Anda di halaman 1dari 14

Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

MANAJEMEN PELAKSANAAN TES DIAGNOSTIK AWAL


DI SEKOLAH DASAR PASCA BELAJAR DARI RUMAH
UNTUK MENGIDENTIFIKASI LEARNING LOSS

Rina Komalawati
Kepala Sekolah Dasar Negeri Kranji I, Bekasi
E-mail: rinakomalawati92.ak@gmail.com

Abstrak
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik secara holistik, meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Pada masa Pandemi Covid-19, setiap satuan pendidikan dihimbau oleh
pemerintah untuk melaksanakan Belajar dari Rumah (BDR) untuk mengurangi penyebaran
virus Covid-19 secara masif. Pelaksanaan BDR banyak menimbulkan polemik dan masalah
dikarenakan berbagai kendala dalam pelaksanaannya, seperti berkurangnya waktu belajar,
ketidaksiapan orang tua, sulitnya sinyal internet, serta sarana dan prasarana pendukung
lainnya. Kendala-kendala tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembelajaran selama
BDR berjalan secara tidak normal dibandingkan pembelajaran tatap muka pada umumnya.
Ketidaknormalan pelaksanakan pembelajaran selama BDR diduga akan menyebabkan
learning loss utamanya defisit kompetensi siswa yang tentunya akan berdampak buruk bagi
siswa dan sistem pendidikan secara nasional jika tidak segera diatasi. Upaya awal untuk
mengatasi bahaya learning loss adalah mengidentifikasi keberadaannya melalui penilaian
diagnostik awal, di antaranya melalui tes untuk aspek pengetahuan. Tes diagnostik awal
dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan siswa dalam menguasai materi
ajar tertentu pasca-BDR dan mengetahui penyebabnya agar dapat dirumuskan tindak lanjut
berupa intervensi pembelajaran yang relevan dengan kekurangan siswa. Pelaksanaan tes
diagnostik awal ini harus dikelola dengan baik oleh berbagai pihak terkait, terutama guru dan
kepala sekolah sesuai dengan peran masing-masing. Guru berperan dalam mengembangkan
soal tes diagnostik awal, sementara kepala sekolah memfasilitasi dan memonitor pelaksanaan
tes diagnostik awal agar sesuai dengan tujuannya untuk mengatasi learning loss pasca-BDR.
Kata kunci: Belajar dari Rumah, Learning Loss, Tes Diagnostik

Abstract
Assessment is a process of collecting and processing information to measure the achievement
of student learning outcomes holistically, including attitudes, knowledge, and skills. During
the Covid-19 Pandemic, every education unit was urged by the government to carry out
Learning from Home (BDR) to reduce the massive spread of the Covid-19 virus. The
implementation of BDR caused a lot of polemics and problems due to various obstacles in its
implementation, such as reduced learning time, unpreparedness of parents, difficulty in
internet signaling, and other supporting facilities and infrastructure. These constraints
indicate that the implementation of learning during BDR runs abnormally compared to face-
to-face learning in general. Abnormalities in the implementation of learning during BDR are
expected to cause learning loss, especially student competency deficits, which of course will
have a negative impact on students and the national education system if not addressed
immediately. The initial effort to overcome the dangers of learning loss is to identify its
presence through an initial diagnostic assessment, including through tests for aspects of
knowledge. Initial diagnostic tests are carried out to find out the strengths and weaknesses of
students in mastering certain post-BDR teaching materials and find out the causes so that

135 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

follow-up actions can be formulated in the form of learning interventions that are relevant to
students' shortcomings. The implementation of this initial diagnostic test must be managed
properly by various related parties, especially teachers and school principals according to
their respective roles. The teacher plays a role in developing the initial diagnostic test
questions, while the principal facilitates and monitors the implementation of the initial
diagnostic test so that it is in accordance with its objectives to overcome post-BDR learning
loss.
Keywords: Learning from Home, Learning Loss, Diagnostic Test

PENDAHULUAN tatap muka di sekolah dengan alasan-alasan


Pembelajaran merupakan interaksi yang rasional, di antaranya kendala teknis
antarsiswa, siswa dengan guru dan sumber dan waktu belajar. Pembelajaran aspek
belajar pada suatu lingkungan belajar. pengetahuan dan keterampilan yang
Interaksi yang terjadi sebagai makna idealnya dilaksanakan di sekolah sebagai
pembelajaran memerlukan intervensi guru salah satu pusat pendidikan beralih peran
sebagai fasilitator dan desainer dan bergeser pelaksanaannya menjadi di
pembelajaran. Bentuk intervensi guru untuk keluarga (rumah) yang idealnya lebih
mengondisikan interaksi yang terjadi berperan terkait kecerdasan budi pekerti.
selama pembelajaran idealnya memosisikan Pembelajaran yang terjadi selama BDR
siswa sebagai pusat pembelajaran. dengan berbagai kendala teknis maupun
Pembelajaran yang berpusat pada siswa waktu tentunya menyebabkan kehilangan
memberikan kesempatan dan ruang untuk kesempatan atau waktu belajar optimal
siswa beraktivitas selama pembelajaran (learning loss), salah satunya defisit
berlangsung. Aktivitas siswa dalam kompetensi dari yang diharapkan.
pembelajaran akan terarah sesuai dengan Learning loss merupakan keadaan
tujuan, jika guru dapat mengelola kehilangan kesempatan dan waktu belajar
pembelajaran dengan sebaik-baiknya. yang optimal sebagai dampak pelaksanaan
Dengan demikian, kehadiran guru mutlak proses pembelajaran yang tidak normal
diperlukan untuk memastikan interaksi seperti biasanya. Learning loss merupakan
terjadi antarsiswa, siswa dengan materi bahaya nasional dan dunia terkait kualitas
pembelajaran atau sumber belajar, terutama pendidikan secara global apabila tidak
interaksi siswa dengan guru. segera di atasi. Langkah awal untuk
Pembelajaran selama pandemi mengatasi masalah learning loss adalah
Covid-19 dilaksanakan di rumah sebagai mengidentifikasi kesulitan atau hambatan
bentuk prevensi agar siswa aman dari belajar siswa, penyebab, dan mencari solusi
bahaya pandemi sesuai dengan kebijakan- untuk menyelesaikan kesulitan atau
kebijakan yang mengatur pembelajaran hambatan belajar siswa. Proses identifikasi
selama masa pandemi Covid-19. Pada kesulitan dan hambatan belajar siswa dapat
umumnya, pembelajaran selama Belajar dilakukan melalui penilaian atau asesmen
dari Rumah (BDR) dilaksanakan secara pembelajaran yang bersifat diagnostik.
online (daring) dan/atau tatap muka melalui Penilaian diagnostik dilakukan untuk
guru berkeliling atau berkunjung. Interaksi mendiagnosis kesulitan atau hambatan
yang terjadi selama BDR tentunya tidak belajar siswa, mengidentifikasi
seefektif pelaksanaan pembelajaran secara

136 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

penyebabnya untuk dirumuskan tindak idealnya melibatkan banyak unsur atau


lanjut perbaikan. sumber daya sekolah agar pelaksanaannya
Penilaian diagnostik yang dilakukan berjalan dengan tertib, lancar, dan efektif.
pasca-BDR lebih dominan terkait aspek Efektivitas pelaksanaan tes diagnostik awal
pengetahuan yang dapat dilakukan melalui sangat bergantung pada keterlibatan seluruh
tes diagnostik awal. Tes diagnostik awal pihak, utamanya kepala sekolah sebagai
dilaksanakan di awal pembelajaran tatap manager atau pemimpin di satuan
muka pasca-BDR untuk menemukenali pendidikan.
kesulitan belajar siswa selama BDR,
mengidentifikasi penyebab dan solusi Belajar Dari Rumah Saat Pandemi
efektif sebagai intervensi untuk Covid-19
pembelajaran tatap muka pasca-BDR. Belajar merupakan proses berjuang
Kesulitan belajar siswa pasca-BDR yang manusia untuk mengubah perilakunya ke
tidak teridentifikasi sejak dini akan arah yang lebih baik dalam berbagai situasi
menimbulkan polemik dan masalah besar dan kondisi. Belajar sebagai perubahan
berkelanjutan secara nasional dan global. perilaku manusia ke arah yang lebih baik
Dengan demikian, tes diagnostik awal menjadi indikasi manusia yang lulus dalam
pasca-BDR mutlak sangat perlu dilakukan menjalani kehidupannya (Iriawan, 2020,
agar pelaksanaan pembelajaran tatap muka hlm. 2). Sebagai makhluk yang dikaruniai
dapat dilaksanakan sesuai dengan kesulitan akal budi, idealnya manusia tidak menyerah
belajar dan kebutuhan belajar siswa. Tes begitu saja pada kondisi yang sulit,
diagnostik awal yang tidak dilaksanakan termasuk kondisi pandemi Covid-19 yang
akan menyebabkan kekeliruan dalam telah banyak berdampak pada bidang
memfasilitasi pembelajaran tatap muka atau pendidikan secara nasional dan global.
dalam menerapkan intervensi selama Pelaksanaan proses belajar atau
pembelajaran tatap muka pasca-BDR. pembelajaran selama masa pandemi Covid-
Tes diagnostik awal dapat 19 mengalami pergeseran dari kondisi
terlaksana sesuai dengan tujuannya apabila optimal pembelajaran, yakni pembelajaran
dikelola dengan baik oleh semua pihak tatap muka di sekolah kepada pelaksanaan
terkait, di antaranya guru dan kepala Belajar dari Rumah (BDR), khususnya bagi
sekolah. Guru dapat berperan dalam daerah yang berzona kuning, orange, dan
mengembangkan soal tes diagnostik awal merah. Meskipun daerah yang berzona
sesuai dengan materi pembelajaran pada hijau diperbolehkan untuk melaksanakan
Kompetensi Dasar (KD) yang pembelajaran tatap muka di sekolah, tetapi
dipelajarinya. Kepala sekolah sebagai pelaksanaannya harus melalui prosedur
pemimpin yang berperan dalam memimpin tertentu dan protokol kesehatan (SKB 4
manajemen sekolah berperan dalam Menteri Nomor 01/KB/2020; 516/2020;
mengelola pelaksanaan tes diagnostik awal 363/2020; dan 440-882/2020).
oleh guru kelas pada setiap jenjang kelas, Pergeseran atau transformasi
mulai perencanaan, pelaksanaan, pembelajaran dari tatap muka di sekolah
pengorganisasian, dan pemantauan. menjadi BDR banyak mengundang polemik
Manajemen tes diagnostik awal yang yang berawal dari kekalutan dan
dilakukan oleh kepala sekolah di awal kebingungan masyarakat pendidikan
pembelajaran tatap muka pasca-BDR termasuk siswa, orang tua, dan guru tentang

137 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

bagaimana seharusnya BDR dilakukan. belum siap dengan BDR secara daring
Iriawan (2020, hlm. 3) menyatakan bahwa dengan berbagai alasan yang rasional,
pada umumnya BDR dilaksanakan lebih seperti jaringan internet dan kemampuan
berorientasi pada aspek kognitif TIK. Pembelajaran secara luring
(intelektualistis) dan penguasaan materi menggunakan media pembelajaran atau
melulu (materialistis) dengan menjadikan bahan ajar buku dan Lembar Kerja Peserta
materi pembelajaran sebagai subjek Didik (LKPD) lebih dipilih oleh
pendidikan. Pembelajaran hanya masyarakat Indonesia pada umumnya.
melibatkan interaksi antara siswa dan Hasil penelitian lembaga riset
materi pembelajaran, tanpa melibatkan INOVASI tentang pelaksanaan BDR
interaksi dengan siswa lain dan guru. selama masa pandemi Covid-19
Padahal, materi pembelajaran hanya menunjukkan bahwa 87% siswa
sebagai alat untuk mengasah kecakapan memperoleh manfaat selama BDR, 100%
hidup siswa yang keberadaannya mendapatkan tugas selama BDR, dan 65%
dikendalikan oleh siswa sebagai subjek mendapatkan kesempatan bertanya selama
pendidikan. Namun demikian, menurutnya BDR. Hal ini bertentangan dengan hasil
kondisi pandemi Covid-19 mengembalikan penelitian Cahyani, dkk. (2020, hlm. 134-
pendidikan kepada khitohnya bahwa 135) yang menunjukkan bahwa motivasi
pendidikan pertama dan utama adalah belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
pendidikan keluarga yang terimplementasi daring menurun pada masa pandemi Covid-
melalui kebijakan BDR dengan berorientasi 19. Hal ini bermakna bahwa BDR tetap
pada kecerdasan budi pekerti dan memberikan manfaat kepada siswa dari
kecakapan hidup. proses belajarnya, namun pembelajaran
Pembelajaran melalui BDR selama tatap muka di sekolah memberikan manfaat
pandemi Covid-19 pada umumnya yang lebih besar dan diharapkan siswa
dilaksanakan melalui online atau moda untuk dapat dilaksanakan. Interaksi
dalam jaringan (daring) menggunakan antarsiswa, siswa dengan guru dan sumber
platform atau media komunikasi yang belajar sebagai makna pembelajaran selama
paling mudah digunakan oleh guru dan BDR belum dapat dilaksanakan secara
siswa, di antaranya zoom meeting atau optimal dikarenakan berbagi kendala teknis
google meet dan luring melalui guru maupun non-teknis yang dihadapi oleh
berkeliling (guling) atau melalui media sistem pendidikan, terutama guru dan
buku dan LKPD. Hal ini dikuatkan oleh siswa.
hasil penelitian oleh salah satu lembaga Pelaksanaan BDR selama masa
riset INOVASI yang menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 mengalami banyak
pembelajaran melalui BDR selama kendala yang harus segera diatasi untuk
pandemi Covid-19 di beberapa tempat yang menjamin keberlanjutan proses dan kualitas
menjadi sampel survei secara nasional pendidikan secara nasional. Mutaqinah dan
(Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Hidayatullah (2020, hlm. 94) menyatakan
Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara bahwa kendala pelaksanaan BDR selama
dilaksanakan melalui daring sebanyak 28%, masa pandemi Covid-19 adalah kesulitan
luring sebanyak 66%, dan tidak belajar dalam mengontrol siswa belajar dan
sebanyak 6%. Hal ini menunjukkan bahwa mengatur waktu belajar, sehingga target
secara nasional, masyarakat Indonesia kurikulum tidak tercapai optimal terutama

138 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

penilaian sikap. Proses pembelajaran yang memungkinkan untuk dipelajari siswa


tidak dapat dilaksanakan secara optimal secara tematik di rumah yang berorientasi
selama BDR berdampak pada hasil belajar pada cara belajar, kecakapan hidup, dan
yang tidak lagi berorientasi pada budi pekerti; (2) mengembangkan berbagai
ketercapaian kurikulum pada aspek situasi pembelajaran supaya tetap terjadi
pengetahuan, melainkan berorientasi pada interaksi antarsiswa, siswa dengan guru,
sikap atau budi pekerti dan kecakapan dan siswa dengan sumber belajar pada
hidup siswa. Namun demikian, menurut lingkungan belajar di rumah agar tidak
mereka pelaksanaan BDR berdampak kehilangan makna pembelajaran sebagai
positif bagi orang tua, di antaranya sebuah interaksi; (3) mengembangkan
kesempatan dekat dengan anak dan dapat bahan ajar cetak atau elektronik untuk
mendampingi anak belajar dan memahami pembelajaran di rumah yang mudah
kesulitan belajar anak dan guru di sekolah. dipahami oleh orang tua dan melibatkan
Kendala yang terjadi selama BDR media yang mudah ditemukan oleh siswa di
menggunakan berbagai moda, baik daring, lingkungan sekitar rumahnya untuk
luring, maupun kombinasi harus segera mencegah terjadinya hambatan atau
diatasi dengan tetap memastikan warga kesulitan belajar siswa; (4)
sekolah aman dan selamat dari adanya mengembangkan bahan ajar yang memuat
resiko penularan virus. Kemdikbud (2020, berbagai situasi pembelajaran supaya siswa
hlm. 37-38) menyatakan bahwa konsep dapat belajar mandiri melalui alur belajar
pembelajaran di masa pandemi Covid-19 yang benar didampingi oleh orang tua; (5)
mengacu pada beberapa hal, di anataranya: melakukan validasi terhadap cara dan hasil
(1) mengacu pada kebutuhan siswa; (2) belajar siswa secara daring maupun luring
tetap memenuhi protocol kesehatan; (3) melalui kunjungan secara periodik dan
mengacu pada kurikulum kondisi khusus; berkelanjutan ke rumah siswa secara
(4) mengacu pada prinsip pembelajaran di kelompok-kelompok kecil untuk
masa pandemi Covid-19; dan (5) tetap mengurangi kesenjangan konsepsi menurut
adaptif terhadap dinamika kondisi pandemi siswa, guru, dan konsepsi ilmiah; (6)
Covid-19. Prinsip pembelajaran selama merancang situasi pembelajaran yang
masa pandemi Covid-19 menjadi dasar memungkinkan siswa menerapkan materi
pelaksanaan strategi pembelajaran, di pembelajaran yang telah dipelajarinya dan
antaranya: (1) berorientasi kepada siswa; guru dapat melakukan asesmen secara
(2) berorientasi pada keterampilan hidup; komprehensif dan berkelanjutan; dan (7)
(3) pembelajaran bermakna dan merancang berbagai situasi pembelajaran
terdiferensiasi; (4) pemberian umpan balik; yang memungkinkan orang tua untuk
dan (5) inklusif. paling tidak mendampingi atau berdekatan
Iriawan (2020, hlm. 4) dengan siswa, memfasilitasi, memotivasi,
merekomendasikan beberapa hal yang perlu dan mencatat perkembangan belajar
dilakukan oleh guru dalam melaksanakan anaknya.
BDR baik secara daring maupun luring
supaya pembelajaran bermakna dan Tes Diagnostik Awal di Sekolah Dasar
berjalan secara efektif, antara lain: (1) Kansanen (2003, hlm. 224)
mengidentifikasi KD yang paling penting menggambarkan berbagai bentuk interaksi
untuk hidup siswa dan paling selama pembelajaran berlangsung yang

139 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

melibatkan berbagai hubungan antarsiswa, itu, lebarnya ZCID setelah pembelajaran


siswa dengan guru, siswa dengan materi berlangsung merupakan penanda bahwa
pembelajaran, serta guru dan siswa. pembelajaran yang dilaksanakan belum
Interaksi antara antarsiswa serta siswa optimal sesuai dengan standar yang telah
dengan guru menghasilkan hubungan yang ditetapkan secara literatur dan nomenklatur.
bersifat pedagogis, dimana satu sama lain Hambatan belajar siswa khususnya
saling mendidik dan saling membelajarkan. pada aspek pengetahuan dan keterampilan
Interaksi antara siswa dengan materi banyak terjadi khususnya saat Belajar dari
pembelajaran menghasilkan hubungan yang Rumah (BDR) sebagai dampak pandemi
bersifat didaktis, dimana materi Covid-19. Hambatan belajar tersebut
pembelajaran sebagai informasi atau merupakan dampak dari defisit kompetensi
pengetahuan yang disesuaikan dengan (learning loss) yang terjadi akibat
kebutuhan siswa dan siswa mempelajari pelaksanaan BDR yang terlalu lama dan
materi tersebut dan mengembangkannya pastinya pelaksanaan pembelajaran menjadi
sesuai pemahamannya. Sementara itu, tidak normal, baik waktu maupun
materi pembelajaran dikembangkan oleh prosesnya. Defisit kompetensi pada aspek
guru dengan cara mengantisipasi kebutuhan pengetahuan (kognitif) yang terjadi selama
siswa sesuai dengan karakteristik materi BDR khususnya harus dapat diidentifikasi
pembelajaran, siswa, dan bidang ilmu. oleh guru dengan cara sedini mungkin
Interaksi yang terjadi antara siswa dengan melakukan tes diagnostik untuk mengetahui
materi disebut sebagai hubungan didaktis kesulitan belajar siswa dan penyebabnya.
yang sering menimbulkan perbedaan Tes diagnostik merupakan tes yang
bayangan konsep dalam memaknai materi digunakan untuk mengetahui kelemahan-
pembelajaran dikarenakan karakter kelemahan siswa dalam menguasai materi
manusia yang subjektif. atau kompetensi tertentu serta
Suryadi (2019, hlm. 22) penyebabnya, sehingga hasilnya dapat
menyatakan bahwa perbedaan bayangan digunakan sebagai dasar untuk memberikan
konsep atau sering disebut sebagai Zone of tindak lanjut berupa perlakuan (intervensi)
Concept Image Differences (ZCID) terjadi yang tepat dan sesuai dengan kelemahan
antarsiswa, siswa dengan guru, guru siswa (Kemdiknas, 2007, hlm. 1-2).
dengan konsepsi ilmiah, dan siswa dengan Iriawan, dkk. (2020, hlm. 2-3)
konsepsi ilmiah. Menurutnya, seorang guru menyatakan bahwa tes diagnostik memiliki
harus mampu mengantisipasi supaya ZCID ciri-ciri yang membedakan dengan jenis tes
yang terjadi tidak terlalu lebar, bahkan lainnya, di antaranya: (1) memiliki
bayangan konsep yang terbangun dalam varibialitas yang rendah dan waktu
benak siswa memiliki kebenaran yang pengerjaan yang fleksibel; (2) mendeteksi
objektif sebagai sebuah informasi bersama kesulitan belajar siswa dan bukan untuk
yang benar (true), diyakini benar (believe), menguji siswa; (3) disertai interpretasi dan
dan terbuktikan kebenarannya (justified) rancangan tindak lanjut; (4) terdapat
sehingga menjadi pengetahuan bersama. analisis terhadap sumber kesalahan atau
Lebarnya ZCID selama dan setelah kesulitan belajar siswa; dan (5)
pembelajaran berlangsung merupakan menggunakan soal bentuk supply respons.
indikasi munculnya hambatan belajar Jenis tes lainnya, seperti tes formatif untuk
(learning obstacles) pada diri siswa. Selain memperbaiki kualitas proses pembelajaran

140 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

selanjutnya tidak secara mendalam pada tes diagnostik bukan untuk


menggali berbagai kelemahan atau dibandingkan dengan KKM sehingga
kesulitan belajar siswa terkait topik menentukan kelulusan setiap siswa,
tertentu. Sementara itu, tes sumatif melainkan sebagai koding untuk
cenderung bersifat menguji dibandingkan mengelompokkan kesulitan belajar siswa.
dengan memperbaiki kualitas proses Dengan koding tersebut, guru dapat
pembelajaran berdasarkan kelemahan atau mengategorikan kesulitan belajar siswa
kesulitan belajar siswa. Dengan demikian, untuk diidentifikasi penyebabnya dan
kehadiran tes diagnostik dengan ciri-ciri dirumuskan tindak lanjut sesuai dengan
yang membedakan dengan jenis tes lainnya kategori hambatan, kesulitan, dan
dalam pembelajaran sama sekali tidak kelemahan belajar siswa. Dengan demikian,
menggantikan peran tes formatif dan tes tes diagnostik melibatkan proses
sumatif. interpretasi terhadap kemungkinan setiap
Tes diagnotik dapat menggali secara jawaban siswa beserta kemungkinan
mendalam berbagai hambatan, kesulitan, penyebabnya sebagai dasar penyusunan
dan kelemahan belajar siswa dalam rancangan tindak lanjut pembelajaran yang
menguasai materi pembelajaran tertentu. merupakan bentuk antisipasi didaktis
Kedalaman eksplorasi hambatan, kesulitan, pedagogis untuk pembelajaran berikutnya.
dan kelemahan belajar siswa dalam Tes diagnostik bertujuan untuk
cakupan materi pembelajaran tertentu yang memperoleh informasi tentang kesulitan
lebih kecil cakupannya, tes diagnostik atau masalah belajar setiap siswa untuk
dicirikan dengan memiliki variabilitas yang diidentifikasi penyebabnya dan dirumuskan
rendah. Soal-soal dalam tes diagnostik tindak lanjut yang relevan untuk mengatasi
disusun secara mendalam untuk satu topik masalah atau kesulitan belajar siswa. Tes
tertentu, sehingga teridentifikasi benar diagnostik ini dimaksudkan bukan untuk
kesulitan belajar siswa pada topik tersebut. menilai siswa menggunakan skor untuk
Setiap siswa dapat mengerjakan soal sesuai dibandingkan dengan siswa lainnya
dengan kecepatan belajarnya (variatif) (normatif) atau dengan kriteria (patokan),
dengan waktu yang tidak dibatasi, sehingga atau mengukur ketercapaian kompetensi
setiap siswa dapat menuntaskan semua soal tertentu, melainkan untuk mendiagnosis
yang diberikan dalam tes diagnostik. kesulitan atau masalah belajar siswa.
Pembatasan waktu dalam tes diagnostik Dalam tes diagnostik ini sekalipun muncul
dapat mengaburkan atau menimbulkan bias skoring tetapi tetap skor tersebut berfungsi
terkait kesulitan belajar siswa yang sebagai kode sebagai indikasi awal adanya
sebenarnya, atau dengan kata lain waktu masalah belajar pada setiap siswa. Dengan
pengerjaan tes diagnostik bersifat fleksibel. demikian, biasanya pada tes diagnostik ini
Tes diagnostik sesuai dengan tidak menggunakan istilah pedoman
fungsinya lebih ditujukan untuk mendeteksi penskoran yang dikhawatirkan dapat
hambatan, kesulitan, dan kelemahan belajar mengaburkan pemahaman guru tentang tes
siswa dan bukan untuk menguji siswa. Tes diagnostik, tetapi menggunakan pedoman
diagnostik berbeda dengan jenis tes lainnya pengodean untuk memudahkan guru dalam
yang cenderung kaku dengan Kriteria mendiagnosis kesulitan atau masalah
Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai belajar siswa, interpretasi, dan tindak
parameter kelulusan siswa. Adanya skor lanjutnya.

141 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

Sebagaimana dijelaskan di atas memberikan tes diagnostik untuk


bahwa tes diagnostik melibatkan proses mengidentifikasi sumber kesulitan belajar
analisis terhadap sumber kesalahan atau siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang telah
kesulitan belajar siswa, dimana guru mencapai hasil belajar yang diharapkan
memikirkan dan mengidentifikasi penyebab dapat melanjutkan pembelajaran pada topik
terjadinya kesulitan belajar siswa tersebut. atau kompetensi berikutnya. Dengan kata
Guru mendaftar berbagai kemungkinan lain, tes diagnostik dapat dilakukan pasca-
penyebab kesulitan belajar tersebut dan tes lainnya untuk menggali lebih mendalam
menuangkannya kedalam bentuk soal. tentang kesulitan, hambatan, dan
Jawaban siswa dari setiap bentuk soal kelemahan belajar siswa beserta
merepresentasikan kesulitan belajar dan penyebabnya secara komprehensif.
penyebabnya yang menjadi dasar untuk Tes diagnostik dapat dilakukan di
perumusan tindak lanjut berupa intervensi setiap jenjang kelas dan jenjang
pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, pendidikan, termasuk jenjang SD.
tes diagnostik dapat dilakukan sesuai Diagnosis yang dilakukan menggunakan tes
fungsinya dengan mengurangi bias yang diagnostik disesuaikan dengan materi
mungkin muncul, di antaranya munculnya pembelajaran pada kompetensi dasar (KD)
jawaban coba-coba (trial and error) yang di SD untuk diidentifikasi penyebab
biasanya terjadi pada bentuk soal selected kesulitan, hambatan, dan kelemahan belajar
respons (pilihan jamak). Dengan demikian, siswa dalam menguasai materi
soal bentuk uraian (supply respons) pembelajaran tertentu pada KD tersebut.
merupakan bentuk soal yang sesuai untuk Interpretasi dari kesulitan, hambatan, atau
tes diagnostik, atau dapat juga kelemahan belajar siswa sangat diperlukan
menggunakan bentuk selected respons yang untuk diidentifikasi penyebab sebenarnya
beralasan untuk mengurangi unsur coba- dari kesulitan belajar setiap siswa dikaitkan
coba dari jawaban siswa. dengan karakteristik siswa SD khususnya.
Tes diagnotik dapat dilakukan di Karakteristik siswa SD harus dilibatkan
setiap bagian pembelajaran sebagai bentuk dalam menginterpretasikan dan
penilaian sebagai pembelajaran (assessment mengidentifikasi penyebab terjadinya
as learning), baik pada awal pembelajaran, kesulitan belajar siswa SD tertentu.
saat pembelajaran, maupun di akhir Karakteristik siswa SD pada umumnya
pembelajaran. Hal inilah yang juga yang masih berpikir konkret, banyak
membedakan tes diagnostik dengan tes berimajinasi, suka berkelompok, bernyanyi,
lainnya, seperti tes formatif dan tes sumatif bergerak, dan melakukan aktivitas fisik
yang cenderung dilaksanakan di akhir dibandingkan mental menjadi pisau analisis
pembelajaran. Tes formatif yang dilakukan terkait interpretasi kesulitan belajar,
untuk memantau kemajuan belajar siswa penyebab, dan bahkan tindak lanjut
idealnya memiliki fungsi diagnostik, pembelajaran untuk mengatasi masalah
sehingga intervensi guru sebagai tindak belajar setiap siswa.
lanjut pembelajaran sesuai dengan kesulitan Pelaksanaan BDR pada masa
belajar siswa beserta sumber masalahnya. pandemi Covid-19 pada setiap jenjang
Dari tes formatif yang telah dilakukan, jika kelas dan jenjang pendidikan termasuk SD
siswa belum mencapai hasil belajar yang banyak menimbulkan masalah
diharapkan maka guru selanjutnya pembelajaran, terutama kesulitan dan

142 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

hambatan belajar siswa dalam menguasai di tahun 2022 dibandingkan dengan tahun
materi pembelajaran tertentu. Masalah sebelumnya sebagai dampak learning loss
tersebut bisa berdampak buruk terhadap semasa pandemi Covid-19.
keberlanjutan dan kualitas pendidikan dan Pelaksanaan BDR selama pandemi
pembelajaran secara nasional. Upaya untuk Covid-19 sebagai bentuk prevensi agar
menyelesaikan masalah tersebut harus siswa aman dari bahaya pandemi sesuai
segera dilakukan, di antaranya dengan dengan kebijakan-kebijakan yang mengatur
mendiagnosis berbagai kesulitan, pembelajaran selama masa pandemi Covid-
hambatan, dan kelemahan belajar siswa 19. Pada umumnya, interaksi yang terjadi
pasca-BDR sebelum melanjutkan selama BDR tidak seefektif pelaksanaan
pembelajaran secara normal atau pembelajaran secara tatap muka di sekolah
kenormalan baru melalui tatap muka di dengan alasan-alasan yang rasional, di
sekolah. Diagnosis tentang masalah belajar antaranya kendala teknis dan waktu belajar.
siswa pasca-BDR dilakukan pada awal Pembelajaran aspek pengetahuan dan
pelaksanaan pembelajaran normal di keterampilan yang idealnya dilaksanakan di
sekolah melalui tes diagnostik awal untuk sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan
mengetahui berbagai masalah pembelajaran beralih peran dan bergeser pelaksanaannya
setiap siswa pasca-BDR. Tes diagnostik menjadi di keluarga (rumah) yang idealnya
awal memiliki peran penting sebagai dasar lebih berperan terkait kecerdasan budi
untuk melaksanakan pembelajaran yang pekerti. Pembelajaran yang terjadi selama
lebih efektif di setiap satuan pendidikan BDR dengan berbagai kendala teknis
pasca-BDR sesuai dengan masalah belajar maupun waktu inilah yang menyebabkan
siswa dan penyebabnya. terjadinya learning loss, salah satunya
berdampak pada defisit kompetensi dari
Learning Loss Pasca-BDR di Masa yang diharapkan. Defisit kompetensi
Pandemi Covid-19 sebagai dampak dari learning loss
Learning loss atau dalam bahasa disebabkan terjadinya hambatan belajar
Indonesia dikenal dengan kehilangan siswa pada saat BDR berlangsung
pembelajaran atau berkurangnya waktu dan khususnya terkait aspek pengetahuan dan
kesempatan untuk siswa, guru, dan materi keterampilan. Hambatan belajar tersebut
pembelajaran saling berinteraksi. Learning terjadi akibat pelaksanaan BDR yang
loss merupakan keadaan kehilangan terlalu lama yang tentunya menyebabkan
kesempatan dan waktu belajar yang optimal pelaksanaan pembelajaran menjadi tidak
sebagai dampak pelaksanaan proses normal, baik waktu maupun prosesnya.
pembelajaran yang tidak normal seperti Upaya untuk mengatasi dampak
biasanya. Learning loss banyak terjadi besar dan global pandemi Covid-19
selama BDR di masa pandemi Covid-19 terhadap berbagai bidang, termasuk
dan termasuk ancaman serta bahaya pendidikan telah dilakukan oleh berbagai
nasional dan dunia dalam bidang pihak. OECD (2020) telah
pendidikan yang menurunkan kualitas merekomendasikan beberapa hal untuk
pendidikan secara nasional dan global menjamin keberlanjutan pendidikan di
apabila tidak segera di atasi. Hasil riset masa pandemi Covid-19, yakni: (1)
OECD (2020) menunjukkan proyeksi skor melakukan penilaian terhadap kebutuhan
PISA yang akan menurun secara signifikan siswa (asses student need); (2) memperkuat

143 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

ekosistem belajar (strengthen learning dibelajarkan di rumah bersama orang tua.


ecosystem); (3) mencegah learning loss Penyesuaian kurikulum merupakan upaya
(recover learning loss); dan (4) terstruktur dan sistematis secara terpadu
menyesuaikan kurikulum (rebalance the untuk mengatasi bahaya learning loss
curriculum). Penilaian terhadap kebutuhan secara nasional yang telah dilakukan oleh
belajar siswa hendaknya dilakukan secara Kemdikbud melalui Surat Keputusan
komprehensif terkait akademik, emosional, Kepala Badan Penelitian dan
sikap, dan kesiapan belajar mereka. Pengembangan dan Perbukuan Nomor
Berdasarkan rekomendasi di atasm langkah 018/H/KR/2020 tentang Kompetensi Inti
awal yang harus dilakukan untuk mengatasi dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
masalah learning loss adalah Kurikulum 2013 untuk Kondisi Khusus.
mengidentifikasi kesulitan atau hambatan Antisipasi learning loss melalui
belajar siswa, penyebab, dan mencari solusi penyesuaian kurikulum, di antaranya
untuk menyelesaikan kesulitan atau penyesuaian KI dan KD dalam kondisi
hambatan belajar siswa. Proses identifikasi khusus pandemi Covid-19 berdampak besar
kesulitan dan hambatan belajar siswa dapat terhadap guru, siswa, dan orang tua. Bagi
dilakukan melalui penilaian atau asesmen guru, penyesuaian kurikulum ini sebagai
pembelajaran yang bersifat diagnostik. acuan pelaksanaan pembelajaran dengan
Pencegahan terhadap learning loss yang kurikulum yang lebih sederhana,
berdampak terhadap defisit kompetensi dan berkurangnya beban belajar sehingga guru
kehilangan waktu belajar siswa pasca-BDR dapat memfokuskan diri pada pendidikan
selama pandemi Covid-19 dapat dilakukan dan pembelajaran yang esensial dan
melalui penilaian diagnostik awal. kontekstual, serta kesejahteraan psikososial
Selain upaya melalui penilaian guru meningkat. Bagi siswa, penyesuaian
diagnostik awal, upaya lainnya untuk kurikulum membuat siswa tidak terbebani
mengatasi ancaman dan bahaya learning tuntutan menuntaskan seluruh capaian
loss pasca-BDR di masa pandemi Covid-19 kurikulum dan dapat berfokus pada
adalah melalui penguatan ekosistem belajar pendidikan dan pembelajaran yang esensial
meliputi penyediaan lingkungan belajar dan kontekstual, serta kesejahteraan
yang kondusif sesuai dengan ragam gaya psikososial siswa meningkat. Bagi orang
belajar siswa menerapkan strategi tua, penyesuaian kurikulum mempermudah
pembelajaran yang aman bagi siswa pendampingan pembelajaran di rumah
melibatkan berbagai pihak terkait sehingga kesejahteraan psikososial orang
pelaksanaan pembelajaran di setiap satuan tua meningkat. Antisipasi learning loss
pendidikan. Selain itu, penyesuaian melalui penyesuian kurikulum kondisi
kurikulum dilakukan melalui kurikulum khusus ini diharapkan dapat membantu
kondisi khusus dengan berorientasi pada mengurangi kendala yang dihadapi guru,
budi pekerti dan kecakapan hidup siswa, dan orang tua selama BDR pada
dibandingkan pada aspek pengetahuan. masa pandemi Covid-19.
Penyesuaian kurikulum juga dilakukan Mitigasi terhadap learning loss
dengan mengidentifikasi materi dalam upaya mengatasi masalah pendidikan
pembelajaran atau KD esensial yang nasional selama BDR di masa pandemi
diperlukan untuk hidup siswa, dekat dengan Covid-19 harus dilakukan dengan
hidup siswa, dan memungkinkan untuk melibatkan seluruh pihak, di antaranya

144 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

orang tua, guru, sekolah, dan pemerintah. dan negara”. Upaya sadar dan terencana
Orang tua dapat dilibatkan untuk untuk mengembangkan potensi setiap siswa
berpartisipasi aktif dalam mendampingi, dapat dilakukan melalui berbagai program
memfasilitasi, dan memberikan motivasi sesuai kebutuhan yang melibatkan seluruh
belajar terhadap anaknya khususnya terkait pihak secara sinergis sesuai peran, tugas,
pendidikan budi pekerti dan kecakapan dan fungsi masing-masing. Dengan kata
hidup. Guru berperan dalam memfasilitasi lain, seluruh pihak, yakni sekolah,
pembelajaran di rumah dengan meyediakan keluarga, dan masyarakat harus terlibat
bahan ajar atau LKPD yang memandirikan aktif dalam mewujudkan pendidikan yang
siswa yang berorientasi pada kecerdasan bermutu dan berkemajuan.
pikiran atau penguasaan pengetahuan. Seluruh pihak yang terlibat dalam
Sekolah berperan dalam memfasilitasi upaya pengembangan sekolah selalu
aktivitas pembelajaran dari rumahatau dihadapkan pada berbagai kendala atau
menyediakan sarana dan prasarana masalah, termasuk kepala sekolah sebagai
pendukung pembelajaran dari tumah sesuai manager atau pemimpin di setiap satuan
dengan kemampuan setiap satuan pendidikan. Kepala sekolah yang kompeten
pendidikan. Pemerintah berupaya atau akan dapat memecahkan setiap masalah di
berperan dalam menysun kebijakan tentang satuan pendidikan yang dipimpinnya,
kurikulum dan pembelajaran di masa termasuk masalah terkait learning loss
pandemi Covid-19 yang aman dan berpusat pasca-BDR di masa pandemi Covid-19.
atau berpihak kepada siswa. Dengan Kemdikbud (2020) telah merumuskan
demikian, upaya sinergis dan kolaboratif model kompetensi kepala sekolah nasional
sesuai peran masing-masing tersebut yang relevan untuk menghadapi masalah
diharapkan dapat menekan ancaman dan pendidikan yang semakin kompleks di
bahaya learning loss. masa kini dan mendatang sebagai bentuk
reklasifikasi dan peringkasan 33 aspek
Manajemen Pelaksanaan Tes Diagnostik kompetensi yang selama ini digunakan
Awal di Sekolah Dasar dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun
Seluruh program dan kegiatan 2007 tentang Kepala Sekolah/Madrasah
pendidikan di setiap satuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi empat
harus dilaksanakan secara kolaboratif dimensi kompetensi, sebagai berikut:
melibatkan banyak pihak sesuai denga 1. Dimensi Mengembangkan Diri dan
peran, tugas, dan fungsi masing-masing. Orang lain
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Dimensi ini terkait dengan kemampuan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kepala sekolah dalam mengembangkan
dinyatakan bahwa “Pendidikan merupakan kompetensi diri dan warga sekolah
upaya sadar dan terencana untuk melalui kebiasaan refleksi secara
mewujudkan suasana belajar dan proses implisit, eksplisit, dan kritis untuk
pembelajaran agar peserta didik secara aktif perbaikan kinerja sesuai dengan tugas
mengembangkan potensi dirinya untuk dan fungsi serta pengembangan karier.
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, Dimensi kompetensi ini terdiri atas
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, empat kompetensi sebagai berikut:
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

145 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

a. Menunjukkan kebiasaan refleksi peningkatan kompetensi siswa dalam


untuk pengembangan diri secara berbagai aspek, meliputi sikap,
mandiri (self regulated learning) pengetahuan, dan keterampilan.
b. Mengembangkan kompetensi warga Dimensi kompetensi ini terdiri atas dua
sekolah untuk meningkatkan kualitas kompetensi sebagai berikut:
belajar murid (facilitating, coaching, a. Memimpin upaya mewujudkan visi
dan mentoring) sekolah menjadi budaya belajar yang
c. Berpartisipasi aktif dalam organisasi berpihak pada siswa
profesi kepemimpinan sekolah dan b. Memimpin dan mengelola program
komunikasi lain untuk sekolah yang berdampak pada
pengembangan karier siswa
d. Menunjukkan kematangan moral, 4. Dimensi Memimpin Pengembangan
emosi, dan spiritual untuk keperluan Sekolah
sesuai dengan kode etik (integrity) Dimensi ini terkait dengan kemampuan
2. Dimensi Memimpin Pembelajaran kepala sekolah dalam memimpin
Dimensi ini terkait dengan kemampuan upaya-upaya pengembangan sekolah
kepala sekolah dalam memimpin yang berorientasi pada optimalisasi
perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi proses belajar siswa dengan
pembelajaran untuk membangun mempertimbangkan kebutuhan sekolah
lingkungan belajar yang berpusat pada dan lingkungan sekitarnya melibatkan
siswa dengan melibatkan orang tua orangtua dan komunitas. Dimensi
sebagai pendamping pembelajaran kompetensi ini terdiri atas dua
sekaligus sebagai sumber belajar. kompetensi sebagai berikut:
Dimensi kompetensi ini terdiri atas a. Memimpin pengembangan sekolah
empat kompetensi sebagai berikut: untuk mengoptimalkan proses
a. Memimpin upaya membangun belajar siswa dan relevan dengan
lingkungan belajar yang kebutuhan komunitas sekitar sekolah
berpusat pada siswa b. Melibatkan orangtua dan komunitas
b. Memimpin perencanaan dan dalam pembiayaan dan
pelaksanaan proses belajar yang pengembangan sekolah
berpusat pada siswa
c. Memimpin refleksi dan perbaikan Peran kepala sekolah merujuk pada
kualitas proses belajar yang model kompetensi kepala sekolah di atas
berpusat pada siswa sangat esensial dalam menjamin
d. Melibatkan orangtua sebagai pelaksanaan tes dignostik awal dan
pendamping dan sumber belajar menyelesaikan masalah learning loss
di sekolah pasca-BDR di masa pandemi Covid-19.
3. Dimensi Memimpin Manajemen Kompetensi kepala sekolah dalam
Sekolah mengembangkan diri dan orang lain,
Dimensi ini terkait dengan kemampuan memimpin pembelajaran, memimpin
kepala sekolah dalam memimpin dan manajemen sekolah, dan memimpin
mengelola program sekolah untuk pengembangan sekolah berkaitan secara
mewujudkan visi sekolah menjadi langsung dan tidak langsung dengan upaya
budaya belajar yang berdampak pada menyelesaikan masalah learning loss

146 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

melalui tes diagnostik awal. Pelaksanaan dan masalah nasional dan global. Salah satu
tes diagnostik awal di setiap jenjang kelas masalah yang menjadi fokus seluruh pihak
dan jenjang pendidikan termasuk SD akan terkait sistem pendidikan sebagai dampak
berjalan dengan efektif apabila dikelola pelaksanaan BDR adalah masalah
dengan baik melibatkan seluruh pihak kehilangan pembelajaran (learning loss), di
terkait, terutama guru dan kepala sekolah antaranya defisit kompetensi dan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, kehilangan waktu belajar siswa. Salah satu
pengorganisasian, dan evaluasinya. upaya yang telah dilakukan dengan inisiasi
Perencanaan tes diagnostik awal dari Kemdikbud untuk mengatasi ancaman
melibatkan guru untuk mengembangkan tes dan bahaya berkepanjangan learning loss
diagnostik awal difasilitasi oleh kepala adalah dengan melakukan tes diagnostik
sekolah sebagai manager dan pemimpin di awal di setiap jenjang kelas dan jenjang
setiap satuan pendidikan untuk memimpin pendidikan. Dengan tes diagnostik awal,
pembelajaran dan memimpin manajemen hambatan belajar siswa beserta
sekolah khususnya terkait tes diagnostik penyebabnya pasca-BDR dapat
awal. Pelaksanaan tes diagnostik awal diidentifikasi sedini mungkin untuk
dilakukan oleh guru kelas untuk dirumuskan rencana tindak lanjut yang
mengidentifikasi masalah belajar siswa, relevan dengan kesulitan belajar siswa
penyebab, dan rencana tindak yang relevan, untuk pembelajaran tatap muka yang
sementara kepala sekolah memantau atau efektif di setiap satuan pendidikan.
memonitor untuk memastikan bahwa setiap Pelaksanaan tes diagnostik awal
guru kelas melaksanakan tes diagnostik pasca-BDR di masa pandemi Covid-19
awal dengan tertib. Kepala sekolah harus melibatkan seluruh pihak agar dapat
mengorganisasikan semua pihak yang berjalan dengan lancar, tertib, dan efektif.
terlibat sesuai dengan perannya dalam Manajemen pelaksanaan tes diagnostik
pelaksanaan tes diagnostik awal, serta awal perlu dilakukan oleh seluruh pihak
memastikan semua yang terlibat dapat terkait, terutama kepala sekolah sebagai
melaksanakan tugas dan tanggung manager atau pemimpin di setiap satuan
jawabnya. Kepala sekolah bersama guru pendidikan. Kepala sekolah harus
melaksanakan evaluasi terhadap merencanakan tes diagnostik awal dengan
pelaksanaan tes diagnostik awal dengan memfasilitasi para guru kelas untuk
mengidentifikasi kendala, penyebab, dan mengembangkan soal tes diagnostik awal,
tindak lanjut pelaksanan tes diagnostik memonitor dan memantau pelaksanaan tes
berikutnya. diagnostik awal yang dilaksanakan oleh
setiap guru kelas, menguatkan fungsi tes
KESIMPULAN diagnostik awal untuk mendiagnosis
Pandemi Covid-19 telah berdampak kesulitan belajar siswa beserta
luar biasa terhadap keberlanjutan dan penyebabnya bukan untuk menguji siswa,
kualitas pendidikan di setiap jenjang serta mengevaluasi pelaksanaan tes
pendidikan, termasuk jenjang SD. diagnostik awal bersama guru kelas. Kepala
Pelaksanaan BDR sebagai bentuk antisipasi sekolah yang kompeten selalu melakukan
terhadap keberlanjutan proses pendidikan aktivitas manajemen kolaboratif bersama
baik melalui daring, luring, maupun seluruh pihak terkait untuk memecahkan
kombinasi menimbulkan banyak polemik masalah besar pendidikan di setiap satuan

147 | Rina Komalawati. 135-148


Jurnal EDUPENA, Volume 01, Nomor 02, Desember 2020 p-ISSN 2722-3426

pendidikan terutama masalah learning loss Kompetensi Kepala Sekolah.


pasca-BDR di masa pandemi Covid-19. Jakarta: Kemdikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
DAFTAR PUSTAKA (Kemdikbud). (2020). Keputusan
Cahyani, A., Listiana, I.D., & Larasati. Kepala Badan Penelitian dan
(2020). Motivasi Belajar Siswa Pengembangan dan Perbukuan
SMA pada Pembelajaran Daring di Nomor 018/H/KR/2020.
Masa Pandemi. Journal Pendidikan Kompetensi Inti dan Kompetensi
Islam, 3 (1). 123-140. Dasar Pelajaran pada Kurikulum
Iriawan, S. B. (2020). Tantangan 2013 pada Pendidikan Anak Usia
Perencanaan Pembelajaran Jarak Dini, Pendidikan Dasar, dan
Jauh Luring. (Webinar Nasional). Pendidikan Menengah berbentuk
Kemdikbud, Jakarta. Sekolah Menengah Atas untuk
Iriawan, S. B. (2020). Pengembangan Tes Kondisi Khusus. Jakarta:
Diagnostik. (Webinar Nasional). Kemdikbud.
EduPena, Bandung. Mutaqinah, R. & Hidayatullah, T. (2020).
Iriawan, S. B. (2020). Bagaimanakah Implementasi Pembelajaran Daring
Belajar Matematika Dari Rumah (Program BDR) selama Pandemi
Saat Pandemi Tetap Bermakna. Covid-19 di Provinsi Jawa Barat.
Bunga Rampai Pembelajaran di Jurnal PETIK, 6 (2). 86-95.
Sekolah Dasar_Materi Organization of Economics Cooperation
Pendampingan Pembelajaran Jarak Development (OECD). (2020).
Jauh (PJJ) bagi Guru dan Tenaga PISA Projection-Estimates of
Kependidikan dan Orang Tua Siswa Covid-19 Impacts to Learning in
Pendidikan Dasar, Jakarta: Indonesia. World Economics
Kemdikbud. 81-90. Forum.
Kansanen, P. (2003). Studying The Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri
Realistic Bridge between Instruction Pendidikan dan Kebudayaan,
and Learning. An Attempt to a Menteri Agama, Menteri Kesehatan,
Conceptual Whole of The Teaching dan Menteri Dalam Negeri Republik
–Studying-Learning Process. Indonesia Nomor 03/KB/2021,
Educational Studies, 29 (2/3). 221- Nomor 384 Tahun (2021), Nomor
232. HK.01.08/Menkes/4242/2021, dan
Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 440-717 Tahun 2021 tentang
(Kemdiknas). (2007). Tes Panduan Penyelenggaraan
Diagnostik. Jakarta: Kemdiknas. Pembelajaran di Masa Pandemi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Corona Virus Disease 2019 (Covid-
(Kemdikbud). (2020). Panduan 19).
Penyelenggaraan Pembelajaran Suryadi, D. (2019). Landasan Filosofis
Pauddikdasmen di Masa Pandemi Penelitian Desain Didaktis (DDR).
Covid-19. Jakarta: Kemdikbud. Bandung: Pusat Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan DDR Indonesia.
(Kemdikbud). (2020). Model

148 | Rina Komalawati. 135-148

Anda mungkin juga menyukai