Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

(KKL)

JUDUL :

PENANAMAN TREMBESI OLEH PT DJARUM FOUNDATION DALAM PROGRAM

TREES FOR LIFE

OLEH :

AJENG AULIA AISYAH - 24020114130093

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

JUNI, 2016
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PENANAMAN TREMBESI OLEH PT DJARUM

FOUNDATION DALAM PROGRAM TREES FOR LIFE

Mengetahui Semarang, 21 Juni 2016

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Dr. Enny Yusuf Wachidah Yuniwarti, MP AJENG AULIA AISYAH

NIP.195406081986032001 NIM. 24020114130093

Menyetujui

Ketua Departemen Biologi

Dr. Endah Dwi Hastuti, M.Si

NIP. 196105051986032003

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya

maka penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

yang berjudul PENANAMAN TREMBESI OLEH PT DJARUM FOUNDATION

DALAM PROGRAM TREES FOR LIFE.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan mata

kuliah KKL di Departemen Biologi Universitas Diponegoro.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada :

1. Ibu Dr. Endah Dwi Hastuti, M.Si selaku Ketua Departemen Biologi Fakultas Sains

dan Matematika Universitas Diponegoro.

2. Ibu Dr. Enny Yusuf Wachidah Yuniwarti, MP selaku dosen pembimbing KKL.

3. Rekan-rekan semua yang mengikuti kegiatan KKL dan keluarga yang selalu

mendukung penyusun.

4. Semua pihak yang ikut membantu dalam menyusun Laporan KKL “Penanaman

Trembesi oleh PT Djarum dalam Program Trees For Life” yang tidak dapat penyusun

sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki

penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semarang, Juni 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Judul Halaman

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 3
1.3. Tujuan........................................................................................................ 3
BAB II METODOLOGI............................................................................................... 4
2.1. Alat............................................................................................................ 4
2.2. Bahan......................................................................................................... 4
2.3. Cara Kerja.................................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................. 5
3.1. PT Djarum Kudus......................................................................................... 5
3.2. Program Penanaman Trembesi........................................................................9
3.2.1. Karakteristik Pohon Trembesi.................................................................10
3.2.2. Cara Penanaman Pohon Trembesi...........................................................13
BAB IV KESIMPULAN............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 16
LAMPIRAN............................................................................................................ 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara geografis, letak Kabupaten Kudus cukup strategis, karena berada di jalur

perlintasan ekonomi antarprovinsi sehingga menjadikan Kota Kudus sebagai sentra

perdagangan nasional yang memiliki mobilitas tinggi. Padahal, dari sisi luas wilayahnya

Kabupaten Kudus dianggap paling kecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah hanya

42.516 hektare yang terbagi menjadi 9 kecamatan.


Kota merupakan tempat atau pusat aktivitas manusia.Tingginya aktivitas suatu

kota atau wilayah menyebabkan meningkatnya arus transportasi sehingga dapat

menurunkan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini diakibatkan karena

polusi gas karbondioksida (CO2) yang sebagian besar dihasilkan oleh kendaraan

bermotor (Irwan,2005).
Gas CO2 tidak beracun namun bila terakumulasi dalam jumlah yang besar dapat

berkumpul di atmosfer sehingga menyebabkan suhu udara bumi meningkat. Salah satu

upaya untuk menekan konsentrasi CO di udara yaitu dengan menerapkan penambahan

area hijau atau yang dikenal dengan konsep ruang tebuka hijau (RTH). Permendagri No.

1 Tahun 2007 menetapkan luas ideal untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan

Perkotaaan adalah sebesar 20% (dua puluh) persen dari lahan publik dan 10% dari lahan

privat, sedangkan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 sebesar 30% dari luas wilayah

kota. Proporsi ini merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem

kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan system mikroklimat, maupun sistem

ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang

diperlukan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai estetika kota (Mulyadin dan

Gusti, 2013).

1
Kudus, pada tahun 1979, telah menjadi pusat perhatian dan keprihatinan dari

perusahaan Djarum. Karena kedaannya dulu sangat gersang dan sangat panas, tanpa

adanya peneduh di tepi-tepi jalan. Rasa iba dan prihatin muncul ketika melihat tukang

becak yang tengah beristirahat namun tidak ada tempat untuk berteduh. Hati kedua

Hartono bersaudara tergerak untuk menyelamatkan Kudus, membenahi dan menjadikan

Kudus kota yang teduh penuh dengan pohon-pohon yang rindang. Selama kurang lebih 6

tahun berjalan, Djarum telah memberi kontribusi dalam membangun Kudus yang hijau.

Di tahun 1985, lahirlah sebuah gagasan untuk terus tumbuh dan berkontribusi pada

negeri, yaitu Trees For Life, sebuah program dimana pada tempat-tempat tertentu akan

ditanami bibit-bibit pohon, dengan harapan dapat mengurangi jejak gas karbon dioksida

di Tanah Air. Sejak saat itu, bakti lingkungan Djarum dalam Djarum Foundation telah

melakukan penanaman pohon trembesi, dimulai dari jalur Kudus-Semarang.

Trembesi (Samanea saman) atau latinnya yang baru dikenal dengan Albizia

saman, dalam bahasa Inggris dikenal juga dengan nama Rain Tree. Trembesi memeliki

banyak julukan, salah satunya yaitu dikenal dengan sebutan Ki Hujan. Trembesi

merupakan tumbuhan tropika yang berada di benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil.

Di sana tumbuhan ini jarang disukai, karena jika telah tumbuh menjadi pohon yang

besar, akarnya dapat merusak jalan, bentang tajuknya yang lebar menghambat

pertumbuhan tumbuhan lain yang hidup di bawahnya untuk mendapatkan sinar matahari.

Namun demikian, tumbuhan trembesi ini menjadi populer sebagai tanaman peneduh.

Trembesi dapat tumbuh tinggi hingga mencapai ketinggian 25 meter, dengan diameter

batang mencapai 2 meter dan diameter kanopi mencapai 30 meter.

Trembesi dipilih karena keunggulannya dalam menyerap gas CO 2. Satu pohon

Trembesi yang telah berdiameter 15 meter mampu menyerap kurang lebih 28,5 ton CO 2

per tahun. Daya serap yang dimiliki tiap pohon berbeda-beda. Pohon Trembesi

2
merupakan pohon dengan daya serap tertinggi diantara pohon-pohon yang lainnya, yaitu

28.488 KG CO2/Tahun, kemudian diikuti oleh pohon beringin dengan daya serap sebesar

535,90 Kg CO /tahun (Dahlan dalam Mulyadin dan Gusti, 2013).

Selain itu, Trembesi pada masa Kudus tempoe doeloe memberikan manfaat yang

lebih di samping menyerap gas rumah kaca, yaitu sebagai peneduh di tepi-tepi jalan

seperti yang diharapkan. Hal yang dilakukan Djarum sangat dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat Kudus, sehingga kegiatan penanaman Trembesi dilanjutkan kembali di tahun

2010 di sepanjang jalur Pantura, dimulai dari Kudus-Losari, Losari-Merak, Kudus-

Surabaya, dan selesai pada tahun 2015 berakhir di jalur Surabaya-Banyuwangi.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana karakteristik tanaman trembesi dan cara penanaman Trembesi?
1.3. Tujuan
Menjelaskan karakteristik tanaman trembesi dan cara penanaman Trembesi

3
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam KKL ini yakni buku catatan, alat tulis, kamera,

recorder, pakaian lapangan, dan transprotasi yang digunakan untuk menuju ke PT

Djarum Kudus.
2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam KKL ini yakni data, informasi pegawai Djarum

Kudus, hasil tanya jawab dan diskusi selama pengamatan, pengamatan secara langsung

dan pustaka.
2.3. Cara Kerja
2.3.1. Pengumpulan informasi malalui lisan maupun tulisan.
2.3.2. Informasi yang didapatkan dicatat.
2.3.3. Informasi dianalisis berdasarkan pustaka.
2.3.4. Penyusunan laporan KKL.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. PT Djarum Kudus


Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

mencapai 42.516 Ha yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kudus merupakan daerah industri

dan perdagangan, dimana sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dan

memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB. Jiwa dan semangat wirausaha

masyarakat diakui ulet, semboyan jigang (ngaji dagang) yang dimiliki masyarakat

mengungkapkan karakter dimana disamping menjalankan usaha ekonomi juga

mengutamakan mencari ilmu. Dilihat dari peluang investasi bidang pariwisata, di

Kabupaten Kudus terdapat beberapa potensi yang bisa dikembangkan baik itu wisata

alam, wisata budaya maupun wisata religi. Bidang agrobisnis juga ikut memberikan citra

pertanian Kudus. Jeruk Pamelo dan Duku Sumber merupakan buah lokal yang tidak mau

kalah bersaing dengan daerah lain. Dalam hal seni dan budaya, Kudus mempunyai ciri

khas yang membedakan Kudus dengan daerah lain. Diantaranya adalah seni arsitektur

rumah adat Kudus, kekhasan produk bordir dan gebyog Kudus. Keanekaragaman potensi

yang dimiliki Kudus diharapkan mampu menarik masyarakat luar untuk bersedia hadir di

Kudus.
Kudus dikenal dengan kota industri kretek, dimana Kudus merupakan pusat

pabrik-pabrik rokok besar lokal seperti Gudang Garam, Sukun, Jambu Bol, Djarum, dan

lain-lain. Asal muasal rokok kretek berawal dari seorang warga lokal, Bapak Haji

Djamhari, yang mengidap penyakit batuk dan asma. Dengan iseng, beliau membuat

rokok, mencampurkan racikan cengkeh dengan tembakau yang dibungkus dengan kulit

jagung yang dikeringkan, kemudian dibakar. Timbul suara percikan “kretek, kretek” dari

rokok tersebut, sehingga dikenal dengan rokok kretek. Rasa hangat dan aroma yang khas

5
dari rokok kretek tersebut menarik warga untuk mencoba rokok buatan Bapak Haji

Djamhari, yang kemudian berkembang menjadi wirausaha lokal. Cikal bakal industri

rokok kretek pada masa itu dipelopori oleh warga lokal ialah Bapak M. Nitisemito,

dengan rokok legendarisnya bercap “Bal Tiga”. Berawal dari industri kecil yang dijalani

Bapak Nitisemito, kemudian berkembang menjadi industri besar dan sukses. Jejaknya

diikuti oleh banyak orang, sehingga berdirilah pabrik-pabrik rokok kretek yang baru di

Nusantara.
Dari sekian banyak perusahaan rokok yang terbentuk, yang terbesar adalah PT

Djarum ( didirikan pada tahun 1951 ), PT Nojorono ( didirikan tahun 1932 ), PR Sukun

( tahun 1949 ), Jambu Bol ( didirikan tahun 1937 ). Sayangnya, perusahaan yang dikelola

Nitisemito gulung tikar dan kini tinggalah nama, hanya sejarahnya yang tersisa. Rokok

kretek sebagai sebuah budaya hingga kini tak hanya tinggal nama atau cuma jejak

sejarah. Ia masih saja menjadi bagian dari kehidupan ratusan ribu warga Kudus dengan

segala dinamikanya. Realitas keseharian tersebut seakan menjadi bagian dari panorama

Kota Kretek. Budaya yang terbukti dan mampu secara terus menerus menjadi saksi dan

menjadi wahana interaksi yang saling menopang antara warga yang satu dengan lainnya.

Budaya kretek tanpa dirasa telah dapat menumbuhkembangkan peran masyarakat dalam

menyulam kedinamikaan.
Djarum merupakan salah satu perusahaan rokok terbesar yang didirikan oleh Oei

wie Gwan, warga lokal Kudus keturunan Tiongkok, pada tahun 1951. Oei Wie Gwan

membeli sebuah industri rokok kretek kecil yang hampir gulung tikar, yang bernama

Djarum Gramophon, kemudian namanya diubah menjadi Djarum. Djarum seperti

perusahaan rokok lainnya mengalami pasang surut dalam dunia bisnis. Setelah almarhum

Oei Wie Gwan berpulang, Djarum diwariskan kepada ke dua anaknya, yakni R. Budi

Hartono dan M Bambang Hartono. Di bawah kendali Hartono bersaudara, Djarum

6
menjadi sebuah perusahaan raksasa yang sukses dan berkembang melebarkan sayapnya

hingga ke mancanegara.
Awalnya, produk Djarum adalah rokok kretek lintingan tangan dan rokok kretek

lintingan mesin. Kedua produk itu sangat populer dan diproduksi dalam jumlah besar.

Rokok kretek lintingan tangan klasik terus dilakukan oleh Djarum menggunakan metode

kuno yang dikerjakan secara manual oleh buruh terampil. Sementara rokok kretek

lintingan mesin diperkenalkan pada awal tahun 1970, diproduksi secara otomatis

menggunakan mesin berteknologi tinggi.


Awal mula bakti sosial yang di lakukan Djarum bermula di kota Kudus. Dengan

melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam masyarakat, dan kegiatan sosial lainnya

yang dijadikan landasan untuk berbuat baik dalam masyarakat. Dalam hal ini, Djarum

memiliki program yang disebut dalam Djarum Foundation, dimana terdapat banyak

program bakti dengan slogan “Bakti Pada Negeri”. Program Bakti Pada Negeri oleh

Djarum Foundation terdapat lima yaitu bakti sosial, bakti olahraga, bakti lingkungan,

bakti pendidikan, dan bakti budaya.


Bakti Sosial Djarum Foundation, bakti sosial yang telah ada sejak perusahaan ini

berdiri pada tahun 1951 terus tumbuh bersama dan menjadi bagian yang tak terpisahkan

dari masyarakat Indonesia. Dilandasi semangat persaudaran, gotong-royong dan saling

tolong-menolong, Djarum Bakti Sosial terus mencoba menjadi yang terdepan dan terus

berusaha berbuat semaksimal mungkin bagi kepentingan masyarakat. Beragam kegiatan

sosial telah dilakukan oleh Djarum Bakti Sosial sebagai bukti kepeduliannya pada

kesejahteraan rakyat Indonesia, diantaranya : donor darah, operasi katarak gratis,

penanganan bencana alam, pencegahan demam berdarah, peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan, dan peningkatan kualitas panti asuhan.


Bakti Olahraga Djarum Foundation, olahraga memiliki peran penting dalam

membangun karakter manusia, selain membentuk tubuh yang sehat, olahraga juga

meningkatkan kemampuan mengatur strategi, mental dan sportifitas. Mempertimbangkan

7
hal tersebut karyawan PT Djarum melakukan akitfitas bermain bulutangkis, selepas jam

kerja. Mereka memanfaatkan ruang untuk meracik tembakau, menjadi lapangan

bulutangkis. Di tahun 1969, kegiatan selepas jam kerja tersebut menjadi tonggak sejarah

lahirnya Bakti Olahraga Djarum Foundation. Olahraga pun dapat menjadikan kejayaan

bangsa, seperti hal nya Indonesia yang dikenal dunia sebagai negara kuat dalam olahraga

bulutangkis. Bakti Olahraga Djarum Foundation turut memberikan kontribusi besar

mengharumkan prestasi bulutangkis Indonesia. Hingga saat ini Bakti Olahraga Djarum

Foundation secara berkesinambungan aktif terlibat dalam pelatihan dan pembinaan atlet

serta pemassalan.
Bakti Lingkungan Djarum Foundation, bakti lingkungan dimulai dari kampung

halaman di Kudus, pada tahun 1979, Djarum telah mengelola usaha pelestarian

lingkungan, menciptakan keteduhan, melestarikan ekosistem lokal, mencegah erosi tanah

dan untuk membantu resapan air. Ribuan jenis tanaman peneduh telah ditanam dan usaha

tersebut berkembang luas juga menjangkau sebagian besar wilayah pulau Jawa bagian

tengah. Program bakti lingkungan yang dilakukan antara lain : mendirikan pusat

pembibitan tanaman, menanam pohon trembesi, dan konservasi lingkungan.


Bakti Pendidikan Djarum Foundation. Sejak 1984, Djarum Foundation terus

konsisten dalam memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan di Indonesia.

Langkah ini diawali kesadaran bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bangsa dalam mewujudkan masa depan

yang lebih baik. Program dalam bakti ini berupa beasiswa yang diberikan pada Djraum

Foundation yang dikenal dengan Beswan Djarum.


Djarum Foundation melalui program Djarum Apresiasi Budaya mulai

mengembangkan bentuk-bentuk kepedulian terhadap hasil budaya bangsa sebagai bukti

konsistensi untuk turut serta membangun Negeri Indonesia sejak tahun 1992. Demi

mewujudkan Indonesia yang lebih bermartabat, bukan hanya perekonomian yang harus

dikuatkan, namun juga kekayaan dan kelestarian budaya bangsa. Untuk meningkatkan

8
misi meningkatkan kecintaan dan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budaya

Indonesia, berbagai program yang dapat mendukung mendukung insan kreatif untuk

berkarya dan menggali potensi untuk mengembangkan dan melestarikan keindahan, serta

keragaman budaya Indonesia diselenggarakan, yaitu : Apresiasi Seni Budaya Indonesia,

Galeri Batik Kudus, dan Galeri Indonesia Kaya.


3.2. Program Penanaman Trembesi
Sejak tahun 1979 Djarum Foundation telah membuktikan kontribusinya terhadap

pelestarian lingkungan. Melalui program Djarum Tress for Life, komitmen untuk

mewujudkan Indonesia Lestari dilaksanakan dengan menanam Trembesi di sepanjang

jalur Pantura Jawa Tengah. Sebuah program penanaman Trembesi di sepanjang 478 km

jalur Panjura Jawa Tengah. Sebanyak 2.767 pohon Trembesi ditanam secara bertahap

sejak Januari hingga Mei 2010 pada turus Kudus – Semarang. Kudus menjadi titik awal

dalam melaksanakan program ini, dengan mengajak masyarakat untuk mencintai

lingkungan sejak dini. Tidak hanya melakukan penanaman, Djarum Foundation juga

melakukan perawatan terhadap Trembesi hingga usia 3 tahun. Pohon Trembesi dipilih

karena selain memiliki kemampuan daya serap tinggi terhadap CO2, juga berfungsi

sebagai peneduh. Satu batang Pohon Trembesi mampu menyerap 28,5 ton gas CO2

setiap tahunnya, sehingga sangat membatu mengurangi pemanasan global dan

mendukung program Pemerintah.


Bakti lingkungan berupa program penanaman Trembesi di sepanjang jalur

Pantura yang dilakukan Djarum Foundation dimulai dari tahun 2010 dari titik awal

penanaman di Kudus hingga tahun 2015 dengan titik akhir di Banyuwangi. Banyak

tantangan dan cobaan yang dilalui dalam menjalankan penanaman pohon trembesi di

sepanjang jalur Pantura. Tanaman Trembesi dipilih untuk ditanam di sepanjang 1.350

KM jalur Pantura mulai Merak hingga Banyuwangi. Pantura sendiri dipilih karena

merupakan jalur utama antarpropinsi di Pulau jawa. Tanah yang gersang, tingkat polusi

yang tinggi serta kondisi cuaca yang panas dan berdebu karena banyaknya kendaraan

9
bermotor yang melintas merupakan permasalahan lingkungan yang harus ditangani

bersama.
Penanaman pohon di tepi jalan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain

dapat menyerap gas CO2 secara maksimal, tinggi pohon lebih dari 3 meter, rimbun

dengan kerapatan daun yang bisa menutupi sinar matahari namun daunnya tidak mudah

rontok, rantingnya tidak mudah patah dan akar kuat menghujam ke dalam tanah sehingga

pohon tidak mudah tumbang. Pohon Trembesi adalah salah satu spesies tumbuhan hutan

yang memenuhi kriteria tersebut. Di hutan, pohon yang memiliki nama latin Samanea

saman atau Albizia saman ini dikenal sebagai tanaman raksasa yang bisa menjadi tempat

berlindung berbagai satwa. Dan tentu saja Trembesi juga dapat menyimpan air dan

menjaga kesuburan tanah, karena akar pohon Trembesi bersimbiosis dengan bakteri

pengikat Nitrogen, sehingga tanah disekitar pohon Trembesi kaya akan unsur N.
3.2.1. Karakteristik Pohon Trembesi
Trembesi atau pohon ki hujan merupakan tanaman peneduh yang

memiliki banyak manfaat. Taksonomi tumbuhan trembesi menurut Lubis

(2013), mengklasifikasikan trembesi sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Samanea
Spesies : Samanea saman (Jacq.) Merr.
Trembesi merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika Tengah dan

Amerika Selatan sebelah utara, yaitu asli dari Amerika Tropis seperti Mexico,

Peru, dan Brazil, tetapi pohon ini banyak tersebar di kepulauan Samoa, daratan

Mikronesia, Guam, Fiji, Papua Nugini dan Indonesia (Lubis dkk, 2014).

Kecepatan tumbuh trembesi yaitu sekitar 0,75-1,5 meter per tahun. Trembesi

tersebar luas di daerah yang memiliki curah hujan rata-rata 600-3000

10
mm/tahun pada ketinggian 0-300 mdpl. Tumbuhan ini dapat bertahan pada

daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, dan kisaran suhu 20oC – 38oC.

pertumbuhan optimunya pada kondisi dimana hujan terdistribusi merata

sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dengan kisaran tipe tanah dan pH

yang tinggi. Syarat tumbuh trembesi yaitu pada tanah dengan pH 6-7,4 dengan

batas toleran pH tertinggi 8,5 dan batas pH terendah 4,7. Penanaman pohon

trembesi memerlukan drainase yang baik namun masih toleran terhadap tanah

yang tergenang air dalam waktu pendek (Nuroniah dan Kosasih,2010)


Trembesi dapat tumbuh mencapai tinggi maksimum 15-25 meter,

dengan diameter batang setinggi dada mencapai 1-2 meter, dan lebar kanopi

(tajuk) dengan diameter mencapai 30 meter. Kanopi trembesi membentuk

payung dengan penyebaran horizontal kanopi yang lebih besar dibandingkan

tinggi pohon jika ditanam di tempat yang terbuka. Penanaman dengan kondisi

yang lebih rapat, dapat memungkinkan tinggi pohon mencapai 40 meter

namun dengan diameter kanopi yang lebih kecil (Nuroniah dan Kosasih,2010).
Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan yang

besar dalam menyerap karbondioksida dari udara. Pohon ini mampu menyerap

28.488,39 kg CO2/tahun tiap pohonnya, sehingga baik digunakan sebagai

tanaman penghijauan kota. Selain itu, setiap bagian trembesi dapat

dimanfaatkan sebagai obat (Sofyan dkk, 2014). Trembesi selain mempunyai

daya serap gas CO2 yang tinggi, juga mampu hidup di daerah yang miskin

hara, karena akarnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat

menangkap Nitrogen dari udara. Mampu hidup dengan baik di tanah yang

sangat asam sekali pun dengan pH terendah 4,5 (Dachlan, 2007).


Daun trembesi sangat sensitif terhadap cahaya dan menutup secara

bersamaan dalam cuaca mendung sehingga air hujan dapat menyentuh tanah di

bawah pohon. Status konservasi pohon trembesi yaitu masih dalam ketegori

11
banyak dijumpai dan mudah disebarkan. Manfaat lain penanaman pohon

trembesi bagi lingkungan yaitu dapat mencegah erosi tanah. Air hujan

merupakan faktor utama terjadinya erosi pada tanah. Kanopi pohon yang lebar

dan lebat mencegah air hujan jatuh secara langsung ke tanah, sehingga air

hujan jatuh secara perlahan. Air yang jatuh perlahan dapat diserap tanah

dengan baik, sehingga tidak membawa butiran tanah yang membuat air sungai

coklat.
Trembesi menghasilkan biji yang berlimpah. Perkembangbiakan dapat

dilakukan dengan beberapa cara yaitu biji , stek batang, stek akar. Jika

dibutuhkan biji dalam skala besar, maka biji dapat dikoleksi untuk disemaikan

di persemaian atau dengan cara menanam langsung di lapang (Nuroniah dan

Kosasih, 2010).
3.2.2. Cara Penanaman Pohon Trembesi
Perkembangbiakan trembesi dapat dilakukan dengan beberapa cara

yaitu pembibitan, pemotongan dahan, ranting, dan pencangkokan batang.

Proses pembibitan untuk skala besar dapat menggunakan biji trembesi dengan

cara perkecambahan biji dan pembibitan biji. Perawatan biji diperlukan untuk

menjaga bibit agar bisa tumbuh besar terutama dari serangan hama dan terpaan

angin. Perawatan ini dilakukan sampai trembesi menjadi lebih tinggi dan siap

untuk melindungi.
Bibit yang unggul atau siap ditanam harus memenuhi kriteria tertentu

yaitu mempunyai diameter sekitar 5-30 mm. Tinggi bibit sekitar 15-30 cm,

dengan panjang akar sekitar 10 cm dan panjang batang yang mencapai 20 cm.

Bibit siap tanam diletakkan di lokasi yang terkena sinar matahari langsung,

dilakukan penyiraman pada pagi, siang dan sore. Penanaman dalam

pembibitan dapat ditanam di polybag yang berukuran 10x20 cm dengan

komposisi tanah:pasir:kompos, 3:1:1. Perawatan pada saat pembibitan juga

12
perlu dilakukan dengan penyiangan rumput liar atau gulma dengan dicabuti

satu per satu dengan tangan, maupun alat pencabut.


Penanaman trembesi biasanya dilakukan pada permulaan musim hujan.

Penanaman trembesi sebagai pohon peneduh di tepi jalan pun ada syaratnya.

Karena trembesi merupakan pohon peneduh yang tumbuh membentuk kanopi

dengan diameter kanopi yang besar, maka penanaman bibit dilakukan dengan

diberikan jarak antar bibit. Bibit yang siap ditanam digunakan bibit yang

berumur 1 tahun. Jarak antar bibit yang akan ditanam di tepi jalan berjarak 15

meter, dengan kedalaman lubang tanam 60 cm. Lubang diberi pupuk,

kemudian bibit trembesi umur 1 tahun di tanam dan diberi penyangga. Lubang

kemudian ditutup dengan campuran tanah dan pupuk kandang, dan dilakukan

penyiraman.
Penanaman trembesi perlu diperhatikan pula kondisi abiotik

lingkungan dimana bibit trembesi akan ditanam. Parameter yang perlu

diperhatikan yaitu pH tanah, curah hujan, suhu lingkungan, dan ketinggian

tempat. Selain parameter lingkungan, kondisi bibit trembesi sendiri juga

diperhatikan yaitu panjang batang, ukuran diameter batang, dan umur bibit

trembesi. Tanah yang akan ditanami bibit trembesi memiliki tekstur tanah pada

umumnya, yaitu gembur, berpasir, dan memiliki drainase yang baik.


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

05/PRT/M/2012, tentang pedoman penanaman pohon pada sistim jaringan

jalan. Kegiatan dalam penanaman pohon jalan perlu suatu perencanaan yang

jelas terkait dengan kebijakan, latar belakang, tujuan, lokasi penanaman, jenus

tanaman yang akan ditanam, cara penanaman, cara pemeliharaan, peralatan

dan rencana biaya serta jadwal/waktu. Di dalam perencanaan juga termasuk

penting adalah kelengkapam berupa gambar, peta, foto dan daftar yang

13
menunjukkan lokasi dan daerah-daerah jalan yang akan ditanami dan jenis

tanaman.

14
BAB IV
KESIMPULAN

Trembesi merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika Tengah dan Amerika

Selatan sebelah utara. Kecepatan tumbuh trembesi yaitu sekitar 0,75-1,5 meter per

tahun.Tersebar luas di daerah yang memiliki curah hujan rata-rata 600-3000 mm/tahun

pada ketinggian 0-300 mdpl. Syarat tumbuh trembesi yaitu pada tanah dengan pH 6-7,4

dengan batas toleran pH tertinggi 8,5 dan batas pH terendah 4,7. Trembesi dapat tumbuh

mencapai tinggi maksimum 15-25 meter, dengan diameter batang setinggi dada

mencapai 1-2 meter, dan lebar kanopi (tajuk) dengan diameter mencapai 30 meter.

Kanopi trembesi membentuk payung. Trembesi memiliki kemampuan yang besar dalam

menyerap karbondioksida dari udara, yakni mampu menyerap 28.488,39 kg CO 2/tahun

tiap pohonnya. Akarnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat menangkap

Nitrogen dari udara, sehingga membantu menyuburkan tanah disekitarnya.


Penanaman trembesi biasanya dilakukan pada permulaan musim hujan. Bibit

yang siap ditanam digunakan bibit yang berumur 1 tahun. Jarak antar bibit yang akan

ditanam di tepi jalan berjarak 15 meter, dengan kedalaman lubang tanam 60 cm. Lubang

diberi pupuk, kemudian bibit trembesi umur 1 tahun di tanam dan diberi penyangga.

Lubang kemudian ditutup dengan campuran tanah dan pupuk kandang, dan dilakukan

penyiraman. Penyiraman rutin dilakukan pada pagi, siang dan sore hari sebagai bentuk

dari perawatan tanaman.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dachlan, E N. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota sebagai Sink gas CO 2
Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor, dengan Pendekatan
Sistem Dinamik. Disertasi. IPB
Irwan, Z., 2005. Tantangan Lingkungan dan Lanskeap Hutan Kota. Jakarta: Bumi Aksara.

Lubis, Y. A., Riniarti, M. & Bintoro, A., 2014. Pengaruh lama waktu perendaman dengan air
terhadap daya berkecambah trembesi (Samanea saman). Jurnal Sylva Lestari, 2(2),
pp. 25-32.

Lubis, Y. A. 2013. Pengaruh lama waktu perendaman dengan air terhadap daya berkecambah
trembesi (Samanea saman). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Mulyadin, R. M. & Gusti, R. E. P., 2013. Analisis Kebutuhan Luasan Area Hijau Berdasarkan
Daya Serap CO2 di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sosial
dan Ekonomi Kehutanan, 10(4), pp. 264-273.

Nuroniah, H. S danA.S. Kosasih. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea saman (Jacquin).
Merrll) sebagai Pohon Peneduh. Jurnal Mitra Hutan Tanaman. 5(1): 1—5.

Sofyan, S. E., Riniarti, M. & Duryat, 2014. Pemanfaatan limbah teh, sekam padi, dan arang
sekam sebagai media tumbuh bibit trembesi (Samanea saman). Jurnal Sylva Lestari,
2(2), pp. 61-70.

16
LAMPIRAN

Gambar 1 Kudus pada tahun 1979 (doc: Djarum.com)

Gambar 2 Kudus pada tahun 1985 (doc: Djarum.com)

Gambar 3 Pengenalan tentang Program Bakti Lingkungan di Pusat Pembibitan Tanaman


(doc: Pribadi, 2016)

17
Gambar 4 Pengenalan tentang awal mulanya program penanaman Trembesi (doc:
Pribadi, 2016)

Gambar 5 Penjelasan mengenai karakteristik Trembesi di PPT Djarum (doc: Pribadi,


2016)

18
Gambar 6 Bibit Trembesi yang ditanam di tepi jalan Pantura (doc: Wahyuti, 2010)

19

Anda mungkin juga menyukai