Oleh :
Bergitha Nino
Berdasarkan presentasi dari kelompok III mengenai “ Teori Belajar Konstruktivisme ” yang kita
bahas dapat diambil kesimpulannya bahwa:
4. Siswa harus dapat mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya
dengan sebuah proses yang disebut "bridging"
6. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa dalam melakukan
konstruksi pengetahuan
Adapun seorang tokoh pencetus teori yakni “ yang mengemukakan pendapatnya bahwa:
Vygostsky adalah seorang sarjana Hukum, tamat dari Universitas Moskow pada tahun 1917,
kemudian beliau melanjutkan studi dalam bidang filsafat, psikologi, dan sastra pada fakultas
Psikologi Universitas Moskow dan menyelesaikan studinya pada tahun 1925 dengan judul disertasi
“The Psychology of Art”. Dimana Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan
dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk
pengalaman dalam lingkungan tersebut.
1. Adaptasi (adaptation)
Maka dari ketiga aspek tersebut, dapat diadaptasikan terhadap lingkungan yang dilakukan melalui 2
proses yakni:
1. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun
pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi
dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian
atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi
tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian semata melainkan perkembangan semata.
Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri
dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
2. Akomodasi).
Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru
atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget
adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses
asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah
ketidakseimbangan (disequilibrium).
Oleh karena itu, teori belajar Konstruktivisme ini sebaiknya digunakan pada tingkatan
pendidikan belajar yang sudah dapat berfikir secara kritis. Hal ini dikarenakan Konstruktivisme
melibatkan belajar aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk dapat menghadapi
masalah-masalah yang dihadapinya karena menganut sistem pembelajaran penemuan (discovery
learning) dan belajar bermakna (meaningful learning).