Anda di halaman 1dari 4

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM

PEMBELAJARAN
Elvia Baby Shahbana1 , Fiqh kautsar farizqi 2 , Rachmat Satria3
Program Studi Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5, Malang, Indonesia
Masalah :
Behaviorisme menolak menggunakan konsep-konsep mentalistik seperti pikiran,
emosi, atau motivasi sebagai objek penelitian karena mereka dianggap tidak dapat
diobservasi secara langsung, maka dimunculkan teori Behaviorisme yang
berkonsentrasi pada respons yang teramati dari individu terhadap stimulus
tertentu, dengan membatasi perhatian pada perilaku luar sebagai tanda-tanda
kegiatan mental.

Kajian teori:
Teori belajar behaviorisme berorientasi pada hasil yang dapat diukur, diamati,
dianalisis, dan diuji secara obyektif. Pendekatan ini memiliki kontribusi dalam
mencapai perubahan pemikiean, perasaan dan pola perilaku bagi individu
(Sanyata, 2012).
Konsep dasar teori behaviorisme berdasarkan pendapat Sanyata 2012 dapat
diimplementasikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dan Pengajaran:

 Penggunaan Penguatan: Guru menggunakan penguatan positif seperti


pujian, hadiah, atau penghargaan untuk memotivasi siswa saat mereka
berhasil mencapai tujuan belajar. Hal ini mendorong siswa untuk
mengulangi perilaku yang diinginkan.
 Penerapan Hukuman: Penerapan konsekuensi negatif untuk perilaku
yang tidak diinginkan membantu membentuk pola perilaku yang sesuai
dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
Contoh di Kelas:

1. Ketidakhadiran atau Keterlambatan:

 Perilaku Tidak Diinginkan: Siswa sering terlambat masuk kelas atau


sering bolos.
 Konsekuensi Negatif: Guru memberlakukan aturan konsekuensi bagi
siswa yang terlambat, misalnya, menulis surat permintaan maaf kepada
guru atau mengganti waktu yang terlewat dengan waktu belajar tambahan.

2. Ketidakpatuhan terhadap Aturan Kelas:

 Perilaku Tidak Diinginkan: Siswa tidak mengikuti aturan seperti


berbicara tanpa izin atau menggunakan ponsel selama pelajaran.
 Konsekuensi Negatif: Guru memberlakukan konsekuensi, seperti
mencatat nama siswa yang melanggar aturan dan memberi teguran tertulis.
Siswa yang terus melanggar aturan dapat diberi hukuman tambahan,
misalnya, waktu pemulihan di luar jam pelajaran.

3. Tidak Menyelesaikan Tugas atau Pekerjaan Rumah:

 Perilaku Tidak Diinginkan: Siswa tidak menyelesaikan tugas atau


pekerjaan rumahnya.
 Konsekuensi Negatif: Guru memberlakukan konsekuensi, seperti
mengurangi nilai tugas atau memberikan pekerjaan tambahan sebagai
hukuman. Siswa juga dapat diminta menjelaskan alasan
ketidakselesaiannya.

4. Gangguan Terhadap Teman Sejawat:

 Perilaku Tidak Diinginkan: Siswa mengganggu teman sejawatnya


selama pelajaran.
 Konsekuensi Negatif: Guru memberlakukan konsekuensi, seperti
memberi peringatan lisan atau menempatkan siswa yang mengganggu ke
tempat duduk yang berbeda. Jika perilaku tersebut berlanjut, konsekuensi
yang lebih serius dapat diberlakukan, seperti panggilan orangtua atau
tindakan disiplin lainnya.

5. Pelanggaran Etika:

 Perilaku Tidak Diinginkan: Siswa melakukan pelanggaran etika,


misalnya, mencontek selama ujian.
 Konsekuensi Negatif: Guru memberlakukan konsekuensi yang sesuai,
seperti memberikan nilai nol untuk ujian tersebut atau menerapkan aturan
disiplin sekolah yang berlaku.
2. Evaluasi dan Pengukuran:

 Pengukuran Kinerja: Ujian, tes, dan penilaian digunakan untuk


mengukur pemahaman dan kemampuan siswa secara objektif. Data ini
membantu guru dalam menilai kemajuan siswa dan menyesuaikan metode
pengajaran jika diperlukan.
 Analisis Data: Data hasil tes digunakan untuk menganalisis keberhasilan
program pembelajaran. Analisis ini dapat membimbing perubahan
kurikulum dan metode pengajaran.

3. Intervensi dan Pengembangan Individu:

 Perubahan Perilaku: Behaviorisme digunakan dalam merancang


program-program intervensi untuk mengubah perilaku maladaptif atau
mendukung perkembangan keterampilan sosial dan akademik yang
diinginkan.
 Pengembangan Keterampilan: Pendekatan behavioristik membantu
dalam merancang program-program pelatihan untuk mengembangkan
keterampilan tertentu, seperti keterampilan berbicara, membaca, atau
memecahkan masalah.

4. Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran:

 Pembelajaran Berbasis Komputer: Program pembelajaran berbasis


komputer menggunakan prinsip-prinsip behaviorisme dengan memberikan
umpan balik langsung melalui penguatan positif saat siswa menyelesaikan
tugas atau menjawab pertanyaan dengan benar.
 Aplikasi Pembelajaran Digital: Aplikasi pembelajaran menggunakan
mekanisme penguatan dan hukuman untuk memotivasi pengguna (siswa)
dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Pendidikan Khusus dan Pengembangan Diri:

 Intervensi Anak dengan Kesulitan Belajar: Siswa dengan kesulitan


belajar mendapat manfaat dari strategi pembelajaran yang berbasis
behaviorisme. Program pengajaran individual disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan mereka.
 Pengembangan Keterampilan Sosial: Program-program pengembangan
diri menggunakan prinsip behaviorisme untuk mengajarkan keterampilan
sosial dan interaksi sosial melalui latihan, umpan balik, dan penguatan
positif.

Metodologi penelitian: Penulisan artikel ini menggunakan metode kajian literatur.


Metode literatur merupakan pendekatan di mana penulis merangkum,
menganalisis, dan mensintesis informasi yang ditemukan dalam literatur ilmiah
terkait topik tertentu.
Kesimpulan:

Pendekatan Belajar Behavioristik adalah suatu bentuk transformasi dalam


individu yang melibatkan perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil dari
interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus adalah rangsangan atau situasi
yang memicu atau merangsang respons dari organisme (manusia atau hewan).
Stimulus bisa berupa apa saja dari lingkungan, baik itu visual, auditori, taktil,
olfaktori, atau gustatori. Dalam konteks pembelajaran, stimulus dapat berupa
instruksi guru, gambar, bunyi, atau situasi pembelajaran lainnya yang
mempengaruhi persepsi atau respons siswa. Respons adalah reaksi atau tanggapan
yang diberikan oleh organisme terhadap stimulus. Respons ini dapat bersifat fisik
(seperti gerakan tubuh atau reaksi fisik lainnya) atau kognitif (seperti pemikiran
atau emosi). Dalam konteks pembelajaran, respons dapat mencakup berbagai
tingkah laku, pengetahuan, atau pemahaman yang dimiliki oleh siswa setelah
menerima stimulus tertentu.

Referensi:
Shahbana, E. B., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik
Dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-33.

Anda mungkin juga menyukai