Anda di halaman 1dari 14

ISSN Online: 2597-3622

Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG GAYA GESEK
MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING MATA PELAJARAN
IPA KELAS V SEMESTER II SDN CIMANUK 3 KECAMATAN CIMANUK
TAHUN 2020

LIA MARYANI, S.Pd


NIP. 197107231998032011

Abstrak

Permasalahan pembelajaran di SDN Cimanuk 3 adalah Siswa merasa kurang nyaman, tingkat kerjasama rendah, pasif dalam
pembelajaran dan bersikap kurang menghargai, hal ini disebabkan oleh Tindakan guru yang kurang ramah dan kurang
menghargai siswa, guru belum optimal dalam mengendalikan laju komunikasi dalam pembelajaran, ketika kelas merespon
negatif terhadap siswa yang salah menjawab pertanyaan, dan ketika siswa kurang memperhatikan penjelasan ataupun tugas,
hasil belajar siswa pun rendah. Hal ini terlihat dari hasil penelitian awal dengan nilai rata-rata tes hanya 57,60, dan dari 25
orang siswa, 7 orang siswa lainnya (28%) mendapatkan nilai di atas batas lulus. Sedangkan sisanya 14 (72%) mendapatkan
nilai di bawah batas lulus. Ini berarti sebagian besar siswa mendapatkan nilai rendah. Hal-hal tersebut melatarbelakangi
penelitian ini. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan penelitian tindakan kelas melalui tindakan
penerapan model quantum teaching. Desain penelitian yang digunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart, dengan
instrument penelitian berupa lembar observasi, wawancara, catatan lapangan, LKS dan lembar tes. Tindakan ini dilakukan
dengan alasan bahwa quantum teaching mengupayakan belajar yang meriah dan menyenangkan dengan segala nuansanya,
dengan menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching bersandar
pada konsep „bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka‟ Hal ini menunjukan, betapa
pentingnya pembelajaran dengan quantum teaching diterapkan. Penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang gaya gesek. Berdasarkan perbandingan hasil belajar siswa pada penelitian
awal,siklus I dan siklus II, dilihat dari perbandingan nilai rata-rata, pada penelitian awal nilai rata- rata tes kelas 57,60, pada
siklus I rata-rata kelas menjadi 68,80, dan pada siklus II rata-rata kelas menjadi 87,20. Selain itu jumlah siswa yang lulus juga
meningkat

Kata Kunci: Gaya Gesek Melalui Penerapan Model Quantum Teaching.

ABSTRACT
Learning problems at SDN Cimanuk 3 are students feel uncomfortable, low level of cooperation, passive in learning
and lack respect, this is caused by the actions of teachers who are less friendly and do not respect students, teachers
are not optimal in controlling the rate of communication in learning, when class respond negatively to students who
incorrectly answer questions, and when students pay less attention to explanations or assignments, student learning
outcomes are also low. This can be seen from the results of the initial research with the average test score of only
57.60, and of the 25 students, 7 other students (28%) scored above the pass limit. While the remaining 14 (72%)
scored below the pass limit. This means that most of the students get low grades. These things are the background of
this research. One of the efforts to overcome these problems is with classroom action research through the application
of the quantum teaching model. The research design used a spiral model from Kemmis and Taggart, with research
instruments in the form of observation sheets, interviews, field notes, worksheets and test sheets. This action was taken
on the grounds that quantum teaching seeks to make learning lively and fun with all its nuances, by including all the
links, interactions and differences that maximize learning moments. Quantum teaching relies on the concept of 'bring
their world into ours, and bring our world into theirs'. This shows how important learning with quantum teaching is.
The application of the quantum teaching model can improve student learning outcomes in science learning about
friction. Based on the comparison of student learning outcomes in the initial study, cycle I and cycle II, seen from the
comparison of the average score, in the initial study the average grade test score was 57.60, in the first cycle the class
average was 68.80, and in the first cycle the class average was 68.80. the second cycle the average class becomes
87.20. In addition, the number of graduating students has also increased

Keywords: Friction Style Through Application of Quantum Teaching Model.

72
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85

PENDAHULUAN Dalam setiap proses belajar tersebut, manusia

Rendahnya mutu pendidikan pada setiap menemukan pengetahuan dan pengalaman baru hasil

jenjang dan satuan pendidikan, merupakan interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian,

salah satu dari masalah pendidikan yang seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku

sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. yang baru secara keseluruhan.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk Proses belajar mengajar guru, tidak harus

meningkatkan mutu pendidikan nasional baik terpaku dengan menggunakan satu metode atau

dengan pengembangan kurikulum, peningkatan strategi pembelajaran saja, seorang guru mampu

kompetensi guru, pengadaan buku dan alat menggunakan metode atau strategi pembelajaran

peraga, sarana pendidikan serta perbaikan yang bervariasi agar dalam kegiatan belajar

manajemen sekolah. Dengan berbagai usaha itu mengajar tidak membosankan bagi siswa dan sesuai

ternyata belum juga menunjukan peningkatan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu tercapainya

yang signifikan. Peran serta sekolah dalam peningkatan motivasi dan prestasi belajar (Slameto,

penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat 2003).

kurang, partisipasi guru dalam pengambilan Berdasarkan undang-undang No.20 tahun 2003 bab
keputusan sering terabaikan padahal terjadi atau II pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional
tidak terjadi perubahan di sekolah sangat bahwa pendidikan adalah pendidikan yang
bergantung padagurunya. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 yang
sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan berdasarkan pada nilai-nilai agama, kebudayaan
yang paling penting. Belajar merupakan suatu nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan
proses yang tidak pernah berhenti selama seorang perubahan zaman. Sistem pendidikan Nasional
manusia hidup di dunia. Seorang manusia yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan
sukses di dunia harus melalui proses belajar. Ad membentuk watak serta peradaban bangsa yang
Rooijakkers (2005: 14) mengemukakan bahwa bermartabat dalam rangka mencerdaskan
proses belajar merupakan jalan yang harus kehidupan bangsa, bertujuan untuk
ditempuh oleh seorang manusia untuk mengerti mengembangkan potensi peserta didik agar
suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
Seseorang yang melakukan kegiatan belajar dapat kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlaq mulia,
dikatakan telah mengerti suatu hal apabila ia juga berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi warga
dapat menerapkan apa yang telah ia pelajari. negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Depdiknas, 2006).
Guru perlu memahami bahwa apapun
73
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
yang dilakukan di ruang kelas saat guru teman sejawat, diperoleh gambaran
pembelajaran berlangsung pembelajaran IPA di SD Negeri Cimanuk 3,
mempunyai pengaruh, baik aktivitas siswa dan kinerja guru belum sesuai
positif atau negatif terhadap kualitas dan hasil dengan pembelajaran yang seharusnya. Peneliti
pembelajaran. Cara guru menyajikan berkesimpulan bahwa pembelajaran tersebut siswa
pembelajaran, bagaimana kegiatan pembelajaran merasa kurang nyaman, diantaranya disebabkan
dikelola di kelas, cara guru berinteraksi dengan oleh tindakan guru yang kurang ramah dan kurang
siswa iranya dilakukan oleh guru secara menghargai siswa. Guru belum optimal dalam
terencana dengan perbaikan dan perubahan baik mengendalikan laju komunikasi dalam
dalam metode, strategi, media, maupun pembelajaran ketika kelas merespon negatif terhadap
pengelolaan kelas yang terus dilakukan sehingga siswa yang salah menjawab pertanyaan, ketika
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kurang memperhatikan penjelasan ataupun
siswa. tugas, pembelajaran kurang menantang, hal-hal
Konsep pembelajaran menurut Corey tersebut berakibat pada rendahnya hasil belajar
(dalam Sagala, 2003: 61) yaitu: Suatu proses di siswa, Dari 25 orang siswa, hanya 7 (28%) orang
mana lingkungan seseorang secara disengaja siswa yang mendapatkan nilai di atas batas lulus.
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam Sedangkan sisanya 18 (72%) mendapatkan nilai di
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi bawah batas lulus. Ini berarti sebagian besar siswa
khusus atau menghasilkan respon khusus dari mendapatkan nilai rendah. Dengan demikian, hasil
pendidikan. Pembelajaran merupakan proses belajar siswa kelas V SD Negeri Cimanuk 3 perlu
komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh ditingkatkan.
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar Data hasil tes awal penelitian diperoleh
dilakukan oleh peserta didik atau murid. setelah guru memberikan 5 soal. Setiap item soal

Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang benar, diberi skor 2 dan yang salah diberi skor

meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, 0, meskipun tingkat kesulitannya berbeda. Siswa

bumi antariksa, makhluk hidup dan proses dikatakan mampu mengerjakan soal tentang gaya

kehidupan, dan materi dan sifatnya yang gesek.

sebenarnya sangat berperan dalam membantu Bertitik tolak dari permasalahan di atas,

siswa untuk memahami fenomena alam. Ilmu penyebab rendahnya hasil pembelajaran IPA

Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan mengenai Gaya Gesek di SD Negeri Cimanuk 3,

ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami perlu diupayakan pemecahannya melalui tindakan

uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri model quantum teaching.

objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif.


Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan

74
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
KAJIAN PUSTAKA b. Karakteristik Siswa SD
a. Pengertian IPA
Menurut Afgani (Desember 2009)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan
karakteristik siswa adalah emosional. Afgani
dengan cara mencari tahu tentang alam secara
berasumsi bahwa melakukan pembelajaran dengan
sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan
mempertimbangkan faktor emosional lebih banyak
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
berhasil daripada menonjolkan aspek intelektual.
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi
Dengan demikian faktor emosional anak bukan lagi
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
menjadi acuan utama bagi guru dalam merancang
IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi
pembelajaran tapi faktor emosional telah dijadikan
siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam
kondisi dalam pembelajaran.
sekitar. (Samatowa, 2006 : 2) mengatakan :
Pembelajaran model quantum teaching
IPA membahas tentang gejala-gejala alam
dengan menerapkan keunggulan memberikan
yang disusun secara sistematis yang didasarkan
kesempatan kepada siswa untuk belajar dan
pada hasil percobaan dan pengamatan yang
bekerjasama dengan peraturan yang mereka sepakati
dilakukan oleh manusia. IPA merupakan ilmu
bersama (kunci komitmen), hal ini sesuai dengan
yang berhubungan dengan gejala alam dan
karakteristik siswa menurut Samatowa, yaitu anak
keberadaan yang sistematis yang tersusun secara
gemar membentuk kelompok dan membuat
teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari
peraturan sendiri.
hasil observasi dan eksperimen.
a. Gaya Gesek
Jika menggunakan sudut pandang yang lebih Gaya gesek adalah gaya yang menahan gerak
menyeluruh, IPA seharusnya dipandang sebagai benda agar benda itu bergerak jika ditarik atau
cara berpikir (a way of thinking) untuk memperoleh didorong (Rosa, 2006 : 79). Gaya ini yang
pemahaman tentang alam dan sifat- sifatnya, cara menyebabkan kita tidak terpeleset ketika kita
untuk menyelidiki (a way of investigating) berjalan.
bagaimana fenomena-fenomena alam dapat Gaya gesek dapat diperbesar dan diperkecil
dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan (a dengan berbagai cara di antaranya cara
body of knowledge) yang dihasilkan dari memperbesar gaya gesek adalah dengan memasang
keingintahuan (inquiry) orang. Menggunakan bahan penghambat pada permukaan benda,
pemahaman akan aspek-aspek yang fundamental diantaranya : memasang paku, karet dan lain-lain
ini, seorang guru IPA dapat terbantu ketika mereka (Rosa, 2006 : 80). Contohnya, memasang karet
menyampaikan pada para siswa gambaran yang pada alas sepatu. Sedangkan cara memperkecil
lebih Pandeglangp dan menyeluruh tentang gaya gesek adalah dengan menghaluskan
semesta. permukaan benda dengan cara dihampelas,
memberikan pelumas pada permukaan benda (oli,
lilim, vaselin). Contohnya, memberikan pelumas
75
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
pada mesin kendaraan bermotor, hal ini dilakukan Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan,
untuk mengurangi gesekan yang dapat ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang
menimbulkan kerusakan pada mesin tersebut. disebut dengan quantum teaching, dikembangkan
a. Pengertian Model Quantum Teaching oleh seorang guru dalam pembelajaran. quantum
Seiring perkembangan zaman, dunia teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr
pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi. Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang
Hal itu penting dilakukan untuk kemajuan kualitas bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya,
pendidikan, tidak hanya pada tataran teori tapi sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.
sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat Pada perkembangan selanjutnya, DePorter
fraktis. Diakui atau tidak (meski masih belum ada (penulis buku best seller quantum learning dan
penelitian konkret), banyak yang merasa sistem quantum teaching), murid Lozanov, dan Hernacki,
pendidikan terutama proses belajar mengajar, mantan guru dan penulis, mengembangkan konsep
membosankan. Dalam sebuah situs di Internet Lozanov menjadi quantum learning. Metode belajar
ditulis, fakta yang terjadi akhir-akhir ini ada ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti,
banyak keluhan siswa tentang pendidikan. Di teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan
antaranya, murid menganggap pendidikan saat ini modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan
kurang memberikan kebebasan berpikir, banyak pendidikan holistik.
hapalan, mata pelajaran banyak mengejar METODE PENELITIAN
kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
keterampilan, dan banyak mengajarkan logika kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah
tanpa melibatkan emosi. penelitian yang dilakukan oleh guru peneliti dalam
proses belajar mengajar dikelas, dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerja guru sehingga

76
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
tindakan kelas terdiri dari beberapa meningkat apabila terdapat peningkatan rata-rata

tahapansebagai berikut. sebelumnya. Untuk mengetahui keberhasilan


belajar siswa.
Refl
eksi
Pra
Siklus 
X
Ren 
cana
Tind
akan Keterangan :
Siklus 1
M = Mean (nilai rata-rata)

Refl
Ren ∑ = Jumlah nilai yang diperoleh siswa
cana

Siklus 2
N = Banyaknya siswa ikut tes
Tind
akan a. Simpangan Baku
Ren
Refl cana

Tind
akan

Hasil belajar siswa dapat dikatakan


hasil belajar siswa menjadi meningkat (Arikunto,
2007). Pendekatan yang digunakan dalam F (X - X)2
Sd 
N
penelitian ini adalah pendekatan eksperimen Keterangan : Sd  Simpangan Baku
karena gejala yang timbul dengan cara sengaja F  Banyak Data
yaitu pembelajaran dengan bermain peran terhadap N  Jumlah Siswa
motivasi dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas X  Nilai Data

V SDN Cimanuk 3 semester 2 Tahun Pelajaran


(Sudjana, 2005)
2019/2020.
b. Ketuntasan Individu
Secara spiral menurut Kemmis dan Mc
Setiap siswa dalam proses belajar mengajar
Taggert dalam Depdiknas (2006) penelitian

77
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
dikatakan tuntas terhadap materi pembelajaran MI –3 SDI ≤ x ≤ MI – 2 SDI (Kurang Aktif
yang diberikan apabila mencapai nilai lebih besar c. Data aktivitas guru
atau sama dengan 6,5 Setiap indikator perilaku guru pada
c. Ketuntasan Klasikal penelitian ini mengikuti aturan sebagai berikut:
R Skor 5 diberikan jika dekriptor nampak
P X 100 %
T
Keterangan : P  Prosentase Ketuntasan
Skor 4 diberikan jika 3 dekriptor nampak
R  Jumlah siswa yangmendapat nilai lebih dari 65
T  Jumlah siswa Skor 3 diberikan jika 2 dekriptor nampak
b. Data Aktivitas Siswa Skor 2 diberikan jika 1 dekriptor nampak
Data aktivitas siswa di analisis dengan cara Skor 1 diberikan jika tidak ada dekriptor nampak
menentukan skor yang diperoleh siswa sebagai Sedangkan aktivitas guru kriterianya
berikut: sebagai berikut
Skor 5 diberikan jika dekriptor nampak 3,5 <x ≤ 4,0⌡ Sangat Aktif
Skor 4 diberikan jika 3 dekriptor nampak 2,5 <x ≤ 3,5⌡ Aktif
Skor 3 diberikan jika 2 dekriptor Nampak 1,5 <x ≤ 2,5⌡ Cukup Aktif
Skor 2 diberikan jika 1 dekriptor nampak 1,0 <x ≤ 1,5⌡ Kurang Aktif (Nurkencana,1990)
Skor 1 diberikan jika tidak ada dekriptor nampak HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemudian hasilnya di bandingkan dengan A. Observasi Awal sebelum Tindakan
kriteria sebagai berikut 1. Observasi Awal
4,5 <x ≤ 5,0⌡ Sangat Aktif Berdasarkan hasil penelitian awal melalui

3,5 <x ≤ 4,5⌡ Aktif observasi dan wawancara, gambaran pembelajaran

2,5 <x ≤ 3,5⌡ Cukup Aktif IPA di SD Negeri Cimanuk 3 Kecamatan Cimanuk

1,5 <x ≤ 2,5⌡ Kurang Aktif Kabupaten Pandeglang tentang gaya gesek adalah

1,0 <x ≤ 1,5⌡ Kurang Aktif sebagai berikut :

Dengan X Skor rata-rata dikatakan berhasil 1. Guru kurang fokus ketika mengajar

apabila termasuk pada kriteria data akktivitas 2. Kurang ramah dalam pembelajaran,

cukup aktif, aktif dan sangat aktif. 3. Kurang mengarahkan laju diskusi kelompok

Menentukan MI dan SDI 4. Kurang menghargai jawaban siswa (langsung

Rumus MI = ½ (Skor Tertinggi + Skor Terendah) mengatakan salah pada jawaban siswa)

SDI = 1
6 (Skor Tertinggi + Skor Terendah) 5. Guru kurang sigap ketika kelas merespon

Kriteria untuk menentukan aktivitas negatif terhadap siswa yang salah menjawab

belajar siswa sebagai berikut: pertanyaan, dan ketika siswa kurang

MI + 2 SDI ≤ x ≤ MI + 3 SDI (Sangat Aktif ) memperhatikan penjelasan ataupun tugas dari

MI + 3 SDI ≤ x ≤ MI + 2 SDI (Aktif ) guru.

MI – 2 SDI ≤ x ≤ MI – 3 SDI (Cukup Aktif ) Sedangkan permasalahan yang ditemui

78
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
pada diri siswa yaitu : mendapatkan nilai di bawah batas lulus. Kriteria

1. Siswa tampak kurang nyaman dalam penilaiannya, terdiri dari lima soal, tiap soal jika

pembelajaran, hal ini tampak dari : jawabannya benar masing-masing mendapat skor = 5

a) Siswa ragu-ragu untuk bertanya atau jika jawabannya salah nilainya = 0.

menjawab pertanyaan guru Untuk mengupayakan penyelesaian dari

b) tidak berani tampil di depan kelas, permasalahan-permasalahan tersebut maka peneliti,

ketika guru meminta mempersentasikan bekerjasama untuk mengadakan penelitian tindakan

hasil diskusi kelompok (cenderung kelas. Pada pelaksanaan tindakan peneliti bertindak

salingmenyuruh) sebagai pengajar.

c) berwajah murung , posisi duduk kaku SIKLUS I


d) kurang antusias saat merespon tindakan a. Tindakan Siklus I
guru Pelaksanaan penelitian pada siklus I

e) menunjukan sikap jenuh saat dilaksanakan mulai hari Senin sampai dengan hari

pembelajaran yang ditunjukan dengan selasa tanggal 24 Maret 2020. Hari Senin adalah

mengobrol dan menguap pelaksanaan persiapan I yang dilaksanakan di luar

1. Kerjasama saat diskusi kelompok belum jam pelajaran yaitu mulai pukul 12:30 WIB, hal ini

kompak, gambaran kondisi tersebut sebagai dilakukan agar tidak mengganggu jadwal pelajaran

berikut: dalam mengerjakan tugas yang lain.

kelompok, dominan dikerjakan oleh siswa Persiapan I dilaksanakan sebagai bagian dari

yang dianggap pintar, sementara yang penerapan delapan kunci keunggulan quantum

lainnya belum terlibat aktif teaching yaitu komitmen awal dalam menentukan

2. hasil belajar siswa rendah tujuan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan

3. sebagian besar siswa menunjukan sikap peraturan kelas sebagai upaya menerapkan beberapa

kurang menghargai yaitu : kunci keunggulan dari quantum teaching yaitu kunci

a) Siswa kurang memperhatikan ketika komitmen dan kunci tanggung jawab siswa dalam

gurumenjelaskan pembelajaran.

b) kelas merespon negatif ketika siswa Gambaran kinerja guru dan aktivitas siswa pada
yang dianggap bodoh menjawab persiapan I yaitu dengan arahan dan bimbingan guru
pertanyaanguru. siswa mendiskusikan peraturan saat pembelajaran

Rendahnya hasil belajar siswa terlihat dari IPA tentang gaya gesek, guru membagikan kertas

hasil tes awal tentang gaya gesek yaitu dari 25 yang berisi pertanyaan tentang peraturan yang harus

orang siswa, hanya 7 (28%) orang siswa yang dilaksanakan dalam pembelajaran dan meminta

mendapatkan nilai diatas batas lulus. kepada siswa menuliskan tiga peraturan yang harus

Sedangkan sisanya 18 orang siswa atau 72% diikuti semua siswa agar pembelajaran tertib dan

79
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
menyenangkan, baik saat belajar individu kita belajar jika kita melanggar peraturan dan tidak
maupun belajar kelompok. Kemudian guru disiplin maka kita bisa menjadi orang yang leha-leha
membuat daftar peraturan dari semua kertas dan tidak bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-
yang telah di tulis siswa pada papan tulis baiknya. Kemudian guru membuat daftar tanda tangan
Melalui tanya jawab guru meminta seluruh siswa sebagai bukti kesepakatan pada
siswa untuk membuang yang tidak perlu, peraturan dan konsekuensi yang telah di diskusikan
menyusun prioritas peraturan, dan bersama. Guru membagikan daftar peraturan dan
mengkonsolidasikannya dengan seluruh siswa. konsekuensi yang telah disepakati kepada siswa. Guru
Kemudian guru membuat kesepakatan dengan menempelkan satu daftar peraturan dan konsekuensi
siswa untuk menetapkan peraturan yang telah serta daftar tanda tangan tanda kesepakatan, pada
dipilih dan diprioritaskan untuk dilaksanakan dinding kelas. Persiapan II dilaksanakan sehari
dalam pembelajaran IPA tentang gaya gesek, sebelum pelaksanaan pembelajaran yaitu pada hari
dengan bimbingan dan arahan guru, siswa Selasa setelah jam pelajaran pukul 12.00-12.30, hal
mendiskusikan konsekuensi pelanggaran ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari persiapan I.
peraturan dan alasan-alasan konsekuensi dan pelaksanakan persiapan II berjalan dengan tertib.
perasaan siswa mengenai konsekuensi tersebut. Adapun aktivitas yang dilakukan pada persiapan II
Guru menuliskan konsekuensi- adalah guru bersama-sama dengan siswa mengatur
konsekuensi hasil diskusi tersebut pada papan posisi meja dan kursi seperti bentuk U, menata
tulis. Guru mengkonsolidasikan dengan seluruh ruangan dengan menempatkan tanaman hias pada
siswa, kemudian membuat kesepakatan. Guru bagian tengah, depan sebelah kiri, dan depan sebelah
membacakan semua peraturan dan konsekuensi kanan. kemudian menghiasi ruangan dengan poster
pelanggarannya, kemudian meminta seluruh icon dan poster afirmasi yang telah dipersiapkan oleh
siswa untuk menyepakatinya. guru untuk menarik perhatian, motivasi, dan

Terdapat empat siswa yang tidak menyepakati menguatkan keyakinan siswa untuk belajar. Setelah

dengan alasan biasanya juga tidak ada selesai menata ruangan kelas kemudian guru membagi

kesepakatan dan tidak mau melaksanakan siswa menjadi beberapa kelompok dengan membuat

konsekuensinya, kemudian dengan menerapkan alat bantu berupa kertas bernomor, pada

kunci keunggulan quantum teaching berbicara pembentukan kelompokpun berjalan tertib. Setelah

dengan niat baik, tanggung jawab, dan sikap kelompok terbentuk, guru menugaskan siswa setiap

luwes, guru memberi penjelasan dan pengertian kelompok untuk membawa “harta karun” berupa alat

mengenai manfaat disiplin pada peraturan. dan bahan untuk eksperimen (dua buah kardus

Yaitu dengan memberikan contoh “jika kita dengan ukuran 15 x 25 cm, satu mobil-mobilan

melanggar rambu-rambu lalulintas di jalan dengan kondisi ban yang baik, satu buah mobil-

raya maka kita bisa celaka, begitupun ketika mobilan dengan kondisi ban yang gundul, dua buah

80
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
batu bata ukuran 6 x 6 cm, handbody), dan dengan aktivitas siswa pada awal penelitian (data
meminta siswa untuk membuat yel tiap awal) meskipun belum mencapai target penelitian
kelompok. yang diharapkan. Pada penelitian awal aspek
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan ketuntasan kelas 28%, Sedangkan pada siklus I
pada hari selasa tanggal 24 Maret 2020 pukul sebagian siswa mulai menunjukan ketuntasan 56%
07.30-08.40 WIB. Kegiatan awal dimulai Pembagian tugas untuk melakukan eksperimen mulai
dengan mengkondisikan siswa dan kelas terlihat sesuai dengan langkah kerja pada Lembar
menuju pembelajaran yang kondusif (kunci Kerja Siswa (LKS). Selama proses pembelajaran
integritas, kunci berbicara dengan niat baik, siswa mulai terlihat aktif bertanya atau merespon
kunci hidup disaat ini, kunci keseimbangan) tindakan guru meskipun masih terlihat ragu dan
yaitu sebagaiberikut: kurang antusias. Ketika ada siswa yang menjawab
Guru : Mengucapkan salam dan pertanyaan guru, awalnya siswa masih mengejek
menanyakan kabar kepada siswa, kemudian siswa yang lain tetapi setelah guru mengingatkan
guru meminta siswa merapihkan posisi bangku dengan menerapkan kunci komitmen pada peraturan
dan posisi duduk tiap kelompok (“ dan konsekuensi yang telah disepakati, perlahan
assalamualaikum Wr. Wb. Apa kabar hari ini ? siswa mulai bisa menghargai. Begitupun ketika guru
anak-anaku yang pintar, bolehkah ibu meminta menjelaskan siswa mulai memperhatikan meskipun
tolong? Agar belajar kita lebih menyenangkan, belum sepenuhnya fokus pada apa yang disampaikan
tolong rapihkan bangku dan posisi duduk tiap (rata-rata kelas 65%). Siswa dikatakan lulus, apabila
kelompok, kalau sudah rapih ucapkan yel memperoleh nilai di atas batas lulus 65 yang
kelompok masing-masing, SIAP ?” 1, 2, 3, ditentukan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I
mulai ! diperoleh gambaran bahwa terdapat peningkatan
Siswa: siswa mengikuti apa yang nilai rata-rata kelas dari data tes awal yaitu 57,60,
diminta guru dengan penuh semangat (jika menjadi 68,80. Jika dilihat dari jumlah siswa yang
belum rapih, siswa merapihkan bangku tiap lulus pada data awal hanya terdapat 7 orang siswa
kelompok) “waalaikum salam Wr. Wb. “SIAP atau 28% menjadi 14 orang siswa atau 56%,
bu! (kelompok yang sudah selesai merapihkan sedangkan pada siklus I
bangku, mengucapkan yel masing-masing) jumlah siswa yang lulus menjadi 14 orang siswa atau
Berdasar 56% dan siswa yang tidak lulus 11 orang siswa atau
kan hasil observasi terhadap aktivitas siswa 44%.
pada proses pembelajaran, berupa Data hasil wawancara dengan beberapa siswa,
kenyamanan, kerjasama, sikap menghargai, memberikan gambaran sebagian besar siswa
dan keaktifan, diperoleh gambaran siswa mengatakan merasa senang dalam pembelajaran.
menunjukan peningkatkan jika dibandingkan Peraturan kelas dan konsekuensinya yang disepakati,

81
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
dan dilaksanakan dalam pembelajaran. hasil belajar selama proses pembelajaran tentang
Pembelajaran dengan quantum teaching gaya gesek.
membuat siswa merasa senang, Berdasakan hasil observasi terhadap kinerja
suasana kelaspun dirasakan berbeda oleh siswa guru dan aktivitas siswa pada saat pelaksanaan
dengan ditempelkannya poster icon dan poster persiapan, kesepakatan mengenai delapan peraturan
afimasi pada dinding kelas, juga dengan dan konsekuensi yang telah disepakati juga
penataan bangku seperti huruf u dan pembentukan kelompok tidak berubah.
penempatan tanaman hias di ruangan kelas. Pengaturan ruangan kelas sudah
Begitupula hasil wawancara yang dilakukan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan persiapan
dengan guru. Guru merasa senang dan siklus II. Meja dan kursi diatur dengan bentuk U,
tertantang untuk lebih mempelajari dan tanaman hias ditempatkan di sentral kelas. Dinding
menerapkan model quantum teaching dalam ruangan kelas dihiasi dengan tempelan poster icon
pembelajaran karena terbukti model ini dapat diantaranya poster anak yang sedang memegang
meningkatkan kenyamanan dan hasil belajar penghapus, anak yang mendorong meja, dan surat
siswa. wal‟asri, dengan warna yang cerah untuk lebih
Tabel 1.1 menarik perhatian siswa. Kelompok yang terbentuk
Perbandingan Hasil Tes Belajar Data
Awaldengan Tes Hasil Belajar Siklus I sama dengan kelompok pada siklus I, yaitu terbentuk
No Rekap Hasil Tes Tes % Siklus %
menjadi lima kelompok yang tediri dari empat orang.
Awal I

1 Jumlah siswa yang 7 28% 14 56%


Berdasarkan hasil observasi terhadap
2 lulus 18 72% 11 44% aktivitas siswa pada proses pembelajaran, berupa
3 Jumlah siswa yang 57,60 68,80
kenyamanan, kerjasama, sikap menghargai, dan
tidak lulus
keaktifan, diperoleh gambaran siswa menunjukan
Rata – rata Tes

(kelas) peningkatkan jika dibandingkan dengan aktivitas


siswa pada siklus I sesuai dengan target penelitian
SIKLUS II yang diharapkan. Pada siklus II hampir seluruh
Data siklus II diperoleh melalui siswa menunjukan kenyamanan dalam belajar,
observasi terhadap kinerja guru, observasi terlihat dari rona wajah yang ceria, tidak tegang dan
terhadap aktivitas siswa, wawancara (guru dan posisi duduk rileks. Ketika ada siswa yang menjawab
siswa), LKS, dan tes pertanyaan guru, siswa tidak lagi mengejek teman
yang lain, sikap saling menghargai sudah terbina.
Begitupun ketika guru menjelaskan perhatian siswa
fokus pada apa yang disampaikan. Dalam kerja
kelompok, siswa dalam tiap kelompok menunjukan
kerjasama dengan kelompoknya, baik ketika

82
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
melakukan eksperimen ataupun mengisi LKS. bahwa pada siklus I dan siklus II target penelitian
Selama proses pembelajaran siswa terlihat lebih telah tercapai sesuai harapan, baik dilihat dari
aktif dan antusias bertanya atau merespon perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan
tindakan guru tanpa ragu-ragu. Tabel berikut tindakan dalam pembelajaran. Beberapa hal penting
ini menunjukan gambaran aktivitas siswa pada yangperlu diperhatikan yaitu :
siklus II yaitu : 1) sikap ramah yang ditampilkan guru dalam
Berdasarkan hasil tes siswa pada setiap tindakan dan komunikasi, juga
pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh penerapan prinsip-prinsip dan delapan
gambaran bahwa terdapat peningkatan nilai keunggulan dari quantum teaching dalam
rata-rata kelas dari data tes siklus I yaitu pembelajaran ternyata telah mampu
68,80 menjadi 87,20. Jika dilihat dari jumlah mengoptimalkan kondisi sosio emosional di
siswa yang lulus pada siklus I terdapat 14 kelas, hal ini terlihat dari respon siswa yang
orang siswa atau 56%, maka pada siklus II antusias dan cepat tanggap dalam
menjadi 96% lulus dari 24 siswa. pembelajaran, sehingga siswa menjadi lebih
Data hasil wawancara dengan beberapa nyaman, aktif, menghargai dan mampu
siswa, memberikan gambaran siswa bekerjasama dengan siswa yang lain tanpa
mengatakan merasa senang dalam pembelajaran. merasa terancam. Penataan ruang kelas yang
Siswa merasa lebih nyaman, tidak takut untuk dilakukan dengan penempelan poster icon
bertanya, suasana kelas lebih meriah dan dan poster afirmasi dengan variasi warna
menyenangkan dengan ditempelkannya poster- yang menarik, penempatan tanaman hias di
poster icon dan poster afirmasi pada dinding ruang kelas, juga turut berperan dalam
kelas. Begitupula hasil wawancara yang mengoptimalkan kondisi sosio emosional di
dilakukan dengan guru. kelas. Siswa lebih tertantang dan termotivasi
Guru merasa senang dan tertantang untuk belajar dapat di lihat dari tabel
untuk menerapkan model quantum teaching dibawah:
dalam setiap pembelajaran karena selain Tabel 1.2
Nilai rata-rata siswa pada setiap siklus
terbukti model ini dapat meningkatkan
Penilaian
kegairahan, kenyamanan dan hasil belajar No Nama Siswa L/P Ket.
Pra Siklus Siklus
Siklus I II
siswa, guru juga merasa siswa lebih mudah
Ahmad Muzaki L 80 80 100
dalam memahami materi yang dipelajari. 1

Azwa Fauziah P 40 60 80
REFLEKSI SIKLUS I & II 2

Cika Tebriyani P 40 40 60
Berdasarkan hasil observasi terhadap 3

kinerja guru, aktivitas siswa, dan wawancara 4


Hekal Fauzi L 80 100 100

(guru dan siswa) maka dapat disimpulkan Khoirul Kpazri L 80 80 100


5

83
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
M Aditya L 60 80 100 KESIMPULAN
6

M. Afdan Maulana L 60 80 80
7 Berdasarkan pembahasan dan hasil-hasil
M Ismail L 40 40 80
8 penelitian yang dilakukan dalam pembelajaran

9
M. Juana Mahpud L 60 80 100 IPA tentang gaya gesek dengan penerapan model
M. Waldi Saputra L 40 40 80 quantum teaching untuk meningkatkan hasil
10

Mahruf L 80 80 100 belajar siswa klas V di SD Negeri Cimanuk 3


11

Muhamad Adnan Y L 40 40 80
Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang,
12
Muhamad
L 40 60 80
makadapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
13 Alpiansah
Perencanaan penerapan model quantum
Muhamad Pudoli L 60 80 100
14
teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa
Revandi L 80 80 100
15
kelas V tentang gaya gesek, dilakukan melalui
Reyhan Hartawan L 40 60 80
16 beberapa tahap. Pada siklus I perencanaan terdiri
Ripka Fizia Nabila P 80 100 100
17 dari tiga tahap yaitu persiapan I, persiapan II, dan
Siti Arwinati P 40 60 80
18 pembuatan RPP dengan menerapkan delapan
Siti Khoirunisa P 60 80 80
19 kunci keunggulan dari quantum teaching.

20
Siti Kirani P 40 40 80 Sedangkan ada siklus II perencanaan terdiri dari
Siti Nabila P 60 80 80 dua ahap, yaitu persiapan ( refleksi dari persiapan
21

Siti Nuraidah P 80 100 100 I dan persiapan II pada siklus I), dan pembuatan
22

Siti Nlraini P 60 60 80
RPP dengan menerapkan delapan kunci
23

Supriyatna L 60 80 80
keunggulan dari quantum teaching
24
Penerapan model quantum teaching dapat
Yuli Aprilianti P 40 40 80
25
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
Jumlah 1440 1720 2180
pembelajaran IPA tentang gaya gesek.
Rata-rata 57,60 68,80 87,20
Berdasarkan perbandingan hasil belajar siswa

Grafik 1.1 pada penelitian awal, pada siklus I dan pada


Nilai rata-rata dan ketuntasan siswa siklus II, dilihat dari perbandingan nilai rata-
100 rata, pada penelitian awal nilai rata-rata kelas ,
80
pada siklus I rata-rata kelas 57,60, pada siklus I
60
Rata-rata
rata-rata kelas menjadi 68,80, dan pada siklus
40
Krtuntasan II rata-rata kelas menjadi 87,20. Selain itu
20
jmlah siswa yang lulus juga meningkat.
0
Pra Siklus Siklus II

84
ISSN Online: 2597-3622
Vol 03 No 01 Thn 2022 Hal 72-85
DAFTAR PUSTAKA Rachmat, Cece dan Suherdi, D. (1998).
Evaluasi Pengajaran.Departemen
Akhmadi. M.(1999). Manajemen
Pendidikan Budaya.
Kelas.Jakarta Depdikbud.
Sagala, Syaeful. (2006). Konsep dan
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat
makna Pembelajaran. Bandung:
SatuanPendidikan. Jakarta:
Alfabeta.
Depdiknas
Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana
Depdiknas.(2007).PedomanPenulisan
Membelajarkan IPA di Sekolah
KaryaIlmiah.Bandung: UPI.
Dasar. Jakarta:Depdikbud.
Deporter.
Sudjana, 2005, Metode Statistik,
(2001).Quantum Teaching:
Bandung; Taristo. Sugiono.
Bandung.
(2005). Memahami Penelitian
Johson Lau Anne. (2012). Pengajaran
kualitatif. Bandung: Alfabeta.
yang Kreatifdan Menarik. Jakarta:
PT Indeks. Wahyuningsih, W.A. (2004) Hubungan Antara

Kasbolah, Kasihani. Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi

(1998/1999). PenelitianTindakan Belajar Pada Siswa Kelas II SMU

Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud. Lab School (Skripsi) Jakarta :

Kemala, Rosa. (2006). Jelajah UniversitasPersada Indonesia Y.A.I.

IPA. Jakarta:Yudistira.
Megawangi,R. (2004).Pendidikan
Karakter. Jakarta: Indonesia
Heritage Foundation.

Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi


PenelitianKualitatif. Bandung: Re
Rosdakarya.

Purwanto, N. (2007). Psikologi


Pendidikan. Bandung: PT. Re
Rosda Karya.

Rachman, M. (1999). Manajemen Kelas.


Jakarta: Depdikbud.

85

Anda mungkin juga menyukai