Rina Komalawati
Kepala Sekolah Dasar Negeri Kranji I, Bekasi
E-mail: rinakomalawati92.ak@gmail.com
Abstrak
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik secara holistik, meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Pada masa Pandemi Covid-19, setiap satuan pendidikan dihimbau oleh
pemerintah untuk melaksanakan Belajar dari Rumah (BDR) untuk mengurangi penyebaran
virus Covid-19 secara masif. Pelaksanaan BDR banyak menimbulkan polemik dan masalah
dikarenakan berbagai kendala dalam pelaksanaannya, seperti berkurangnya waktu belajar,
ketidaksiapan orang tua, sulitnya sinyal internet, serta sarana dan prasarana pendukung
lainnya. Kendala-kendala tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembelajaran selama
BDR berjalan secara tidak normal dibandingkan pembelajaran tatap muka pada umumnya.
Ketidaknormalan pelaksanakan pembelajaran selama BDR diduga akan menyebabkan
learning loss utamanya defisit kompetensi siswa yang tentunya akan berdampak buruk bagi
siswa dan sistem pendidikan secara nasional jika tidak segera diatasi. Upaya awal untuk
mengatasi bahaya learning loss adalah mengidentifikasi keberadaannya melalui penilaian
diagnostik awal, di antaranya melalui tes untuk aspek pengetahuan. Tes diagnostik awal
dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan siswa dalam menguasai materi
ajar tertentu pasca-BDR dan mengetahui penyebabnya agar dapat dirumuskan tindak lanjut
berupa intervensi pembelajaran yang relevan dengan kekurangan siswa. Pelaksanaan tes
diagnostik awal ini harus dikelola dengan baik oleh berbagai pihak terkait, terutama guru dan
kepala sekolah sesuai dengan peran masing-masing. Guru berperan dalam mengembangkan
soal tes diagnostik awal, sementara kepala sekolah memfasilitasi dan memonitor pelaksanaan
tes diagnostik awal agar sesuai dengan tujuannya untuk mengatasi learning loss pasca-BDR.
Kata kunci: Belajar dari Rumah, Learning Loss, Tes Diagnostik
Abstract
Assessment is a process of collecting and processing information to measure the achievement
of student learning outcomes holistically, including attitudes, knowledge, and skills. During
the Covid-19 Pandemic, every education unit was urged by the government to carry out
Learning from Home (BDR) to reduce the massive spread of the Covid-19 virus. The
implementation of BDR caused a lot of polemics and problems due to various obstacles in its
implementation, such as reduced learning time, unpreparedness of parents, difficulty in
internet signaling, and other supporting facilities and infrastructure. These constraints
indicate that the implementation of learning during BDR runs abnormally compared to face-
to-face learning in general. Abnormalities in the implementation of learning during BDR are
expected to cause learning loss, especially student competency deficits, which of course will
have a negative impact on students and the national education system if not addressed
immediately. The initial effort to overcome the dangers of learning loss is to identify its
presence through an initial diagnostic assessment, including through tests for aspects of
knowledge. Initial diagnostic tests are carried out to find out the strengths and weaknesses of
students in mastering certain post-BDR teaching materials and find out the causes so that
follow-up actions can be formulated in the form of learning interventions that are relevant to
students' shortcomings. The implementation of this initial diagnostic test must be managed
properly by various related parties, especially teachers and school principals according to
their respective roles. The teacher plays a role in developing the initial diagnostic test
questions, while the principal facilitates and monitors the implementation of the initial
diagnostic test so that it is in accordance with its objectives to overcome post-BDR learning
loss.
Keywords: Learning from Home, Learning Loss, Diagnostic Test
bagaimana seharusnya BDR dilakukan. belum siap dengan BDR secara daring
Iriawan (2020, hlm. 3) menyatakan bahwa dengan berbagai alasan yang rasional,
pada umumnya BDR dilaksanakan lebih seperti jaringan internet dan kemampuan
berorientasi pada aspek kognitif TIK. Pembelajaran secara luring
(intelektualistis) dan penguasaan materi menggunakan media pembelajaran atau
melulu (materialistis) dengan menjadikan bahan ajar buku dan Lembar Kerja Peserta
materi pembelajaran sebagai subjek Didik (LKPD) lebih dipilih oleh
pendidikan. Pembelajaran hanya masyarakat Indonesia pada umumnya.
melibatkan interaksi antara siswa dan Hasil penelitian lembaga riset
materi pembelajaran, tanpa melibatkan INOVASI tentang pelaksanaan BDR
interaksi dengan siswa lain dan guru. selama masa pandemi Covid-19
Padahal, materi pembelajaran hanya menunjukkan bahwa 87% siswa
sebagai alat untuk mengasah kecakapan memperoleh manfaat selama BDR, 100%
hidup siswa yang keberadaannya mendapatkan tugas selama BDR, dan 65%
dikendalikan oleh siswa sebagai subjek mendapatkan kesempatan bertanya selama
pendidikan. Namun demikian, menurutnya BDR. Hal ini bertentangan dengan hasil
kondisi pandemi Covid-19 mengembalikan penelitian Cahyani, dkk. (2020, hlm. 134-
pendidikan kepada khitohnya bahwa 135) yang menunjukkan bahwa motivasi
pendidikan pertama dan utama adalah belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
pendidikan keluarga yang terimplementasi daring menurun pada masa pandemi Covid-
melalui kebijakan BDR dengan berorientasi 19. Hal ini bermakna bahwa BDR tetap
pada kecerdasan budi pekerti dan memberikan manfaat kepada siswa dari
kecakapan hidup. proses belajarnya, namun pembelajaran
Pembelajaran melalui BDR selama tatap muka di sekolah memberikan manfaat
pandemi Covid-19 pada umumnya yang lebih besar dan diharapkan siswa
dilaksanakan melalui online atau moda untuk dapat dilaksanakan. Interaksi
dalam jaringan (daring) menggunakan antarsiswa, siswa dengan guru dan sumber
platform atau media komunikasi yang belajar sebagai makna pembelajaran selama
paling mudah digunakan oleh guru dan BDR belum dapat dilaksanakan secara
siswa, di antaranya zoom meeting atau optimal dikarenakan berbagi kendala teknis
google meet dan luring melalui guru maupun non-teknis yang dihadapi oleh
berkeliling (guling) atau melalui media sistem pendidikan, terutama guru dan
buku dan LKPD. Hal ini dikuatkan oleh siswa.
hasil penelitian oleh salah satu lembaga Pelaksanaan BDR selama masa
riset INOVASI yang menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 mengalami banyak
pembelajaran melalui BDR selama kendala yang harus segera diatasi untuk
pandemi Covid-19 di beberapa tempat yang menjamin keberlanjutan proses dan kualitas
menjadi sampel survei secara nasional pendidikan secara nasional. Mutaqinah dan
(Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Hidayatullah (2020, hlm. 94) menyatakan
Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara bahwa kendala pelaksanaan BDR selama
dilaksanakan melalui daring sebanyak 28%, masa pandemi Covid-19 adalah kesulitan
luring sebanyak 66%, dan tidak belajar dalam mengontrol siswa belajar dan
sebanyak 6%. Hal ini menunjukkan bahwa mengatur waktu belajar, sehingga target
secara nasional, masyarakat Indonesia kurikulum tidak tercapai optimal terutama
hambatan belajar siswa dalam menguasai di tahun 2022 dibandingkan dengan tahun
materi pembelajaran tertentu. Masalah sebelumnya sebagai dampak learning loss
tersebut bisa berdampak buruk terhadap semasa pandemi Covid-19.
keberlanjutan dan kualitas pendidikan dan Pelaksanaan BDR selama pandemi
pembelajaran secara nasional. Upaya untuk Covid-19 sebagai bentuk prevensi agar
menyelesaikan masalah tersebut harus siswa aman dari bahaya pandemi sesuai
segera dilakukan, di antaranya dengan dengan kebijakan-kebijakan yang mengatur
mendiagnosis berbagai kesulitan, pembelajaran selama masa pandemi Covid-
hambatan, dan kelemahan belajar siswa 19. Pada umumnya, interaksi yang terjadi
pasca-BDR sebelum melanjutkan selama BDR tidak seefektif pelaksanaan
pembelajaran secara normal atau pembelajaran secara tatap muka di sekolah
kenormalan baru melalui tatap muka di dengan alasan-alasan yang rasional, di
sekolah. Diagnosis tentang masalah belajar antaranya kendala teknis dan waktu belajar.
siswa pasca-BDR dilakukan pada awal Pembelajaran aspek pengetahuan dan
pelaksanaan pembelajaran normal di keterampilan yang idealnya dilaksanakan di
sekolah melalui tes diagnostik awal untuk sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan
mengetahui berbagai masalah pembelajaran beralih peran dan bergeser pelaksanaannya
setiap siswa pasca-BDR. Tes diagnostik menjadi di keluarga (rumah) yang idealnya
awal memiliki peran penting sebagai dasar lebih berperan terkait kecerdasan budi
untuk melaksanakan pembelajaran yang pekerti. Pembelajaran yang terjadi selama
lebih efektif di setiap satuan pendidikan BDR dengan berbagai kendala teknis
pasca-BDR sesuai dengan masalah belajar maupun waktu inilah yang menyebabkan
siswa dan penyebabnya. terjadinya learning loss, salah satunya
berdampak pada defisit kompetensi dari
Learning Loss Pasca-BDR di Masa yang diharapkan. Defisit kompetensi
Pandemi Covid-19 sebagai dampak dari learning loss
Learning loss atau dalam bahasa disebabkan terjadinya hambatan belajar
Indonesia dikenal dengan kehilangan siswa pada saat BDR berlangsung
pembelajaran atau berkurangnya waktu dan khususnya terkait aspek pengetahuan dan
kesempatan untuk siswa, guru, dan materi keterampilan. Hambatan belajar tersebut
pembelajaran saling berinteraksi. Learning terjadi akibat pelaksanaan BDR yang
loss merupakan keadaan kehilangan terlalu lama yang tentunya menyebabkan
kesempatan dan waktu belajar yang optimal pelaksanaan pembelajaran menjadi tidak
sebagai dampak pelaksanaan proses normal, baik waktu maupun prosesnya.
pembelajaran yang tidak normal seperti Upaya untuk mengatasi dampak
biasanya. Learning loss banyak terjadi besar dan global pandemi Covid-19
selama BDR di masa pandemi Covid-19 terhadap berbagai bidang, termasuk
dan termasuk ancaman serta bahaya pendidikan telah dilakukan oleh berbagai
nasional dan dunia dalam bidang pihak. OECD (2020) telah
pendidikan yang menurunkan kualitas merekomendasikan beberapa hal untuk
pendidikan secara nasional dan global menjamin keberlanjutan pendidikan di
apabila tidak segera di atasi. Hasil riset masa pandemi Covid-19, yakni: (1)
OECD (2020) menunjukkan proyeksi skor melakukan penilaian terhadap kebutuhan
PISA yang akan menurun secara signifikan siswa (asses student need); (2) memperkuat
orang tua, guru, sekolah, dan pemerintah. dan negara”. Upaya sadar dan terencana
Orang tua dapat dilibatkan untuk untuk mengembangkan potensi setiap siswa
berpartisipasi aktif dalam mendampingi, dapat dilakukan melalui berbagai program
memfasilitasi, dan memberikan motivasi sesuai kebutuhan yang melibatkan seluruh
belajar terhadap anaknya khususnya terkait pihak secara sinergis sesuai peran, tugas,
pendidikan budi pekerti dan kecakapan dan fungsi masing-masing. Dengan kata
hidup. Guru berperan dalam memfasilitasi lain, seluruh pihak, yakni sekolah,
pembelajaran di rumah dengan meyediakan keluarga, dan masyarakat harus terlibat
bahan ajar atau LKPD yang memandirikan aktif dalam mewujudkan pendidikan yang
siswa yang berorientasi pada kecerdasan bermutu dan berkemajuan.
pikiran atau penguasaan pengetahuan. Seluruh pihak yang terlibat dalam
Sekolah berperan dalam memfasilitasi upaya pengembangan sekolah selalu
aktivitas pembelajaran dari rumahatau dihadapkan pada berbagai kendala atau
menyediakan sarana dan prasarana masalah, termasuk kepala sekolah sebagai
pendukung pembelajaran dari tumah sesuai manager atau pemimpin di setiap satuan
dengan kemampuan setiap satuan pendidikan. Kepala sekolah yang kompeten
pendidikan. Pemerintah berupaya atau akan dapat memecahkan setiap masalah di
berperan dalam menysun kebijakan tentang satuan pendidikan yang dipimpinnya,
kurikulum dan pembelajaran di masa termasuk masalah terkait learning loss
pandemi Covid-19 yang aman dan berpusat pasca-BDR di masa pandemi Covid-19.
atau berpihak kepada siswa. Dengan Kemdikbud (2020) telah merumuskan
demikian, upaya sinergis dan kolaboratif model kompetensi kepala sekolah nasional
sesuai peran masing-masing tersebut yang relevan untuk menghadapi masalah
diharapkan dapat menekan ancaman dan pendidikan yang semakin kompleks di
bahaya learning loss. masa kini dan mendatang sebagai bentuk
reklasifikasi dan peringkasan 33 aspek
Manajemen Pelaksanaan Tes Diagnostik kompetensi yang selama ini digunakan
Awal di Sekolah Dasar dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun
Seluruh program dan kegiatan 2007 tentang Kepala Sekolah/Madrasah
pendidikan di setiap satuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi empat
harus dilaksanakan secara kolaboratif dimensi kompetensi, sebagai berikut:
melibatkan banyak pihak sesuai denga 1. Dimensi Mengembangkan Diri dan
peran, tugas, dan fungsi masing-masing. Orang lain
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Dimensi ini terkait dengan kemampuan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kepala sekolah dalam mengembangkan
dinyatakan bahwa “Pendidikan merupakan kompetensi diri dan warga sekolah
upaya sadar dan terencana untuk melalui kebiasaan refleksi secara
mewujudkan suasana belajar dan proses implisit, eksplisit, dan kritis untuk
pembelajaran agar peserta didik secara aktif perbaikan kinerja sesuai dengan tugas
mengembangkan potensi dirinya untuk dan fungsi serta pengembangan karier.
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, Dimensi kompetensi ini terdiri atas
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, empat kompetensi sebagai berikut:
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
melalui tes diagnostik awal. Pelaksanaan dan masalah nasional dan global. Salah satu
tes diagnostik awal di setiap jenjang kelas masalah yang menjadi fokus seluruh pihak
dan jenjang pendidikan termasuk SD akan terkait sistem pendidikan sebagai dampak
berjalan dengan efektif apabila dikelola pelaksanaan BDR adalah masalah
dengan baik melibatkan seluruh pihak kehilangan pembelajaran (learning loss), di
terkait, terutama guru dan kepala sekolah antaranya defisit kompetensi dan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, kehilangan waktu belajar siswa. Salah satu
pengorganisasian, dan evaluasinya. upaya yang telah dilakukan dengan inisiasi
Perencanaan tes diagnostik awal dari Kemdikbud untuk mengatasi ancaman
melibatkan guru untuk mengembangkan tes dan bahaya berkepanjangan learning loss
diagnostik awal difasilitasi oleh kepala adalah dengan melakukan tes diagnostik
sekolah sebagai manager dan pemimpin di awal di setiap jenjang kelas dan jenjang
setiap satuan pendidikan untuk memimpin pendidikan. Dengan tes diagnostik awal,
pembelajaran dan memimpin manajemen hambatan belajar siswa beserta
sekolah khususnya terkait tes diagnostik penyebabnya pasca-BDR dapat
awal. Pelaksanaan tes diagnostik awal diidentifikasi sedini mungkin untuk
dilakukan oleh guru kelas untuk dirumuskan rencana tindak lanjut yang
mengidentifikasi masalah belajar siswa, relevan dengan kesulitan belajar siswa
penyebab, dan rencana tindak yang relevan, untuk pembelajaran tatap muka yang
sementara kepala sekolah memantau atau efektif di setiap satuan pendidikan.
memonitor untuk memastikan bahwa setiap Pelaksanaan tes diagnostik awal
guru kelas melaksanakan tes diagnostik pasca-BDR di masa pandemi Covid-19
awal dengan tertib. Kepala sekolah harus melibatkan seluruh pihak agar dapat
mengorganisasikan semua pihak yang berjalan dengan lancar, tertib, dan efektif.
terlibat sesuai dengan perannya dalam Manajemen pelaksanaan tes diagnostik
pelaksanaan tes diagnostik awal, serta awal perlu dilakukan oleh seluruh pihak
memastikan semua yang terlibat dapat terkait, terutama kepala sekolah sebagai
melaksanakan tugas dan tanggung manager atau pemimpin di setiap satuan
jawabnya. Kepala sekolah bersama guru pendidikan. Kepala sekolah harus
melaksanakan evaluasi terhadap merencanakan tes diagnostik awal dengan
pelaksanaan tes diagnostik awal dengan memfasilitasi para guru kelas untuk
mengidentifikasi kendala, penyebab, dan mengembangkan soal tes diagnostik awal,
tindak lanjut pelaksanan tes diagnostik memonitor dan memantau pelaksanaan tes
berikutnya. diagnostik awal yang dilaksanakan oleh
setiap guru kelas, menguatkan fungsi tes
KESIMPULAN diagnostik awal untuk mendiagnosis
Pandemi Covid-19 telah berdampak kesulitan belajar siswa beserta
luar biasa terhadap keberlanjutan dan penyebabnya bukan untuk menguji siswa,
kualitas pendidikan di setiap jenjang serta mengevaluasi pelaksanaan tes
pendidikan, termasuk jenjang SD. diagnostik awal bersama guru kelas. Kepala
Pelaksanaan BDR sebagai bentuk antisipasi sekolah yang kompeten selalu melakukan
terhadap keberlanjutan proses pendidikan aktivitas manajemen kolaboratif bersama
baik melalui daring, luring, maupun seluruh pihak terkait untuk memecahkan
kombinasi menimbulkan banyak polemik masalah besar pendidikan di setiap satuan