Anda di halaman 1dari 2

Kota Cirebon, Jawa Barat, merupakan rumah bagi kompleks Keraton Kasepuhan yang

telah menjadi pusat penyebaran agama Islam selama berabad-abad. Sejarah keraton ini
tercermin dari keramik-keramiknya, yang menggambarkan kisah toleransi dan persaudaraan
di tengah keragaman. Salah satu keramik yang berusia 400 tahun terpasang di dinding
bangsal Prabayaksa, tempat Sultan menerima tamu-tamu penting. Keramik-keramik tersebut
menggambarkan kisah perjuangan Yesus memikul salib, makan malam bersama Yesus dan
murid-muridnya, serta kisah Musa membelah laut dan perahu Nuh, yang semuanya terdapat
dalam Alkitab.
Keramik-keramik ini terletak secara vertikal dan horizontal di anak tangga, dinding bawah,
dan pilar-pilar yang menopang bangsal. Keramik-keramik ini juga menempel di dinding
ruang Jinem Pangrawit, bangsal Pringgodani, dan pembatas bangsal Panembahan Agung. Di
luar keraton, keramik serupa dipasang di dekat mimbar imam di Masjid Merah Panjunan.
Keramik lainnya dapat ditemukan di makam Sunan Gunung Jati, salah satu wali sanga atau
tokoh penyebar agama Islam di Jawa.
Naniek Harkantiningsih dalam "Seni Rupa Keramik Kesultanan Cirebon: Toleransi dalam
Keberagaman", yang dipublikasikan di Kapata Arkeologi Volume 13 pada 2 November 2017,
mengidentifikasi 30 motif keramik di Keraton Kasepuhan yang berkaitan dengan Perjanjian
Lama. Sedangkan 32 motif lainnya berkaitan dengan Perjanjian Baru. Hal ini menunjukkan
bahwa toleransi beragama sudah terjadi sejak zaman dahulu.

Gambar 1 motif tegel keramik cerita Alkitab (Sumber: Puslit Arkenas, 2003)
Gambar 2Seni hias tempel di Bangsal Agung Panembahan (Sumber: Puslit Arkenas, 2003)

Anda mungkin juga menyukai