None Cec6e4b5
None Cec6e4b5
Page 1-28
Oleh:
Seno Joko Suyono
senojokosuyono@gmail.com
Abstract
Researches on Ramayana in Indonesia have revealed the possibility of other sources besides Walmiki
intertextually adopted by ancient Indonesian authors and sculptors. Malini Saran and Vinod C. Khanna,
in their book entitled The Ramayana in Indonesia, have considered some of the pictures in the
Prambanan reliefs to deviate from Walmiki’s depiction of the Ramayana. Malini Saran and Vinod C.
Khanna interestingly suspect that the Prambanan silpins (relief sculptors), apart from sculpting
generally referring to the Walmiki version of the Ramayana mainstream, also referenced themselves to
several minor Ramayana stories in India. In this study I intend to reread the Ramayana reliefs as
interpreted by Malini Saran and Vinod C Khanna, especially of Ravana. Because for me, the reading of
Ravana in the Prambanan relief by the two Indian archaeologists is the most deconstructive and
different from those earlier interpretations.
Abstrak
Dalam penelitian tentang Ramayana di Indonesia, sudah banyak yang menyadari tentang
kemungkinan adanya sumber lain selain Walmiki yang digunakan oleh pengarang dan pemahat
Indonesia di zaman kuno. Malini Saran dan Vinod C. Khanna misalnya, dalam buku The Ramayana
in Indonesia, mereka menganggap beberapa gambar di relief Prambanan menyimpang dari
penggambaran Ramayana versi Walmiki. Malini Saran dan Vinod C. Khanna secara menarik
menduga bahwa para silpin (pemahat relief) Prambanan selain memang secara umum saat memahat
mengacu pada kisah mainstream Ramayana versi Walmiki, juga mereferensikan diri pada beberapa
kisah minor Ramayana di India. Dalam studi ini saya bermaksud melakukan pembacaan ulang atas
relief Ramayana sebagaimana ditafsir oleh Malini Saran dan Vinod C Khanna, terutama pembacaan
1
https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X
atas Rahwana. Sebab bagi saya pembacaan Rahwana di relief Prambanan yang dilakukan kedua
arkeolog India ini yang paling dekonstruktif dan berbeda dari kesepakatan umum.
pengantar sangat panjang mengenai arca-arca Baru sesudah membandingkan kajian Malini
Hindu Buddha di Indonesia. Dilengkapi dua Saran dan Vinod C.Khanna dengan analisis
artikel yang ditulis oleh Prof Dr Soekmono dan Sttuterheim saya akan membandingkan relief
Prof Dr Edi Sedyawati. Dalam kata pengantarnya Ramayana Prambanan dengan Kakawin
itu Jan Fontein sempat menyinggung Ramayana. Setahu saya belum pernah ada studi
permasalahan Ramayana secara menarik. yang membandingkan antara relief Ramayana
Menurut Jan Fontein sumber kisah Ramayana Prambanan dengan Kakawin Ramayana. Padahal
yang termuat dalam Kakawin Ramayana di Jawa Kakawin Ramayana muncul hanya berselang
kuno bukanlah teks Walmiki melainkan sebuah beberapa puluh tahun sesudah kisah Ramayana
versi kisah Ramayana yang lebih pendek yang terpatri di dinding Candi Siwa Prambanan.
disebut Bhattikavya (sebuah puisi untuk Bhatti). Bahkan Malini Saran dan Vinod C.Khanna berani
Bhattikavya ditulis di Gujarat antara abad 6-7 menyatakan relief Ramayana Prambanan
masehi. Jan Fontein akan tetapi berpandangan— sesungguhnya adalah rujukan bagi penulisan
relief Ramayana Prambanan masih bersumber Kakawin Ramayana.
pada teks kanon Walmiki. Relief Ramayana dan Kakawin Ramayana seperti kita ketahui telah
Kakawin Ramayana adalah produk satu zaman. diterjemahkan Poerbatjaraka. Poerbatjaraka
Namun menurut Jan Fontein ilustrasi-ilustrasi menyatakan Kakawin Ramayana muncul pada
relief Ramayana di Prambanan masih zaman pemerintahan Dyah Balitung yaitu pada
sepenuhnya menuruti versi Walmiki tidak periode 899-911 Masehi. Poerbatjaraka
seperti Kakawin Ramayana yang lebih merujuk berpendapat seluruh isi Ramayana Jawa Kuno
ke Bhattikavya. menunjukkan semangat agama Siwa yang
Pada titik inilah menurut saya pendapat berkobar-kobar. Isi kitab itu dikatakannya
Malini Saran dan Vinod C Khanna penting. secara tegas seolah-olah propaganda menentang
Karena mereka berani mengatakan bahwa relief agama Buddha tinggalan dari zaman Syailendra.
Ramayana Prambanan pun sesungguhnya Poerbatjaraka menilai bahasa Ramayana sangat
“disusupi” pengaruh teks non Walmiki. Dalam indah dan gagah sekali. Kata Poerbatjaraka:
studi ini saya bermaksud melakukan pembacaan “seumur hidup belum pernah saya membaca
ulang atas relief Ramayana sebagaimana ditafsir Kitab Jawa yang menandingi kitab Ramayana
oleh Malini Saran dan Vinod C Khanna. Terutama dalam bahasanya.”.3
pembacaan atas Rahwana. Mengapa Rahwana? Akan halnya beberapa peneliti seperti J.J Ras
Sebab bagi saya pembacaan Rahwana di relief dan Aichele percaya Kakawin Ramayana
Prambanan yang dilakukan kedua arkeolog merupakan lambang atau alegori dari
India ini yang paling dekonstruktif: menyebal kemenangan Rakai Kayuwangi. Rama harus kita
dari kesepakatan umum. baca sebagai Rakai Pikatan, Sita sebagai
Untuk maksud studi ini pertama-tama akan Pramodawardhani, Rahwana sebagai
dibaca kajian yang pernah dilakukan ahli Balaputradewa dan Bharata, adik Rama sebagai
purbakala Belanda W.F Sttuterheim mengenai Rakai Kayuwangi.4 Syair ini menurut J.J Ras
relief Ramayana Prambanan untuk melengkapi adalah teks persembahan atas perayaan
kajian yang telah dilakukan oleh Malini Saran kemenangan agama Siwa atas agama Buddha di
dan Vinod C. Khanna. Mengapa Sttuterheim? Jawa Tengah di tahun 855.
Sebab saya melihat pada beberapa poin Setelah membandingkan relief Ramayana
kajiannya, meski berbeda fokus dengan kedua dengan Kakawin Ramayana, saya ingin
arkeolog India di atas, Sttuterheim juga melihat membandingkan poin-poin penting yang saya
adanya penyimpangan-penyimpangan kecil dapat dari komparasi itu dengan sebuah novel
pada relief Prambanan. Penyimpangan yang kontemporer yang ditulis novelis India bernama
tidak mengikuti deskripsi Walmiki. Anand Neelakantan. Novel ini merupakan novel
Pendidikan dan Kebudayaan saat itu Dr Fuad Hassan, Mentri kontemporer yang melakukan dekontruksi atas
Luar Negri saat itu, Dr Ali Alatas. Dan Dirjen kebudayaan saat 3 Lihat Prof Dr R.M.Ng Poerbatjaraka dan Tardjan Hadijaja,
itu Prof Dr Haryati Subadio serta GBPH Puger. Juga didukung Kepustakaan Djawa, Penerbit Djambatan,1957
oleh seluruh direktur-direktur museum-museum Indonesia. 4 Lihat J.J Ras, Masyarakat dan Kesusastraan di Jawa, Yayasan
Pustaka Obor Indonesia,2014
kisah Ramayana. Novel ini menyajikan kisah ternyata Kakawin Ramayana pun, karya sastra
Ramayana dari perspektif pandang Rahwana yang sezaman dengan dibuatnya relief Ramayana
yang berbeda sama sekali dengan cerita Prambanan, juga ada kemungkinan tidak
Ramayana pada umumnya. Secara memikat mentah-mentah menyalin atau mengikuti
menurut saya Anand Neelakantan mampu Ramayana versi Walmiki. Sama dengan relief
menyajikan pandangan Rahwana tentang siapa Ramayana Prambanan, penyusun Kakawin
itu Sinta yang seratus delapan puluh derajat Ramayana diduga membaca banyak versi
berbeda dengan siapa itu Sinta pada umumnya. Ramayana dari India. Baik Ramayana versi India
Hipotesis saya adalah meski novel ini tidak ada Utara maupun India Selatan lalu mengolahnya
sangkut pautnya dengan tafsiran Malini Saran sendiri dengan nuansa dan deskripsi-deskripsi
dan Vinod C.Khanna atas sosok Rahwana relief yang sangat nusantara. Banyak elemen
Ramayana Prambanan—dan hanya sekedar nusantara muncul dalam Kakawin Ramayana
sebuah kisah fiksi yang mungkin pop – namun misalnya sebagaimana nanti saya perlihatkan:
menarik untuk diparalelkan dengan tafsiran elemen laut, yang dalam cerita Ramayana versi
yang dibuat oleh Malini Saran dan Vinod C. India tidak begitu dieksplorasi karena India
Khanna. bukan negeri kepulauan.
Penelitian ini juga hendak membuktikan
II. TUJUAN dan METODE PENELITIAN bahwa baik relief Ramayana Prambanan
maupun Kakawin Ramayana ternyata sangat
2.1 Tujuan Penelitian bisa dibandingkan atau dikomparasikan dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk novel kontemporer India yang dikarang oleh
menunjukkan kepada masyarakat bahwa relief pengarang abad ini. Perbandingan dengan novel
Ramayana di Prambanan kemungkinan tidak kontemporer ini saya lakukan karena saya ingin
bersumber dari satu teks tunggal yaitu teks membuktikan bahwa Relief Ramayana
kanon Ramayana yang disusun Walmiki Prambanan dan Kakawin Ramayana adalah dua
sebagaimana banyak diterima orang begitu saja jenis teks kuno yang bila digali ternyata bisa
selama ini termasuk para peneliti budaya dan menghasilkan kejutan-kejutan tidak terduga
arkeolog. Penelitian ini hendak memberikan yang bisa dibandingkan dengan novel
pembuktian bahwa dalam memahat relief-relief kontemporer.
Ramayana, para silpin (pemahat) kita di masa Lebih jauh dari itu saya ingin memperlihatkan
lalu kemungkinan berpegang pada banyak bahwa kisah Ramayana yang dipahat di
sumber Ramayana yang berbeda-beda. Prambanan dan dituliskan di Kakawin Ramayana
Penelitian ini hendak menunjukkan ternyata bukanlah cerita yang hitam putih. Di mana hero
untuk memahat relief Ramayana para silpin kita seratus persen suci dan tokoh antagonis seratus
di masa lampau mengacu pada referensi yang persen jahat. Novel kontemporer dalam hal ini
kaya. Tidak hanya satu referensi. Tapi dari sering menampilkan tokoh-tokoh secara tidak
berbagai referensi Ramayana yang berbeda- hitam putih. Saya ingin membuktikan bahwa
beda. ternyata nenek moyang kita sebagaimana sering
Ramayana tidak hanya berkembang di India dilakukan novel kontemporer memiliki kearifan
utara namun juga di India selatan. Kisah moral yang tinggi yang tidak melihat segala
Ramayana yang berkembang di India Selatan sesuatu di dunia ini secara hitam putih.
mengalami variasi yang agak menyimpang dari Penelitian ini dengan kata lain ingin
versi Ramayana di India utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa tafsir terhadap Ramayana
hendak memperlihatkan bagaimana sumber- Prambanan tidak lekang zaman. Dia selalu
sumber teks Ramayana versi India selatan itu relevan dengan persoalan-persoalan etika
ternyata juga dipahami oleh silpin Ramayana kekinian pun. Relief Ramayana di Prambanan
Prambanan, sehingga beberapa bagiannya bagi saya singkatnya adalah relief yang
masuk ke dalam pemahamatan relief, terutama senantiasa nilai-nilainya aktual dan
pada masalah Rahwana. kontemporer.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
tanda dengan tanda-tanda lain. Pada titik ini relief Ramayana Prambanan yang tak lagi
maka akan dicari “penyimpangan” dan kekhasan muncul atau diperhatikan. Dalam hal ini saya
apa dari relief Ramayana Prambanan mengacu pada pendapat Roland Barthes.
sebagaimana diuraikan oleh Malini Saran dan Barthes pernah membagi makna tanda
Vinod C.Khanna Ramayana Prambanan. Lalu itu menjadi makna denotasi dan konotasi. Denotasi
akan dibandingkan dengan isi Kakawin menurut Barthes adalah sistem pertama tanda.
Ramayana. Saya akan mencari adakah hal-hal di Akan halnya konotasi adalah pengembangan
dalam Kakawin Ramayana bisa mendukung makna dari sistem pertama tersebut. Konotasi
pembacaan Malini Saran dan Vinod C. Khanna. adalah makna baru yang diberikan pemakai
Dengan demikian penelitian ini tidak semata- tanda sesuai dengan konvensi baru yang ada
mata mengulang penelitian mereka berdua dalam masyarakat. Barthes mengatakan sebuah
namun melanjutkan dan mengembangkan konotasi kemudian bisa menguasai atau
secara intertekstual. menjadi mantap di masyarakat. Dan dalam
Ferdinand Sausurre sebagaimana kita tahu kebudayaan modern konotasi yang mantap di
mengatakan bahasa atau tanda terdiri dari dua masyarakat itu menjadi mitos-mitos.9
aspek. Yaitu langue dan parole. Langue adalah Meski Barthes membahas dan menerapkan
suatu fakta sosial. Langue adalah suatu sistem pengertian konotasi dalam konteks kebudayaan
kode yang diketahui oleh semua anggota pop, saya kira analisanya dapat dipakai untuk
masyarakat pemakai bahasa tersebut. Langue melihat konteks permasalahan penafsiran relief
adalah suatu sistem kode yang seolah telah Ramayana Prambanan yang saya sodorkan di
disepakati bersama di antara pemakai bahasa. atas. Berdasar “penemuan” Malini Saran dan
Adapun parole adalah penggunaan bahasa Vinod C. Khanna, saya memiliki hipotesis bahwa
secara individual. Ungkapan parole merupakan kecenderungan umum pemahaman masyarakat
ungkapan yang menampilkan unsur-unsur atau kita sekarang mengenai Ramayana
kode-kode tertentu dari “kamus” umum. sesungguhnya adalah sebuah konotasi yang
Ungkapan parole hanya dapat dimungkinkan melupakan beberapa unsur khas pada relief
berdasarkan acuan terhadap langue sebagai Ramayana Prambanan. Menurut saya perjalanan
sistem kode umum. Singkatnya antara langue penafsiran kisah Ramayana bukanlah suatu
dan parole saling tergantung. 8 perjalanan penafsiran yang lurus tapi mengalami
Menurut saya relief Ramayana Prambanan pengembangan. Dan pengembangan itu bisa
bisa dibaca dalam perspektif langue dan parole. berupa pengayaan, pelembutan atau bisa
Relief Ramayana Prambanan menurut saya penonjolan-penonjolan yang membuat
secara umum di satu pihak menampilkan diri beberapa unsur yang “asli” pada masa-masa
sebagai relief langue yang kode-kode berikutnya tak dibicarakan lagi.
Ramayananya standard sesuai dengan cerita
Walmiki yang disepakati semua pembaca
Ramayana dimanapun. Namun di pihak lain 9 Lihat Roland Barthes, Imaji Musik Teks, Jalasutra, Yogyakarta,
2010. Juga Benny H. Hoed, Semiotik & Dinamika Sosial
menurut saya relief Ramayana memiliki hal-hal Budaya, Komunitas Bambu, Jakarta,2014. Lihat juga Seno
khusus tersendiri atau parole. Unsur parole Joko Suyono, Sastra dan Kematian Pengarang (sebuah refleksi
inilah yang sebenarnya ingin diajukan oleh Teori Roland Barthes), Majalah Kebudayaan Umum Basis,
Oktober 1992. Baca juga Umberto Eco, Teori Semiotika
Malini Saran dan Vinod C. Khanna. (Signifikansi Komunikasi, teori Kode serta Teori Produksi
Kekhasan parole Ramayana Prambanan ini Tanda), Kreasi Wacana, Kasihan Bantul, 2016. Menurut
Umberto Eco tanda selalu memiliki dinamika. Tatkala seorang
yang dalam tulisan ini ingin saya soroti dengan membaca atau menuturkan image maka ia terlibat dalam
cara membandingkannya dengan Kakawin sebuah proses produksi tanda. Ia sesungguhnya memilih,
Ramayana. Saya memiliki hipotesis dalam menyeleksi, menata dan mengkombinasikan image tersebut
dengan cara dan aturan main tertentu. Di dalam proses
pemaknaan Ramayana di Jawa yang telah tersebut maka terjadi peluang proses perubahan kode. Lihat
berjalan ratusan tahun ada beberapa segi parole Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya,
8 Lihat Panuti Sujiman dan Aart van Zoest, Serba-Serbi Bandung, 2016. Pada titik ini menurut saya pembacaan relief
Semiotika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1992. Juga Aart bisa disebut juga sebagai pembacaan image. Dalam perjalanan
van Zoest, Fiksi dan Non Fiksi dalam Kajian Semiotik, sejarahnya seperti dikatakan Eco bisa terjadi peluang proses
Intermasa, Jakarta ,1991 perubahan pembacaan kode-kode yang dianggap penting
dilandasi sebuah peristiwa amat besar, sebab Antara lain monolog liris: Meghaduta (Sang
tidaklah mungkin mereka berani mengganggu awan kurir)), Kumarasambha (Lahirnya putra
tidur kosmis sang Wisnu bila tidak ada hal Siva). Dan tiga drama: Malavikagnimitra,
penting dan genting yang hendak mereka Vikramorvasiya (Kisah Kemenangan Urvasi)
sampaikan ke Wisnu. Para rsi itu posisinya serta Abhijinasakuntala (Kisah Sakuntala dan
dalam tatapan pengunjung terletak di sebelah Cincin kenangan). Menurut Barbara Stoler
kanan Wisnu. Seorang brahmana berjanggut Millker deskripsi Kalidasa mengenai keindahan
tampak memimpin para rsi digambarkan lanskap selalu menggemakan kehadiran dan
bersimpuh paling depan. Ia membawa semacam misteri kekreatifan Siwa. Setiap menarasikan
sesaji. Di belakang beberapa rekannya lanskap dan panorama, Kalidasa selalu
membawa bunga. mengalegorikan betapa alam yang elok itu
Relief brahmana berjanggut ini penting. tercipta karena Siwa menyatukan kekuatan
Sebab menurut Malini Saran dan Vinod C. kosmis. Karya-karya Kalidasa konflik antara
Khanna11, sosok brahmana berjanggut itu bisa hasrat atau nafsu (kama). Ketegangan antara
menjadi kunci bahwa relief Ramayana hasrat dan pengendalian diri. 12
Prambanan sedari awal sudah tak sepenuhnya Rangkaian relief Ramayana di Candi Siwa
mengambil rujukan dari kitab mainstream yang bermula dari Wisnu mengambang di lautan
Ramayana versi pakem Walmiki. Sebab menurut itu kalau kita susuri berakhir di adegan para
kedua peneliti India itu awal Ramayana dengan kera membangun jembatan di lautan sebagai
sosok berjanggut tidak disajikan dalam jembatan menuju Srilangka. Berawal dari lautan
Ramayana versi Walmiki. Juga adanya Garuda berakhir di lautan. Di relief terakhir tersebut
yang mendampingi Wisnu tidak terdapat dalam Rama dan Lesmana berjalan meniti laut
kisah Walmiki. Dimulainya kisah Ramayana bersama Sugriwa. Bala tentara kera tampak
dengan kedatangan brahmana berjanggut 12 Lihat Theater of Memory, The Plays of Kalidasa, Edited by
mengunjungi Wisnu yang didampingi Garuda Barbara Stoler Miller, Columbia University Press, New York,
1984. Para ahli tak bisa menentukan persis kapan Kalidasa
menurut mereka lebih cocok dengan pembukaan lahir. Namun mereka sepakat Kalidasa hidup pada zaman
dalam cerita Raghuvamsa (Anak cucu keturunan Candragupta II, yang memerintah India utara dari 375 SM
Raghu) karya sastrawan terkenal Kalidasa sampai 415 SM. Ibu kota Candragupta II adalah Pataliputra.
Kalidasa pernah menjadi dutabesar negara Vakataka. Putri
daripada pembukan Ramayana versi Walmiki. Candragapta II bernama Prabhavatigupta menikah dengan
Rsi itu dalam kisah Kalidasa adalah Rsi Bhrigu. seorang pangeran dari Vakataka. Dan Kalidasa mengabdi di
Menurut saya boleh jadi dipilihnya Ramayana istana Vakataka.
Inskripsi dan koin-koin yang ditemukan para arkeolog
versi Kalidasa—bila itu benar—sebagai memberikan bukti bahwa Candragupta II adalah penguasa
pembuka dari relief Ramayana Prambanan ketiga di era Gupta. Candaragupta I yang merupakan kakek
adalah karena para pendiri Prambanan sangat Candragupta II diperkirakan mula-mula merupakan
penguasa kecil di wilayah Bihar. Dia kemudian mengawini
beraliran Siwais. Ingat seperti dikatakan J.J Ras Kumaradewi, putri suku kuat Licchavi yang mengontrol
di atas, Prambanan adalah lambang kemenangan Patalipura. Koin-koin emas era itu yang ditemukan para
Dinasti Sanjaya yang Siwais atas Dinasti arkeolog bercapkan dia dan permaisurinya. Kekuasaan
Candragupta I diperluas oleh anaknya Samudragupta, yang
Sailendra yang Budhis. Menurut saya bila merupakan ayah Candragupta II. Cerita kemenangan Raghu
memang betul versi Kalidasa dipilih sebagai atas musuh-musuhnya dalam Raghuvamsa yang dikarang
rujukan pembuka relief adalah karena Kalidasa Kalidasa diperkirakan merupakan metafor bagi kemenangan-
kemenangan Samudragupta.
dikenal seorang penganut agama Siwa yang Candragupta I memuja Wisnu. Tetapi kemudian agama
saleh. Karya-karya Kalidasa senantiasa Siwais menyebar ke seluruh wilayah Gupta. Candragupta II
membuat sebuah tempat ziarah dan pemujaan Siwa di gua
dipersembahkan ke Siwa dan kekasihnya Kali. daerah Udayagiri. Candragupta II menahbiskan dirinya
Kalidasa sendiri berarti pelayan Kali (istri sebagai Paramabhagavata. Pada masa itu muncul pemujaan
Siwa). Ketokohan Kalidasa dalam sastra selain Bhagavata. Pemujaan ini mensinkretiskan Siwa dan dewi
sebagai salah satu aspek Wisnu yang disebut Bhagavan. Pada
terdapat dalam: Raghuvamsa (Anak cucuk masa awal pemerintahan Candragupta II, dia mampu
keturunan Raghu) dapat diukur dari karya menumpas pemberontakan di Bengal dan memukul suku
lainnya yang terselamatkan sampai zaman kita. Kush ke tepi sungai Indus. Setelah 390 dia memenangkan
perang terhadap suku Saka Malwa dan merampas wilayahnya.
11 Lihat Malini Saran , Vinod C Kahhna, The Ramayana in Dan mendirikan provinsi di Ujjayi. Dia kemudian
Indonesia, Ravi Dayal Publisher, Delhi 2004 mengalahkan penguasa Saka di India barat.
bernama Viradha. Dan adegan Rama Prambanan kurang akurat, kurang mengerti
menghukum seekor burung gagak yang mencuri cerita? Sttuterheim membela penggambaran
makanan Sinta. Jatayu yang bak beo tersebut. Ia mengatakan
Kemudian dimulailah relief-relief yang penggambaran demikian juga pernah ia lihat di
terkenal. Dua relief berikutnya melukiskan gua Ellora India.
adegan saudara perempuan Rahwana, Panil berikutnya menampilkan Rama
Sarpakenaka yang mengubah diri menjadi membunuh Kabandha. Kabandha adalah raksasa
seorang perempuan molek untuk memikat yang akibat kutukan dewa Indra, letak kepalanya
Lesmana. Adegan Lesmana memutilasi hidung berada di perut oleh dewa Indra. Dia tidak
Sarpakenaka namun tidak ada dalam panil. memiliki leher dan kepala yang normal. Dalam
Selanjutnya dua relief berturut-turut penggambaran di Prambanan, Kabandha selain
menampilkan adegan Rama memanah raksasa kepalanya di perut masih memiliki kepala
Maricha yang menyaru menjadi kijang kencana. seperti manusia biasa. Menurut Stturteheim ini
Relief ini sendiri menurut saya secara visual lebih suatu deviasi daripada suatu ketidaktahuan
demikian kuat. Mampu menggambarkan pemahat. Relief berikutnya memperlihatkan
bagaimana dari kijang itu muncul wujud asli Rama memanah buaya dan bertemu seorang
Maricha saat terkena panah. Gambar tubuh wanita bernama Shabari.
kijang dan sosok Maricha yang keluar dari tubuh Selanjutnya relief menggambarkan
kijang itu seolah bertumpuk dwimatra. Setelah perjumpaan dengan tokoh-tokoh kera. Pertama
panil yang kuat itu relief selanjutnya Hanuman. Dan kemudian Sugriwa. Relief yang
menampilkan adegan Rahwana menyamar menggambarkan pertemuan Rama dan Sugriwa
menjadi seorang tua suci mendekati Sinta. terdiri dari tiga panil. Rama digambarkan haus,
Panil berikutnya adalah panil yang Laksmana mencarikan air. Di relief tergambar
melukiskan Rahwana membawa terbang Sinta tatkala Laksmana menadah air di dedaunan
dan dihadang oleh Jatayu. Pada titik ini atasnya ada kera di pepohonan. Relief itu ingin
Sttuterheim mulai melihat adanya tanda-tanda menceritakan air yang didapat Laksmana
relief Ramayana Prambanan memunculkan rasanya berbeda. Mungkin asin. Itu ternyata
sedikit variasi yang berbeda dengan karena air dari pepohonan yang menetes jatuh
penggambaran Walmiki. Dalam kisah Walmiki ke bawah adalah air mata seekor kera yang
saat menculik Sinta, Rahwana menggunakan menangis. Kera itu adalah Sugriwa. Relief ini
kereta kencana. Sementara dalam relief menyentuh.
Prambanan, Dasamuka terbang sendiri Selanjutnya relief mendeskripsikan
membawa Sinta. Sttuterheim mencermati bagaimana Rama menunjukkan kekuatannya di
perbedaan yang lain, tatkala di udara itu tangan hadapan para kera. Dan kemudian relief
kanan Sinta melemparkan cincin ke paruh menampilkan dua raja kera bertempur: yaitu
Jatayu. Sugriwa melawan saudaranya Subali. Kedua
Relief ini disusul panil Jatayu memberikan saudara itu bergulat disaksikan Rama dan
cincin kepada Rama. Yang agak membingungkan Lesmana. Raut wajah Sugriwa dan Subali begitu
mungkin adalah tatkala di relief sebelumya saat mirip. Mereka bagaikan kembar. Relief
Jatayu bertempur dengan Rahwana berikutnya menunjukkan Rama memanah
,digambarkan Jatayu sebagai seekor burung Subali. Di sini sekali lagi Stturtheim
besar. Tapi di relief Jatayu memberikan cincin menunjukkan Ramayana Prambanan
Sita ke Rama, Jatayu di situ lebih mirip sosok menampilkan penggambaran yang berbeda
beo biasa. Sama sekali tak nampak keperkasaan dengan Walmiki. Dalam kisah Walmiki, saat
Jatayu. Sama sekali tak nampak bahwa Jatayu Rama tidak bisa membedakan mana yang
adalah burung raksasa, pemimpin kaum burung. Sugriwa mana yang Subali - Sugriwa akhirnya
Juga kita bisa amati, Jatayu yang seharusnya mengenakan kalung atau karangan bunga,
sekarat sama sekali dalam relief Prambanan tak hingga Rama bisa membidik Subali dengan
nampak terluka terdedah-dedah tubuhnya, mudah. Sementara dalam relief Ramayana,
terpotong sayapnya. Apakah para pemahat Rama bisa membedakan Sugriwa dan Subali
yang memperingatkan Rama akan kekuatan Kumbakarna. Tubuh Kumbakarna sendiri jauh
magis Indrajit. Indrajit dalam kisah Walmiki berlipat-lipat lebih besar dibanding para
memiliki ilmu yang membuat dirinya tak raksasa.
terlihat. Ia bisa menghipnotis Rama, Lesmana Diperlihatkan seorang raksasa meniupkan
dan seluruh pasukannya tertidur. Hanya kerang persis di kuping Kumbakarna. Lalu
Wibisana yang tak terpedaya oleh ilmu sirep seorang raksasa lain mentrumpetkan belalai
Indrajit. Indrajit juga memiliki panah ampuh gajah ke telinga Kumbakarna. Juga ada raksasa
bernama Nagapasha. Sebuah panah yang bila yang menjambak rambut Kumbakarna. Kira-
dilepas akan berbentuk ular beracun. Saran dan kira ketiganya berusaha memasukkan bunyi-
Khanna berkesimpulan demikian, sebab relief bunyian bising, gaduh, melengking dan keras ke
selanjutnya mempertunjukan bagaimana tubuh telinga Kumbakarna agar Kumbakarna
Rama dan Lesmana dililit oleh ular. Sementara terbangun. Ada seorang raksasa membawa
seseorang dari balik awan dengan garang martil panjang. Mungkin martil itu hendak
tampak menuding lurus ke arah . Dialah Indrajit dipukul-pukulkan ke tubuh Kumbakarna karena
yang bersumbunyi di awan. dalam relief itu juga tergambar ada seorang
raksasa yang menyogrok-nyogrokkan senjata
3.3 Lamentasi Gugurnya Rahwana dalam ke dada Kumbakarna. Bahkan ada seorang
Kajian Malini Saran dan Vinod C. raksasa yang menunggang kuda yang mungkin
Khanna untuk menyepak-nyepak atau menginjak-injak
Setelah penggambaran relief di atas, relief tubuh Kumbakarna.
meloncat langsung kepada relief yang Kronologi relief selanjutnya adalah adegan
menyajikan pertempuran Rama melawan bagaimana Kumbakarna terjun dalam
Rahwana. Itu berarti relief melewati adegan- pertempuran. Ia dipanah oleh Rama dan
adegan perang sebelumnya yang juga dahsyat. Laksamana. Gaya Rama dan Lesmana memanah
Dalam Walmiki dikisahkan panglima-panglima terlihat jelas di sini. Keduanya bersama-sama
Alengka satu persatu gugur melawan Rama dan membidikkan panah dengan anggun ke tubuh
pasukan keranya. Itu semua sama sekali tak Kumbakarna. Wajah Kumbakarna digambarkan
digambarkan di Prambanan karena tentunya jelas bersiung. Mulutnya menganga dan matanya
sangat terlalu panjang. yang besar redup saat terpanah.
Pertempuran Rahwana dengan Rama pada Adegan berikutnya adalah lamentasi atau
kisah Walmiki merupakan klimaks. Pertempuran ratapan gugurnya Kumbakarna. Inilah salah
dua tokoh itu terjadi setelah adik dan anak satu relief yang menarik di Prambanan. Terlihat
sulung Rahwana, Kumbakarna dan Indrajit enam orang berdiri di jenasah Kumbarkana.
sebelumnya berturut-turut tewas. Pada kisah Mereka meletakkan berbagai sesaji mungkin
Walmiki, singkatnya Rahwana muncul setelah bunga-bunga. Menurut Malini Saran dan Vinod
kematian Kumbakarna, adiknya. Sementara C.Khanna, penghormatan terhadap Kumbakarna
yang menarik di relief Prambanan, perang ini jarang terdapat dalam cerita-cerita India.
tanding Rama versus Rahwana mendahului Sebaliknya ia melihat kisah gugurnya
adegan Kumbakarna. Pertempuran pasukan Kumbakarna sampai sekarang sangat populer di
Rama melawan Kumbakarna pada titik ini Jawa. Di kisah-kisah wayang kulit atau wayang
seolah ditempatkan sebagai sebuah klimaks. wong, sampai kini pun Kumbakarna mendapat
Relief mengenai Kumbakarna di Prambanan porsi penghormatan tersendiri. Kumbakarna
dimulai dengan menampilkan bagaimana para meski membela Rahwana dalam perspektif
raksasa berusaha membangunkan Kumbakarna masyarakat Jawa bukanlah sosok raksasa yang
yang tidur. Dalam relief sebelumnya digambar jahat. Ia membela Rahwana karena tanah airnya
bagaimana Rahwana menyuruh para serdadu diusik dan keharusan bagi seorang ksatria untuk
raksasa membangunkan adiknya Kumbakarna terjun mempertahankan negerinya. Bagi orang
yang tengah melakukan tidur kosmis. Relief ini Jawa, tatkala Kumbakarna gugur, rohnya
menarik dan lucu. Digambarkan bagaimana diangkat naik ke surga.
para raksasa itu susah membangunkan Relief Ramayana menurut Malini Saran dan
Jain kita ketahui adalah sebuah agama yang Tradisi Ramayana dalam versi Jainisme
muncul di India pada abad 6 SM. Pendirinya sendiri menurut Malini Saran dan Vinod C.
adalah Mahavira.15 Menurut Malini Saran dan Khanna dikenal lebih rasional dibanding
Vinod C.Khanna, agama Jain memiliki versi penafsiran tradisi-tradisi lain. Hal-hal yang tak
tersendiri dalam memahami Ramayana. Dalam masuk akal dalam karya Walmiki banyak diubah.
kisah-kisah Ramayana versi Jainis terdapat Dalam Paumacariya kitab karya pujangga Jainis
kisah Sinta sebenarnya adalah anak Mandodari lainnya bernama Vimalasuri Prakrit yang
bersama Rahwana. Sinta adalah anak Mandodari diperkirakan dikarang sekitar abad 3 sebelum
dan Rahwana yang dibuang saat dilahirkan. masehi misalnya, raksasa-raksasa digambarkan
Salah satu pengarang Jainis bernama bukan sosok kanibal yang memakan daging
Sanghadasa, sekitar abad 7 Masehi misalnya manusia. Sementara para vanara atau kera-kera
menurut Malini Saran dan Vinod C.Khanna bukanlah monyet. Mereka adalah ras yang
mengarang karya berjudul: Vasudevahindi. mendekati manusia (mungkin dalam hal ini
Dalam Vasudevahindi, diceritakan Rahwana makhluk-makhluk kera yang tak mencapai fase
mempercayai nujum bahwa anak pertama dari homo sapiens) yang memiliki kekuatan
perkawinannya dengan Mandodari akan supranatural tertentu. Bahkan dalam episode
menghancurkan keluarga dan membawa Gua Kiskindha, Vimalasuri menggambarkan
bencana bagi istana Alengka. Untuk pasukan kera dalam Ramayana sesungguhnya
menyelamatkan trah Alengka, maka jabang bayi bukanlah kera tapi manusia yang menggunakan
tersebut dimasukkan dalam kotak permata lalu topeng atau totem-totem kera.
dibuang ke taman milik Janaka. Keluarga Janaka Rahwana dalam versi Vimalasuri juga bukan
percaya bahwa jabang bayi muncul secara ajaib ditafsirkan sebagai sosok yang memiliki sepuluh
dari dalam tanah. kepala. Rahwana disebut memiliki sepuluh
Diadakannya relief tiga wanita ini menurut muka karena dimasa kecilnya ia melihat
pembacaan Malini Saran dan Vinod C.Khanna wajahnya bisa menjadi banyak saat bercermin
sebenarnya ingin menunjukan pesan atau kode di rangkaian cincin permata kalung yang
betapa terdapat “hubungan rahasia” antara melingkar di leher ibunya. Karakter Rahwana
Ratu Mandodari dan Sinta. Menurut Malini juga digambarkan Vimalasuri sebagai sosok
Saran dan Vinod C.Khanna ada pengarang Jainis terhormat dan bukan seorang pemerkosa.
lain bernama Gunabhadra yang juga membahas Rahwana hanyalah seseorang laki-laki yang
hal ini. Dalam buku yang ditulis Gunabhadra memiliki nafsu obsesif terhadap istri orang lain.
disebut tatkala Ratu Mandodari untuk pertama
kalinya melihat Sinta yang dibawa suaminya ke 3.5 Pengaruh Ramopakhyana di Relief
Alengka, ia langsung yakin itu adalah anaknya Prambanan?
yang hilang. Ratu Mandodari bisa memastikan Selain menunjukkan kemungkinan pengaruh
Sinta adalah anak hasil perkawinan dia dan Ramayana versi Jainis yang meresap pada panil
Rahwana karena dari payudaranya langsung relief pemakaman Rahwana yang cenderung
keluar air susu begitu melihat Sinta. menampilkan kepedihan tiga sosok perempuan
Dalam kisah-kisah Asia Tenggara sendiri Sita, Trijata dan Mandodari, Malini Saran dan
menurut Malini Saran dan Vinod C.Khanna Vinod C.Khanna juga menunjukkan
ternyata perihal air susu Mandodari ini juga bisa kemungkinan sumber Ramayana lain yang
ditemukan. Hikayat Sri Rama yang muncul dipakai referensi para silpin pemahat
berabad-abad kemudian di kawasan Melayu Prambanan.
misalnya melukiskan soal air susu tersebut. Marilah kita lihat analisanya. Setelah adegan
Dalam sebuah adegan di Hikayat Rama kematian Rahwana yang syahdu, relief
dilukiskan Ratu Mandodari yakin bahwa Sinta selanjutnya menunjukkan seorang brahmana
adalah anaknya—karena tatkala ia melihat tengah duduk memberikan wejangan. Kronologi
Sinta, keluar air susu dari buah dadanya. sesudahnya relief memperlihatkan adegan
15 Lihat Jeffery d Long, Jainism, An Introduction, I.B Tauris & Co
Rama dan Sinta bersatu kembali. Relief
Ltd, 2009. kemudian memperlihatkan Rama ditahtakan di
tangannya putus. Walau hanya tinggal badan melukiskan betapa Rahwana sebetulnya
dan kepala saja, Kumbakarna tetap berusaha demikian merasa kehilangan. Ia sadar
maju. Saat mulutnya menganga, ribuan panah kemuliaannya sudah tak lagi ada. Ia sadar
Rama dilepaskan masuk ke rongga mulut dan ketakaburannya selama ini. Sampai-sampai
tenggorokan. Dari mulut dan hidung Indrajit, putra sulungnya mengingatkan sang
Kumbakarna darah memancar deras. Ia gemetar. ayahanda agar tegak di dalam pikiran. Dan
Dan ambruk. jangan larut kesedihan. Tapi kemudian Indrajit
Menurut saya pertarungan hidup mati pun wafat. Permaisuri, istri Indrajit digambarkan
Kumbakarna melawan monyet-monyet adalah melakukan patibrata. Sebagai tanda kesetiaan
salah satu bagian peperangan yang sangat luar terhadap suaminya, ia memilih ikut mati.
biasa imajis deskripsinya. Kumbakarna Saya tertarik dengan bagaimana kakawin
bertarung dengan perkasa. Habis-habisan. kemudian mendeskripsikan tindakan pertama
Badan Kumbakarna dilukiskan begitu tinggi apa yang dilakukan Dasamuka setelah berturut-
besar seperti Mahameru. Taringnya sangat turut menyaksikan kematian keluarga intinya:
tajam menakutkan. Ia berselempang usus. Lebar adiknya Kumbakarna, anak-anak dan
lubang hidungnya begitu besar sehingga mirip menantunya: Indrajit, Trisirah, Narantaka,
gua yang gelap. Diserang ribuan monyet. Ia Trikaya. Dasamuka menyadari kini dia hanya
memakan monyet tak terhingga banyaknya. seorang diri. Dia mau tak mau harus maju ke
Pasukan monyet-monyet berusaha meloncat ke medan laga. Dan sebelum ia berangkat ke medan
badannya. Memukulkan batu, mencakar muka, peperangan yang mengesankan saya, Rahwana
menggigit, menusuk-nusuk seluruh anggota digambarkan kakawin melakukan sembahyang
badannya. Tapi semua hanya menggores tubuh ke Candi Siwa. Sebagaimana adiknya,
Kumbakarna. Ribuan kera berantakan. Ditampar Kumbakarna yang disebut sebagai Siwa.
tangan Kumbakarna, ratusan tubuh kera Dasamuka pun—dalam kakawin— dalam
semburatan ke udara. Sekali genggaman tangan sebuah pasasi singkat disebut menyerahkan
Kumbakarna puluhan monyet bisa penyet mati dirinya ke Siwa.
bersama-sama. Hal yang sama dalam kakawin juga dilakukan
Kumbakarna membanting, merobek, Rama. Untuk menghadapi Rahwana, Rama
menggitas kepala monyet sampai hancur remuk. menyiapkan khusus panah Pasupatapasa, panah
Kumbakarna memlintir mematahkan leher- hadiah dari Siwa. Saat kereta Rahwana dan
leher monyet. Monyet-monyet bahkan dikunyah Rama berhadap-hadapan, Rahwana melihat
Kumbakarna hidup-hidup. Darah monyet seorang dewa di langit menghujankan harum-
dicucup. Dalam perut Kumbakarna berjejalan harum bunga ke Rama. Rahwana sadar
banyak sekali monyet. Digambarkan secara kemenangan akan bakal di pihak Rama. Tapi
fantastis monyet-monyet itu ada yang masuk Kakawin memuji Rahwana. Rahwana diutarakan
terhisap ke lubang hidung Kumbakarna yang seorang perwira yang teguh hati. Ia betul-betul
bagai gua hitam. Monyet-monyet itu mati pahlawan sejak lahir. Meski ia mendapat firasat
terbentur tai hidung Kumbakarna yang keras bahwa dirinya akan kalah, ia tak menarik diri
seperti batu. dari peperangan. Ia tak berlaku curang.
Kumbakarna dalam Kakawin Ramayana Dan tatkala panah Rama menembus lehernya,
jelas-jelas disebut dan diagungkan sebagai Siwa sepuluh kepala Dasamuka runtuh sekaligus
yang menjelma menjadi raksasa atau Sang Maha berjatuhan. Kakawin tidak melukiskan duel
Bhairawa. Saat bersuci ia dilukiskan memakai Rama dan Rahwana secara dramatik. Duel itu
bunga-bunga dan boreh. Selempang usus dikisahkan singkat saja. Tidak dideskripsikan
Kumbakarna disebut sebagai brahmasutra. sebagai sebuah pertarungan sengit sebagaimana
Kumbakarna mengenakan perhiasan Mahakala. klimaks peperangan yang menampilkan duel
Setelah Kumbakarna wafat, Dasamuka antara pemimpin satu dan lainnya. Dan yang
dilukiskan demikian guyah. Ia mulai baik akan mampu melumatkan mereka yang
membayangkan kematiannya sendiri. Ia menjadi berada di pihak angkara murka. Sudah sedari
sadar bahwa ia tak lagi berkekuatan. Kakawin turun di medan laga malah agak ditekankan
Rahwana sudah sadar bahwa ia akan kalah dan watak Rama, tak sepenuhnya manusia ideal
ia menerimanya. tanpa cacat. Lihatlah bagaimana kakawin
Tatkala Dasamuka wafat, digambarkan menampilkan karakter Rama tatkala adegan
Wibisana langsung menyembah jenasah kembalinya Sinta. Inilah adegan puncak
Rahwana. Ia terharu. Ia menangis. Ia Ramayana. Adegan terakhir yang haru biru.
menjatuhkan bunga di kaki kakaknya. Ia Peperangan besar ini terjadi karena Sinta.
meminta maaf kepada kakaknya, karena Ratusan ribu nyawa dipertaruhkan untuk
berpihak kepada Rama. Wibisana kemudian di menyelamatkan Sinta. Tapi dalam pertemuan
hadapan jenasah Rahwana melakukan lamentasi kembali Rama dan Sinta yang disaksikan oleh
panjang yang menjelaskan mengapa ia memilih seluruh panglima dan serdadu, di sebuah
mendukung Rama. Rama sendiri kemudian pertemuan besar, di depan banyak orang, Rama
melipur hati Wibisana. Rama mengatakan justru menghina Sinta. Rama mencurigai
kepada Wibisana, bahwa Dasamuka mati kesetiaan Sinta.
sebagai prajurit besar. Kesetiaan Sinta. Sinta Rama di pertemuan itu meminta Sinta
pati brta. Ingin terjun dalam api tatkala membersihkan diri. Rama mempermalukan
mendengar berita (bohong) kematian Rama. Sinta di muka publik, seolah-olah Sinta dalam
Tampak di sini kakawin melukiskan Rahwana keyakinan Rama tak mungkin tak melakukan
secara simpatik. Rahwana tidak ditempatkan sesuatu dengan Rahwana. Tubuhnya tak lagi
par excellence sebagai representasi kejahatan. suci. Rama menghina Sinta, menganggap tubuh
Rahwana ditampilkan sebagai sosok manusia Sinta pasti kotor sehingga dilukiskan Sinta
biasa yang memiliki banyak kelemahan. lemas. Penghinaan Rama ini membuat kaget
Rahwana sedih satu persatu panglimanya tewas. Wibisana, Sugriwa, Hanuman. Bahkan pasukan
Rahwana mukanya pucat. Rahwana dilukiskan kera tatkala Sinta menangis sampai ikut
sangat khawatir dan perasaannya kecut ketika meneteskan air mata. Sinta merasa tak
mendengar bahwa Hanuman memporak dipercaya. Di sini berbeda dengan relief
porandakan Alengka. Rahwana dilukiskan Ramayana Prambanan yang tak menampilkan
seperti manusia pada umumnya yang berusaha adegan Sinta Obong. Sinta dalam kakawin
menyembunyikan rasa ketakutannya. Sikap meminta Lesmana untuk mencarikan kayu dan
takaburnya hilang. Rahwana bahkan menangis menyalakan api. Sinta ingin melakukan pati
saat mendengar Kumbakarna wafat. brata untuk membuktikan kesetiaannya.
Yang juga terasa kuat menurut saya adalah Pada titik ini sosok Trijata tampil mengkritik
tokoh-tokoh utama tidak sekedar disajikan Rama. Trijata di sini dilukiskan sebagai
hitam putih. Marilah kita melihat karakter Sinta, perempuan kokoh, keras dan punya sikap. Ia
Rama, Trijata yang dilukiskan oleh Kakawin memiliki karakter kuat. Malini Saran dan Vinod
Ramayana. Sinta dalam Kakawin Ramayana C.Khanna melihat Kakawin Ramayana memberi
dipersonifikasikan sebagai seorang perempuan tempat yang demikian besar bagi Trijata.
lemah lembut yang setia. Namun kata-katanya Menurut mereka Trijata dalam versi Valmiki
bisa sangat tajam dan menyinggung perasaan. hanya memiliki porsi kecil. Menurut Malini
Tatkala Sinta di Hutan Dandaka menyuruh Saran, Trijata juga menempati status sangat
Lesmana untuk mencari Rama dan Lesmana terhormat dalam Ramopakhayana, sumber yang
bersikukuh untuk tak meninggalkannya sesuai lebih tua dari Walmiki. Itulah sebabnya Malini
amanah Rama, Sinta memaki-maki Lesmana Saran menduga Ramophakayana cukup
hingga membuat Lesmana sakit perasaannya. mempengaruhi Kakawin Ramayana. Dan juga
Lesmana merasa terluka tatkala Sinta pembuat relief Ramayana di Prambanan. Relief
mengatakan Lesmana punya niat busuk untuk Prambanan bisa disebut adalah kisah pertama
mengawininya. Sampai-sampai Lesmana di Indonesia yang menempatkan status Trijata
mengeluarkan kutukan terhadap Sinta. “He Sita. secara terhormat. Kakawin Ramayana
Moga-moga kamu ditawan oleh musuh waktu ini, selanjutnya, adalah wahana kedua yang makin
sesudah aku berangkat, wahai!” menonjolkan Trijata. Sosok Trijata baik dalam
Demikian pula saat kakawin melukiskan Kakawin maupun relief Prambanan menempati
status yang sangat mulia. Dalam kakawin, Trijata ningrat. Hal ini menurut Malini Saran dan Vinod
digambarkan berani melawan bahkan C.Khanna tak pernah ada dalam kitab Walmiki.
memperingatkan Rama. Trijata mengatakan Dalam kitab Walmiki - Trijata sama sekali tidak
kecurigaan Rama sudah terlalu jauh. Bila kita pernah disebut sebagai putri Wibisana. Malini
bedah lebih jauh kakawin, kita lihat Trijata Saran dan Vinod C.Khanna menduga dalam hal
berani mencerca Rama dengan pedas. Ia tak Trijata merupakan anak Wibisana pengaruh
segan menghardik bahkan memaki Rama di cerita Tamil pasti merembes ke Kakawin
muka umum. Silahkan Anda baca bagaimana Ramayana. Sebab di Tamil misal ada
Trijata digambarkan dalam kakawin: Iramavataram karya Kamban. Dalam kisah
“Terlanjur baginda, sebagai buta tuli tak Kamban, Trijata disebutkan adalah putri
melihat. Bukan kah kamu tau pelajaran agama? Wibisana. Dalam kitab Walmiki, Trijata hanya
Beliau sang Sita tak ada samanya di dunia sekedar digambarkan sebagai raksasa
tentang setia dan tetap bakti berswami.” perempuan tua.
“He Radja, (Kamu) seolah-olah menerka Dalam Kakawin Ramayana akhirnya Sinta
begitu. Sama sekali tak ada perasaan kah pada melakukan pembakaran diri. Pembakaran Sinta
manusia ini?!” terjadi namun Sinta sama sekali tak tersentuh
“Sangat (besar) lah kekotoran yang kamu- api. Ia diselamatkan oleh Siwa. Dapat dilihat di
ambil, he radja. Tabiat dewa tak ada pada kamu. sini bagaimana Kakwin Ramayana adalah kitab
Hilang lah ibadatmu (dan) jasamu di dunia, yang cenderung Siwais. Rahwana dan
sebab kamu mengambil yang jahat, tidak Kumbakarna disajikan sebagai pengikut Siwa
mengambil yang baik.” yang setia dan khidmad. Rama juga disanjung
Trijata sampai kehilangan rasa hormat sebagai Nilakanta atau Siwa.
terhadap Rama. Baginya Rama adalah manusia
rendah. Ia bahkan bersumpah tak kawin, karena 3.7 Novel Anand Neelakantan
melihat penghinaan ini adalah penghinaan Dapat dilihat di atas bagaimana pada
terhadap perempuan. beberapa poin terutama saat melukiskan
“Melihat beliau sang Sita sedih, maka hilang Kumbakarna, Kakawin Ramayana sangat
takut hormatku kepada sang raja (Rama). Tak mendukung relief Ramayana. Cerita mengenai
ada yang lebih baik bagiku daripada aku mati, Kumbakarna, Rahwana, Sinta serta Trijata
biar lah, bila beliau (sang Sita) mati.” dalam Kakawin Ramayana menurut saya bisa
Trijata di sini dikokohkan sebagai seorang dipakai untuk memaknai beberapa adegan
perempuan kritis. Perempuan yang berani relief-relief yang ada di Prambanan. Cerita
menuding secara blak blakan kesalahan Rama. dalam Kakawin Ramayana menunjukkan sebuah
Kita lihat bagaimana dalam kakawin sosok cerita yang tidak hitam putih. Dalam Kakawin
Trijata bukan sekedar sosok perempuan halus Ramayana, bahkan watak Rama yang buruk
yang senantiasa menemani Sinta. Gambaran diungkapkan apa adanya oleh Trijata.
Trijata dalam kakawin berbeda dengan Trijata Untuk memperkaya tafsiran Malini Saran
dalam dunia pewayangan, sendra tari atau dan Vinod C.Khanna terhadap relief lamentasi
dunia wayang wong sekarang yang semata-mata tiga perempuan: Mandodari, Trijata dan Sinta
menggambarkan Trijata hanya sebagai pelipur terhadap Rahwana di Prambanan, saya ingin
lara Sinta. Unsur keberanian, kekritisan, membandingkan tafsiran itu dengan sebuah
kemuakan Trijata terhadap Rama yang menonjol novel berjudul: Asura: Tale of Vanquished (The
dalam kakawin – entah mengapa dalam Story of Ravana and His People) karya sastrawan
perjalanan waktu dalam dunia Ramayana Jawa India Anand Neelakantan17. Novel ini berisi
kemudian hilang atau tak muncul. tentang alasan-alasan Rahwana menculik Sinta
Yang menarik dalam Kakawin Ramayana itu dan hubungannya dengan Sinta yang berbeda
juga untuk pertama kalinya dinyatakan bahwa
Trijata adalah anak dari Wibisana atau 17 Lihat Anand Neelakantan, Asura: Tale of The Vanguished –
The Story of Ravana and His People, Platinum Press, 2012.
keponakan dari Rahwana. Trijata artinya adalah Ananda Neelakantan juga menulis novel mengenai Mahabrata
perempuan berdarah biru. Ia perempuan dari sudut pandang Kurawa berjudul Maha Kurawa.
seratus delapan puluh derajat dengan yang kita Lambat laun invasi dan agresi suku liar
kenal. Saya ingin agak sedikit panjang lebar penunggang kuda mencapai seluruh wilayah
menguraikan novel ini, agar terlihat India. Menurut Rahwana dalam perjalanannya
hubungannya dengan hipotesis yang disodorkan kaum pengembara berkuda ini merampok dewa
oleh Malini Saran dan Vinod C.Khanna. bangsa Asura. Siwa mereka jadikan dewa utama
Novel ini dibuka secara liris. Sehari sebelum mereka. Brahma, guru bangsa Asura mereka
hukuman mati terhadap dirinya oleh bala angkat juga menjadi dewa. Serta tiba-tiba
tentara Rama, Rahwana melakukan perenungan mereka memunculkan dewa bernama Wisnu.
panjang mengenai sejarah bangsanya, Mereka kemudian menamakan diri sebagai
masyarakat Asura yang kian lama kian terdesak masyarakat deva.
dan bakal punah. Ingatan Rahwana melakukan Menurut Rahwana, semenjak kaum
kilas balik. Masyarakat Asura menurut Rahwana penunggang kuda itu mengadopsi Siwa menjadi
adalah masyarakat tanpa kelas. Mulanya dewa utama bersama dewa-dewa lain timbul
masyarakat Asura adalah suku pengelana. suatu sistem peribadatan yang kompleks. Para
Kemudian kira-kira 2000 tahun lalu sebelum pendeta masyarakat deva yang disebut kaum
zaman Rahwana masyarakat Asura membangun brahmin kemudian mengembangkan suatu tata
sebuah masyarakat perkotaan di tepi sungai cara peribadatan yang rumit. Berbagai jenis
Lembah Indus. Secara damai kultur masyarakat ritual diformulasikan. Ibadat ibadat kepada
Asura perlahan lahan merambah ke seluruh Siwa tidak bisa dilaksanakan tanpa mereka
India. sehingga menjadikan mereka kelas tertinggi
Peradaban kota di Lembah Indus yang setelah para penguasa. Lambat laun tata cara
dibangun masyarakat Asura dituturkan peribadatan baru ini tertanam ke seluruh India.
Rahwana memiliki jalan-jalan yang teratur, Akibat invasi sendiri percampuran darah antar
sistem drainase yang baik. Perkotaan memiliki suku menjadi tidak terelakkan.
fasilitas-fasilitas publik seperti rumah sakit. Selama seribu tahun itu di India asimilasi
Masyarakat Asura memiliki dewa asli sendiri. membuat tidak bisa lagi ditemukan seorang
Mereka mengagungkan dan memuja Siwa atau yang berdarah seratus persen Asura maupun
Parameswara. Kehidupan masyarakat Asura berdarah seratus persen Deva. Tidak ada lagi
relatif tenang dengan peribadatan terhadap identitas asli. Kaum Asura yang kulitnya
Siwa. Masyarakat Asura adalah masyarakat berwarna hitam sudah beranak pinak dan
kosmopolitan. Mereka masyarakat egaliter yang berakulturasi dengan kaum deva yang kulitnya
terbuka. Berdasar pemujaan terhadap Siwa pucat. Masyarakat Asura yang tadinya setara
mereka mengembangkan kultur meditasi, dan tanpa kelas kini dengan sistem peribadatan
musik, seni rupa dan arsitektur. Sekitar 1000 yang baru terbagi-bagi menjadi sistem kasta.
tahun kemudian kedamaian ini terusik. Sebuah Para pandita sebagai kasta tertinggi bisa
suku liar penunggang kuda mengepung kota mengontrol masyarakat.
masyarakat Asura. Mereka membakar dan Rahwana sendiri memiliki sebuah kerajaan
menghancurkan kota dan pencapaian jauh di selatan. Di seberang lautan India.
masyarakat Asura di Lembah Indus. Namanya Lanka. Ibu Kotanya bernama Trikota.
Suku ini memuja dewa bernama Indra. Indra Mereka juga sudah menerima sistem
dijuluki Purendara atau Sang pembantai Kota. peribadatan Wedha sebagaimana secara umum
Serangan mereka begitu bengis. Peradaban dipraktekkan di India. Ayah Rahwana adalah
Asura yang selama ini hanya membangun seorang brahmin terkemuka bernama
peradaban seni, meditasi, sains dan agama Maharishi. Meskipun demikian Rahwana
tanpa berupaya membangun kekuatan militer berusaha mempertahankan kultur masyarakat
porak poranda. Kota luluh lantak. Mereka Asura. Rahwana merasa akar kultural Lanka
membakar sekolah-sekolah, asrama-asrama, adalah masyarakat Asura. Nenek moyang
rumah sakit-rumah sakit, kuil-kuil-kuil. masyarakat Lanka adalah para pelarian
Peradaban Asura runtuh. Masyarakat Asura masyarakat Asura dari Lembah Indus. Karena
yang selamat melarikan diri ke arah selatan. letaknya di sebrang lautan tradisi masyarakat
Asura di Lanka relatif lebih terjaga daripada di melewati masa empat bulan pernikahan tumbuh
India. Lanka adalah satu-satunya wilayah mekar rasa cinta dan sayang luar biasa Rahwana
berkebudayaan Asura yang belum tertundukan. terhadap Mandodari. Bagai ada mukjizat
Dewa utama masyarakat Lanka tetap Siwa. Rahwana mulai mengerti perasaan dan mampu
Dimana-mana di Lanka jauh sampai pedesaan menyelami hati Mandodari. Rahwana tergila-
terdapat kuil-kuil kecil Siwa. Lanka tadinya gila kepada Mandodari.
kawasan miskin. Di tangan Rahwana, kawasan Yang menjadi soal adalah tatkala lahir anak
ini menjadi maju dan menaruh minat terhadap mereka, bayi perempuan sangat kecil dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Mereka lemah. Proses persalinan Mandodari demikian
melakukan pertempuran terus menerus di India susah. Terasa tak ada harapan hidup lama bagi
menahan agar jangan sampai pasukan-pasukan bayi itu. Seorang juru ramal yang datang ke
kerajaan-kerajaan di India menyebrangi lautan istana, menujumkan bahwa bila bayi ini bisa
dan menguasai mereka. Di Lanka mereka selamat tetap hidup di kala dewasa bakal
membangun peradaban terhormat. Dari segi mendatangkan malapetaka bagi istana dan
kebudayaan mereka merasa lebih unggul dan bangsa Asura. Rahwana gundah. Sampai
tinggi dari banyak kerajaan-kerajaan di India. akhirnya Rahwana mengambil keputusan
Sampai suatu ketika terdapat tanda-tanda membuang bayinya. Saya kutipkan pasasi dalam
yang mengkhawatirkan kalangan istana Lanka. novel yang menggambarkan kegelisahan
Novel menceritakan itu dimulai dari lahirnya Rahwana saat melihat bayinya demikian rapuh:
anak perempuan Rahwana. Permaisuri Rahwana “Her birth was difficult and we did not dare
adalah Mandodari. Ia istri yang sederhana. hope she woud survive. When I held her little, tiny
Mandodari berasal dari kalangan biasa body in my hands, hardened by years of warfare, i
pedesaan. Dia ibu rumah tangga. Novel felt deeply content. I felt i owned the whole world
memaparkan bagaimana awalnya Mandodari di and nothing else mattered during the hours I
ranjang sama sekali tidak mampu menerbitkan spent watching mjy wife cooing to the baby,
hasrat seksual Rahwana. Rahwana merasa feeding and bathing her. I could have gone on
gamang terhadap istri yang memang dijodohkan with that life for ever. But then one day, everything
oleh sang ibu dan tak ia kenal sebelumnya. Pada change. An astrologer, who claimed to be my
malam pertama perkawinannya, Mandodari father’s friend, came to the palace, looked at my
begitu frigid. Mandodari bahkan menolak daughter and proclaimed in front of everyone,
membuka pakaiannya. that she would bring destruction to the Asuras..”
Selama empat bulan awal perkawinan Akhirnya di suatu malam, Rahwana
mereka, berkali-kali saat dijamah diranjang memerintahkan Maricha, sang paman membawa
Mandodari beku bagai balok kayu. Sampai bayi itu bersamanya dalam sebuah keranjang
Rahwana kehilangan nafsu seksualnya. Dan untuk dibuang ke sebuah hutan. Hutan yang
secara mental letih. Sering Rahwana berusaha ditujunya adalah tempat tinggal seorang istri
membelai Mandodari, duduk di sampingnya, brahmin bernama Vedavathi yang jelita. Suami
mengusap wajah Mandodari secara halus perempuan ini beberapa tahun sebelumnya
dengan tangan dan berusaha menciumnya dibunuh oleh Rahwana dalam sebuah
bibirnya. Tapi Mandodari justru memalingkan pertempuran. Namun Rahwana terpesona
muka ke arah lain, menggerutu dan kemudian dengan kecantikan dan tubuh Vedavathi yang
melanjutkan tidur. Kejengkelan Rahwana erotik. Ia mendambakan Vedavathi mau menjadi
pernah mencapai puncak. Tatkala ia hendak pasangannya. Untuk pertama kali dalam
mencium Mandodari dan sekali lagi Mandodari hidupnya Rahwana berkeinginan melakukan
menolak, Rahwana menjambak rambut affair. Ia membayangkan Mandodari tetap
Mandodari dan kemudian menghempaskan menjadi istri, pendampingnya yang setia
kepalanya ke bantal. Sebagai seorang permaisuri sementara Vedavathi bisa menjadi seorang ratu.
sehari-hari Mandodari mengatur rumah tangga Tapi Vedavathi menolak.
istana layaknya seorang ibu rumah tangga Tatkala Rahwana sampai ke hutan itu namun
pedesaan. Namun entah kenapa setelah Vedavathi mengamuk. Ia mengutuk Rahwana.
Dan bersumpah bahwa rohnya akan masuk ke semi-civilized, nomadic tribe? Women were
tubuh jabang bayi untuk membalas dendam treated by the Deva men as noting more than
kepada Rahwana. Vedavathi melakukan bunuh commodities.Perhaps I was prejudiced as I
diri. Pada saat hampir bersamaan melintas belonged to an entirely different culture. But I
rombongan Raja Janaka dari kerajaan Mithila – had always believe a society could be called
kerajaan besar bangsa Deva. Rahwana civilized only when it treated its women and
bersembunyi di atas pohon. Raja Janaka terkejut downtrodden people, well.”
mendapati ada seorang mayat perempuan Umur Rahwana saat itu 46 tahun. Rahwana
tergeletak di samping keranjang berisi bayi. Ia memutuskan untuk mengunjungi Mithila
memungut bayi itu. Dari atas pohon Rahwana, menyaksikan sayembara meminang Sinta. Ia
menyaksikan oleh Janaka, anak hasil menyamar. Berpakaian seperti warga Deva,
perkawinannya dengan Mandodari, diangkat masyarakat India utara. Baru pertama kali
menjadi anak Janaka dan diberi nama: Sinta. Rahwana berada di Mithila. Ia mengamati
Pada titik inilah novel Anand Neelakantan kondisi kemakmuran Mithila jauh dari Lanka.
melakukan dekonstruksi atas kisah Ramayana Jalan utama di kota Mithila sempit-sempit. Tidak
standard. Sinta diceritakan sesungguhnya ada sistem drainase. Rumah-rumah penduduk
adalah anak Rahwana sendiri yang dibuang. seperti rumah kampung. Sementara istana
Novel selanjutnya menceritakan betapa Mithila lebih mirip rumah besar keluarga petani
Rahwana selalu rindu terhadap anaknya itu. kelas menengah di Lanka. Padahal Mithila
Beberapa kali ia mengirim mata-mata untuk dipandang salah satu kota yang paling maju di
memantau pertumbuhan sang anak di kerajaan utara. Kondisinya menurut Rahwana sangat
Mithila. Bahkan sampai belasan tahun rindu terbelakang dibanding Lanka.
Rahwana tak lekang. Ia diliputi perasaan Rahwana merasa Sinta, berada di sebuah
bersalah membuang bayinya. Sampai suatu tempat yang tidak semestinya. Ia kecewa dengan
ketika, Rahwana mendengar Raja Janaka kondisi Mithila. Pertama kali ia melihat Sinta,
mengadakan sebuah lomba bagi para ksatria sang putri berada di atas balkon. Hatinya
untuk meminang Sinta. Rasa rindu Rahwana berdebar. Wajah Sinta ditutupi oleh cadar,
melonjak. Ia ingin sekali menyaksikan wajah sebuah kebiasaan yang tak dianut oleh
anaknya yang telah tumbuh besar. Ia tapi tak masyarakat Asura. Raja Janaka kemudian
habis mengerti mengapa untuk sebuah mengumumkan tata cara sayembara. Menurut
perkawinan putrinya harus dilombakan atau Janaka barang siapa bisa mengangkat busur
dikompetisikan. Itu bagi tradisi masyarakat panah yang berat dan membentangkan, dialah
Asura sesuatu yang tak senonoh yang sama yang bakal memperoleh Sinta. Busur itu
sekali bertentangan dengan etika dan martabat bernama Triambaka dan menurut Janaka
perempuan. pernah digunakan oleh Siwa.
“What would she be doing now? Who did she Rahwana merasa muak dengan sayembara
look like? Perhaps like her mother? Something itu. Ia merasa martabat Sinta direndahkan.
snaped in me when I thought of my long-lost love. Rahwana juga menertawakan busur yang
Was the empire worth losing her? I longed to see dikatakan pernah digunakan Siwa. Sebagai
the face of my daughter more than anything else. anggota masyarakat Asura yang memuja Siwa
I had not read the reports from the field for some selama ribuan tahun, Rahwana tahu betul bahwa
time but I vaguely remembered reading about the itu tak betul. Busur itu hanya tiruan. Dirinya
marriage arrangements being made for her. sendiri sanggup dengan mudah mengangkat
These northern people had a strange custom. The dan mematahkan busur itu. Rahwana merasa
fathers of the prospective bride would announce risih melihat banyak orang ingin mengangkat
a contest among eligible suitors. I found it boorish. busur tersebut sembari mata mereka dengan
Was a bride a prize to be won in a contest? I have perasaan nafsu menguliti sosok Sinta yang telah
even heard of Deva men selling their wives as turun balkon. Sinta menjadi objek tatapan
slaves, mortgaging them or using them as wagers. jahanam mata para lelaki.
It was terrible but what could one expect from a “... She stood there in the middle of hundreds of
men, trembling, while many lusty eyes greedly karangan bunga, Rahwana sebagai ayah
assesed her – the prize of the stupid contest. She berlinang air mata. Ia melihat Rama pun
stood there so radiant and lovely that I almost sesungguhnya belum begitu layak menjadi
wept. Sita. She resembled her mother, but her skin suami Sinta. Tapi ia tergetar dengan pancaran
was dark, the colour of honey. She had long, black kebahagiaan yang muncul dari ekspresi wajah
tresses. She was my daughters, an Asura Princess. Sinta.
I noticed that the princess and kings assesed “..I watched in dismay and shock as my
her like they had come to a cattle market and daughter approached the Prince of Ayodhya and
have found their prize cow. I burned with anger. garlanded him. From that moment Sita and Rama
What sort of custom was this? An innocent young were husband and wife. Tears welled up in my
girl in her prime exposed to the lustful eyes of old eyes. I looked at the young couple and could see
men who could win her in a contest? I could not the happines and pride in Rama’s eyes at the
take my eyes off my daughter Sita. She demurely unexpected victory, and the prize. It upset me.”You
lifted her head and scanned the lusty crowd that do not deserve her, young man. “ I wanted to
had assembled. She did not pause for more than a shout. Then i saw pure and innocent love in Sita’s
few seconds on any one face. When she stared at eyes and felt helpless. What right did I have to
me, my hear skipped a beat. She stared at me destroy the happines she felt? Daughter, I have
intently and I was afraid. Something tugged failed you.” I hoped she would be happy with the
inside me. Was it guilt or fear? I dont’t know and man she love so much. I hoped he would treat her
quickly looked away..” with love and respect and reciprocate her love. I
Rahwana saat itu sampai hendak membuka hoped he would be worthy of her. I had no rights
penyamarannya. Dan ingin mengatakan kepada over my daughter, but I prayed for her happines.
Raden Janaka, bahwa dialah ayah sebenarnya Something told me that man she had chosen, or
Sinta. Rahwana ingin mengatakan bahwa dia more correctly the man who had won her as prize,
ingin membawa pulang Sinta ke Lanka. Dan would only make her sad. I hoped I was wrong.
mencarikan pasangan yang cocok untuk Sinta But I would keep protective watch over her from
atau memperbolehkan Sinta mencari pasangan now on. If i ever found that the man was not
yang dia cintai sendiri. Bagi Rahwana yang worthy of her, I would whisk her away to my
terpenting adalah mengunduh perkawinan palace, my bosom, and protect her from all harm..”
Sinta tanpa melalui sayembara. Dia juga ingin Rahwana lalu pulang ke Lanka dengan hati
mengaku salah kepada Mandodari bahwa tak menentu. Sesampai di Lanka ia mengaku
pernah membuang anak mereka. kepada Mandodari bertemu dengan Sinta, anak
“It was time to reveal my identity to Janaka mereka yang pernah mereka buang. Mandodari
and claim my daughter. I would take her to Lanka menangis dan menginginkan Sinta bisa
and give her a life befitting an Asura princess. She menjenguk Lanka. Tapi Mandodari juga sadar
would mary who she love or I would find a good bahwa Sinta telah memiliki suami dan mereka
match for her. I would confess to Mandodari and tak berhak menganggu. Rahwana merasa tenang
ask her forgiveness..” dengan penerimaan Mandodari tapi ia masih
Tapi kemudian Rahwana menyaksikan merasa khawatir akan nasib anaknya kelak. Ia
muncul seorang pangeran dari Ayodhya berjanji dalam dirinya akan terus mengawasi
bernama Rama. Pembawaannya tenang. Ia anaknya. Bila sang suami tiada bisa
tampak tangguh dan kuat. Rahwana pernah membahagiakan Sinta, ia ingin membawa Sinta
mendengar Ayodhya. Kota itu luasnya hanya ke Lenka.
separuh Mithila. Kota itu sepanjang Sampai suatu ketika Rahwana mendengar
pengetahuannya masih jauh terbelakang kabar Dasaratha, ayah Rama yang telah sakit-
dibanding Mithila. Tapi Rahwana terpukau pada sakitan menginginkan tampuk kekuasaannya
Rama. Ia mengakui bahwa pangeran dari diserahkan ke salah satu putranya. Kita tahu –
Ayodhya ini adalah seorang prajurit tangguh. dalam cerita Ramayana seharusnya Rama
Dan tatkala Rama berhasil membengkokkan sebagai putra tersulung yang menjadi raja
busur dan Sinta maju mengalungi Rama dengan Ayodha. Namun Kekayi, ibu tiri Rama yang
ambisius menginginkan Bharata, sang anak daughter had been dragged along with them...”
yang diangkat raja. Ia juga menginginkan Rama Bahkan tatkala Rahwana telah berhasil
dibuang ke hutan selama 14 tahun. Dasaratha membawa terbang Sinta ke Alenka, Rahwana
dengan berat hati menuruti Kekayi, karena telah menginginkan putrinya bahagia. Tatkala
terlanjur janji. Rama akhirnya diikuti istrinya Rahwana sudah sampai membawa Sita di langit
Sinta dan Lesmana masuk hutan menjalani Alenka, yang pertama ingin dilihat Rahwana
pengusiran. Dasaratha sendiri lantaran adalah bagaimana raut muka ekspresi Sita
sedemikian sedih dengan keputusannya menyaksikan kota Lanka yang jauh lebih maju
kemudian wafat. dari pada Minthika atau Ayodya. Ia ingin melihat
Dalam novel Tale of Vanquished (The Story of bagaimana anaknya takjub dan senang melihat
Ravana and His People) karya Anand keindahan kotanya. Dan bagaimana di bawah
Neelakantan, digambarkan Rahwana marah Mandodari menyambut suka cita kedatangan
mendengar keputusan Rama yang tunduk anaknya.
dengan perintah pembuangan. Bagi Rahwana, “I could see the the wide-eyed surprise in Sita’s
tak seharusnya Rama bersikap demikian. face when the first sight of Lanka caught her
Seharusnya Rama sebagai ksatria melawan attention. For a moment she forgot her grief. My
perintah ayahnya. Karena ia lebih berhak heart swelled with pride. I wanted to show her
menjadi raja dibanding Bharata. Lebih dari itu what glories I had in store for her. Sita, my
Rahwana langsung mengkhawatirkan putrinya. daughter,behold your Lanka. There was the
Bagaimana Sinta bisa hidup di tengah hutan golden palace where she would dwell. I wanted
lebat selama 14 tahun? Menurut Rahwana, her to look at the gardens and smell the fresh sea,
Rama adalah suami yang tak bertanggung jawab the glittering markets and green paddly fields,
karena tindakannya membuat Sinta ikut the swaying coconut palms and spice gardens, my
menderita. wide royal boulevards and towering castles and
Kemarahan Rahwana terhadap keputusan palaces.”
Rama untuk membawa Sinta ke hutan lebat Tapi hari demi hari Rahwana sedih karena
selama 14 tahun itu adalah kunci dalam novel Sinta tak mau mendekatinya. Ia terpukul.
Anand Neelakantan yang membuat terjadinya Hatinya lumpuh. Dan badannya terasa sakit. Ia
penculikan. Penculikan Sinta oleh Rahwana melihat Sinta sering duduk terisak di taman di
dalam perspektif novel Neelakantan maka dari bawah Pohon Asoka. Ia berusaha mendekati Sita
itu dilakukan oleh Rahwana lebih karena pelan. Dan lirih mengucapkan: anakku...
kekhawatiran seorang bapak terhadap anaknya. “Sita, you are my daughter...I loved your
Sebagai seorang bapak, Rahwana risau mother more than anyone else in my life. But now
menyaksikan anaknya terlunta-lunta dalam I love you more than I love myself. Will you stay
ketidak menentuan dan hidup penuh ancaman here with your father, as Princess of Lanka? I shall
bahaya di hutan lebat lantaran suami yang ask for truce...Rama does not deserve to be your
lemah. Tindakan penculikan Sinta oleh Rahwana husband. Stay with your father always...”
justru dalam novel Neelakantan motif utamanya Pembaca dapat melihat bagaimana tingkat
adalah suatu penyelamatan. radikalisme tafsir sang novelis membalik tafsir
“I hated Rama for his false ego and eagerness konvensional tentang cerita Ramayana. Ia
to prove her self-righteousness t5o the world. I melihat kisah Ramayana dari perspektif
would never understand his logic. And how could Rahwana yang tak terduga dan jarang diungkap.
his father have made such an unfair promise? A Di Indonesia pun para sastrawan modern dan
King could not act like that. It was against Raja dalang kontemporer seperti Sudjiwo Tedjo
Dharma. As the heir, it was Rama’s duty to rise belum pernah ada yang mendekati kisah
against the king who had acted unjustly. He Ramayana dari perspektif Rahwana versi
should have overthrown his father and assumed Neelakantan. Dalam novel Anand Neelakantan,
the kingship. Instead he abdicated in favour of his Rahwana sendiri digambarkan hanya berkepala
step-brother. And his older brother, Lakshmana, satu. Sepuluh kepala Rahwana hanyalah metafor
followed him into the wild. And now my beautiful dari sepuluh sifat Rahwana.
penghancuran kepada dewa Indra. Dewa Indra biasa. Seperti saya katakan di atas, mulanya
– disamping Dewa Agni, Dewa Bayu adalah saya pikir bagian-bagian dekonstruksi ini adalah
dewa utama bangsa Arya dan dianggap sebagai versi imajinasi pribadi saja dari Neelakantan
kekuatan yang membantu bangsa Arya untuk mengejutkan ceritanya. Namun ternyata
menaklukan peradaban lembah Indus. Sampai tidak demikian. Bahan-bahan mengenai Sinta
Dewa Indra disebut sebagai Purandra: dewa adalah anak Rahwana ternyata sudah ada
penghancur kota. ribuan tahun lalu di India. Yang mengejutkan
Jika kita simak bagian-bagian awal Rg Weda, bahan-bahan itu juga beberapa ditengarai ada
Indra memang dipuja dan diagungkan sebagai oleh Malini Saran dan Vinod C.Khanna di
dewa perkasa, pemilik halilintar. Dia adalah Prambanan.
dewa pelindung yang mampu meluluh lantakkan
musuh. Dia penghancur tempat pemujaan IV. PENUTUP
musuh. Indra adalah dewa perang terkemuka.
Kereta perang Indra senantiasa membawa Malini Saran dan Vinod C.Khanna
keberuntungan. Para brahmana mempersem- berpendapat ada kemungkinan para silpin
bahkan soma bercampur susu atau dimasak pemahat di Prambanan menggunakan beberapa
dengan tepung – sebuah campuran air suci referensi dari kisah-kisah Ramayana versi Jainis
untuk diminum Indra. dan rujukan dari kitab Ramopakhyana – sebuah
Kekuatan Indra tak dapat dibendung. Dalam kitab mengenai asal usul Rahwana yang oleh
Rg Weda misalnya kita temui permohonan para ahli juga ditenggarai digunakan oleh
seperti ini: Kami memohon, kepada Indra yang Walmiki dalam menyusun kisah Ramayana
paling kuat. Beliau penuh kebijaksanaan, versinya yang kemudian menjadi sebuah kanon
merupakan peminum dari Soma (perbuatan Ramayana.
yang bersifat kepahlawanan) dengan jalan apa Akan halnya Kakawin Ramayana, Malini
Engkau membunuh (manusia itu). Juga Saran dan Vinod C.Khanna mengatakan ada
pengagungan seperti ini: Indra Maha Besar, kemungkinan juga terpengaruh oleh kitab
pelindung kebaikan ketika Engkau membunuh Ramopakhyana. Sebab kakawin ini tidak
beribu-ribu (musuh) yang agung itu, kemudian melukiskan Rahwana sebagai 100 persen
kekuatan yang besar dan istimewa itu diperbesar perwujudan angkara murka. Sebagaimana kitab
lagi. 19 Ramopakhyana, Rahwana dalam Kakawin
Adalah menarik bahwa oleh Neelakantan, Ramayana lebih ditampilkan sebagai sosok yang
Rahwana disangkutpautkan dengan sejarah penuh kelemahan. Bahkan Rahwana dalam
Dravida dan kejayaan Mohenjodaro dan sebuah adegan dimunculkan menangis saat
Harappa. Kerajaan Alengka dalam kisah mengetahui putra dan saudara-saudaranya
Neelakantan adalah wilayah Dravida yang oleh wafat di medan perang. Rahwana dilukiskan
karena letaknya paling jauh, di seberang lautan bimbang dan kecut hatinya.
paling tidak bisa diinvasi oleh kaum Arya. Kakawin Ramayana menurut mereka juga
Masyarakat Alengka masih meneruskan memberi tempat yang demikian besar bagi
peribadatan Siwa secara murni sebagaimana Trijata yang tidak dilakukan dalam versi Valmiki.
sejak awal dengan tata ritual yang tak didominasi Menurut Malini Saran dan Vinod C.Khanna
struktur brahmin yang birokratis. Rahwana dalam Ramopakhayanan Trijata menempati
adalah penganut Siwa yang fanatik. Rahwana status sangat terhormat. Sementara dalam
menganggap Siwa adalah agama asli bangsanya Kakawin Ramayana dinyatakan bahwa Trijata
yang kemudian dirampok oleh kaum Deva dan adalah anak dari Wibisana atau keponakan dari
digabungkan peribadatannya dengan dewa- Rahwana. Trijata artinya adalah perempuan
dewa kaum Deva tersendiri. berdarah biru. Hal demikian tak pernah ada
Pada titik ini saja menurut saya novel ini dalam kitab Valmiki. Setelah melakukan
sudah melakukan penjungkiran balik yang luar perbandingan antara relief Ramayana
19 Lihat Rgweda, Samhita, sakala sakha, Mandala VII,IX,X,
Prambanan dan Kakawin Ramayana saya
terjemahan Dewanto S.S, penerbit Paramita Surabaya 2009 berkesimpulan memang ada nuansa pertautan
yang erat antara keduanya. Gambar relief karya Anand Neelakantan yang saya kaji
Kumbakarna yang dibangunkan para raksasa menampilkan cerita Ramayana dari sudut
pada relief Prambanan secara ikonografis pandang Rahwana yang menurut saya demikian
misalnya terlihat sama dengan deskripsi adegan masuk akal dan logis.
Kumbakarna pada Kakawin Ramayana. Kisah ini menjungkir balikkan Ramayana
Dalam analisa di atas saya menyebut relief versi Walmiki. Rahwana dilukiskan sebagai
Ramayana Prambanan sesungguhnya memberi penduduk asli India yang menjadi korban
tempat terhormat bagi Rahwana. Hal itu terbukti aggresor para suku pendatang dari luar India.
jenasah Rahwana perlu ditampilkan sendiri Kisah Anand Neelakantan juga sama dengan
dalam satu panil. Relief tiga orang perempuan kisah-kisah Ramayana versi Jain menceritakan
yang berbela sungkawa dan sedih di hadapan bagaimana sesungguhnya Sinta adalah anak
jenasah Rahwana dalam panil tersebut juga dari Rahwana dan Mondadari sendiri yang
dilukiskan begitu halus dan puitis di Prambanan. dibuang saat bayi. Penculikan Sinta sebenarnya
Relief itu sangat bernuansa aura kehilangan adalah perbuatan kasih sayang seorang bapak
ditinggal Rahwana. Adanya simpati kepada yang merasa iba dan terhina bagaimana anaknya
Rahwana yang ditunjukkan tiga perempuan dibawa menderita oleh Rama yang mengasingkan
dalam relief itu (yang oleh Malini Saran dan diri dalam hutan. Penculikan itu merupakan
Vinod C.Khanna diidentifikasi sebagai tindakan seorang bapak yang melihat suami
Mandodari, Trijata dan Sinta) menurut saya sang anak tidak bertanggung jawab.
senada dengan pelukisan Rahwana dalam Tentu mengatakan secara tegas bahwa
Kakawin Ramayana. Meskipun Rahwana tetap pembuat relief Ramayana Prambanan
merupakn tokoh protagonis yang jahat dan menyelipkan versi Jainis: Sinta adalah anak
bengis – dalam Kakawin Ramayana ia tidak Rahwana adalah hal yang sangat sumir dan
dilukiskan melulu hitam putih. Melainkan ada merupakan asumsi yang harus terus diuji. Sebab
perasaan-perasaan kemanusiaannya. kita juga harus melihat fakta bahwa sama sekali
Karakter Rahwana yang demikian itu lebih agama Jainisme tidak pernah berkembang di
lanjut ternyata beribu tahun kemudian masih Jawa. Bahkan di nusantara. Bagaimana bisa
dikenal dalam sastra modern India. Itu artinya disimpulkan pengaruh versi Jainisme terhadap
selama ribuan tahun karakter Rahwana yang Ramayana sampai bisa dipahatkan ke
berbeda dengan versi Walmiki tetap mengalir Prambanan? Tentu tidak bisa menjadi sebuah
dalam sejarah sastra India. Dari zaman kuno kesimpulan. Tapi paling tidak dari perbandingan
sampai zaman kontemporer. Novel Tale of ketiga teks tersebut mencuat kemungkinan itu
Vanquished (The Story of Ravana and His People) ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anand Neelakantan. 2012. Asura: Tale of The Vanguished – The Story of Ravana and His People.
Platinum Press.
Barbara Stoler Miller, 1984. Theater of Memory, The Plays of Kalidasa. Columbia University Press,
New York.
Barthes, Roland. 2010. Imaji Musik Teks, Jalasutra, Yogyakarta.
Benny H. Hoed, 2014. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, Komunitas Bambu, Jakarta.
Cotterell, Arthur (ed). 1980. The Penguin Encyclopedia of Ancient Civilizations.
Dewanto (Penerjemah). 2009. Rgweda, Samhita, Sakala Sakha, Mandala VII, IX, X. Paramita Surabaya.
J.J Ras. 2014. Masyarakat dan Kesusastraan di Jawa, Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Poerbatjaraka. 2010. Ramayana Djawa-Kuna. Perpustakaan Nasional RI.
Robert , W.Pruecel. 2010. Archaelogical Semiotics, Edition history Wiley-Blackwell Publisher Ltd.
Saran, Malini and Vinod C Khanna. 2004. The Ramayana in Indonesia. Ravi Dayal Publisher, New
Delhi.
Stutterheim, Willem. 1989. Rama-Legends and Rama-Reliefs in Indonesia. Indira Gandhi National
Centre for the Arts.
Seno Joko Suyono, 1992. Sastra dan Kematian Pengarang (sebuah refleksi Teori Roland Barthes),
Majalah Kebudayaan Umum Basis, Oktober 1992.
Umberto Eco, 2016. Teori Semiotika (Signifikansi Komunikasi, teori Kode serta Teori Produksi Tanda),
Kreasi Wacana, Kasihan Bantul.