Anda di halaman 1dari 10

Lambda: Jurnal Pendidikan MIPA dan Aplikasinya Desember 2022. Vol. 2, No.

3
Lembaga “Bale Literasi” e-ISSN: 2809-4409
https://ejournal.baleliterasi.org/index.php/lambda pp. 118 - 127
DOI: https://doi.org/10.58218/lambda.v2i3.340

Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Metode Tutor Sebaya


Pada Pokok Bahasan Penyetaraan Reaksi Redoks Siswa

Ispi Yunita
SMA 1 Negeri Sukamulia
Corresponds email: ispiyunita@gmail.com

Article Info Abstract


Article History This study aims to determine efforts to improve chemistry learning outcomes
Received: 25 Nov 2022 through the peer tutoring method for students in class XII IPA SMAN 1
Revised: 16 Dec 2022 Sukamulia for the 2021/2022 academic year. This research is a class action
Published: 30 Dec 2022 research. The subjects of this study were 23 students of class XII IPA. The
Keywords object of this study is the peer tutoring method. The research step uses cycles
Learning outcomes, peer for each activity consisting of planning, observing, implementing, and
tutoring, Equalization of reflecting. The instruments used were tests and observations while data
Redox Reactions analysis used descriptive qualitative analysis. The results of the study can be
concluded that the use of the peer tutoring method can improve student
learning outcomes, as evidenced by the average score obtained in cycle I of
72.8 with classical completeness of 65%. In cycle II the average score was 76.7
with a classical completeness of 86.9%.
Informasi Artikel Abstrak
Sejarah Artikel Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar
Diterima: 25 Nov 2022 kimia melalui metode tutor sebaya pada peserta didik kelas XII IPA SMAN 1
Direvisi: 16 Des 2022 Sukamulia tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian ini merupakan penelitian
Dipublikasi: 30 Des 2022 Tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA yang
Kata kunci berjumah 23 orang. Objek dalam penelitian ini adalah metode tutor sebaya.
Hasil belajar, tutor sebaya, Langkah penelitian menggunakan siklus pada setiap kegiatan yang terdiri dari
Penyetaraan Reaksi perencanaan, pengamata, pelaksanaan, dan refleksi. Intrumen yang digunakan
Redoks yaitu tes dan observasi sedangkan analisis data menggunakan analisis deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode tutor
sebaya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, terbukti dari nilai rata-
rata yang diperoleh pada siklus I sebesar 72,8 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 65%. Pada siklus II nilai rata-rata menjadi 76,7 dengan ketuntasan
klasikal sebesar 86,9%.
Sitasi: Yunita, I. (2022). Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Metode Tutor Sebaya Pada Pokok
Bahasan Penyetaraan Reaksi Redoks. Lambda Journal, 2(3), 118-127.

PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan penting sebagai ujung tombak dalam menentukan
masa depan bangsa. Bangsa tanpa pendidikan tidak akan ada penerus cita-cita luhur untuk
mecapai kesejahteraan. Banyak hal yang diperoleh dari pendidikan, baik tentang
keterampilan, kepribadian, nilai bersikap, pengetahuan dan lain sebagaiya. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Wijaya, 2021). Proses
pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya proses belajar dalam diri peserta didik.
Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |118
Ispi Yunita Tutor Sebaya, Penyetaraan Reaksi Redoks

perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan
sebagainya (Gani et al., 2022). Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran dalam arti
tercapainya standar kompetensi sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola
proses pembelajaran di kelas. maka program pembelajaran tersebut harus dirancang oleh guru
dengan memperhatikan berbagai prinsip yang telah terbukti keunggulannya secara empirik
(Hasan, R., Ngatiyo, H., & Aunurrahman, H. 2009)
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran kimia di SMAN 1 Sukamulia,
peserta didik kelas XII IPA kurang bergairah, kurang aktif, dan pembelajarannya kurang
berpusat pada peserta didik. Peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan guru,
banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam menguasai materi pembelajaran dengan
baik. Peserta didik tidak mampu memahami materi yang diajarkan. Timbulnya kebosanan
belajar pada diri peserta didik dikarenakan guru kurang menggunakan model atau metode
yang bervariasi. Nilai rata-rata kemampuan peserta didik juga masih dibawah standar yang
diharapkan sehingga belum mencapai Ketuntasan Kriteria Minimum yang ditetapkan sekolah
tersebut yaitu 75, ini terlihat dari hasil belajar siswa.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pembelajaran kimia maka diperlukan
metode yang tepat untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih baik. Guru
memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, pengunaan strategi yang tepat
akan sangat mendukung terhadap suksesnya pembelajaran di kelas dan tercapainya tujuan
pembelajaran sesuai seperti yang diinginkan (Lie, 2003). Penerapan metode pembelajaran
yang sesuai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Salah satu metode yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran kimia adalah metode Tutor Sebaya, karena dengan penerapan
metode Tutor Sebaya peserta didik lebih percaya diri, saling membantu antar teman,
menghargai pendapat orang lain, dan mau menerima kekurangan diri sendiri sebagai suatu
yang dapat dipenuhi dengan masukan dan bantuan dari orang lain.
Metode Tutor Sebaya adalah cara yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran dimana sumber belajar dalam metode ini ialah teman sebaya yang lebih pandai,
yang pemanfaatannya diharapkan dapat memberikan bantuan belajar kepada teman-temannya
yang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat
(Prasojo, 2016). Teman sebaya ini dipilih oleh guru atas dasar berbagai pertimbangan, seperti
peserta didik yang memiliki prestasi akademik yang baik dan hubungan sosial yang memadai.
Peserta didik yang ditunjuk sebagai tutor ditugaskan membantu peserta didik lain yang
mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh guru.
Melalui tutor sebaya, peserta didik bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi
menjadi subjek pembelajaran, yaitu peserta didik diajak untuk menjadi tutor atau sumber
belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian, peserta didik yang
menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih
memahaminya dan peserta didik lain yang bukan tutor juga akan lebih memahami materi
karena tidak ada rasa malu atau takut dalam diri peserta didik untuk bertanya kepada tutor
yang tidak lain adalah teman sebayanya.
Metode tutor sebaya adalah bagaimana mengoptimalkan kemampuan siswa yang
berprestasi dalam satu kelas untuk mengajarkan atau menularkan kepada teman sebaya
mereka yang kurang berprestasi, sehingga siswa yang kurang berprestasi dapat mengatasi

Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |119
Ispi Yunita Tutor Sebaya, Penyetaraan Reaksi Redoks

ketertinggalannya (Febianti, 2014). Pengertian lain daripada tutor sebaya adalah merupakan
pembelajaran siswa melalui tutorial merupakan pembelajaran melalui kelompok yang terdiri
atas satu siswa dan satu orang pengajar (Tutor, Mentor). Yang terakhir adalah tenaga
pengajar, tenaga pengajar itu tidak harus bersumber pada guru tetapi seorang siswa yang
memiliki kemampuan lebih dapat memegang tugas sebagai mentor (Rachmiati dkk, 2010).
Peer Tutoring atau Tutor sebaya merupakan sekelompok siswa yang telahtuntas
terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswayang mengalami kesulitan
dalam memahami bahan pelajaran. Artinya, peserta didik yang sudah tuntas dalam
pembelajaran atau memiliki kemampuan lebih dari peserta didik lainnya menurut penilaian
gurunya, maka dilatih untuk memberikan bantian belajar kepada teman-tema sekelasnya.
Dengan cara ini peserta didik yang belum tuntas atau yang kesulitan untuk memahami bahan
pembelajaran, akan termotivasi oleh teman yangmemberikan penjelasan kepadanya, selain itu
bahasa teman sebaya juga lebih mudah dipahami. Penggunaan metode pembelajaran Peer
Tutoring diharapkan tiap Peserta didik lebih terbuka dan saling komunikasi antara peserta
didik satu dengan peserta didik yang lain, sehingga diharapkan dapat melatih kecakapan
komunikasi. Fungsi lainnya adalah dengan adanya tutorsebaya, peserta didik yang kurang
aktif menjadi aktif karena tidak malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara
bebas,sehingga akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan. Padapem belajaran Peer
Tutoring, baik tutor maupun yang di tutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat
pengalaman sedangkan yang ditutoriakan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.
Pembelajaran Peer Tutoring pada dasar nya sama dengan program bimbingan yang
bertujuan untuk memberikan bantuan dalam pembelajaran terhadap peserta didik yang
lambat, sulit dan gagal dalam belajar, agar dapat mencapai hasil belajar secara optimal,
bahwa pengajaran tutorial bertujuan memberikan bantuan pada siswa atau peserta didik agar
dapat mencapai prestasi belajar (Ahdiyat, 2015). Pembelajaran Peer Tutoring memiliki
beberapa tujuan diantaranya sebagai 1) Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para
siswa sesuai dengan yang dimuat dalam modul-modul, melakukan usaha-usaha pengayaan
materi yang relevan, 2) Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa tentang cara
memecahkan masalah, mengatasi kesulitan atau hambatan agar mampu membimbing diri
sendiri, 3) Untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar mandiri dan
menerapkannya pada masing-masing modul yang sedang dipelajari (Hamalik, 2009).
Langkah-langkah metode pembelajaran tutor sebaya pada umumnya mengikuti pola sebagai
berikut (Abdullah, 2013). Pembelajaran tutor sebaya dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut 1) Guru menyusun kelompok belajar. Setiap kelompok
beranggotakan 3 sampai 4 orang yang memiliki kemampuan beragam. Setiap kelompok
minimal memiliki satu orang peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjadi
tutor, 2) Guru menjelaskan tentang cara menyelesaikan tugas melalui belajar kelompok
dengan metode peer teaching, wewenang dan tanggung jawab masing-masing angota
kelompok, dan memberi penjelasan tentang mekanisme penilaian tugas melalui penilaian
sejawat (Peer assessment) dan penilaian diri (Self assessment), 3) Guru menjelaskan materi
pelajaran kepada semua peserta didik dan memberi kesempatan bertanya apabila ada materi
yang belum jelas, 4) Guru memberi tugas dengan catatan peserta didik yag kesulitan dalam
mengerjakan tugas dapat meminta bimbingan kepada teman yang ditunjuk sebagai tutor, 5)
Guru mengamati aktifitas belajar dan memberi penilaian kompetensi, 6) Guru, tutor dan

Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |120
Ispi Yunita Tutor Sebaya, Penyetaraan Reaksi Redoks

peserta didik memberikan evaluasi proses pembelajaran untuk menetapkan tindak lanjut
kegiatan berikutnya.
Menurut Hamalik (2003) tahap-tahap kegiatan pebelajaran di kelas dengan menggunakan
pendekatan tutor sebaya melalui tahapan yaitu
1) Tahap persiapan
a. Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk
penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu pertemuan yang
didalamnya mencakup judul penggalan, tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk
pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan.
b. Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Jumlah
tutor sebaya yang ditunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk.
c. Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaantutorial atau bimbingan ini,
siswa yang menjadi tutor bertindaksebagai guru. Sehingga latihan yang diadakan oleh
gurumerupakan semacam pendidikan guru atau siswa.
d. Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yangterdiri atas 4-6 orang.
Kelompok ini disusun berdasarkanvariasi tingkat kecerdasan siswa. Kemudian tutor
sebaya yangtelah ditunjuk di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.
2) Tahap Pelaksanaan
a. Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang
diajarkan.
b. Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota
kelompokknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti, demikian pula
halnya dengan menyelesaikan tugas.
c. Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke
kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat
diselesaikan dalam kelompoknya.
3) Tahap Evaluasi
a. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan kepada
anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah tutor sudah menjelaskan
tugasnya atau belum.
b. Mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di rumah.
Dalam memilih seorang tutor diperlukan beberapa pertimbangan, karena tutor disini
bertindak sebagaimana belajar dengan mengarahkan jalan pikiran siswa dan menugaskan
siswa untuk mengadakan bacaan selanjutnya (Nasution, 2000). Siswa yang dipilih menjadi
tutor hendak nya memiliki kriteria-kriteria berikut 1) dapat diterima (disetujui) oleh siswa
yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan
untuk bertanya kepadanya, 2) dapat menerangkan materi yang diperlukan oleh siswa yang
menerima program perbaikan, 3) tidak tinggi hati,kejam atau keras hati terhadap sesama
kawan, 3) mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat
menerangkan pelajaran kepada kawannya (Aswan dkk, 2006). Memilih siswa sebagai tutor
yang memenuhi kriteria di atas memang tidak mudah. Akan tetapi dapat di atasi dengan jalan
memberikan petunjuk sejelas-jelasnya tentang apa yang harus di lakukan oleh tutor. Petunjuk
dari guru sangat diperlukan bagi setiap tutor, karena hanya guru yang mengetahui jenis
kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya membantu.

Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |121
Ispi Yunita Tutor Sebaya, Penyetaraan Reaksi Redoks

METODE
Setting dan lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1
Sukamulia. Sekolah ini adalah tempat bertugas peneliti, sehingga secara empiris setting
sekolah sudah dikenali, baik karakteristik maupun permasalahan yang dihadapi. Jumlah siswa
yang menjadi subyek penelitian sebanyak 23 siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Sukamulia
berlokasi di desa Sukamulia. Proses atau langkah-langkah tindakan dalam penelitian
classroom Action Research/penelitian Tindakan Kelas. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
disajikan melalui rangkaian-rangkaian kegiatan sebagaimana bagan di bawah ini :
Pelaksanaan

Perencanaan SIKLUS I Pengamata


n
Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS II
Perencanaan Pengamata
n
Refleksi

SIKLUS
III

Gambar 1. Model PTK (Arikunto, 2010)


Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Sedangkan Instrumen
penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas menggunakan lembar
observasi observasi dan tes. Observasi untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan
pengamatan langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran. Dengan observasi tersebut akan
diamati aktivitas / kegiatan siswa dan guru dalam mengimplementasikan metode diskusi
kelompk kecil dalam kegiatan pembelajaran. Tes salah satu alat evaluasi yang digunakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran (Sugiono, 2011). Jenis tes
yang digunakan adalah tes essay. Analisis Data menggunakan analisis diskriftif kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil observasi
melalui proses penelaahan, pengurutan, pengelompokan dan interpretasi terhadap semua data
yang terkumpul (Arikunto, 2010). Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk
menganalisis angka-angka dari data hasil evaluasi/tes yang diberikan kepada siswa. Indikator
Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah apabila setelah penggunaan metode
tutor sebaya terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran kimia materi penyetaraan reaksi reduksi-oksidasi dikatakan meningkat apabila
setelah diterapkan metode tutor sebaya hasil ketuntasan nilai kelas ≥85% (Depdiknas: 2006).
Nilai KKM mata pelajaran kimia adalah 75.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penggunaan metode pembelajaran yang kurang kreatif dan inovatif dari guru
membuat peserta didik kurang terlibat di dalam proses pembelajaran. Guru hanya
menggunakan metode ceramah tanpa disisipkan metode lain untuk menarik perhatian dan
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |122
Ispi Yunita Tutor Sebaya, Penyetaraan Reaksi Redoks

minat belajar peserta didik, hal ini mengakibatkan peserta didik menjadi cepat bosan dan
tidak lagi memperhatikan pembelajaran dari guru. Sehingga saat proses pembelajaran
berlangsung, lebih dari 50% siswa kelas XII IPA melakukan aktivitas negatif seperti
membuat keributan, bermain HP bahkan tidur. Kurang terlibatnya peserta didik di dalam
proses pembelajaran juga membuat peserta didik kelas XII IPA menjadi pasif. Hal ini dapat
dilihat dari kasus dimana sebanyak 75% peserta didik kelas XII IPA hanya akan bertanya jika
ditunjuk oleh guru, padahal belum tentu peserta didik tersebut paham dengan materi yang
sedang dibahas.
Salah satu dampak negatif dari penggunaan metode ceramah tanpa disisipkan metode
lain adalah guru sulit mengetahui tingkat pemahaman keseluruhan peserta didik. Hal tersebut
terbukti dari hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran kimia kelas XII IPA yang kurang
baik, yaitu hanya 8% peserta didik dari total keseluruhan peserta didik (23 orang) yang
mampu mencapai nilai KKM yaitu 75. Dengan rincian yaitu dari 23 orang hanya 2 orang
peserta didik yang mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa belum
memahami materi yang telah diajarkan sehingga perlu adanya tindakan untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik.
a. Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
pengamatan, dan refleksi.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap awal perencanaan peneliti mempersiapkan segala keperluan dan langkah-
langkah dalam melakukan penelitian. Adapun persiapan-persiapan tersebut yaitu:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1).
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
3) Menyusun instrumen test atau posttest.
4) Menyediakan lembar pengamatan aktivitas guru dan peserta didik
2. Tahap Pelaksanaan (Tindakan)
Untuk pelaksanaan siklus I, peneliti melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar
dengan penerapan metode tutor sebaya pada materi penyeteraan reaksi reduksi-oksidasi
dengan sub pokok materi penentuan bilangan oksidasi unsur. Pada tahap ini peneliti
melakukan proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pada
kegiatan pendahuluan, peneliti menanyakan kabar siswa, mengaitkan materi yang akan
diajarkan dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari siswa, menginformasikan cara
belajar yang akan ditempuh, menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan teknik
penilaian, dan membagi siswa ke dalam kelompok yang sudah ditentukan peneliti dengan
menempatkan masing-masing tutor yang sudah dipilih dan dibimbing oleh peneliti pada
tahap perencanaan.
3. Pengamatan
Pada siklus I ada tiga jenis pengamatan yaitu: pengamatan aktivitas guru, pengamatan
aktivitas peserta didik, dan pengamatan terhadap hasil belajar yang telah dicapai peserta
didik yang dilihat dari hasil tes yang peneliti berikan kepada peserta didik di akhir siklus
1) Aktivitas Peserta Didik

Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |123
Ispi Yunita Tutor Sebaya, Penyetaraan Reaksi Redoks

Hasil observasi aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar dengan menggunakan
metode tutor sebaya pada siklus I mendapat nilai persentase sebesar 66,8 % dan termasuk
kategori baik.
2) Hasil Belajar Peserta didik
Tes diberikan oleh peneliti kepada peserta didik disetiap akhir proses pembelajaran. Tes
yang diberikan terdiri dari soal berbentuk essay, untuk mengukur ketercapaian KKM
pada angka 75. Hasil tes belajar peserta didik diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,8
dengan presentase sebesar 65%, angka ini belum memenuhi KKM yang ditentukan oleh
SMAN 1 Sukamulia yaitu minimal 75 dan belum memenuhi ketuntasan secara klasikal
80% pada pelajaran Kimia. Oleh karena itu hasil belajar peserta didik pada siklus I
belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengingat dan melihat kembali pada tiap siklus untuk
menyempurnakan pada siklus. Aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus pertama diperoleh presentase sebesar 66,8% yang tergolong baik, walaupun ada
beberapa point dalam pembelajaran yang dikategorikan cukup, khususnya menjawab
pertanyaan guru pada kegiatan apersepsi, motivasi untuk mempelajari tentang
penyetaraan reaksi redoks, mengamati gambar dan aktivitas bertanya tentang materi yang
diajarkan. Dengan demikian, pada beberapa proses pembelajaran yang masih tergolong
cukup perlu dilakukan perbaikan-perbaikan pada pembelajaran kimia untuk siklus
selanjutnya
b. Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Adapun persiapan-persiapan tersebut yaitu:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1).
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
3) Menyusun instrumen test atau posttest.
4) Menyediakan lembar pengamatan aktivitas guru dan peserta didik
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap selanjutnya yaitu kegiatan inti, pada tahap ini guru menjelaskan tentang metode
tutor sebaya, kemudian guru menjelaskan materi. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengamati gambar tentang materi yang diajarkan yang
ada dibuku peserta didik, guru menstimulasi peserta didik untuk bertanya tentang apa
saja yang terdapat pada gambar tersebut. Peserta didik dibagi dalam 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri atas 4-5 orang. Guru membagikan soal, peserta didik
menjawab soal tersebut. Setiap ketua kelompok menjelaskan kepada anggota
kelompoknya tentang soal yang diberikan guru kepada peserta didik. Jika ketua
kelompok dan anggota tidak paham, maka ketua kelompok bertanya kapada guru
(guru menjelaskan apa yang tidak dipahami peserta didik). Guru membagikan LKPD,
peserta didik mengerjakan LKPD secara individu.
3. Tahap Pengamatan
Observasi dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran siklus II berlangsung.
Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru, terhadap aktivitas peserta didik dan hasil
belajar serta mencatat semua hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran.
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |124
Ispi Yunita Tutor Sebaya, Penyetaraan Reaksi Redoks

1) Observasi Aktivitas Peserta Didik


Aktivitas peserta didik selama pembelajaran diamati oleh observer. Data
pengamatan terhadap aktivitas peserta didik selama satu pertemuan dinyatakan
dalam persentase. Adapun hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada RPP
siklus II mendapat nilai persentase sebesar 80,7 % dan termasuk kategori sangat
baik.
2) Hasil Belajar Peserta Didik
Tes diberikan oleh peneliti kepada peserta didik disetiap akhir proses
pembelajaran. Tes yang diberikan terdiri dari soal berbentuk essay, untuk
mengukur ketercapaian KKM pada angka 75. Hasil tes belajar peserta didik
diperoleh nilai rata-rata sebesar 76,7 dengan presentase sebesar 86,9%, angka ini
sudah memenuhi KKM yang ditentukan oleh SMAN 1 Sukamulia yaitu minimal
75 dan sudah memenuhi ketuntasan secara klasikal ≥85% pada pelajaran Kimia.
Oleh karena itu hasil belajar peserta didik pada siklus II sudah berhasil.
4. Refleksi
Secara umum, penjelasan tentang hasil temuan untuk aspek-aspek yang perlu diperbaiki
selama proses pembelajaran pada siklus kedua. Siswa sudah termotivasi dan sangat
tepat dan cepat dalam mengerjakan LKPD. Mengarahkan kepada peserta didik untuk
mempertahankan kemampuan yang sudah ada.
Pada saat tahap pra tindakan, jumlah peserta didik kelas XII IPA yang masuk kategori
tuntas belajar pada mata pelajaran kimia SMAN 1 Sukamulia sebanyak 2 orang dari 23 orang
yang mendapat nilai leih dari KKM. Dengan presentase ketuntasan klasila; sebesar 8%.
Angka tersebut sangat jauh di bawah kriteria minimal ketuntasan siswa dalam satu kelas
menurut Depdiknas (2006) yaitu ≥85%. Dalam penelitian ini, metode tutor sebaya adalah
solusi pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XII IPA
SMAN 1 Sukamulia.
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan, penggunaan metode tutor sebaya di kelas
XII IPA SMAN 1 Sukamulia mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada siklus I,
tetapi belum mampu mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan
sebelumnya yaitu ≥85%. Persentase jumlah peserta didik tuntas belajar pada siklus I sebesar
65%, artinya peningkatan jumlah siswa tuntas yang terjadi sebesar 50% dari tahap pra
tindakan. Menurut Suharsimi Arikunto (2016), hasil belajar yang baik dapat dilihat dari
proses pembelajaran yang baik. Artinya, aktivitas dan perilaku peserta didik selama proses
pembelajaran berkaitan dengan hasil belajar peserta didik setelah proses pembelajaran
Setelah dilakukan refleksi pada hasil observasi di siklus I, ada empat hal yang
menyebabkan persentase jumlah peserta didik tuntas belajar belum mampu mencapai kriteria
keberhasilan tindakan. Pertama, masih ada beberapa siswa yang bermain dan mengganggu
teman sekelompok saat proses pembelajaran. Hal ini membuat peserta didik menjadi tidak
fokus pada materi pelajaran yang sedang dibahas oleh kelompok. Kedua, keberanian peserta
didik untuk bertanya, menjawab pertanyaan dan mengungkapkan pendapat masih kurang. Hal
ini terlihat dari beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru secara lisan, hanya
beberapa peserta didik yang berani menjawab dan mengemukakan pendapatnya. Ketiga, guru
belum memberikan reward atau penghargaan kepada peserta didik maupun kelompok Ketika

Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |125
Ispi Yunita Tutor Sebaya, Penyetaraan Reaksi Redoks

peserta didik bertanya, menjawab pertanyaan dan saat melaksanakan presentasi hasil diskusi
kelompok.
Untuk mengatasi masalah di siklus I dan sebagai upaya perbaikan di siklus II, ada
empat solusi yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebelum pembelajaran dimulai, peserta didik
diperingatkan untuk tidak bermain dan menggangu temannya. Jika peserta didik diketahui
bermain dan mengganggu temannya saat proses pembelajaran berlangsung, maka akan
diberikan sanksi berupa teguran sampai dikeluarkan dari kelas sampai proses pembelajaran
berakhir. Selanjutnya memberikan reward kepada peserta didik atau kelompok yang berani
bertanya, menjawab pertanyaan dari guru dan berhasil mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan baik. Reward atau penghargaan ini berupa acungan jempol, tepukan
punggung, tepuk tangan, pujian untuk peserta didik dan tersenyum kepada peserta didik serta
voucher jajan sebesar 25 ribu rupiah untuk 2 kelompok. Hal ini diharapkan dapat lebih
memotivasi peserta didik untuk berani bertanya, menjawab dan mengungkapkan pendapatnya
di dalam kelas. Kemudian menambah pengawasan jalannya proses pembelajaran. Dengan
begitu, diharapkan tidak ada lagi peserta didik yang melakukan aktivitas negatif diluar proses
pembelajaran seperti berbicara dengan teman dan mengganggu teman sekelompok.
Hasil dari refleksi siklus I sangat berpengaruh baik pada pelaksanaan siklus II.
Persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik telah mencapai kriteria keberhasilan
tindakan (≥85%) dengan persentase sebesar 86,9%. Menurut Nana Sudjana (2017), hasil
belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan persepsi dan perilaku termasuk juga
perbaikan perilaku. Peningkatan hasil belajar peserta didik ini terjadi karena setiap peserta
didik berminat, tertarik, memiliki peran serta dan terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga
materi yang dipelajari cepat dipahami. Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa
penggunaan metode tutor sebaya di kelas XII IPA pada mata pelajaran kimia di SMAN 1
Sukamulia dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran melaluitutor teman sebaya efektif
meningkatkan kemampuan mahasiswa pada materi penyetaraan reaksi reduksi-oksidasi.
Metode pembelajaran tutor teman sebaya terbukti memberikan kontribusi munculnya
perilaku belajar yang lebih baik pada siswa. Berdasarkan temuan penelitian ini, peneliti
menyarankan kepada guru di sekolah memfasilitasi model pembelajaran yang mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajarnya, yaitu melalui metode pembelajaran tutor
teman sebaya. Metode pembelajaran tutor teman sebaya ini akan meningkatkan tingkat
partisipasi dan motivasi belajar siswa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman
asiswa terhadap materi dan tugas-tugasyang diberikan. Semipulannya Penerapan metode
sebaya memiliki kelebihaBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas XII
IPA SMAN 1 Sukamulia dapat disimpulkan bahwa penerapan metode tutor sebaya dapat
menuntaskan hasil belajar peserta didik kelas XII IPA pada materi penyetaraan reaksi
reduksi-oksidasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase ketuntasan belajar pada siklus I
sebesar 65% dan pada siklus II sebesar 86,9%.

Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |126
Ispi Yunita Tutor Sebaya, Penyetaraan Reaksi Redoks

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Ahdiyat, M. (2015). Metode Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Pada Materi Pengolahan Data. Faktor: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(2).
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aswan, Zain, Bahri syamsul, Djamarah .(2006), Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Penerbit
PT. Rineka Cipta.
Febianti, Y. N. (2014). Peer Teaching (Tutor Sebaya) Sebagai Metode Pembelajaran Untuk
Melatih Siswa Mengajar. Edunomic Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2(2).
Gani, R. H. A., Supratmi, N., & Wijaya, H. (2022). Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis
Masalah Dalam Meningkatkan Kemampuan Bermain Drama Pada Siswa Kelas Xii Sma
4 Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020. KOLONI, 1(1), 348–360.
Hamalik, oemar., (2009), Proses Belajar Mengajar, penerbit PT bumi Aksara,
Hasan, R., Ngatiyo, H., & Aunurrahman, H. (2009). Penerapan talking stick untuk motivasi
belajar mata pelajaran ipa kelas III SDN 04 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 2(1).
Lie, Anita. 2003. Cooperatif Learning: Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-
Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Prasojo, T. (2016). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Metode
Tutor Sebaya pada Siswa Kelas X IPA 7 Materi Trigonometri SMA Negeri 1 Kudus.
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 7(1), 91–98.
Rahmawati, Yeni dan Kurniati, Euis. 2010. Strategi Kreativitas Pada Anak Usia Teman
Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana.
Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi
Aksara
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Wijaya, H. (2021). Herman Pengaruh Metode Inquiry Terhadap Kemampuan Menulis
Dongeng Kelas VIII SMP Islam Terampil NW Pancor Kopong. JURNALISTRENDI:
JURNAL LINGUISTIK, SASTRA, DAN PENDIDIKAN, 6(1), 51–59.

Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |127

Anda mungkin juga menyukai