Anda di halaman 1dari 4

Komunikasi Lisan

Menyimak dan berbicara merupakan ragam komunikasi lisan. Dalam praktik


Komunikasi ada yang berperan sebagai pembicara (penyampai pesan secara lisan) dan
ada yang bertindak sebagai penyimak (penerima pesan lisan). Menyimak adalah
keterampilan berkomunikasi yang pertama kali diperoleh dan dikuasai oleh anak.
Keterampilan tersebut memberi dasar untuk memahami keterampilan berkomunikasi
lainnya. Bayi menggunakan Menyimak untuk memulai proses belajar dan memahami apa
yang disampaikan orang lain kepadanya, sekaligus sebagai sarana berlatih menghasilkan
bunyi-bunyian bahasa/ berbicara.

Oleh karena itu dapat dipahami bahwa kemahiran menyimak seseorang akan
sangat berpengaruh terhadap keterampilan berbicara dan juga keterampilan komunikasi
lainnya. Berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan sevara lisan.
Berbeda dengan menyimak, kegiatan komunikasi ini dapat dipahami dan diketahui
melalui perilaku serta bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh pembicara. Melalui
pendengaran dan penglihatan kita dapat menyimak apa yang dibicarakan seseorang , apa
tujuannya dan bagaimana membawakannya.

Menurut Koch (1992:78) dalam proses berbicara ada lima unsur yang terlibat :

1. Pembicara sebagai penyampai pesan.


Gambaran penyimak terhadap pembicara adalah orang yang berkemampuan
bagus,terpelajar dan bersikap rendah hati, bertutur runtut dan bermanfaat
adak mempengaruhi kesampaian pesan. Kesan seperti itu dapat membuat
mereka percaya atas apa yang akan disampaikan oleh pembicara. Sebagai
guru kita harus mampu memberi kesan yang baik agar mereka yakin bahwa
kita mampu menjadi guru yang layak ditiru. Kesan yang baik akan muncul
apabila kemampuan mengajar kita itu baik. Penampilan mengajar yang baik
membutuhkan kesiapan. Oleh karena itu mengajar memerlukan kesiapan.
2. Pesan atau isi pembicaraan.
Agar penyimak/pendengar dapat memahami isi pesannya maka pembicara
harus melakukan 2 hal. Pertama materi pembicaraan hendaknya bermanfaat
dan sesuai dengan kebutuhan penyimak/pendengar. Sebagai guru, hal ini
akan terjadi apabila kita memahami apa yang dibutuhkan oleh siswa.
Kedua, pembiacara hendaknya menata bahasanya secara menarik dan jelas.
Pengaturan volume suara, penekanan, dan variasi penyampaian yang baik,
akan membantu pembicaraan menjadi menarik. Kata-kata yang spesifik dan
mudah dipahami akan membuat pesan yang disampaikan menjadi jelas.
3. Saluran atau alat yang digunakan untuk penyampaian pesan.
Pembicara dapat memilih kata-kata yang merangsang pembangkitan kelima
indera penyimak/pendengaran, termasuk di dalamnya adalah perilaku
nonverbal serta alat bantu. Di dalam mengajar selain menggunakan bahasan
lisan dan tulisan kita juga dapat menggunakan alat bantu seperti gambar,
ilustrasi, benda, dan lain-lain. Ini dimaksudkan agar tidak membosankan
dan siswa dapat berkonsentrasi dengan baik.
4. Sasaran pembicaraan atau penyimak
Pembicaraan harus berpusat pada penyimak/pendengar. Pertama, sesuaikan
isi dan cara pengungkapam dengan kemampuan dan keperluan pendengar.
Kedua, hargailah penyimak/pendengar dengan cara memandang mereka
sebagai orang yang patut dihargai. Di dalam mengajar salah satu cara yang
dapat kita lakukan adalah memberikan siswa kesempatan untuk
bertanya,berkomentar dan mengambil keputusan. Kemudian hargailah apa
yang mereka sampaikan.
5. Tanggapan atau sasaran penyimak.
Respon yang muncul menunjukkan keberhasilan atau kegagalan
pembiacara. Jika maksud pembicara adalah untuk menghibur, memberi
informasi atau meyakinkan, maka keberhasilan berbicara pun diukur oleh
sasaran pembicara atau pendengar apakah merasa terhibur, mendapatkan
informasi dan teryakinkan.

Setiap kali seseorang berbicara dan menyampaikan pesan kepada pihak lain,
kelima unsur tersebut hadir. Kelima unsur tersebut saling berinteraksi . secara sederhana
situasi berbicara dapat diringkas sebagai berikut :

1. Pembicara berkeinginan untuk menyampaikan suatu ide, informasi


atau perasaan.
2. Pembicara menyandikan isi pembicaraanya atau pesan yang akan
disampaikannya melalui lambang verbal dan non verbal.
3. Pesan dikirimkan melalui saluran kepada sasaran atau penyimak.
4. Penyimak menerima, menafsirkan dan memahami isi pesan.
5. Penyimak menanggapi pesan tersebut: mengerti atau tidak,setuju
atau tidak, suka atau tidak dan sebagainya.

Mendengar adalah kegiatan menangkap suara dan hanya sebagai langkah awal
dalam menyimak. Menyimak sendiri melibatkan pemaknaan atau pemahaman atas apa
yang didengar. Menyimak sebenarnya bersifat abstrak, tak terlihat. Kegiatan menyimak
dapat dikatakan suatu proses komunikasi yang misterius. Mengapa misterius? Karena
kegiatan tersebut bersifat internal, terjadi dalam diri seseorang. Hanya dia yang tahu pasti
apakah benar-benar menyimak atau tidak. Kita sering tidak tahu apakah orang benar-
benar menyimak apa yang kita sampaikan. Sama seperti guru, terkadang tidak
mengetahui apakah siswa benar-benar menyimak apa yang sudah disampaikan. Kita akan
tahu siswa menyimak atau tidak setelah mengajukan pertanyaan atau tugas yang
dikerjakan berdasarkan apa yang kita sampaikan.

Sebagai proses, kegiatan menyimak terdiri dari 3 tahap.

1. Penyimak menerima rangsangan lisan yang disampaikan oleh pembicara.


Pada tahap ini dengan menggunakan daya dengarnya penyimak menerima
bunyi-bunyian bahasa yang disampaikan.
2. Penyimak memusatkan perhatiannya untuk memilih hal-hal yang dianggap
penting dan mengabaikan hal-hal yang kurang penting. Penyimak tidak
mungkin hapal atau ingat seluruhnya. Oleh karena itu penyimak harus
memfokuskan kepada hal-hal yang penting saja.
3. Penyimak menentukan dan memahami makna atau pesan yang disampaikan
pembicara berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
(Wolvin dan Coakley , 1985 , dalam Tompkins dan Hosskisn , 1985:83).

Apakah penyimak selalu berhasil memahami apa yang dia simak? Kadang
berhasil dan kadang tidak. Penyebab kurang berhasilnya penyimak sebenarnya
dapat dilacak melalui satu atau lebih unsur yang terlibat dalam kegiatan
komunikasi lisan : pembicara, pesan saluran,sasaran atau penyimak, atau
tanggapan.

Meskipun demikian penyebab utama kegagalan komunikai inin sebenarnya


terletak pada penyimak dan pembicara sendiri. Pembicara mungkin kurang
berhasil memperkirakan kemampuan dan kebutuhan yang tepat. Dari segi
penyimak, mungkin tidak berkonsentrasi, tidak mampu memilih isi
pembicaraan yang penting , malas berpikir,reaksi emosional terhadap
pembicara dan kelelahan.

Untuk mengoptimalkan keberhasilan dalam menyimak suatu pembicaraan,


ada lima kemampuan yang harus anda miliki :

1. Kemampuan memusatkan perhatian agar dapat memahami bahan


simakan/pembicaraan secara utuh.
2. Kemampuan menangkap bunyi (Kemampuan mendengar)
3. Kemampuan mengingat hal-hal yang dianggap penting dari
pembicaraan.
4. Kemampuan linguistik atau bahasa untuk menafsirkan atau memahami
makna yang terkandung dalam bunyi bahasan ; serta
5. Kemampuan nonlinguistik seperti pengetahuan atau pengalaman
mengenai materi yang disampaikan. (Tarigan, 1990: 21).

Anda mungkin juga menyukai