Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIFITAS KETERAMPILAN MENYIMAK

A. Eektivitas Menyimak

Efektivitas menyimak bergantung kepada sejumlah faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan
faktor-faktor itu menjadi empat bagian, yaitu:

a. Pembicara

b. Pembicaraan

c. Situasi

d. Penyimak

Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui
bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya, karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh
kepada para pendengarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pembicara antara lain:

Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai, memahami, menghayati, benar-benar materi yang
akan disampaikannya kepada para pendengar. Akan lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam
bidang yang disampaikan tersebut.

Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi pembicaraannya dalam bahasa yang
baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau
istilah tepat. Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi pembicaraan menarik,
sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf pendengarnya.

Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri. Pembicara yang yakin akan
kemampuan dirinya akan tampil dengan mantap dan meyakinkan pendengar.

Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang disampaikan harus tersusun
secara sistematis dan mudah dimengerti.

Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik dan simpatik. Yang
bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang
terlalu “over acting” akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan kepada
tingkah laku yang dianggap aneh itu.

Kontak dengan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan pendengarnya. Pembicara
menghargai, menghormati, serta menguasai para pendengarnya.

Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang
pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu
seperti:
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual. Sesuatu yang baru pastilah
lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh pendengar.

(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau bermakna bagi pendengar.
Materi yang bermakna bagi kelompok pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.

(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan dengan pendengar. Akan lebih
baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam lingkaran pusat minat pendengar.

(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti dan dipaham pendengar.

(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan pendengar.
Materi pembicaraan yang terlalu mudah tidak menarik dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi
pembicaran yang terlalu tinggi akan membuat pendengar kewalahan.

Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara,
pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan
menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses
menyimak, antara lain:

(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan
yang menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan
tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.

(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya
pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.

(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak
mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan
menyimak.

(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan,
baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.

Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram,
nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan
hasilnya yang efektif.

Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh
pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan
situasi, faktor penyimak adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa
menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala persyaratan, bila si
penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah semuanya. Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang
pertama kurang memadai, kurang sempurna, asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan
kerja keras maka keefektifan menyimak dapat tercapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri
penyimak antara lain:

(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak tidak mungkin
menyimak secara efektif bila kondisi fisik dan mentalnya tidak menunjang.

(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan simakan. Buat
sementara yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.

(3) Bertujuan: penyimak harus mempunyai tujuan dalam mengkuti kegiatan menyimak. Yang
bersagkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai arah dan
pendorong dalam menyimak.

(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati bahan yang disimaknya.

(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah memiliki kemampuan
linguistik agar yang bersangkutan dapat menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung
dalam bunyi bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan nonlinguistik.
Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi, menafsirkan gerak-gerik pembicara,
perubahan air mukanya, yang berfungsi sebagai pelengkap makna pembicaraannya.

(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus memiliki pengalaman dan
pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima, mencerna, dan memahami isi bahan
simakan.

Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut pasti berhasil dalam setiap peristiwa menyimak.
Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan
dalam menyimak.

B. CIRI MENYIMAK IDEAL

Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai
suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh
asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat
bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari karena pada
saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak jarang dilakukan.

Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai menyimak,
ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu
dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan.
Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.

Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya
diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari
itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri,
menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian menyimak
direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.

Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi
setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal
itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi penyimak
yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Yang
bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak
perlu.

Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan dalam menyimak itu mencakup :

1. Pembicara

2. Pembicaraan

3. Situasi

4. Penyimak

Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut ini akan disajikan
ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.

(1) Siap fisik dan mental

Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat,
atau dalam kondisi prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih.

(2) Berkonsentrasi

Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan perhatiannya kepada bahan simakan.
Yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.

(3) Bermotivasi

Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan
mungkin mempunyai tujuan menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji
tentang sesuatu dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu,
pendorong, penggerak, dalam menyimak.

(4) Objektif

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan
melihat siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia
terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.

(5) Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan secara lengkap, utuh, atau
menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang
disenangi saja.

(6) Menghargai pembicara

Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak menganggap enteng,
menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan
pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara,
walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.

(7) Selektif

Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan
dan diingat. Tidak semua bahan yang diterima ditelinga mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian
yang bersifat inti.

(8) Sungguh-sungguh

Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-
pura menyimak padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar
menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.

(9) Tak mudah terganggu

Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan
dapat membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia
mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula, yakni menyimak.

(10) Cepat menyesuaikan diri

Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan
menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.

(11) Kenal arah pembicaraan

Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana
pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik
sudah mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.

(12) Kontak dengan pembicara

Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan cara
memperhatikan pembicara, memberikan dukungan atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan
singkat, ya, ya benar, saya setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula
disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk, mengacungkan jempol dan
sebagainya.
(13) Merangkum

Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil
rangkuman penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.

(14) Menilai

Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang
diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau dibandingkan dnegan pengetahuan dan
pengalamannya.

(15) Merespons

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi
pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak
sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapan penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk
mengagguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.

Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah
orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya.
Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan.

C. DAN DUGA DAYA SIMAK

Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan
menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu
dapat dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya
simak diri.

Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat dijawab
dengan ya atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya, artinya Anda mempunyai
daya simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang
rendah. Pertanyaaan tersebut yaitu:

1. Siapkah saya untuk menyimak?

(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dna strategis sehingga saya dapat melihat dan
mendengarkan si pembicara

(2) Terarahkah pandangan saya kepada pembicara?

2. Berkonsentrasilah saya terhadap pembicaraan yang akan disampaikan?

(1) Dapatkah menyingkirkan pikiran lain pada saat ini?


(2) Siapkah saya memikirkan topik pembicaran dan menghubungkannya dengan pengetahuan siap saya
mengenai hal itu?

(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan disampaikan?

3. Siapkah saya memulai menyimak?

(1) Pada menit-menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh pembicara?

(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya sepanjang pembicaraan?

4. Dapatkah saya temukan ide penunjang ide pusat atau pokok?

(1) Saya manfaatkankah petunjuk-petunjuk pembicara (seperti yang pertama, yang terpenting dan
sebagainya) guna membantu menyusun ide-ide dalam pikiran saya?

5. Setalah pembicaraan selesai, sudahkah saya evaluasi pembicaraan pembicara?

(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap saya?

(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya dapat mengatakan setuju
atau tidak setuju dengan pembicara?

(Diterjemahkan secara bebas dari Checking up on my listening, yang dimuat dalam Greene&Petty,
1969:182)

D. MENINGKATKAN DAYA SIMAK

Setiap manusia dilahirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi pembawaan sejak lahir itu adalah
potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak yang
terarah dan berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimak yang
nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap berupa potensi tertutup. Tidak
timbuh, ataumati.

Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas. Keterbatasan itu


disebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan daya ingatannya terbatas pula. Para ahli
memperkirakan orang yang cukup mendapat latihan menyimak, dalam kondisi fisik yang segar dan
mental yang stabil, hanya dpat menangkap isi bahan simakan 50%. Dalam dua bulan berikutnya yang
diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah menghilang pula.

Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh
kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari
pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu
sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.

Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak. Kelima cara tersebut
adalah:
1. Simak-Ulang Ucap

Kegiatan menyimak dengan cara simak lalu di ucapkan kembali apa yang didengar, sering dilakukan atau
dipraktekkan oleh guru pada sekolah dasar di kelas-kelas rendah. Cara ini pun dapat di praktekkan pada
kelas tinggi dengan menyesuaikan bahan dengan taraf kemampuan siswanya.

Bahan simakan dapat bervariasi mulai dari fonem, kata, kelompok kata,kalimat, paragraph, atau puisi-
puisi pendek. Bunyi bahasa atau bahan simakan itu disampaikan secara lisan oleh guru. Siswa menyimak
dan mengucapkan kembali apa yang disimaknya. Contoh :

i. Fonem
Guru : ( a ) ( i )
Siswa : ( a ) ( i )

ii. Kata
Guru : Bola
Siswa : Bola

iii. Kalimat
Guru : Selamat pagi, Ibu Guru!
Siswa : Selamat pagi, Ibu Guru!

iv. Puisi
Guru : Bangun Pagi, ku gosok gigi
Siswa : Bangun Pagi, ku gosok gigi

2. Identifikasi Kata Kunci

Isi kalimat yang panjang dapat dicari pada kalimat intinya. Kalimat inti dibangun oleh beberapa kata
kunci yang terdapat dalam kalimat panjang tersebut. Guru mempersiapkan kalimat panjang yang
struktur dan pilihan katanya sesuai dengan kemampuan siswanya. Siswa menyimak, setelah itu siswa
menentukan beberapa kata kunci yang dapat mewakili pengertian kalimat.

3. Parafrase

Guru mempersiapkan sebuah puisi yang pantas disajikan di kelas tertentu. Guru membacakannya dan
siswa menyimak, kemudian siswa menceritakan kembali isinya dengan kata-kata sendiri.

4. Merangkum
Guru mempersiapkan bahan simakan yang panjang. Materi bahan, bahasa dan panjangnya disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Bahan disampaikan secra lisan kepasa siswa, siswa menyimak dan
merangkum isinya.

5. Menjawab Pertanyaan

Guru mempersiapkan bahan simakan. Materi bahan, bahasa dan panjangnya disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Bahan disampaikan secara lisan kepada siswa kemudian siswa menyimak dan
menyaring isi bahan simakan melalui jawaban pertanyaan

DAFTAR PUSTAKA

http://galihadityapurboyo.blogspot.com/2016/06/efektivitas-menyimak-penyimak-idealdaya.html

Anda mungkin juga menyukai