Tanaman Trembesi
Tanaman Trembesi
(KKL)
JUDUL :
OLEH :
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
JUNI, 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui
NIP. 196105051986032003
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
maka penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan mata
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Ibu Dr. Endah Dwi Hastuti, M.Si selaku Ketua Departemen Biologi Fakultas Sains
2. Ibu Dr. Enny Yusuf Wachidah Yuniwarti, MP selaku dosen pembimbing KKL.
3. Rekan-rekan semua yang mengikuti kegiatan KKL dan keluarga yang selalu
mendukung penyusun.
4. Semua pihak yang ikut membantu dalam menyusun Laporan KKL “Penanaman
Trembesi oleh PT Djarum dalam Program Trees For Life” yang tidak dapat penyusun
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 3
1.3. Tujuan........................................................................................................ 3
BAB II METODOLOGI............................................................................................... 4
2.1. Alat............................................................................................................ 4
2.2. Bahan......................................................................................................... 4
2.3. Cara Kerja.................................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................. 5
3.1. PT Djarum Kudus......................................................................................... 5
3.2. Program Penanaman Trembesi........................................................................9
3.2.1. Karakteristik Pohon Trembesi.................................................................10
3.2.2. Cara Penanaman Pohon Trembesi...........................................................13
BAB IV KESIMPULAN............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 16
LAMPIRAN............................................................................................................ 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
perdagangan nasional yang memiliki mobilitas tinggi. Padahal, dari sisi luas wilayahnya
Kabupaten Kudus dianggap paling kecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah hanya
polusi gas karbondioksida (CO2) yang sebagian besar dihasilkan oleh kendaraan
bermotor (Irwan,2005).
Gas CO2 tidak beracun namun bila terakumulasi dalam jumlah yang besar dapat
berkumpul di atmosfer sehingga menyebabkan suhu udara bumi meningkat. Salah satu
area hijau atau yang dikenal dengan konsep ruang tebuka hijau (RTH). Permendagri No.
1 Tahun 2007 menetapkan luas ideal untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan
Perkotaaan adalah sebesar 20% (dua puluh) persen dari lahan publik dan 10% dari lahan
privat, sedangkan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 sebesar 30% dari luas wilayah
kota. Proporsi ini merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem
kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan system mikroklimat, maupun sistem
ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang
diperlukan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai estetika kota (Mulyadin dan
Gusti, 2013).
1
Kudus, pada tahun 1979, telah menjadi pusat perhatian dan keprihatinan dari
perusahaan Djarum. Karena kedaannya dulu sangat gersang dan sangat panas, tanpa
adanya peneduh di tepi-tepi jalan. Rasa iba dan prihatin muncul ketika melihat tukang
becak yang tengah beristirahat namun tidak ada tempat untuk berteduh. Hati kedua
Kudus kota yang teduh penuh dengan pohon-pohon yang rindang. Selama kurang lebih 6
tahun berjalan, Djarum telah memberi kontribusi dalam membangun Kudus yang hijau.
Di tahun 1985, lahirlah sebuah gagasan untuk terus tumbuh dan berkontribusi pada
negeri, yaitu Trees For Life, sebuah program dimana pada tempat-tempat tertentu akan
ditanami bibit-bibit pohon, dengan harapan dapat mengurangi jejak gas karbon dioksida
di Tanah Air. Sejak saat itu, bakti lingkungan Djarum dalam Djarum Foundation telah
Trembesi (Samanea saman) atau latinnya yang baru dikenal dengan Albizia
saman, dalam bahasa Inggris dikenal juga dengan nama Rain Tree. Trembesi memeliki
banyak julukan, salah satunya yaitu dikenal dengan sebutan Ki Hujan. Trembesi
merupakan tumbuhan tropika yang berada di benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil.
Di sana tumbuhan ini jarang disukai, karena jika telah tumbuh menjadi pohon yang
besar, akarnya dapat merusak jalan, bentang tajuknya yang lebar menghambat
pertumbuhan tumbuhan lain yang hidup di bawahnya untuk mendapatkan sinar matahari.
Namun demikian, tumbuhan trembesi ini menjadi populer sebagai tanaman peneduh.
Trembesi dapat tumbuh tinggi hingga mencapai ketinggian 25 meter, dengan diameter
Trembesi yang telah berdiameter 15 meter mampu menyerap kurang lebih 28,5 ton CO 2
per tahun. Daya serap yang dimiliki tiap pohon berbeda-beda. Pohon Trembesi
2
merupakan pohon dengan daya serap tertinggi diantara pohon-pohon yang lainnya, yaitu
28.488 KG CO2/Tahun, kemudian diikuti oleh pohon beringin dengan daya serap sebesar
Selain itu, Trembesi pada masa Kudus tempoe doeloe memberikan manfaat yang
lebih di samping menyerap gas rumah kaca, yaitu sebagai peneduh di tepi-tepi jalan
seperti yang diharapkan. Hal yang dilakukan Djarum sangat dirasakan manfaatnya oleh
3
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam KKL ini yakni buku catatan, alat tulis, kamera,
Djarum Kudus.
2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam KKL ini yakni data, informasi pegawai Djarum
Kudus, hasil tanya jawab dan diskusi selama pengamatan, pengamatan secara langsung
dan pustaka.
2.3. Cara Kerja
2.3.1. Pengumpulan informasi malalui lisan maupun tulisan.
2.3.2. Informasi yang didapatkan dicatat.
2.3.3. Informasi dianalisis berdasarkan pustaka.
2.3.4. Penyusunan laporan KKL.
4
BAB III
PEMBAHASAN
mencapai 42.516 Ha yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kudus merupakan daerah industri
dan perdagangan, dimana sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dan
memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB. Jiwa dan semangat wirausaha
masyarakat diakui ulet, semboyan jigang (ngaji dagang) yang dimiliki masyarakat
Kabupaten Kudus terdapat beberapa potensi yang bisa dikembangkan baik itu wisata
alam, wisata budaya maupun wisata religi. Bidang agrobisnis juga ikut memberikan citra
pertanian Kudus. Jeruk Pamelo dan Duku Sumber merupakan buah lokal yang tidak mau
kalah bersaing dengan daerah lain. Dalam hal seni dan budaya, Kudus mempunyai ciri
khas yang membedakan Kudus dengan daerah lain. Diantaranya adalah seni arsitektur
rumah adat Kudus, kekhasan produk bordir dan gebyog Kudus. Keanekaragaman potensi
yang dimiliki Kudus diharapkan mampu menarik masyarakat luar untuk bersedia hadir di
Kudus.
Kudus dikenal dengan kota industri kretek, dimana Kudus merupakan pusat
pabrik-pabrik rokok besar lokal seperti Gudang Garam, Sukun, Jambu Bol, Djarum, dan
lain-lain. Asal muasal rokok kretek berawal dari seorang warga lokal, Bapak Haji
Djamhari, yang mengidap penyakit batuk dan asma. Dengan iseng, beliau membuat
rokok, mencampurkan racikan cengkeh dengan tembakau yang dibungkus dengan kulit
jagung yang dikeringkan, kemudian dibakar. Timbul suara percikan “kretek, kretek” dari
rokok tersebut, sehingga dikenal dengan rokok kretek. Rasa hangat dan aroma yang khas
5
dari rokok kretek tersebut menarik warga untuk mencoba rokok buatan Bapak Haji
Djamhari, yang kemudian berkembang menjadi wirausaha lokal. Cikal bakal industri
rokok kretek pada masa itu dipelopori oleh warga lokal ialah Bapak M. Nitisemito,
dengan rokok legendarisnya bercap “Bal Tiga”. Berawal dari industri kecil yang dijalani
Bapak Nitisemito, kemudian berkembang menjadi industri besar dan sukses. Jejaknya
diikuti oleh banyak orang, sehingga berdirilah pabrik-pabrik rokok kretek yang baru di
Nusantara.
Dari sekian banyak perusahaan rokok yang terbentuk, yang terbesar adalah PT
Djarum ( didirikan pada tahun 1951 ), PT Nojorono ( didirikan tahun 1932 ), PR Sukun
( tahun 1949 ), Jambu Bol ( didirikan tahun 1937 ). Sayangnya, perusahaan yang dikelola
Nitisemito gulung tikar dan kini tinggalah nama, hanya sejarahnya yang tersisa. Rokok
kretek sebagai sebuah budaya hingga kini tak hanya tinggal nama atau cuma jejak
sejarah. Ia masih saja menjadi bagian dari kehidupan ratusan ribu warga Kudus dengan
segala dinamikanya. Realitas keseharian tersebut seakan menjadi bagian dari panorama
Kota Kretek. Budaya yang terbukti dan mampu secara terus menerus menjadi saksi dan
menjadi wahana interaksi yang saling menopang antara warga yang satu dengan lainnya.
Budaya kretek tanpa dirasa telah dapat menumbuhkembangkan peran masyarakat dalam
menyulam kedinamikaan.
Djarum merupakan salah satu perusahaan rokok terbesar yang didirikan oleh Oei
wie Gwan, warga lokal Kudus keturunan Tiongkok, pada tahun 1951. Oei Wie Gwan
membeli sebuah industri rokok kretek kecil yang hampir gulung tikar, yang bernama
perusahaan rokok lainnya mengalami pasang surut dalam dunia bisnis. Setelah almarhum
Oei Wie Gwan berpulang, Djarum diwariskan kepada ke dua anaknya, yakni R. Budi
6
menjadi sebuah perusahaan raksasa yang sukses dan berkembang melebarkan sayapnya
hingga ke mancanegara.
Awalnya, produk Djarum adalah rokok kretek lintingan tangan dan rokok kretek
lintingan mesin. Kedua produk itu sangat populer dan diproduksi dalam jumlah besar.
Rokok kretek lintingan tangan klasik terus dilakukan oleh Djarum menggunakan metode
kuno yang dikerjakan secara manual oleh buruh terampil. Sementara rokok kretek
lintingan mesin diperkenalkan pada awal tahun 1970, diproduksi secara otomatis
melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam masyarakat, dan kegiatan sosial lainnya
yang dijadikan landasan untuk berbuat baik dalam masyarakat. Dalam hal ini, Djarum
memiliki program yang disebut dalam Djarum Foundation, dimana terdapat banyak
program bakti dengan slogan “Bakti Pada Negeri”. Program Bakti Pada Negeri oleh
Djarum Foundation terdapat lima yaitu bakti sosial, bakti olahraga, bakti lingkungan,
berdiri pada tahun 1951 terus tumbuh bersama dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
tolong-menolong, Djarum Bakti Sosial terus mencoba menjadi yang terdepan dan terus
sosial telah dilakukan oleh Djarum Bakti Sosial sebagai bukti kepeduliannya pada
membangun karakter manusia, selain membentuk tubuh yang sehat, olahraga juga
7
hal tersebut karyawan PT Djarum melakukan akitfitas bermain bulutangkis, selepas jam
bulutangkis. Di tahun 1969, kegiatan selepas jam kerja tersebut menjadi tonggak sejarah
lahirnya Bakti Olahraga Djarum Foundation. Olahraga pun dapat menjadikan kejayaan
bangsa, seperti hal nya Indonesia yang dikenal dunia sebagai negara kuat dalam olahraga
mengharumkan prestasi bulutangkis Indonesia. Hingga saat ini Bakti Olahraga Djarum
Foundation secara berkesinambungan aktif terlibat dalam pelatihan dan pembinaan atlet
serta pemassalan.
Bakti Lingkungan Djarum Foundation, bakti lingkungan dimulai dari kampung
halaman di Kudus, pada tahun 1979, Djarum telah mengelola usaha pelestarian
dan untuk membantu resapan air. Ribuan jenis tanaman peneduh telah ditanam dan usaha
tersebut berkembang luas juga menjangkau sebagian besar wilayah pulau Jawa bagian
tengah. Program bakti lingkungan yang dilakukan antara lain : mendirikan pusat
Langkah ini diawali kesadaran bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya untuk
yang lebih baik. Program dalam bakti ini berupa beasiswa yang diberikan pada Djraum
konsistensi untuk turut serta membangun Negeri Indonesia sejak tahun 1992. Demi
mewujudkan Indonesia yang lebih bermartabat, bukan hanya perekonomian yang harus
dikuatkan, namun juga kekayaan dan kelestarian budaya bangsa. Untuk meningkatkan
8
misi meningkatkan kecintaan dan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budaya
Indonesia, berbagai program yang dapat mendukung mendukung insan kreatif untuk
berkarya dan menggali potensi untuk mengembangkan dan melestarikan keindahan, serta
pelestarian lingkungan. Melalui program Djarum Tress for Life, komitmen untuk
jalur Pantura Jawa Tengah. Sebuah program penanaman Trembesi di sepanjang 478 km
jalur Panjura Jawa Tengah. Sebanyak 2.767 pohon Trembesi ditanam secara bertahap
sejak Januari hingga Mei 2010 pada turus Kudus – Semarang. Kudus menjadi titik awal
lingkungan sejak dini. Tidak hanya melakukan penanaman, Djarum Foundation juga
melakukan perawatan terhadap Trembesi hingga usia 3 tahun. Pohon Trembesi dipilih
karena selain memiliki kemampuan daya serap tinggi terhadap CO2, juga berfungsi
sebagai peneduh. Satu batang Pohon Trembesi mampu menyerap 28,5 ton gas CO2
Pantura yang dilakukan Djarum Foundation dimulai dari tahun 2010 dari titik awal
penanaman di Kudus hingga tahun 2015 dengan titik akhir di Banyuwangi. Banyak
tantangan dan cobaan yang dilalui dalam menjalankan penanaman pohon trembesi di
sepanjang jalur Pantura. Tanaman Trembesi dipilih untuk ditanam di sepanjang 1.350
KM jalur Pantura mulai Merak hingga Banyuwangi. Pantura sendiri dipilih karena
merupakan jalur utama antarpropinsi di Pulau jawa. Tanah yang gersang, tingkat polusi
yang tinggi serta kondisi cuaca yang panas dan berdebu karena banyaknya kendaraan
9
bermotor yang melintas merupakan permasalahan lingkungan yang harus ditangani
bersama.
Penanaman pohon di tepi jalan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain
dapat menyerap gas CO2 secara maksimal, tinggi pohon lebih dari 3 meter, rimbun
dengan kerapatan daun yang bisa menutupi sinar matahari namun daunnya tidak mudah
rontok, rantingnya tidak mudah patah dan akar kuat menghujam ke dalam tanah sehingga
pohon tidak mudah tumbang. Pohon Trembesi adalah salah satu spesies tumbuhan hutan
yang memenuhi kriteria tersebut. Di hutan, pohon yang memiliki nama latin Samanea
saman atau Albizia saman ini dikenal sebagai tanaman raksasa yang bisa menjadi tempat
berlindung berbagai satwa. Dan tentu saja Trembesi juga dapat menyimpan air dan
menjaga kesuburan tanah, karena akar pohon Trembesi bersimbiosis dengan bakteri
pengikat Nitrogen, sehingga tanah disekitar pohon Trembesi kaya akan unsur N.
3.2.1. Karakteristik Pohon Trembesi
Trembesi atau pohon ki hujan merupakan tanaman peneduh yang
Amerika Selatan sebelah utara, yaitu asli dari Amerika Tropis seperti Mexico,
Peru, dan Brazil, tetapi pohon ini banyak tersebar di kepulauan Samoa, daratan
Mikronesia, Guam, Fiji, Papua Nugini dan Indonesia (Lubis dkk, 2014).
Kecepatan tumbuh trembesi yaitu sekitar 0,75-1,5 meter per tahun. Trembesi
10
mm/tahun pada ketinggian 0-300 mdpl. Tumbuhan ini dapat bertahan pada
daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, dan kisaran suhu 20oC – 38oC.
sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dengan kisaran tipe tanah dan pH
yang tinggi. Syarat tumbuh trembesi yaitu pada tanah dengan pH 6-7,4 dengan
batas toleran pH tertinggi 8,5 dan batas pH terendah 4,7. Penanaman pohon
trembesi memerlukan drainase yang baik namun masih toleran terhadap tanah
dengan diameter batang setinggi dada mencapai 1-2 meter, dan lebar kanopi
tinggi pohon jika ditanam di tempat yang terbuka. Penanaman dengan kondisi
namun dengan diameter kanopi yang lebih kecil (Nuroniah dan Kosasih,2010).
Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan yang
besar dalam menyerap karbondioksida dari udara. Pohon ini mampu menyerap
daya serap gas CO2 yang tinggi, juga mampu hidup di daerah yang miskin
menangkap Nitrogen dari udara. Mampu hidup dengan baik di tanah yang
bersamaan dalam cuaca mendung sehingga air hujan dapat menyentuh tanah di
bawah pohon. Status konservasi pohon trembesi yaitu masih dalam ketegori
11
banyak dijumpai dan mudah disebarkan. Manfaat lain penanaman pohon
trembesi bagi lingkungan yaitu dapat mencegah erosi tanah. Air hujan
merupakan faktor utama terjadinya erosi pada tanah. Kanopi pohon yang lebar
dan lebat mencegah air hujan jatuh secara langsung ke tanah, sehingga air
hujan jatuh secara perlahan. Air yang jatuh perlahan dapat diserap tanah
dengan baik, sehingga tidak membawa butiran tanah yang membuat air sungai
coklat.
Trembesi menghasilkan biji yang berlimpah. Perkembangbiakan dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu biji , stek batang, stek akar. Jika
dibutuhkan biji dalam skala besar, maka biji dapat dikoleksi untuk disemaikan
Kosasih, 2010).
3.2.2. Cara Penanaman Pohon Trembesi
Perkembangbiakan trembesi dapat dilakukan dengan beberapa cara
Proses pembibitan untuk skala besar dapat menggunakan biji trembesi dengan
cara perkecambahan biji dan pembibitan biji. Perawatan biji diperlukan untuk
menjaga bibit agar bisa tumbuh besar terutama dari serangan hama dan terpaan
angin. Perawatan ini dilakukan sampai trembesi menjadi lebih tinggi dan siap
untuk melindungi.
Bibit yang unggul atau siap ditanam harus memenuhi kriteria tertentu
yaitu mempunyai diameter sekitar 5-30 mm. Tinggi bibit sekitar 15-30 cm,
dengan panjang akar sekitar 10 cm dan panjang batang yang mencapai 20 cm.
Bibit siap tanam diletakkan di lokasi yang terkena sinar matahari langsung,
12
perlu dilakukan dengan penyiangan rumput liar atau gulma dengan dicabuti
Penanaman trembesi sebagai pohon peneduh di tepi jalan pun ada syaratnya.
dengan diameter kanopi yang besar, maka penanaman bibit dilakukan dengan
diberikan jarak antar bibit. Bibit yang siap ditanam digunakan bibit yang
berumur 1 tahun. Jarak antar bibit yang akan ditanam di tepi jalan berjarak 15
kemudian bibit trembesi umur 1 tahun di tanam dan diberi penyangga. Lubang
kemudian ditutup dengan campuran tanah dan pupuk kandang, dan dilakukan
penyiraman.
Penanaman trembesi perlu diperhatikan pula kondisi abiotik
diperhatikan yaitu panjang batang, ukuran diameter batang, dan umur bibit
trembesi. Tanah yang akan ditanami bibit trembesi memiliki tekstur tanah pada
jalan. Kegiatan dalam penanaman pohon jalan perlu suatu perencanaan yang
jelas terkait dengan kebijakan, latar belakang, tujuan, lokasi penanaman, jenus
penting adalah kelengkapam berupa gambar, peta, foto dan daftar yang
13
menunjukkan lokasi dan daerah-daerah jalan yang akan ditanami dan jenis
tanaman.
14
BAB IV
KESIMPULAN
Trembesi merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika Tengah dan Amerika
Selatan sebelah utara. Kecepatan tumbuh trembesi yaitu sekitar 0,75-1,5 meter per
tahun.Tersebar luas di daerah yang memiliki curah hujan rata-rata 600-3000 mm/tahun
pada ketinggian 0-300 mdpl. Syarat tumbuh trembesi yaitu pada tanah dengan pH 6-7,4
dengan batas toleran pH tertinggi 8,5 dan batas pH terendah 4,7. Trembesi dapat tumbuh
mencapai tinggi maksimum 15-25 meter, dengan diameter batang setinggi dada
mencapai 1-2 meter, dan lebar kanopi (tajuk) dengan diameter mencapai 30 meter.
Kanopi trembesi membentuk payung. Trembesi memiliki kemampuan yang besar dalam
tiap pohonnya. Akarnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat menangkap
yang siap ditanam digunakan bibit yang berumur 1 tahun. Jarak antar bibit yang akan
ditanam di tepi jalan berjarak 15 meter, dengan kedalaman lubang tanam 60 cm. Lubang
diberi pupuk, kemudian bibit trembesi umur 1 tahun di tanam dan diberi penyangga.
Lubang kemudian ditutup dengan campuran tanah dan pupuk kandang, dan dilakukan
penyiraman. Penyiraman rutin dilakukan pada pagi, siang dan sore hari sebagai bentuk
15
DAFTAR PUSTAKA
Dachlan, E N. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota sebagai Sink gas CO 2
Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor, dengan Pendekatan
Sistem Dinamik. Disertasi. IPB
Irwan, Z., 2005. Tantangan Lingkungan dan Lanskeap Hutan Kota. Jakarta: Bumi Aksara.
Lubis, Y. A., Riniarti, M. & Bintoro, A., 2014. Pengaruh lama waktu perendaman dengan air
terhadap daya berkecambah trembesi (Samanea saman). Jurnal Sylva Lestari, 2(2),
pp. 25-32.
Lubis, Y. A. 2013. Pengaruh lama waktu perendaman dengan air terhadap daya berkecambah
trembesi (Samanea saman). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Mulyadin, R. M. & Gusti, R. E. P., 2013. Analisis Kebutuhan Luasan Area Hijau Berdasarkan
Daya Serap CO2 di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sosial
dan Ekonomi Kehutanan, 10(4), pp. 264-273.
Nuroniah, H. S danA.S. Kosasih. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea saman (Jacquin).
Merrll) sebagai Pohon Peneduh. Jurnal Mitra Hutan Tanaman. 5(1): 1—5.
Sofyan, S. E., Riniarti, M. & Duryat, 2014. Pemanfaatan limbah teh, sekam padi, dan arang
sekam sebagai media tumbuh bibit trembesi (Samanea saman). Jurnal Sylva Lestari,
2(2), pp. 61-70.
16
LAMPIRAN
17
Gambar 4 Pengenalan tentang awal mulanya program penanaman Trembesi (doc:
Pribadi, 2016)
18
Gambar 6 Bibit Trembesi yang ditanam di tepi jalan Pantura (doc: Wahyuti, 2010)
19