas ada yang mengemas tenda, mengamas
barang – barang, memasak makan siang. Kita makan siang dengan roti panggang,
sosis dan saus, bikin sandwich ala – ala gunung gitu hehe.
Jam 14.25 wib, siang hari yang diselimuti dengan kabut tebal dan suasana yang
mencekam, mau tidak mau harus kita lalui untuk mencapai tujuan utama dari
pendakian ini, yaitu pulang Kembali ke rumah dengan selamat. Dari pos 4 menuju
pos 3 tidak begitu jauh, kita menempuh perjalanan tidak lebih dari 1 jam. Namun
disinilah keanehan Kembali muncul, camp area 2 yang semalam tidak kami
temukan, mendadak ada. Sebelum kami sampai di camp area 2, saat Falah sedikit
bercanda, hp dia jatuh. Kemudian karena aku orangnya sangat jail dan kebetulan
berada di paling belakang, hpnya aku ambil dan tak memberi tahunya.
Sesampainya di pos camp area 1 kami beristirahat sejenak, dan Falah sadar bahwa
hpnya telah menghilang. Dia pun langsung bergegas Kembali ke atas untuk
mencari hpnya. Yang lain aku suruh jalan duluan biar aku yang menunggu Falah,
tapi Tono bilang bahwa dia ikut bersamaku menunggu Falah dan aku mengiyakan
saja. Setelah sekitar 20 menit Falah belum kunjung balik, dan aku menyusulnya
dan meneriaki nya. Pada akhirnya di balik lagi tanpa menemukan hpnya.

“Ya iyahlah, kan udah aku sembunyiin.” aku berbicara dalam hati.

Dengan muka yang sedikit melas, akhirnya yang mana tinggal tersisa kita bertiga,
melanjutkan perjalanan menuju pos 3. Jalan menuju pos 3 sungguh beda denga
napa yang kami rasakan pada saat naik malam tadi.

“Le emang ini jalannya?” tanya Falah.

“gatau lah, nanti aja kalo ada belok kanan, langsung belok aja.” Jawab aku.

Jalan yang kami lalui pada saat siang menuju sore itu, jalan lurus dan vegetasi
kanan kiri sungguh lebat. Sesampainya di pos 3, ternyata yang lain masih
menunggu dan kami pun beristirahat sejenak. Setelah itu kami melanjutkan
perjalanan, di tengah perjalanan Falah dengan muka murungnya berkata.

“aku mau pensiun aja naik gunung, masa kalo naik gunung harus ilang barang
sih.” Ucap Falah kepada kami.

“ah biasalah, jangan pensiun lah nanti rindu sama gunung loh.” Ucap Udin
kepadanya.

Dijalan menuju pos 2 kami Kembali terpisah, 4 orang di depan (Nizar, Bangkong,
Agus, Endang), 2 ditengah (Tono dan Falah) dan 2 dibelakang (bule dan Udin). Di
pos bayangan antara pos 2 dan 3, aku dan Udin bertemu Falah dan Tono yang lagi
beristirahat.
“Eh Tono, Falah?” sapa aku kepada mereka

“eh kalian berdua.” Saut mereka.

“Udah lama kalian?” tanya Udin.

“Iya nih.” Jawab mereka.

“Kalian ngerasa ada yang aneh ga sih?” tanya Falah kepada kita bertiga.

“Sut ah.” Jawab Udin.

Tak lama setelah Falah bertanya tentang keanehan yang kami alami, kabut dari
bawah tiba – tiba muncul dan menyelimuti kami berempat. Kami hanya bisa
saling bertatapan dan kemudian melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalan
dimana posisi Falah paling depan disusul Tono kemudian Udin dan aku belakang,
Kami berempat melihat Agus yang sedang berduduk di tengah jalur pendakian
sendirian. Falah dengan semangat memanggilnya dan berjalan lebih cepat, namun
yang terjadi adalah kabut Kembali datang dan Agus seketika itu menghilang bak
ditelan bumi. Kami berempat menyadarinya.

“Le???” tanya Falah dengan keadaan panik.

“Iya Lah ngerti, nanti cerita dibawah.” Jawabku kepada Falah.

Dengan keadaan mencekam kami terus melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Di


pos 2 Agus, Nizar, Bangkong dan Endang telah sampai terlebih dulu di pos 2.
Kemudian kami pun ikut beristirahat sejenak namun, di pos 2 Udin melihat apa
yang ia mimpikan, sosok hitam gede yang diam memandangi kami dari kejauhan,
tapi ia tidak bercerita pada waktu itu. Kami makan cemilan sisa pendakian, namun
tiba – tiba Agus mengalamin batuk, dan aku pun langsung berkata kepada
semuanya.

“Ayo langsung berangkat!!! Pelan – pelan aja engga apa – apa asal jangan disini.”
Ucapku kepada semuanya.

“Iya ayo, tapi jangan ada lagi yang misah.” Saut Nizar.

Kita jalan dengan posisi Nizar paling depan, kenudian Bangkong, Tono, Endang,
Udin, Agus, Falah dan aku paling belakang. Waktu baru jalan Endang bilang
kalua dia melihat sosok hitam gede yang Udin liat, berada di pinggir jalur
pendakian, dan seramnya lagi kita semua melewatinya tanpa sadar dan hanya
Udin dan Endang yang sadar. Di sepanjang jalan kami sedikit mendengar terikan
dari bawah jalur pendakian yang merupakan sungai menuju desa warga kaki
gunung. Kami pun hanya membiarkanya saja. Aku yang paling belakang sesalu
menghitung anggota kelompok kami yang berjumlah 8 orang, takutnya…. Kita
semua tidak fokus dan ada makhluk yang bersebelahan menyelinap ke kelompok
kami, itu pasti akan membuat semuanya panik dan ditakutkan terjadi apa – apa.
Tak lama dari itu kami sampai di pos 1. Untung di pos satu masih ada ojek
gunung yang memang menunggu para pendaki yang masih belum turun dan
mereka mendapatkan informasinya dari basecamp.

Sampailah kami di basecamp sekitar jam 6 sore lebih. Kamu lalu beristirahat, dan
menunggu basecamp buka istirahat maghrib. Saat beristirahat kami mulai
bercerita tentang hal yag kami semua rasakan di atas jalur pendakian. Dengan
suasana yang menyeramkan namun syukur kami bisa sampai di basecamp dengan
anggota kelompok lengkap dan semuanya selamat. Namun saat perbincangan
berlangsung, kami melihat muka Falah yang masih sedih karena hpnya hilang.
Kemudian aku berpura – pura menelpon tapi menggunakan hp Falah, dan saat itu
juga dia langsung sadar bahwa hpnya di sembunyikan olehku. Dia Kembali happy
karena hpnya tidak jadi hilang (sungguh sangat jail diriku). Kemudian kami
melakukan bersih – bersih badan, berganti pakaian dan setelah basecamp Kembali
buka kami masuk dan melakukan pengecekan sampah dan langsung melakukan
laporan turun. Oh iya waktu sebelum turun jadi botol mineral yang kami bawa itu
hilang satu, kebetulan warung di pos 3 buka dan kami membelinya. Mengapa??
Karena denda per item sampah itu mencapai Rp. 1.025.000 untuk di gunung
sumbing, namun setiap gunung berbeda peraturan dan besarnya denda dengan
menggunakan nominal uang. Hal ini tidak untuk ditiru yaaa kawan, kita harus
selalu menjaga kelestarian dan kebersihan gunung. Ada 3 nih kode etik pendakian
yang harus di terapkan jika ingin mendaki gunung, yaitu:

1. Dilarang membunuh apapun selain waktu;


2. Dilarang meninggalkan apappun selain jejak;
3. Dilarang mengambil apapun selain foto.

Nah itu yang harus diterapkan kedalam jiwa para pendaki supaya keasrian gunung
tetap terjaga.

Setelah laporan turun kami lanjut mengembalikan alat pendakian yang kami sewa,
dan kemudian melanjutkan kegiatan makan malam di warteg di sebelah basecamp.
Kemudian kami pulang menuju rumahku di Wonosobo namun di sebelah agak
jauh dari basecamp. Kami lantas mengeluarkan baju kotor untuk di pisahkan dan
kemudian lanjut tidur. Paginya setelah bangun Tono dan Falah memutuskan untuk
pulang ke Banjar terlebih dahulu, yang lain memilih berangkat siang dikarenakan
mereka masih capek setelah pendakian kemarin. Kami pun hanya bisa
mengingatkan untuk hati – hati dijalan. Siangnya Endang, Agus, Bangkong, Nizar
dan Udin berangkat pulang ke Banjar, aku tidak ikut karena aku ingin merayakan
hari raya idhul adha di Wonosobo Bersama kakek. Tapi hal yang tidak diinginkan
terjadi, Udin jatuh dari motor di daerah lumbir karena terpeleset tumpahan solar,
tapi syukur dia masih bisa melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di Banjar.
Aku Kembali ke Banjar sendirian pada hari minggu menggunakan bis. Itu akan
menjadi pengalaman pendakian yang tak akan pernah kami lupakan, baik dari segi
keseramannya, kebersamaanya, tinggkah jailku dan lain – lain.

Anda mungkin juga menyukai